Surat-surat Pastoral
I Timotius
I Timotius
A. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini merupakan surat yang berasal dari
Paulus, dan ditujukan kepada Timotius (1:1). Paulus berjumpa pertama kali
dengan Timotius pada saat Paulus mengunjungi Listra dan Derbe. Timotius adalah murid
dari Paulus, dimana Ibunya adalah seorang Yahudi yang telah menjadi seorang
yang percaya, dan Ayahnya adalah seorang Yunani (Kisah Para Rasul 16:1). Paulus
menunjukkan rasa sayangnya kepada Timotius dengan penggunaan kata “anakku”
di dalam surat yang ditujukan kepada Timotius (1:2).
Surat yang diberikan Paulus kepada Timotius
bukanlah tanpa tujuan, namun Paulus mengetahui bahwa keadaan jemaat yang ada di
Efesus sedang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran sesat (1:3), dimana ajaran
tersebut merupakan campuran dari ajaran Yahudi dan Non-Yahudi. Ajaran tersebut
juga menyampaikan mengenai keselamatan yang sebenarnya dapat diperoleh dari
orang-orang yang memiliki pengetahuan, dan menaati peraturan seperti yang
dilakukan oleh orang Yahudi, yaitu tidak kawin, pantangan terhadap beberapa
makanan, dan sunat. Paulus juga menyampaikan mengenai peribadahan dan mengajar
Timotius untuk menjadi seorang hamba yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan
mampu mengurus jemaat secara adil.
Paulus
menyampaikan tanggapannya mengenai ajaran sesat yang berkembang di
tengah-tengah jemaat (1:3-11). Paulus meminta kepada Timotius untuk tinggal di
Efesus dan memperingati jemaat di situ (1:3), dimana tujuan dari nasihat
tersebut adalah demi kasih yang suci dan iman yang tulus ikhlas (1:5). Namun
banyak orang yang tidak mencapai tujuan dari nasihat-nasihat tersebut, dan
bahkan mereka menjadi pengajar hukum Taurat
(1:7-11). Jemaat ini digambarkan sebagai jemaat yang masih terpengaruh
dengan tradisi dan kebudayaan, dimana mereka masih mempercayai mitos-mitos yang
ada (1:4).
Pada pembukaan surat ini, Paulus tetap
mengucapkan rasa syukurnya atas Kasih Karunia Allah dimana dia dikuatkan dan
kesetiaannya masih terjaga, dan dia yang dulu adalah orang jahat yang mengejar
pengikut Kristus dan setelah bertoba kini telah menjadi hambaNya (1:12-17). Hal
ini disampaikan Paulus untuk menguatkan jemaat yang sedang dipengaruhi
ajaran-ajaran yang sesat, dan Paulus berharap agar mereka mencontoh apa yang
telah diperbuat olehnya. Paulus juga memberikan tugas pada Timotius untuk
memperjuangkan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni (1:18-20).
Pada surat ini, Paulus memberikan
nasihat-nasihat yang bertujuan untuk menguatkan jemaat dan berpegang teguh pada
iman kepada Tuhan melalui Yesus Kristus. Paulus menasihati jemaat mengenai doa
mereka (2:1-7), dimana pada saat itu jemaat hanya memikirkan diri sendiri,
sehingga Paulus menyarankan mereka untuk mengadakan doa syafaat yang juga
diperuntukkan terhadap raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kehidupan yang
tenang dan tenteram dapat tercapai (2:1-2).
Nasihat yang diberikan Paulus mengenai sikap
orang laki-laki dan perempuan dalam ibadah jemaat berisikan cara berdoa
laki-laki dengan menadahkan tangan yang suci (2:8), dan perempuan untuk
berdandan dengan sopan dan sederhana, tidak memakai perhiasan ataupun
bermewah-mewah (2:9). Paulus juga
menasihati perempuan untuk patuh terhadapa ajaran Kristus, dan Paulus tidak
mengizinkan para perempuan untuk mengajar dan memerintah laki-laki (2:10-12). Argument
Paulus diperkuat dengan menyampaikan kisah penciptaan Hawa yang terjadi setelah
Adam diciptakan, dan mengenai Hawa yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa terlebih
dahulu (2:13-14). Dan Paulus menyatakan bahwa perempuan akan diselamatkan
karena melahirkan dan bertekun pada iman, kasih dan pengudusan (2:15). Hal ini
mungkin disampaikan Paulus karena para perempuan di jemaat telah bertindak
tidak sopan dan binal sehingga merusak iman jemaat tersebut.
