Tuesday, 31 January 2017

REVITALISASI PERAN PEMUDA KRISTEN DALAM MEWUJUDKAN KEINDONESIAAN



REVITALISASI PERAN PEMUDA KRISTEN
DALAM MEWUJUDKAN KEINDONESIAAN

Proses pembangunan bangsa Indonesia diarahkan pada terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya yakni adil, makmur, sejahtera lahir bathin, mental dan spiritual. Proses pencapaian cita-cita pembangunan tersebut merupakan tanggung jawab bersama semua warga negara,  tidak dibatasi oleh profesi, usia, jabatan, dan stratifikasi sosial lainnya. Dalam hal ini pemuda sebagai bagian dari warga negara mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional, mengingat pemuda adalah intelektual muda yang mempunyai kapabilitas dan akseptabilitas. Pemuda merupakan penerus estafet pembangunan, pemuda adalah harapan bangsa, bahkan pemuda adalah penentu masa depan bangsa. Persepsi ini diperkuat pula oleh catatan sejarah bahwa pada masa-masa sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan, pemuda selalu tampil berada di barisan terdepan memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Kenyataan tersebut, mestinya tetap dipertahankan melalui karya-karya nyata  dalam proses pembangunan di segala bidang.
Dalam tanggung jawab besar sebagai penerus estafet pembangunan nasional, pemuda harus mempersiapkan diri dengan baik agar harapan besar bangsa ini mampu diemban dengan baik. Dalam konteks ini pemuda dapat mewujudkan perannya melalui berbagai cara, antara lain:
Pertama, optimalisasi upaya berilmu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat kompleksitas dan dinamika pembangunan di masa yang akan datang lebih tinggi. Akan tidak bermakna ketika tampuk estafet pembangunan digerakkan oleh pemuda tanpa ilmu, tanpa kreativitas. Globalisasi dan pasar bebas menuntut tersedianya manusia andal yang mampu bersaing di segala bidang kehidupan, untuk itu, penguasaan ilmu dan teknologi menjadi syarat utama untuk menghadapi persaingan global.
Kedua, memperkuat keimanan. Seiring dengan kompleksitas kemajuan zaman, berbagai godaan yang mengancam moral dan etika pun amat beragam. Indonesia adalah negara dengan angka korupsi cukup mengkhawatirkan. Begitu juga ancaman narkoba, Indonesia semakin membahayakan (diperkirakan 2,8 % pada tahun 2015 = 5, 1 juta pendidikan) belum lagi penegakan hukum yang amat menggalaukan, gerakan separatis dan ironi massa, penerapan regulasi yang merugikan bentrok antar kelompok ditambah lagi dengan gaya hidup hedonis. Di bidang pendidikan, plagiarisme dan budaya nyontek terjadi di berbagai jenjang pendidikan.

Berilmu dan beriman sama-sama penting. Keduanya merupakan modal dasar bagi kaum muda dalam mewujudkan perannya bagi bangsa dan negara Indonesia. Pada sisi lain, proses “mengindonesia” adalah proses yang tidak akan pernah berakhir (never ending process), Selama seluruh bangsa mengikat komitmen secara konstitusional dan moral untuk menjadi satu bangsa maka selama hayat dikandung badan seluruh komponen bangsa terus berjuang untuk tetap menjadi Indonesia. Perjuangan menjadi Indonesia tidak berakhir ketika Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Secara yuridis formal pembentukan bangsa dan negara sudah final namun proses mengindonesia terus berlangsung melalui berbagai bidang kehidupan yang disebut dengan pembangunan nasional. Proses “mengindonesia” bukan sekadar identitas bangsa melainkan proses dimana seluruh komponen bangsa bersatu mempersembahkan baktinya bagi bangsa ini sesuai dengan talenta dan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan.

