“STOP BERKELUH
KESAH”
Hee Ah Lee,
seorang gadis Korea berusia 22 tahun, memiliki fisik yang jauh dari ukuran
normal. Masing-masing tangannya hanya memiliki dua jari seperti capit, kakinya
pendek, hanya sebatas lutut. Namun, kondisi itu tak membuatnya terpuruk. Ia tak
membiarkan kelemahan fisiknya menjadi sumber keluh kesahnya, tetapi ia bangkit
untuk menang atas keterbatasannya. Kini, ia adalah seorang pianis yang
menakjubkan. Bahkan, nada-nada sulit yang digubah para maestro musik klasik
seperti Chopin, Beethoven, Mozart, dapat dimainkannya dengan sangat apik!
Padahal, tak ada not balok karya para maestro itu yang diciptakan untuk
dimainkan hanya dengan empat jari. Ah Lee sendiri yang memodifikasi hingga
empat jarinya mampu menari di atas tuts-tuts piano dengan lincah.
Bagi orang yang
suka berkeluh kesah, segala sesuatu dalam hidupnya bisa dijadikan bahan
keluhan. Anak-anak sulit dibangunkan di pagi hari, lambat mandi, susah sarapan.
Suami cuek membiarkan istri jungkir balik mempersiapkan anak-anak untuk
berangkat sekolah. Rumah berantakan. Pekerjaan kantor menumpuk, rekan kerja
menyebalkan. Sepanjang hari, ada begitu banyak bahan untuk berkeluh kesah!
Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita hari ini mengajak kita untuk mengucap
syukur dalam segala hal kepada-Nya (ayat 18). Sebab hanya
dengan hati yang bersyukur, kita dapat melihat peluang-peluang yang Tuhan
sediakan di balik keluhan kita. Hati yang penuh rasa syukur menutup peluang
untuk berkeluh kesah, sebab kita tidak sanggup menghitung segala berkat,
kesempatan, dan anugerah-Nya!
Mengucapkan
syukur dalam segala hal adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya. Banyak
orang Kristen yang beranggapan bahwa mengucap syukur adalah perkara yang mudah
karena tanpa modal apa pun, hanya lewat ucapan bibir kita. Namun kenyataannya
mengucap syukur adalah perkara yang sulit kita lakukan. Jangankan dalam
kondisi susah dan berbeban berat, saat segala sesuatu berjalan dengan baik dan
normal pun ternyata kita sulit untuk mengucap syukur dan dengan sengaja kita
melupakannya. Jika kita teliti, banyak sekali ayat dalam firman Tuhan
yang membahas tentang pengucapan syukur. Artinya hal pengucapan syukur
adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan
dan disepelekan. Hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan inilah yang
mendorong terciptanya mazmur pujian yang ditulis oleh Daud. "Aku
mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala
perbuatan-Mu yang ajaib;" (Mazmur 9:2). Bila kita
merenungkan kasih dan kebaikan Tuhan, sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita
untuk tidak mengucap syukur kepadaNya, bahkan pengucapan syukur itu seharusnya
seperti nafas hidup kita yang tak pernah berhenti untuk berhembus selama kita
hidup. Namun seringkali ucapan syukur keluar dari mulut kita hanya saat
kita menikmati dan mengalami hal-hal yang baik dari Tuhan. Ketika hal-hal
yang tidak baik (menurut penilaian kita) terjadi dan menimpa hidup
kita, sulit sekali kita mengucap syukur kepada Tuhan, sebaliknya yang keluar
dari bibir kita hanya ungkapan kekecewaan, kekesalan, keputusasaan, sungut-sungut,
omelan dan bahkan kita berani menuduh dan menyalahkan Tuhan, seperti yang
diperbuat oleh bangsa Israel.
Hal-hal yang baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, sakit atau sehat, dalam kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka, adalah warna-warni dalam kehidupan manusia. Satu hal yang seharusnya menguatkan kita adalah "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" (Roma 8:28), karena itu tetaplah mengucap syukur apa pun keadaannya.
Hal-hal yang baik atau buruk, keberhasilan atau kegagalan, sakit atau sehat, dalam kelimpahan atau kekurangan, suka atau duka, adalah warna-warni dalam kehidupan manusia. Satu hal yang seharusnya menguatkan kita adalah "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan" (Roma 8:28), karena itu tetaplah mengucap syukur apa pun keadaannya.
No comments:
Post a Comment