Pada pasal 3, Paulus menyampaikan
syarat-syarat bagi para “penilik jemaat” dan para “diaken”, yaitu:
a. Penilik Jemaat (3:1-7)
-
Seorang yang tak bercacat
-
Suami dari satu isteri
-
Dapat menahan diri
-
Bijaksana
-
Sopan
-
Penolong
-
Cakap mengajar orang
-
Bukan peminum
-
Bukan pemarah
-
Peramah
-
Pendamai
-
Bukan hamba uang
-
Seorang kepala keluarga yang baik
-
Disegani
-
Dihornati
-
Bukan seorang yang baru bertobat
-
Mempunyai nama baik di luar jemaat
b. Diaken (3:8-13)
-
Seorang yang terhormat
-
Jangan bercabang lidah
-
Jangan penggemar anggur
-
Jangan serakah
-
Memelihara iman yang suci
-
Seorang yang tak bercacat
-
Jangan pemfitnah
-
Dapat menahan diri
-
Dapat dipercaya dalam segala hal
-
Memiliki satu isteri
-
Mengurus keluarganya dengan baik
Hal ini disampaikan Paulus agar jemaat Allah
memiliki penopang kebenaran yang dapat
membantu jemaat dalam mempertahankan iman kepada Yesus Kristus (3:14-16).
Paulus
menyampaikan tugas Timotius dan mempertegasnya, dimana Timotius ditugaskan
untuk menghadapi para pengajar sesat yang telah mempengaruhi jemaat. Paulus
telah mengetahui bahwa ajaran tersebut telah menyesatkan para jemaat dengan
membuat peraturan yang hampir sama dengan aturan-aturan dari orang-orang Yahudi
(4:1-5). Oleh karena itu, Paulus menekankan kepada Timotius untuk memberitakan
dan mengajarkan kebenaran yang daripada Allah (4:6-16). Mengingat umur Timotius
yang masih tergolong muda, Paulus menguatkan hati Timotius dengan menuliskan
(4:12):
“Janganlah
seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”
Paulus juga
menasihati Timotius agar dalam pelayanannya dia tidak menjadi orang yang keras
tetapi menegor mereka yang berbuat salah sebagai saudara (5:1-2).
Paulus menasihati jemaat untuk
menghormati para janda (5:3-16). Dia juga menetapkan peraturan mengenai janda,
dimana yang didaftar sebagai janda adalah mereka yang berumur tidak kurang dari
60 tahun, hanya satu kali menikah, dan yang terbukti melakukan pekerjaan yang
baik. Dan Paulus mengatakan untuk menolak pendaftaran janda yang lebih muda.
Paulus menekankan bagi mereka yang memliki anggota keluarga yang telah menjadi
janda untuk membantu janda tersebut (5:9-16).
Paulus menyampaikan beberapa
petunjuk dan nasihat. Nasihat tersebut adalah untuk menghormati para penatua yang
baik dalam kepemimpinannya dan mengenai pelayanan yang dikehendaki Tuhan
(5:17-21). Nasihat yang lain adalah mengenai kehidupan jemaat agar memikirkan
segala sesuatunya sebelum bertindak dan agar memegang teguh iman kepada Yesus
Kristus (5:21-6:2a). Paulus juga menyampaikan peringatannya terhadap tindakan
yang suka berdusta dan menjadi hamba uang (6:2b-10). Perlu diketahui bahwa
dalam surat ini Paulus juga menyampaikan keinginannya untuk mengunjungi mereka
(3:14).
Pada bagian penutup, Paulus
menyampaikan pesannya kepada jemaat untuk menjauhi kejahatan dan menuruti
perintah Tuhan yang adalah kebenaran sejat. Paulus juga memperingati mereka
untuk memegang teguh iman mereka agar tidak mudah goyah oleh karena
ajaran-ajaran yang datang dan menyimpang dari iman kebenaran yang dari pada
Allah (6:11-21). I Timotius 6:21b: “Kasih karunia Allah menyertai kamu!”.
Titus
B.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
merupakan surat dari Paulus yang ditujukan kepada Titus yang adalah teman
sekerja Paulus (1:1-4). Surat ini ditulis oleh Paulus kepada Titus karena dia
sedang melayani di Kreta, dan surat ini bukan hanya kepada Titus saja, namun
kepada jemaat yang berada di sana. Paulus mempercayai Titus untuk melayani di
Kreta karena Titus adalah seorang yang setia dan taat pada perintah-perintah
Allah. Surat ini kemungkinan dikirim dari Nikopolis, karena pada saat itu
Paulus berada di Nikopolis (3:12).
