Sunday, 8 January 2017

PSIKOLINGUISTIK KELUARGA KRISTEN



PSIKOLINGUISTIK KELUARGA KRISTEN


Setiap individu pasti melakukan komunikasi dalam hidupnya dan ketika seorang berkomunikasi maka ada satu hal yang selalu terjadi yaitu ia akan melihat orang lain atau situasi yang tengah dihadapinya berdasarkan perspektif yang dimilikinya sebagai penyampai pesan (komunikator). Orang atau individu memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial, dengan demikian sangatlah bisa dimengerti bagi kita untuk memulai pembahasan psikologi komunikasi dengan mempelajari komunikator sebagai individu. Apa yang terjadi dalam diri individu ketika seseorang berkomunikasi.[1]
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Mulyana pernah berujar, bahwa tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Jadi komunikasi adalah inti dari semua hubungan dengan tingkat kedalaman yang bervariasi yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian, dan saling percaya di antara kedua belah pihak.[2]
Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota–anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan komunikasi antar anak dan anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.
Setiap hari kita tidak pernah lepas dengan yang namanya bahasa, dari semenjak kecil kita sudah sangat terbiasa untuk berbahasa, namun seringkali kita tidak memperhatikan sebetulnya bahasa itu apa? Semua orang bisa berbahasa tapi tidak semua orang mampu menjelaskan pengertian dari bahasa itu sendiri. Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada senama sebuah disiplin ilmu. Secara umum, psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon, dan hakikat proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Lingustik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa.bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah sistem bunyi arbiter, konvensional, digunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi. Hal ini berarti bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan bahasa dengan fenomena lain. Bahasa dipandang  sebagai bahasa yang memiliki struktur yang khas dan unik.[3]
Psikolinguistik membahas tentang bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem dan bagaimana orang dapat memperoleh bahasa tersebut sehingga dapat digunakan untuk komunikasi. Psikolinguistik juga membahas  bagaimana bahasa itu diterima dan diproduksi oleh pemakai bahasa, bagaimana kerja otak manusia yang berkaitan dengan bahasa, teori pemerolehan bahasa oleh anak, perbedaan antara pemerolehan bahasa oleh anak dan pembelajaran bahasa, dan interferensi sistem bahasa ibu ke bahasa yang sedang dipelajari. Dalam Psikolinguistik, secara sistemik seseorang dikondisikan menggunakan ragam bahasa dengan baik dan benar . Kelalaian dalam menggunakan bahasa adalah masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang berhubungan dengan fungsi organ bicara. Beragam macam permasalahan atau keterampilan dalam berbicara dapat dianalisis menggunakan kajian psikolinguistik. Kelainan berbahasa tersebut masih banyak kita temukan di lingkungan keluarga, masyarakat bahkan sekolahan. Di lingkungan keluarga misalnya, anak membantah orang tua, berbicara kasar, melawan orang tua dengan hujatan-hujatan yang tidak pantas sudah menjadi hal tidak asing di telinga kita. Bahkan yang pernah kita mendengar ada anak yang tega membunuh orang tua gara-gara anak tersinggung dengan perkataan orang tuanya.[4] Idealnya hendaknya keluarga Kristen hidup dengan keteladanan  yang diberikan oleh Yesus Kristus semasa hidupNya. Keluarga Kristen yang mampu bersaksi bagi sekitar, yang mampu menunjukan rasa hormat, sopan santun dalam berprilaku da tentram dalam hubungan keluarga.[5] Persekutuan antar anggota rumah tangga hendaknya juga hidup dalam kasih dalam rumah tangga Kristen. Kehidupan rumah tangga diisi dengan kegiatan-kegiatan yang sehat, dengan bersama-sama melakukan sesuatu seperti berdoa, menyanyi, bekerja, berdarmawisata, atau bahkan bersama-sama mendengarkan musik.[6]


[1] Morissan, Psikologi Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 6.
[2] Mulyona, Deddy, Nuansa-nuansa Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 25.
[3] Edt. Ton Dijkstra dkk, Computational Psycholinguistics, ( Norway: University of Bergen, 1798), hlm.ix-x,
[5] Larry Christenson, Keluarga Kristen, (Semarang: Buku Betania,1970), hlm. 206-207.
[6] Kennet Barney, Rumah Tangga Kristen,  ( Jatim: Gandum Mas, 19770, hlm.28.

No comments:

Post a Comment