PSIKOLINGUISTIK KELUARGA KRISTEN
Setiap individu pasti melakukan komunikasi dalam
hidupnya dan ketika seorang berkomunikasi maka ada satu hal yang selalu terjadi
yaitu ia akan melihat orang lain atau situasi yang tengah dihadapinya
berdasarkan perspektif yang dimilikinya sebagai penyampai pesan (komunikator).
Orang atau individu memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial,
dengan demikian sangatlah bisa dimengerti bagi kita untuk memulai pembahasan
psikologi komunikasi dengan mempelajari komunikator sebagai individu. Apa yang
terjadi dalam diri individu ketika seseorang berkomunikasi.[1]
Dalam kehidupan
sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan
manusia. Mulyana pernah berujar, bahwa tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan
memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga
dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Jadi komunikasi
adalah inti dari semua hubungan dengan tingkat kedalaman
yang bervariasi yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian, dan saling
percaya di antara kedua belah pihak.[2]
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti
terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga
dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya
kerawanan hubungan antara anggota–anggota keluarga pun sukar untuk dihindari.
Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu
dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan
komunikasi antar anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.
Setiap
hari kita tidak pernah lepas dengan yang namanya bahasa, dari semenjak kecil
kita sudah sangat terbiasa untuk berbahasa, namun seringkali kita tidak memperhatikan
sebetulnya bahasa itu apa? Semua orang bisa berbahasa tapi tidak semua orang
mampu menjelaskan pengertian dari bahasa itu sendiri. Secara
etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan
Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada
senama sebuah disiplin ilmu. Secara umum, psikologi sering didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat
stimulus, hakikat respon, dan hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus
atau respon itu terjadi. Lingustik secara umum dan luas merupakan satu ilmu
yang mengkaji bahasa.bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah
sistem bunyi arbiter, konvensional, digunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi.
Hal ini berarti bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan bahasa dengan
fenomena lain. Bahasa dipandang sebagai
bahasa yang memiliki struktur yang khas dan unik.[3]
Psikolinguistik membahas tentang bagaimana orang
mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem dan bagaimana orang dapat memperoleh
bahasa tersebut sehingga dapat digunakan untuk komunikasi. Psikolinguistik juga
membahas bagaimana bahasa itu diterima
dan diproduksi oleh pemakai bahasa, bagaimana kerja otak manusia yang berkaitan
dengan bahasa, teori pemerolehan bahasa oleh anak, perbedaan antara pemerolehan
bahasa oleh anak dan pembelajaran bahasa, dan interferensi sistem bahasa ibu ke
bahasa yang sedang dipelajari. Dalam Psikolinguistik, secara sistemik seseorang
dikondisikan menggunakan ragam bahasa dengan baik dan benar . Kelalaian dalam
menggunakan bahasa adalah masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang
berhubungan dengan fungsi organ bicara. Beragam macam permasalahan atau
keterampilan dalam berbicara dapat dianalisis menggunakan kajian
psikolinguistik. Kelainan berbahasa tersebut masih banyak kita temukan di
lingkungan keluarga, masyarakat bahkan sekolahan. Di lingkungan keluarga
misalnya, anak membantah orang tua, berbicara kasar, melawan orang tua dengan
hujatan-hujatan yang tidak pantas sudah menjadi hal tidak asing di telinga
kita. Bahkan yang pernah kita mendengar ada anak yang tega membunuh orang tua
gara-gara anak tersinggung dengan perkataan orang tuanya.[4]
Idealnya hendaknya keluarga Kristen hidup dengan keteladanan yang diberikan oleh Yesus Kristus semasa
hidupNya. Keluarga Kristen yang mampu bersaksi bagi sekitar, yang mampu
menunjukan rasa hormat, sopan santun dalam berprilaku da tentram dalam hubungan
keluarga.[5]
Persekutuan antar anggota rumah tangga hendaknya juga hidup dalam kasih dalam
rumah tangga Kristen. Kehidupan rumah tangga diisi dengan kegiatan-kegiatan
yang sehat, dengan bersama-sama melakukan sesuatu seperti berdoa, menyanyi,
bekerja, berdarmawisata, atau bahkan bersama-sama mendengarkan musik.[6]
[1] Morissan, Psikologi Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 6.
[2] Mulyona, Deddy, Nuansa-nuansa
Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 25.
[3]
Edt. Ton Dijkstra dkk, Computational
Psycholinguistics, ( Norway: University of Bergen, 1798), hlm.ix-x,
[4] Lih. https://blogmadyawati.wordpress.com/2015/09/06/psikolinguistik-dan-kompetensi-komunikatif/, diambil, Selasa, 25 September
2016.
[5]
Larry Christenson, Keluarga Kristen, (Semarang: Buku Betania,1970), hlm.
206-207.
[6]
Kennet Barney, Rumah Tangga Kristen, (
Jatim: Gandum Mas, 19770, hlm.28.
No comments:
Post a Comment