Pada saat itu Paulus sedang mengadakan
perjalanan, dan ketika mereka berada di Kreta Paulus meninggalkan Titus di sana
dan mempercayakannya untuk melakukan tugas pelayanannya. Hal ini dilakukan
Paulus karena jemaat di Kreta masih perlu diperhatikan, dimana mereka masih
belum dapat mandiri dan kehidupan mereka sangat kacau. Paulus memerintahkan
Titus untuk menetapkan “penatua-penatua” di setiap kota dan para “penilik jemaat” (1:5-9), dan Paulus
menetapkan syarat-syarat untuk menjadi penopang jemaat, yaitu:
a. Penatua
-
Seorang yang tak bercacat
-
Mempunyai satu isteri
-
Anak-anaknya hidup beriman
-
Tertib
b. Penilik Jemaat
-
Seorang yang tidak bercacat
-
Tidak angkuh
-
Bukan pemberang
-
Bukan peminum
-
Bukan pemarah
-
Tidak serakah
-
Suka menolong
-
Suka akan yang baik
-
Bijaksana
-
Adil
-
Saleh
-
Dapat menguasai diri
-
Berpegang pada kebenaran
-
Sesuai dengan ajaran yang sehat
-
Sanggup menasihati orang-orang
-
Sanggup meyakinkan penentangnya
Hal ini
dilakukan Paulus karena jemaat di Kreta sudah banyak yang berpaling kepada
hukum Taurat. Mereka menjadi penyesat
bagi orang yang ada di sekitarnya. Paulus memerintahkan Titus untuk
memperingati mereka dan mengajarkan apa yang benar di mata Allah, karena mereka
telah mengajarkan banyak hal-hal yang sesat demi keuntungan diri sendiri, dan
bahkan mereka mengaku mengenal Allah tetapi perbuatan mereka menyangkal Dia
(1:10-16).
Paulus juga menyampaikan mengenai
kewajiban orang tua, pemuda dan hamba agar kehidupan jemaat dapat menjadi lebih
baik dan berkenan di hadapan Allah (2:1-10). Kewajiban yang harus dijalankan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laki-laki Tua
-
Hidup sederhana
-
Terhormat
-
Bijaksana
-
Sehat dalam iman
-
Sehat dalam kasih
-
Hidup sehat dalam ketekunan yang
sungguh-sungguh
b. Perempuan Tua
-
Hidup sebagai orang-orang beribadah
-
Jangan memfitnah
-
Jangan menjadi hamba anggur
-
Cakap mengajarkan hal-hal baik
-
Mendidik perempuan muda
-
Mengasihi suami dan anak-anaknya
-
Hidup bijaksana
-
Hidup suci
-
Rajin mengatur rumah tangganya
-
Baik hati
-
Taat pada suami
c. Orang-orang
Muda
-
Mampu menguasai diri
-
Menjadi teladan
-
Berbuat baik
-
Jujur
-
Bersungguh-sungguh dalam pengajaran
-
Sehat dan tidak bercela
d. Hamba-hamba
-
Taat kepada tuannya
-
Jangan membantah
-
Memuliakan ajaran Allah
-
Selalu tulus dan setia kepada Tuhan Allah
Dalam surat ini
Paulus juga mengatakan bahwa kasih karunia Allah akan menyelamatkan semua
manusia, dimana Dia telah mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan segala
kefasikan dan segala kejahatan. Paulus juga menyatakan bahwa Kasih Allah telah nyata
dari AnakNya, yaitu Yesus Kristus sang Juruselamat yang telah membebaskan
manusia dari kuasa dosa (2:11-14). Paulus memerintahkan Titus untuk
memberitakan hal tersebut dan meyakinkan semua orang akan kebenaran tersebut
(2:15).
Pada bagian
akhir, Paulus menyampaikan pesan terakhirnya kepada Titus, yaitu untuk
mengingatkan jemaat di Kreta untuk tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang
berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Paulus juga
mengatakan kepada Titus untuk selalu mengingatkan mereka akan adanya Yesus sang
Juruselamat, dan menjauhkan diri dari ajaran sesat, terkhusus ajaran hukum
Taurat yang menjadi sebuah pertengkaran di tengah-tengah mereka (3:1-11).
