MEMBANGUN SPRITUALITAS PELAYAN
Latar Belakang Pentingnya
Spritualitas
Beberapa
tahun belakangan ini spiritualitas mulai berkembang, khususnya dalam kehidupan
pribadi, meski harus berhadapan dengan arus nilai-nilai lain yang cenderung
menekankan pada perolehan materi. Akan tetapi, ketika berada dalam dunia kerja seseorang
yang mengembangkan spiritualitas seringkali terbentur dengan batasan manajemen
dan organisasi klasik yang memandang manajer sebagai alat perusahaan untuk memperoleh
materi sebagai tujuan akhir dan diharapkan untuk dapat mengontrol karyawannya.
Akibat sistem manajemen yang cenderung bukan mengenai orang tertentu dan
konsumerisme yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, banyak orang kehilangan makna
dari pekerjaannya dan mendambakan untuk menemukan kembali makna pekerjaan.
Banyak
orang di tempat kerja merasa butuh menemukan kembali apa yang mereka rawat
dalam hidup ini dan mencoba menemukan pekerjaan yang disukainya. Orang-orang
berusaha menemukan makna pekerjaan dengan mencari suatu cara untuk lebih
menjadi diri sendiri dalam melakukan sesuatu. Menemukan makna pekerjaan
merupakan fokus dari spiritualitas. Hal ini mendorong perusahaan untuk lebih
peduli terhadap kesejahteraan fisik, emosi, dan spiritual karyawan secara
menyeluruh.
Dimensi
spiritualitas manusia semula kurang dapat diterima dalam dunia kerja. Laabs
(1995) mengatakan bahwa spiritualitas adalah suatu bagian yang penting dari
setiap diri manusia, tetapi hal ini bukan sesuatu yang dapat diekspresikan oleh
karyawan dalam perusahaan tradisional melainkan lebih nampak dan lebih
terbentuk pada perusahaan di era milenium baru.
Pada
masa sekarang penolakan dunia kerja terhadap dimensi spiritual manusia telah
berkurang. Gerakan spiritualitas di tempat kerja mulai tampak di beberapa negara
seperti di negara Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari merebaknya publikasi
tertulis (jurnal cetak maupun online, buku) dan konferensi-konferensi dengan
tema spiritualitas di tempat kerja (Widyarini, 2008). Hal ini mendapatkan
perhatian dari perusahaan Amerika karena pengetahuan tentang memelihara jiwa di
tempat kerja adalah suatu hal yang memberi dampak baik untuk bisnis.
Beberapa
alasan perusahaan atau organisasi mulai mengembangkan minat dalam spiritualitas
di tempat kerja. Alasan tersebut antara lain:
1.
Banyaknya
orang yang percaya bahwa downsizing, reengineering, dan pemberhentian karyawan atau
pegawai telah mengubah tempat kerja orang Amerika menjadi lingkungan yang para pekerjanya
kehilangan semangat, dan mengakibatkan pertumbuhan tingkat gaji menjadi tidak
seimbang.
2.
Tekanan
kompetisi global juga telah membuat pemimpin perusahaan berpikir bahwa kreativitas
karyawan dibutuhkan untuk mengekspresikan diri secara penuh dalam bekerja dan
hal ini hanya akan terjadi jika pekerjaan tersebut dirasa bermakna bagi
karyawan.
3.
Tempat
kerja menyediakan satu-satunya jaringan komunikasi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan hubungan dan kontribusi.
4.
Adanya
rasa penasaran akan budaya dan filosofi timur, seperti filosofi budha yang
menganjurkan meditasi dan menekankan nilai-nilai seperti loyalitas terhadap
kelompok dan menemukan pusat spiritual seseorang dalam tiap kegiatan mulai diterima
oleh perusahaan global.
5.
Bertambahnya
kekhawatiran orang terhadap ketidakpastian dalam hidup – kematian –ada
peningkatan minat dalam mempertimbangkan makna hidup.
