Sunday, 8 January 2017

MEMBANGUN SPRITUALITAS PELAYAN



MEMBANGUN SPRITUALITAS PELAYAN

Latar Belakang Pentingnya Spritualitas
Beberapa tahun belakangan ini spiritualitas mulai berkembang, khususnya dalam kehidupan pribadi, meski harus berhadapan dengan arus nilai-nilai lain yang cenderung menekankan pada perolehan materi. Akan tetapi, ketika berada dalam dunia kerja seseorang yang mengembangkan spiritualitas seringkali terbentur dengan batasan manajemen dan organisasi klasik yang memandang manajer sebagai alat perusahaan untuk memperoleh materi sebagai tujuan akhir dan diharapkan untuk dapat mengontrol karyawannya. Akibat sistem manajemen yang cenderung bukan mengenai orang tertentu dan konsumerisme yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, banyak orang kehilangan makna dari pekerjaannya dan mendambakan untuk menemukan kembali makna pekerjaan.
Banyak orang di tempat kerja merasa butuh menemukan kembali apa yang mereka rawat dalam hidup ini dan mencoba menemukan pekerjaan yang disukainya. Orang-orang berusaha menemukan makna pekerjaan dengan mencari suatu cara untuk lebih menjadi diri sendiri dalam melakukan sesuatu. Menemukan makna pekerjaan merupakan fokus dari spiritualitas. Hal ini mendorong perusahaan untuk lebih peduli terhadap kesejahteraan fisik, emosi, dan spiritual karyawan secara menyeluruh.
Dimensi spiritualitas manusia semula kurang dapat diterima dalam dunia kerja. Laabs (1995) mengatakan bahwa spiritualitas adalah suatu bagian yang penting dari setiap diri manusia, tetapi hal ini bukan sesuatu yang dapat diekspresikan oleh karyawan dalam perusahaan tradisional melainkan lebih nampak dan lebih terbentuk pada perusahaan di era milenium baru.
Pada masa sekarang penolakan dunia kerja terhadap dimensi spiritual manusia telah berkurang. Gerakan spiritualitas di tempat kerja mulai tampak di beberapa negara seperti di negara Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari merebaknya publikasi tertulis (jurnal cetak maupun online, buku) dan konferensi-konferensi dengan tema spiritualitas di tempat kerja (Widyarini, 2008). Hal ini mendapatkan perhatian dari perusahaan Amerika karena pengetahuan tentang memelihara jiwa di tempat kerja adalah suatu hal yang memberi dampak baik untuk bisnis.

Beberapa alasan perusahaan atau organisasi mulai mengembangkan minat dalam spiritualitas di tempat kerja. Alasan tersebut antara lain:
1.     Banyaknya orang yang percaya bahwa downsizing, reengineering, dan pemberhentian karyawan atau pegawai telah mengubah tempat kerja orang Amerika menjadi lingkungan yang para pekerjanya kehilangan semangat, dan mengakibatkan pertumbuhan tingkat gaji menjadi tidak seimbang.
2.     Tekanan kompetisi global juga telah membuat pemimpin perusahaan berpikir bahwa kreativitas karyawan dibutuhkan untuk mengekspresikan diri secara penuh dalam bekerja dan hal ini hanya akan terjadi jika pekerjaan tersebut dirasa bermakna bagi karyawan.
3.     Tempat kerja menyediakan satu-satunya jaringan komunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan manusia akan hubungan dan kontribusi.
4.     Adanya rasa penasaran akan budaya dan filosofi timur, seperti filosofi budha yang menganjurkan meditasi dan menekankan nilai-nilai seperti loyalitas terhadap kelompok dan menemukan pusat spiritual seseorang dalam tiap kegiatan mulai diterima oleh perusahaan global.
5.     Bertambahnya kekhawatiran orang terhadap ketidakpastian dalam hidup – kematian –ada peningkatan minat dalam mempertimbangkan makna hidup.