Paulus berpesan
kepada Titus untuk segera datang kehadapannya, yang pada saat itu sedang berada
di Nikopolis, setelah dia mengirim Artemas dan Tikhikus ke Kreta (3:12). Paulus
juga mengatakan untuk menolong Zenas, ahli Taurat itu, dan Apolos. Dan Paulus
berharapa agar Titus mengajarkan orang-orang mereka untuk mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri sehingga mereka mampu berbuah (3:13-14). Pada bagian
penutup surat, Paulus menyampaikan salamnya dan salam dari orang-orang yang ada
bersama-sama dengannya (3:15).
II Timotius
C. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
merupakan surat dari Paulus yang ke-dua kepada Timotius (1:1-2). Dalam bagian
pembukaan surat ini Paulus menyampaikan kata-kata berkat seperti biasanya
(1:2). Surat ini berisikan nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius yang adalah
teman sekerja Paulus dalam memberitakan Injil walaupun usianya masih tergolong
muda. Paulus menasihati Timotius untuk tabah dalam pelayanannya dan mecontoh
kehidupan dari Paulus dalam memberitakan Injil.
Paulus
menyampaikan rasa syukurnya atas ketekunan dari cucu Lois dan anak dari Eunike
(1:5), yaitu Timotius, dalam tugas pelayanannya. Paulus juga mengucap syukur
karena keikhlasan dari iman Timotius yang teguh terhadap Yesus Kristus. Paulus
juga menyampaikan kepada Timotius untuk mau menderita seperti dirinya demi
jalannya pemberitaan Injil (1:8). Surat ini diberikan ketika Timotius berada di
Asia Kecil (1:15) dan Paulus mengetahui bahwa banyak jemaat di Asia Kecil yang
telah berpaling dari ajarannya seperti, Figeleus dan Hermogenes (1:15), namun
masih ada yang tetap berpegang teguh terhadapa ajaran dari Paulus, yaitu
Onesiforus yang mau menemui Paulus yang sedang berada di Penjara Roma, dan dia
sudah banyak melakukan pelayanan di Efesus (1:16,18).
Hal tersebut
disampaikan Paulus adalah untuk mendorong Timotius agar tetap bersemangat dalam
menjalankan tugas pelayanannya dan tetap tabah dalam semua penderitaan yang
akan dihadapinya oleh karena kebenaran (1:3-18). Paulus dengan jelas menyatakan
bahwa penderitaan akan selalu datang bagi orang-orang yang memberitakan Injil
kebenaran, oleh karena itu Paulus mengajak Timotius untuk mempersiapkan hatinya
agar tahan dalam penderitaan, seperti yang telah dilakukan oleh Paulus.
Paulus
mengatakan kepada Timotius untuk tetap menjadi pribadi yang kuat, dan mengajak
Timotius untuk bersama-sama menderita. Paulus menyarankan kepada Timotius untuk
melakukan pendelegasian tugas dalam memberitakan Injil dengan orang-orang yang
dapat dipercaya dan cakap dalam mengajar (1:2). Untuk memperkuat argumentnya
Paulus mencontohkan seorang prajurit yang menderita untuk memperjuangkan
kebenaran (2:3-4), seperti seorang olahragawan yang memperoleh mahkota sebagai
juara (2:5), dan seperti seorang petani yang bekerja keras (2:6). Dan Paulus
mencontohkan dirinya yang dibelenggu seperti seorang penjahat hanya oleh karena
memberitakan Injil (2:8-12).
Paulus
memberikan nasihatnya kepada Timotius dalam menghadapi para pengajar yang sesat
(2:14-26). Nasihat tersebut berisikan perintah untuk mengejar keadilan,
kesetiaan, kasih dan kedamaian (2:22). Paulus juga menyampaikan nasihatnya
untuk menjadi seorang hamba yang tidak boleh bertengkar, ramah, cakap mengajar,
sabar, lemah lembut, menyadarkan orang sesat untuk bertobat dan kembali ke
jalan yang benar (2:24-26). Hal itu disampaikan Paulus untuk membentuk Timotius
menjadi seorang hamba yang mampu menghadapi ajaran yang sesat, seperti yang
telah diajarkan oleh Himeneus dan Filetus yang mengajarkan bahwa kebangkitan
telah berlangsung sehingga iman orang-orang menjadi rusak (2:17-18).