Beberapa
alasan di atas memperlihatkan bahwa pengembangan dan pengekspresian dari
spiritualitas di tempat kerja dapat memberi keuntungan untuk organisasi. Saat
ini semakin banyak karyawan mengembangkan spiritual di tempat kerja sebagai
cara untuk menambah loya
litas
dan meningkatkan semangat juang (USA Today, May 4, 1998 dalam Ashmos 2000). Walaupun
spiritualitas merupakan hal barudi tempat kerja, tapi bukan hal baru di tempat
lain. Semua tradisi religius menyarankan hidup yang menyeluruh, dimana
pencarian akan makna dan tujuan hidup serta menjalani hidup secara harmoni
dengan orang lain adalah suatu hal yang penting dan mendasar. Spiritualitas di
tempat kerja bukanlah tentang agama atau perubahan, atau tentang membuat orang
untuk menerima sistem kepercayaan tertentu melainkan tentang karyawan yang
mengerti bahwa dirinya adalah makhluk spiritual yang jiwanya memerlukan
”makanan” di tempat kerja serta mengenai pengalaman akan tujuan dan makna dalam
pekerjaan mereka (Ashmos,2000). Spiritualitas di tempat kerja adalah tentang
pekerjaan yang lebih bermakna, tentang hubungan antara jiwa dan pekerjaan.
Pengertian Umum Spritualitas
Kata
spiritualitas, seringkali di artikan oleh orang Kristen dengan
sederhana, yaitu menyangkut doa, ibadah, puasa, hidup baik atau moralitas
belaka. Namun sebenarnya spiritualitas tidak sesempit arti
tersebut. Spiritual menyangkut segenap aspek kehidupan manusia. Meskipun
diakui bahwa istilah spiritualitas selalu berkonotasi atau mengarah
kepada satu bentuk disiplin religius tertentu, namun tidak selamanya diartikan
sebagai demikian.
Kamus
bahasa Indonesia mendefinisikan spiritual atau spiritualitas adalah
sesuatu yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani atau batin).
Sedangkan kamus bahasa Indonesia moderen mendefinisikan
spiritualitas sebagai suatu keadaan, ciri atau kerohanian.
Dan kamus Webster mengartikan spiritualitas; Spiritual nature,
character or quality; spiritual mindedness opposed to worldlenness and
sensuality. Sedangkan Sandra Scneiders mendefinisikan
spiritual sebagai berikut: “Spiritualitas as lived experience can be defined
as conscious involvement in the project of life integration throught self
transcendence toward the ultimate value one perceives.”
Spritualitas
adalah hubungan yang pribadi dari seseorang dengan Tuhan yang disembahnya yang
perwujudanya mempengaruhi sikap dan perbuatan orang tersebut dalam
kehidupannya. Kata Spritual berasal dari kata spirit atau roh. Dalam bahasa
Inggris spiritual disebut dengan kata spirituality dan dalam bahasa Latin
disebut dengan spritualitas yang berarti daya kekuatan atau Roh yang
menghidupkan atau menggerakan dan memberi daya tahan kepada seseorang atau
kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan dan mewujudakan kehidupan. Kata
spirit juga merupakan istilah untuk menjuluki energy yang kasat mata dan tak
berbentuk yang merupakan sumber dan nutrisi kehidupan di planet ini. Kekuatan itu
bisa memecahkan setiap masalah yang kita hadapi.
Spritual
juga dipahami sebagai hal yang tidak bersifat jasmani (immaterial) dan terdiri
dari roh. Spritualitas mengacu kepada nila-nilai kemanusiaan yang non material
seperti keindahan, kebaikan, cinta, kebenaran, belakasih, kejujuran, dan kesucian.
Spritualitas juga menunjuk pada kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi (mental,
intelektual, estetik, religious) dan nilai-nilai pikiran serta mengacu ke
perasaan dan emosi-emosi religious, dan estetik.
