“PELAYANAN DALAM PENDERITAAN”
Kolose
1:24-29
Setiap
umat manusia yang merupakan umat tebusan Allah melalui Yesus Kristus telah
dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang yang ajaib. Terpanggil menjadi
orang-orang yang hidup di dalam terang dan menjadi berkat. Sebagai kaum muda
kita terpanggil menjadi pelayan terlebih menjadi berkat dimanapun kita berada.
Seorang Pelayan berarti tugasnya melayani, lalu apakah arti dari melayani? Kata
melayani digunakan oleh Perjanjian Baru juga
dalam banyak arti. Ada empat macam kata yang digunakan dalam bahasa
aslinya yaitu diakoneo, deuleo,
leitourgeo, dan latreuo.
Diakoneo berarti
menyediakan makanan di meja untuk majikan. Orang yang melakukannya disebut diakonos dan pekerjaannya disebut diakonia (Luk.17:8). Kata diakoneo
berarti menggunakan karisma yang ada pada kita untuk kepentingan dan kebaikan
orang lain.
Douleo adalah menghamba
yang dilakukan seorang doulos (budak).
Paulus memakai kata itu untuk menggambarkan bahwa kita yang semula menghamba
pelbagai kuasa jahat, dibebaskan oleh Kristus supaya kita bisa menghamba kepada
Kristus (Gal.4:1-11).
Leitourgeo berarti bekerja
untuk kepentingan rakyat atau kepentingan umum sebagai lawan dari bekerja untuk
kepentingan diri sendiri. Orang yang berbuat itu disebut leitourgos dan pekerjaan luhur itu disebut leitourgia.
Latreuo berarti bekerja
untuk mendapat latron yaitu gaji atau
upah. Latreia juga bisa berarti pemujaan untuk para dewa. Di Perjanjian Baru
kata ini digunakan dalam arti menyembah atau beribadah kepada Tuhan (Mat.
4:10).
Berbagai
kata ini digunakan oleh gereja abad pertama dengan arti melayani, mengabdi atau
menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain, atau pola hidup yang bukan lagi
hidup untuk diri sendiri. Apa sebabnya kita didorong untuk melayani Tuhan dan
orang lain? Dasarnya adalah karena Yesus sendiri sudah melayani kita. Seluruh
hidup Yesus selama 33 tahun ditandai oleh jiwa melayani. Tujuan hidupNya
bukanlah dilayani melainkan melayani. Untuk itu kita dapat melihat pengertian
melayani adalah mengosongkan diri dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah
kepentingan Tuhan dan kepentingan orang lain. Ini sungguh bertolak belakang
dengan jalan hidup yang lazim dimana orang justru mengutamakan kepentingan diri
sendiri.
Dalam
zaman yang mementingkan kesenangan ini, banyak orang berpikir bahwa orang
beriman semestinya tidak mengalami penderitaan. Namun menurut penulis George
MacDonald, "Anak Allah telah menderita hingga mati. Bukan berarti manusia
tidak mungkin menderita, tetapi mereka bisa mengalami penderitaan seperti yang
dialami-Nya." Dalam Kolose 1:24, Rasul Paulus berkata bahwa
penderitaan-penderitaannya menggenapkan "apa yang kurang pada penderitaan
Kristus." Ini bukan berarti bahwa kematian Kristus tidak cukup untuk
menyelamatkan kita. Ia menyatakan bahwa menderita bagi Tuhan adalah bagian dari
mengikut Dia. Selama kita hidup untuk Kristus dan menyatakan pengurbanan-Nya
pada dunia yang terhilang, kita akan mengalami penderitaan. Betapa menakjubkan
teladan Rasul Paulus bagi kita! Ia tidak mengasihani diri sendiri, tapi justru
bersukacita dalam penderitaannya bagi Kristus dan pengikut-pengikut-Nya. Ia
tahu bahwa kesakitan dan penderitaannya tidaklah terlalu besar jika
dibandingkan dengan hak istimewa yang ia terima untuk menjadi berkat bagi orang
lain.
Banyak
tantangan, rintangan dan kesulitan yang akan datang menghadang ketika kita akan
tampil beda sebagai pengikut Kristus yang sejati. Pemberitaan tentang Kristus
memiliki konsekuensi yang harus kita tanggung, namun sesulit apapun itu selama
bersama Yesus kita pasti dapat melewatinya karena panggilan untuk melayani
Kristus mencakup panggilan untuk menderita bagi Kristus.
No comments:
Post a Comment