Paulus berharap
agar Timotius tidak malu mengajarkan kebenaran Allah bagi orang banyak, dan
mampu menghindari ajaran sesat (2:15-16). Untuk memperkuat argumentnya, Paulus
menggunakan pandangan mengenai sebuah rumah yang besar, dimana dalam rumah
tersebut bukan hanya perabot yang ada, melainkan tanah dan kayu yang merupakan
hal pertama yang digunakan untu kemuliaan dalam pembangunan rumah tersebut dan
menjadi tempat perabot yang dari emas dan perak itu (2:20).
Paulus juga
menyampaikan keadaan manusia pada akhir zaman, dimana pada saat itu akan
terjadi kekacauan dalam kehidupan manusia dan semua manusia akan saling
menghancurkan, dan manusia akan dikuasai oleh dosa dan menolak semua kebenaran
yang diajarkan (3:1-7). Hal ini semakin dipertegas dengan menuliskan kisah
Yanes dan Yambres yang menentang Musa pembawa kebenaran (3:8-9).
Paulus pun
kembali menguatkan iman Timotius agar dia semakin bertumbuh. Paulus
mencontohkan dirinya yang telah menderita di Antiokhia, Ikonium dan Listra. Dan
Paulus mengatakan bahwa penganiayaan yang dialaminya menumbuhkan imannya yang
semakin teguh, dan dia menyatakan bahwa Tuhan akan menyelamatkan bila mereka
yang percaya dianiaya (3:10-14). Paulus juga mengingatkan Timotius akan Kitab
Suci yang sejak kecil sudah dikenal oleh Timotius, dan menyatakan bahwa Kitab
Suci merupakan tulisan yang diilhamkan Allah itu sangatlah bermanfaat
(1:15-17).
Pada bagian
akhir dari surat ini, Paulus menyatakan kepada Timotius untuk memenuhi
panggilannya dalam melayani sebelum waktuNya datang. Paulus berharap besar
kepada Timotius untuk mau menderita demi keselamatan orang banyak (4:1-6). Pada
bagian ini juga Paulus yang telah tua menyatakan bahwa dirinya akan segera mati
(4:6-8).
Pesan terakhir
Paulus dalam surat ini adalah meminta Timotius untuk segera datang menjumpainya
karena Demas yang telah mencintai dunia pergi ke Tesalonika meninggalkannya,
Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia, dan hanya Lukas yang
bersama-sama dengan Paulus. Paulus meminta Timotius untuk menjemput Markus dan
membawanya menghadap Paulus. Paulus telah mengirim Tikhikus ke Efesus. Dan
Paulus jgua meminta Timotius untuk membawakan jubah, kitab-kitab, dan
perkamennya yang tinggal di Troas di rumah Karpus (4:9-13).
Paulus juga
menyampaikan bahwa Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat jahat.
Hal ini disampaikan Paulus agar Timotius berhati-hati terhadapnya. Pada bagian ini Paulus juga menyampaikan
harapannya agar pemberitaan Injilnya didengarkan oleh semua orang yang bukan
Yahudi (4:14-18). Surat ini ditutup dengan salamnya kepada Priskila, Akwila dan
keluarga Onesiforus, kepada Erastus di Korintus dan Trofimus yang sedang sakit
di Miletus. Paulus meminta kepada Timotius untuk segera menjumpai dirinya
sebelum musim dingin. Dalam surat ini Paulus juga menyampaikan salam dari
Ebulus, Pudes, Linus dan Klaudia kepada semua saudara (4:19-21). Paulus menutup
surat ini dengan ucapan berkatnya (4:22)
Ibrani
D.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini tidak
jelas siapa penulisnya, namun berdasarkan pandangan tradisi, surat ini ditulis
oleh Rasul Paulus kepada Orang Ibrani. Namun pandangan ini banyak diragukan
oleh ahli-ahli dan mengatakan nama lain sebagai penulis surat ini, yaitu
Barnabas dan Apolos. Pandangan tersebut semakin kuat karena dalam surat ini
dikatakan bahwa penulisnya adalah orang yang menerima perkataan Kristus dari
orang lain (2:2-3), sementara Paulus menerima perkataan Kristus secara
langsung. Surat ini lebih mengacu kepada uraian teologi dan bahkan disebut
sebagai khotbah. Surat ini juga mengatakan keistimewaan Yesus di hadapan
tradisi Yahudi. Surat ini memiliki isi yang panjang pada setiap pasalnya.
Ada kebingungan
antara judul dan pernyataan yang ada di surat ini. Dalam judulnya jelas
dikatakan bahwa surat ini ditujukan kepada Orang Ibrani, namun dalam pernyataan
yang ada di bagian akhir surat ini dijelaskan bahwa surat ini ditujukan kepada
Orang-orang Kristen yang berada di Italia (13:24) karena mereka membutuhkan
bimbingan dan penghiburan agar iman mereka tetap teguh.