Beberapa alasan di atas memperlihatkan bahwa pengembangan dan pengekspresian dari spiritualitas di tempat kerja dapat memberi keuntungan untuk organisasi. Saat ini semakin banyak karyawan mengembangkan spiritual di tempat kerja sebagai cara untuk menambah loya
litas dan meningkatkan semangat juang (USA Today, May 4, 1998 dalam Ashmos 2000). Walaupun spiritualitas merupakan hal barudi tempat kerja, tapi bukan hal baru di tempat lain. Semua tradisi religius menyarankan hidup yang menyeluruh, dimana pencarian akan makna dan tujuan hidup serta menjalani hidup secara harmoni dengan orang lain adalah suatu hal yang penting dan mendasar. Spiritualitas di tempat kerja bukanlah tentang agama atau perubahan, atau tentang membuat orang untuk menerima sistem kepercayaan tertentu melainkan tentang karyawan yang mengerti bahwa dirinya adalah makhluk spiritual yang jiwanya memerlukan ”makanan” di tempat kerja serta mengenai pengalaman akan tujuan dan makna dalam pekerjaan mereka (Ashmos,2000). Spiritualitas di tempat kerja adalah tentang pekerjaan yang lebih bermakna, tentang hubungan antara jiwa dan pekerjaan.
Pengertian Umum Spritualitas
Kata spiritualitas, seringkali di artikan   oleh orang Kristen dengan sederhana, yaitu menyangkut doa, ibadah, puasa, hidup baik  atau moralitas belaka. Namun sebenarnya spiritualitas  tidak sesempit  arti tersebut. Spiritual menyangkut segenap aspek kehidupan manusia.  Meskipun diakui  bahwa  istilah spiritualitas selalu berkonotasi atau mengarah kepada satu bentuk disiplin religius tertentu, namun tidak selamanya diartikan sebagai demikian.
 Kamus bahasa Indonesia mendefinisikan spiritual atau spiritualitas  adalah sesuatu yang berhubungan dengan  atau bersifat kejiwaan (rohani atau batin). Sedangkan kamus bahasa  Indonesia moderen mendefinisikan spiritualitas   sebagai suatu keadaan, ciri  atau kerohanian.  Dan  kamus Webster  mengartikan spiritualitas; Spiritual nature, character  or quality; spiritual mindedness opposed to worldlenness and sensuality. Sedangkan  Sandra Scneiders mendefinisikan spiritual  sebagai berikut:  “Spiritualitas as lived experience can be defined as conscious involvement in the project of life integration throught  self transcendence  toward the ultimate value one  perceives.”
Spritualitas adalah hubungan yang pribadi dari seseorang dengan Tuhan yang disembahnya yang perwujudanya mempengaruhi sikap dan perbuatan orang tersebut dalam kehidupannya. Kata Spritual berasal dari kata spirit atau roh. Dalam bahasa Inggris spiritual disebut dengan kata spirituality dan dalam bahasa Latin disebut dengan spritualitas yang berarti daya kekuatan atau Roh yang menghidupkan atau menggerakan dan memberi daya tahan kepada seseorang atau kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudakan kehidupan. Kata spirit juga merupakan istilah untuk menjuluki energy yang kasat mata dan tak berbentuk yang merupakan sumber dan nutrisi kehidupan di planet ini. Kekuatan itu bisa memecahkan setiap masalah yang kita hadapi.
Spritual juga dipahami sebagai hal yang tidak bersifat jasmani (immaterial) dan terdiri dari roh. Spritualitas mengacu kepada nila-nilai kemanusiaan yang non material seperti keindahan, kebaikan, cinta, kebenaran, belakasih, kejujuran, dan kesucian. Spritualitas juga menunjuk pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (mental, intelektual, estetik, religious) dan nilai-nilai pikiran serta mengacu ke perasaan dan emosi-emosi religious, dan estetik.

Dalam pengertian lebih luas dapat dikatakan bahwa spritualitas terwujud dalam kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik. Spritualitas merupakan kesadaran dan sikap hidup dari manusia. Spritualitas merupakan kesadaran dan sikap hidup dari manusia untuk tahan uji dan bertahan mewujudkan tujuan  dan pengharapannya. Oleh karena itu spritualitas dapat menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi kekuatiran, kejenuan dan kesepian. Spritulitas juga dapat menjadi sumber kekuatan  dalam menghadapi penganiayaan, kesulitan, penindasan dan kegagalan yang dialami oleh orang ataupun kelompok yang sedang mewujudkan tujuan hidupnya.
Spritualitas juga bukan hanya seketar pemujaan terhadap Tuhan dan bukan hanya sekedar pemujaan terhadap Tuhan dan bukan merupakan tardisi kekal masa lampau yang sangat kaku, tetapi spritualitas harus dicipta,  bukan diulang, sebab zamanlah yang melahirkannya. Spritualitas harus bersentuhan langsung dengan kenyataan hidup sehari-hari.


Pengertian Alkitabiah tentang Spritualitas
Spiritualitas sendiri berasal dari akar kata spare (Latin) yang memiliki arti: menghembus, meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi pembentukan kata benda spiritus atau spirit, yang memiliki arti: hembusan, tiupan, aliran udara. Kata itu kemudian mengalami perkembangan arti menjadi: udara, hawa yang dihisap, nafas hidup, nyawa roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran diri, kebesaran hati, keberanian.
Dalam Alkitab, spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani). Arti kata ruakh atau pneuma dalam Alkitab adalah “nafas atau udara yang menggerakkan dan menghidupkan”. Pengertian ini sama dengan pengertian spirit yang sering kita pakai sesehari, yaitu ‘semangat’. Semangat atau spirit yang kita butuhkan untuk bergerak dan hidup. semangat atau spirit ini hanya kita miliki di dalam Holy Spirit (Roh Kudus).
Jadi, dari kata itu sendiri, spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber semangat untuk hidup, bertumbuh, dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi maupun bersama orang lain, yang kita peroleh di dalam perjumpaan dengan Allah, sesama dan diri sendiri.
Alkitab memuat banyak hal mengenai spritualitas. Oleh karena itu Alkitab adalah sarana bagi orang percaya untuk mengenal lebih dalam spritualitas Kristen. Karena, spritualitas Kristen merupakan sikap hidup yang berbuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesuskaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Spritualitas Kristiani itu adalah ungkapan sikap hidup yang selalu berkarya, karena dengan berkarya itulah hidup orang Kristen menghidupkan orang lain serta membawakan kebaikan bagi semua orang yang pada dasarnya adalah sesama ciptaan Tuhan.