Dalam
pengertian lebih luas dapat dikatakan bahwa spritualitas terwujud dalam
kehidupan sosial budaya, ekonomi dan politik. Spritualitas merupakan kesadaran
dan sikap hidup dari manusia. Spritualitas merupakan kesadaran dan sikap hidup
dari manusia untuk tahan uji dan bertahan mewujudkan tujuan dan pengharapannya. Oleh karena itu
spritualitas dapat menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi kekuatiran,
kejenuan dan kesepian. Spritulitas juga dapat menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi penganiayaan, kesulitan,
penindasan dan kegagalan yang dialami oleh orang ataupun kelompok yang sedang
mewujudkan tujuan hidupnya.
Spritualitas
juga bukan hanya seketar pemujaan terhadap Tuhan dan bukan hanya sekedar
pemujaan terhadap Tuhan dan bukan merupakan tardisi kekal masa lampau yang
sangat kaku, tetapi spritualitas harus dicipta,
bukan diulang, sebab zamanlah yang melahirkannya. Spritualitas harus
bersentuhan langsung dengan kenyataan hidup sehari-hari.
Pengertian Alkitabiah tentang
Spritualitas
Spiritualitas sendiri
berasal dari akar kata spare (Latin) yang memiliki arti: menghembus,
meniup, mengalir. Dari kata kerja spare terjadi pembentukan kata benda
spiritus atau spirit, yang memiliki arti: hembusan, tiupan,
aliran udara. Kata itu kemudian mengalami perkembangan arti menjadi: udara,
hawa yang dihisap, nafas hidup, nyawa roh, hati, sikap, perasaan, kesadaran
diri, kebesaran hati, keberanian.
Dalam Alkitab, spirit ditulis
dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani). Arti
kata ruakh atau pneuma dalam Alkitab adalah “nafas atau udara
yang menggerakkan dan menghidupkan”. Pengertian ini sama dengan pengertian
spirit yang sering kita pakai sesehari, yaitu ‘semangat’. Semangat atau spirit
yang kita butuhkan untuk bergerak dan hidup. semangat atau spirit ini hanya
kita miliki di dalam Holy Spirit (Roh Kudus).
Jadi, dari kata itu sendiri,
spiritualitas dapat dipahami sebagai sumber semangat untuk hidup, bertumbuh,
dan berkembang dalam semua bidang kehidupan di dunia ini, baik secara pribadi
maupun bersama orang lain, yang kita peroleh di dalam perjumpaan dengan Allah,
sesama dan diri sendiri.
Alkitab
memuat banyak hal mengenai spritualitas. Oleh karena itu Alkitab adalah sarana
bagi orang percaya untuk mengenal lebih dalam spritualitas Kristen. Karena,
spritualitas Kristen merupakan sikap hidup yang berbuahkan kasih, sukacita,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesuskaan, kelemahlembutan,
dan penguasaan diri. Spritualitas Kristiani itu adalah ungkapan sikap hidup
yang selalu berkarya, karena dengan berkarya itulah hidup orang Kristen
menghidupkan orang lain serta membawakan kebaikan bagi semua orang yang pada
dasarnya adalah sesama ciptaan Tuhan.
Praktek Spritualitas dalam Kekristenan
Praktik
spiritual merupakan cara untuk membuat hidup bekerja di tingkat yang lebih
tinggi dan cara untuk menerima bimbingan dalam menangani masalah.Sehingga
dibuat sebuah rumusan untuk meningkatkan spiritual yang melalui: berserah diri,
kasih, tak terbatas, pikiran kosong, kemurahan hati dan rasa syukur,
keterhubungan dan keceriaan.
Stuart
mengemukakan bahwa sejarah agama tradisi telah mencatat bahwa setiap orang
merindukan seuatu perubahan atau pemahaman lengkap tentang dirinya sendiri dan
tempat mereka di dunia sehingga memerlukan latihan dan kedisiplinan rohani
untuk hal ini maka seseorang perlu mencari pembimbing rohani (guru spiritual)
yang dapat membimbingnya dalam peningkatan kehidupan rohaninya.