1.   Peran Pemuda Kristen dalam Membangun Indonesia
Ada berbagai pendapat yang berkaitan dengan peran pemuda dalam pembangunan Bangsa Indonesia. Namun, mempertimbangkan perubahan dan tantangan global maupun lokal, ada beberapa peran yang dapat dilakonkan dan disumbangkan oleh kaum muda Kristen dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia.
Satu, Pemuda sebagai Dinamisator Pembangunan. Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah penggerak. Keberadaan kaum muda selalu dikaitkan dengan daya kritis, kreatif dan inovatif. Dalam posisi tersebut, pemuda akan mampu menjadi penggerak pembangunan.
Dua, Pemuda sebagai Katalisator Pembangunan. Berbagai bentuk kemacetan dan kelambatan pembangunan terjadi di negara kita. Kemacetan birokrasi, perencanaan maupun pelaksanaan. Pemuda dapat bertindak sebagai katalisator dalam mengatasi kemacetan dan kelambatan tersebut. Berbagai kebuntuan yang ada diharapkan dapat diterobos oleh kaum muda yang kritis, kreatif dan inovatif.
Tiga, Pemuda sebagai Motivator Pembangunan. Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, Kita tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah. Dalam konteks ini pemuda harus memerankan diri sebagai motivator (pendorong) bagi semua elemen masyarakat untuk bergerak bersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan.
Empat, Pemuda sebagai Inovator Pembangunan. Dalam kajian psikologis pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal. Karena karakteristik itulah, pembaruan-pembaruan sering muncul dari pemuda. Karakteristik yang akhirnya melahirkan semangat inovasi baru yang dapat berfungsi menerobos berbagai kebuntuan dan kebekuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lima, Pemuda sebagai Evaluator Pembangunan. Derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikator-indikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak negatif terhadap laju pembangunan.
 Kelima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam proses pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemuda untuk senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang mengungkung idealisme dan rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok; tidak juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok, dan tidak pula diganggu godaan fanatisme.
Kelima peran Budi Utomo tahun 1908 dan Sumpah Pemuda tahun 1926 + 1928 tersebut telah dilakukan oleh para pemuda Kristen sejak zaman perjuangan hingga saat kini. Gerakan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak terlepas dari peran para pemuda Kristen sebagai organisasi maupun pribadi. Pemuda pada umumnya dan pemuda Kristen pada khususnya dengan kapasitas dan kapabilitas yang tidak diragukan lagi, sudah menjadi pelaksana pembangunan di berbagai bidang kehidupan. Ada yang menjadi bagian dari pemerintah (eksekutif), pengusaha (kontraktor), lembaga swadaya masyarakat, LSM,  dewan perwakilan rakyat (legislatif), aparatur penegak hukum (yudikatif) dan lain-lain. Apabila pemuda sudah mampu memainkan peran dalam pembangunan dengan baik dan benar serta derap langkah  didasari ilmu dan iman, maka tak dapat diragukan lagi, aksi dan sumbangan kaum muda mampu melahirkan perubahan-perubahan baru bagi bangsa dan negara.  Bung Karno menyatakan darinya sehingga ia berkata, beri aku 1.000 orangtua, niscaya akan kucabut semuanya dari akarnya, tetapi beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”.          
Kehadiran dan peran kaum muda di berbagai bidang kehidupan tidak secara otomatis menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Dalam perjalanan bangsa kita, tampaknya proses “mengindonesia” tampaknya dipahami seolah-olah sudah final dan terlepas dari upaya pembangunan nasional yang cenderung mengarah pada pembangunan fisik sedangkan pembangunan manusia menjadi faktor eksternal. Indikator dari sinyalemen ini adalah rendahnya penegakan hukum dan keadilan, rendahnya kesehatan masyarakat (hak kesehatan rakyat jelata sering terabaikan meskipun sudah ada BPJS), rendahnya partisipasi dalam pendidikan meskipun sudah ada wajib belajar “sembilan tahun”. Seiring dengan berbagai persoalan dan krisis multi dimensional yang melanda bangsa kita, semangat nasionalisme pun tampaknya meredup, dan semangat patriotism semakin menipis. Ada kecenderungan mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok yang bersifat pragmatis ketimbang kepentingan bangsa. Umat Kristen pada umumnya dan kaum muda khususnya cenderung membangun persepsi yang berkaitan dengan “momok minoritas” sehingga membatasi ruang gerak dalam kehidupan berbangsa. Pada sisi lain, kaum muda juga menghadapi berbagai persoalan yang tidak sederhana. Banyak sarjana yang pada umumnya kaum muda yang tidak dapat tertampung di dunia kerja, banyak kaum muda jatuh dalam kehidupan tidak terpuji. Untuk itu, kita membutuhkan sebuah gerakan moral untuk merevitalisasi semangat, api dan jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam diri kaum muda Kristen sebagai pribadi maupun sebagai komunitas.

