Tuesday, 31 January 2017

KAMULAH SAKSIKU Jesaya 43: 8-21



KAMULAH SAKSIKU”

Pengantar
Kawula muda yang dikasihi Kristus, apakah kamu pernah menjadi saksi dalam sebuah pengadilan? Atau paling tidak menjadi saksi dalam sebuah perkumpulan? Dalam komunitas terkecil, seperti keluarga, pasti kita pernah menjadi saksi, mungkin saksi untuk adik atau kakak kita. Dengan demikian, apakah fungsi saksi? Dan bagaimana seharusnya dia menjadi saksi?
Saksi seharusnya memiliki pengetahuan terhadap orang atau sesuatu yang akan dipersaksikannya. Jika tidak, maka kesaksiannya dianggap tidak benar. Dengan demikian orang yang menjadi saksi harus benr-benar “mengenal” apa yang akan disaksikannya. Saksi sangat menentukan dalam sebuah pengungkapan kebenaran. Memang, ada yang mengucapkan saksi dusta, dan ada yang mengucapkan saksi sebenarnya. Kita boleh berkata, bahwa kita kecewa karena saksi yang disampaikan oleh seseorang tidak benar, dan hal itu semakin memberatkan menuju sebuah kebenaran. Akan tetapi, kita patut bersyukur, dalam 5 tahun belakangan ini, saksi-saksi dusta semakin tidak berdaya dalam pengadilan-pengadilan di Indonesia. Meskipun demikian, menjadi saksi tetap dihindari oleh kebanyakan orang, karena ketika seseorang menjadi saksi, maka harus berurusan dengan dunia hukum, waktunya boleh jadi terkuras oleh karena harus menghadiri berbagai tahap pengadilan. Dengan kata lain, menjadi saksi itu sulit dan memberatkan.
Demikian dalam nas ini, menjadi saksi akan keberadaan Allah itu sangat berat, terutama ketik bangsa itu masih ada di dalam pembuangan Babel, masih dijajah oleh bangsa lain. Menjadi saksi itu butuh perjuangan, karena dengan demikian ia harus menghadapi orang-orang yang lebih berkuasa yang tidak seturut dengan yang akan disaksikannya. Menjadi saksi Allah memiliki resiko penderitaan.
Satu hal yang unik dalam nas kita, bahwa Allah sendiri yang meminta kita menjadi saksi. Dia sendiri juga yang memberitahuan siapa Dia sebenarnya, dan hal itulah yang perlu disaksikan. Seharusnya tidak ada lagi keraguan bagi seseorang untuk menjadi saksi karena orang tersebut sudah mengenal dengan baik tentang yang disaksikannya oleh karena yang disaksikannya sendiri yang memberitahukan tentang dirinya. Artinya, Allah sendiri yang menjamin kita sebagai saksiNya.
Dalam nas kita jelas dituliskan bahwa Allah menyatakan diriNya sebagai “Aku, Akulah Tuhan”, demikian seterusnya, Dia menyebutkan banyak hal tentang diriNya. Dengan kata lain, Allah bukanlah hasil bentukan pikiran manusia, bukanlah hasil buatan manusia, sehingga manusia menyaksikannya, namun Allah-lah yang menyatakan dirinya di luar pikiran manusia, dan Allah sendiri yang memilih bangsaNya menjadi saksiNya. Jika kita urutkan kesiapaan Allah melalui perbuatan-perbuatanNya dalam nas ini, maka kita akan melihat betapa luar biasa yang dilakukan Allah, bahkan di luar yang kita duga.
Demikian juga dalam hidup kita, sebagai pemuda/i, tentu kita dapat menjadi saksi atas perbuatan Allah melalui apa yang kita saksikan selama ini. Melalui masa kanak-kanak, masa remaja hingga pemuda/i, masa sekolah atau bekerja, dan masih banyak hal yang boleh kita ungkapkan tentang kebesaran Allah. Namun, apakah kita menyadarinya memang sebagai yang berasal dari Allah? Atau kita menganggap apa yang ada pada kita atau terjadi selama hidup kita sebagai usaha kita sendiri?

No comments:

Post a Comment