Terdapat
pula pemahaman yang salah mengenai spritualitas, dimana spritualitas dipahami
sebagai pemisah hitam dan putih yang diterapkan dengan cara memisahkan aspek
kehidupan rohani dan aspek jasmani. Dalam hal ini aspek rohani lebih
ditonjolkan dengan anggapan bahwa aspek rohanilah yang berhubungan dengan
spritualitas. Sehingga spritualitas dipahami sebagi media untuk memperkaya
kerohanian manusia dan akhirnya aspek jasmani diabaikan dalam kehidupan
manusia.pemahaman ini membuat spritualitas mengalami privasi yang secara hanya
mempersoalkan keselamatan jiwa setiap individu. Pemahaman seperti ini tidak
terpat karena spritualitas yang benar adalah spritualitas yang berorientasi
pada roh kudus, yang justru menggiring manusia memasuki wilayah kemanusiaannya
sendiri.
Wayne
menekankan spritualitas tidak sama dengan religious. Spritualitas berasal dari
dalam, hasil dari pengenalan, penyadaran dan penghormatan sementara religi
terlalu bersifat ortodoks, berisi aturan dan kitab suci bersejarah yang
dilestarikan manusia dalam jangka waktu yang lama sehingga itu lebih merupakan
kebiasaan atau adat belaka.
Kekristenan
juga mengenal istilah spritualitas. Pada umunya orang Kristen mengartikan
spritualitas sebagai sikap atau kesetaraan batin. Spritualitas adalah
keterarahan batin dalam sikap yang kita mabil. Spritualitas merupakan suatu
keterarahan yang mengandung cita-cita yang menjiwai seluruh diri, seluruh cara
bersikap dan bertindak seseorang, dengan kata lain spritualitas itu sama dengan
iman yang sadar. Oleh karena itu dasar spritualitas bagi orang Kristen adalah
Roh Allah itu sendiri. Orang Kristen percaya bahwa Roh Allah dan Roh Kudus
tinggal dalam semua orang beriman (2 Tim 1:14).
Spritualitas
umat Kristen merupakan sebua doa dan kehidupan di dalam Yesus Kristus. Dalam hal
ini roh manusia ditopang, digenggam dan diubah oleh roh kudus. Hal ini juga
merupakan merupakan pencarian dari seorang percaya pada suatu persekutuan untuk
sebuah anugerah keselamatan.
Spritualitas
adalah hidup berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan secara metodis mengembangkan
iman, harapan, dan cinta kasih atau sebagai usaha mengintegrasikan segala segi
kehidupan kedalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus
Kristus atau sebagai pengalaman iman Kristiani dalam situasi konkreat
masing-masing orang. Eka Darmaputera mengatakan bahwa pada hakekatnya
spritualitas adalah jiwa, roh, sumber dinamika dari sebuah agama. Dengan demikian
spritualitas adalah karya Allah pada manusia dengan pemberian iman.
Spritualitas merupakan hubungan yang intim dengan Allah. Oleh karena itu iman
merupakan penggerak kehidupan bagi orang yang percaya/mengimaniNya.sehingga
melalui pengimanan kepada Allah maka dengan sendirinya orang tersebut akan
menjadi pribadi yang lebih baik.
Andar Ismail dalam buku Selamat Menabut
menuliskan, “Spiritualitas adalah kualitas hidup seseorang sebagai hasil dari
kedalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh. Spiritualitas juga adalah
gaya hidup sehari-hari yang merupakan buah dari hubungan kita dengan Yesus,
kedekatan atau keakraban hubungan kita dengan Yesus secara transenden yang
ditampakkan dalam sikap hidup kita terhadap orang-orang yang adalah imanensi
atau perwujudan kehadiran Yesus.”
(Pdt.Anry Krismanto Nababan,S.Th,M.Pd.K)
No comments:
Post a Comment