2.   Revitalisasi Peran Pemuda Kristen dalam Proses Keindonesiaan
Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terperdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital. Semboyan bahwa pemuda adalah masa depan bangsa telah terbukti dalam perjalanan sejarah bangsa ini sejak pra dan pasca kemerdekaan sampai saat kini. Namun mempertimbangkan berbagai persoalan yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan upaya “merevitalisasi” peran pemuda Kristen dalam pembangunan bangsa. Ada kesan bahwa terjadi peredupan semangat “gerakan” nasionalisme dan patriotisme pemuda pada umumnya dan di kalangan pemuda Kristen khususnya. Tony Woworuntu menganggap perlu “merelevansikan iman Kristen di tengah-tengah kenyataan kehidupan bangsa secara utuh dan bertanggung jawab”. Untuk itu kita senantiasa terpanggil pada usaha “pembaruan diri” secara terus menerus, dan serentak dengan itu kita harus terbuka pada usaha untuk menilai dan merenung ulang akan seluruh perjalanan kita baik selaku warga masyarakat maupun sebagai warganegara.
Selanjutnya, dikatakan: “merelevansikan iman Kristen di tengah-tengah kehidupan bangsa setiap saat, bagaimana kita tetap mempunyai idealisme yang tinggi, semangat juang yang kokoh, dan tidak larut dalam alam berpikir yang pragmatis, sehingga akhirnya kita menjadi acuh tak acuh, masa bodoh, sinis dan akhirnya frustrasi. Merelevansikan iman Kristen di tengah-tengah kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia sebagai generasi muda ini berarti bagaimana kita dapat meningkatkan ketekunan dalam kejujuran dan mampu untuk mengasah setiap potensi yang kita miliki dan menyalurkan kreativitas, dinamika, dan idealisme selaku generasi muda bangsa yang setiap saat mampu hadir dan berperan dalam pembangunan bangsanya. Berperan dalam pembangunan bangsa, itu berarti harus mampu untuk turut menentukan dalam setiap proses perubahan sosial dan pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat, dan bukan hanya sekadar ikut-ikutan.”
Bagi generasi muda dewasa ini tidak ada pilihan lain selain untuk semakin giat dalam studi dan pekerjaannya dan harus semakin sungguh-sungguh dalam mengembangkan potensi kritis, kreatif dan konstruktifnya dalam menunjang pembangunan bangsa ini secara padu dan bertanggung jawab.
Sikap kritis, kreatif dan konstruktif yang dilandasi oleh jiwa kepeloporan, ketekunan, kejujuran dan mawas diri akan memampukan generasi muda Kristen merelevansikan kata-kata dan tindakannya secara dinamis. Generasi muda Kristen mampu menjauhkan diri dari rasa curiga, tidak aman dan meragukan kemampuan diri-sendiri. Kesaksian Alkitab demikian;…..,“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesuh, mereka kerjakan dan tidak menjadi lelah”  ( Yesaya 40:31)
Jika kita mengenang kembali pada saat para pemuda bersatu dan mengucapkan SUMPAH PEMUDA yang mengakui  Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia, maka begitu kuatnya komitmen pemuda untuk mengindonesia. Di sisi lain, pada saat Sumpah Pemuda-lah Bangsa Indonesia lahir yang kelahirannya dideklarasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan RI. Banyak perubahan yang telah dilakukan pemuda pada saat itu sampai pada bangsa ini mencapai ulang tahun kemerdekaan yang ke-70. Namun, seiring berjalannya waktu,  semakin redup jiwa, semangat dan api nasionalisme dan patriotisme kaum muda. Di kalangan pemuda Kristen banyak kelompok-kelompok pergerakan mahasiswa atau pemuda yang berada “puas” hanya di dalam “payung gereja” atau terkungkung dalam rutinitas kehidupan berjemaat dan abai terhadap persoalan-persoalan kebangsaan.
Lahir dari gereja untuk  turut andil di dalam pergerakan kaum muda di tengah-tengah bangsa ini, seperti GMKI, GAMKI, dan PMKRI yang mana masing-masing organisasi  bergerak untuk melahirkan suatu perubahan bagi tatanan sosial, politik dan beroikumene. Perlu dicatat, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menjadi satu-satunya lembaga kemahasiswaan Kristen yang menjangkau seluruh mahasiswa Kristen di Indonesia, yang masih terus berjuang secara optimal untuk menegakkan kembali jati dirinya kepada masyarakat umum sebagai lumbung aspirasi dan penyampai aspirasi dari masyarakat dan memberikan kontribusi nyata bagi perubahan bangsa ini.
Proses revitalisasi peran pemuda Kristen dalam mewujudkan keindonesiaan dapat diejawantahkan  antara lain manakala  pemuda Kristen melakukan upaya yang disebut oleh Tony Woworuntu (merujuk pada pendapat T.B.Simatupang): bersikap yang kritis–positif dan kreatif–konstruktif, sehingga kita akan berusaha menghasilkan yang terbaik seraya mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan yang terburuk sekalipun. Inilah tatanan generasi muda Kristen Indonesia yang kita cita-citakan.
Tepatlah apa yang dinasihatkan Presiden Jokowi: “ Kita jangan mewarisi abunya sumpah pemuda, tapi kita harus mewarisi apinya sumpah pemuda, jangan takut untuk mendapatkan kebiasaan lama dengan cara dan pemikiran yang bebas dari pakem”.

No comments:

Post a Comment