Praktek Spritualitas dalam Kekristenan
Praktik spiritual merupakan cara untuk membuat hidup bekerja di tingkat yang lebih tinggi dan cara untuk menerima bimbingan dalam menangani masalah.Sehingga dibuat sebuah rumusan untuk meningkatkan spiritual yang melalui: berserah diri, kasih, tak terbatas, pikiran kosong, kemurahan hati dan rasa syukur, keterhubungan dan keceriaan.
Stuart mengemukakan bahwa sejarah agama tradisi telah mencatat bahwa setiap orang merindukan seuatu perubahan atau pemahaman lengkap tentang dirinya sendiri dan tempat mereka di dunia sehingga memerlukan latihan dan kedisiplinan rohani untuk hal ini maka seseorang perlu mencari pembimbing rohani (guru spiritual) yang dapat membimbingnya dalam peningkatan kehidupan rohaninya.
Terdapat pula pemahaman yang salah mengenai spritualitas, dimana spritualitas dipahami sebagai pemisah hitam dan putih yang diterapkan dengan cara memisahkan aspek kehidupan rohani dan aspek jasmani. Dalam hal ini aspek rohani lebih ditonjolkan dengan anggapan bahwa aspek rohanilah yang berhubungan dengan spritualitas. Sehingga spritualitas dipahami sebagi media untuk memperkaya kerohanian manusia dan akhirnya aspek jasmani diabaikan dalam kehidupan manusia.pemahaman ini membuat spritualitas mengalami privasi yang secara hanya mempersoalkan keselamatan jiwa setiap individu. Pemahaman seperti ini tidak terpat karena spritualitas yang benar adalah spritualitas yang berorientasi pada roh kudus, yang justru menggiring manusia memasuki wilayah kemanusiaannya sendiri.
Wayne menekankan spritualitas tidak sama dengan religious. Spritualitas berasal dari dalam, hasil dari pengenalan, penyadaran dan penghormatan sementara religi terlalu bersifat ortodoks, berisi aturan dan kitab suci bersejarah yang dilestarikan manusia dalam jangka waktu yang lama sehingga itu lebih merupakan kebiasaan atau adat belaka.
Kekristenan juga mengenal istilah spritualitas. Pada umunya orang Kristen mengartikan spritualitas sebagai sikap atau kesetaraan batin. Spritualitas adalah keterarahan batin dalam sikap yang kita mabil. Spritualitas merupakan suatu keterarahan yang mengandung cita-cita yang menjiwai seluruh diri, seluruh cara bersikap dan bertindak seseorang, dengan kata lain spritualitas itu sama dengan iman yang sadar. Oleh karena itu dasar spritualitas bagi orang Kristen adalah Roh Allah itu sendiri. Orang Kristen percaya bahwa Roh Allah dan Roh Kudus tinggal dalam semua orang beriman (2 Tim 1:14).
Spritualitas umat Kristen merupakan sebua doa dan kehidupan di dalam Yesus Kristus. Dalam hal ini roh manusia ditopang, digenggam dan diubah oleh roh kudus. Hal ini juga merupakan merupakan pencarian dari seorang percaya pada suatu persekutuan untuk sebuah anugerah keselamatan.
Spritualitas adalah hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan secara metodis mengembangkan iman, harapan, dan cinta kasih atau sebagai usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan kedalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus Kristus atau sebagai pengalaman iman Kristiani dalam situasi konkreat masing-masing orang. Eka Darmaputera mengatakan bahwa pada hakekatnya spritualitas adalah jiwa, roh, sumber dinamika dari sebuah agama. Dengan demikian spritualitas adalah karya Allah pada manusia dengan pemberian iman. Spritualitas merupakan hubungan yang intim dengan Allah. Oleh karena itu iman merupakan penggerak kehidupan bagi orang yang percaya/mengimaniNya.sehingga melalui pengimanan kepada Allah maka dengan sendirinya orang tersebut akan menjadi pribadi yang lebih baik.
Andar Ismail dalam buku Selamat Menabut menuliskan, “Spiritualitas adalah kualitas hidup seseorang sebagai hasil dari kedalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh. Spiritualitas juga adalah gaya hidup sehari-hari yang merupakan buah dari hubungan kita dengan Yesus, kedekatan atau keakraban hubungan kita dengan Yesus secara transenden yang ditampakkan dalam sikap hidup kita terhadap orang-orang yang adalah imanensi atau perwujudan kehadiran Yesus.”
 (Pdt.Anry Krismanto Nababan,S.Th,M.Pd.K)

No comments:

Post a Comment