Isi surat ini
adalah mengenai Anak Allah yang merupakan perantara penyampaian firmannya,
seperti pada zaman dahulu yang melalui nenek moyang dan para nabi (1:1-4).
AnakNya dikatakan sebagai yang lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat yang
melayani demi keselamatan manusia dari murka Allah (1:5-14).
Surat ini juga
menyampaikan mengenai keselamatan yang besar, dimana keselamatan tersebut sudah
dinyatakan dengan hal-hal yang dapat yang dipercaya, yaitu melalui tanda-tanda
dan mujizat-mujizat (2:1-4). Hal ini disampaikan agar manusia tidak
menyia-nyiakan keselamatan tersebut, karena Yesus Kristus telah menaklukkan
dunia dan melalui kematianNya itu Iblis telah musnah dan manusia telah bebas
dari perhambaan dosa. Yesus telah menderita karena pencobaan sehingga Dia dapat
menolong mereka yang dicobai (2:5-18).
Yesus juga
memiliki posisi yang lebih tinggi dari Musa, dan bahkan Yesus diberi gelar
sebagai Rasul dan Imam Besar (3:1). Hal ini semakin diperkuat dengan argumen
mengenai Allah yang adalah ahli bangunan dan membangun rumah, dimana Yesuslah
yang menjadi kepala di rumah tersebut (3:1-6). Dan mereka yang percaya yang
dapat masuk ke dalam rumah tersebut (3:7-19). Surat ini juga menyinggung hari
perhentian dimana seluruh manusia akan mempertanggung jawabkan segala
perbuatannya di dunia (4:1-13).
Yesus yang
dituliskan sebagai Imam Besar yang Agung dalam surat ini disebut sebagai Anak
Allah yang telah turun ke bumi menjadi manusia, dan walaupun Dia adalah AnakNya
Dia tetap menaati segala perintahNya. Pernyataan Yesus sebagai Imam Besar
semakin dipertegas dengan menyebut nama Melkisedek dan peraturannya
(4:14-5:10). Oleh karena itu, surat ini menasihatkan manusia untuka tidak
murtad dan berpegang teguh pada Yesus (5:11-6:6), dan pernyataan ini diperkuat
dengan perumpamaan akan tanah dengan air hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
berguna dan semak berduri (6:7-8). Surat Ibrani ini juga mencantumkan nasihat
untuk terus berpengharapan akan Kasih Allah, dimana Yesus sebagai Imam Besar
yang menunjukkan jalan menuju Kerajaan Allah (6:9-20).
Yesus Kristus
juga dibandingkan dengan Melkisedek sebagai Imam Besar dan Raja damai sejahtera
(7:1-10). Dan Yesus disebut sebagai Imam yang lebih tinggi dari pada Harun
(7:11-28). Namun zaman Yesus berbeda dari Melkisedek dan Harun, sehingga Yesus
disebut sebagai Imam Besar Perjanjian Baru yang duduk disebelah kanan takhta
yang Maha Besar di Sorga (8:1-13). Kitab ini menyebutkan tempat kudus di Bumi
dan di Sorga, dimana tempat kudus di Bumi adalah tempat peribadahan dengan
aturan-aturannya yang harus dipatuhi oleh para Imam, termasuk Imam Besar
(9:1-10). Dan Kristus disebut sebagai
pengantara dari perjanjian yang baru, sebagai Imam besar yang telah melewati
tempat yang kudus di Bumi dan di Sorga, namun Kristus hanya sekali saja
mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa manusia (9:11-28).
Yesus Kristus
juga dibandingkan dengan Hukum Taurat, dimana dalam kitab ini dikatakan bahwa
Hukum Taurat mengenal persembahan yang mengingatkan manusia akan adanya dosa,
dan persembahan itu harus dilakukan setiap tahun dan bahkan tidak dapat
menyempurnakan. Tetapi Yesus Kristus adalah persembahan yang sempurna, dan
karena Dia manusia terlepas dari kuasa dosa (10:1-18). Oleh karena darah Yesus
kita sebagai orang yang telah bebas dari dosa menjadi berani dan bahkan dapat
masuk ke dalam tempat kudus. Dan untuk memeliharanya di dalam surat ini
dinasihatkan untuk bertekun dalam iman dengan beribadah (10:19-39).
Surat ini juga
menjelaskan mengenai Iman yang merupakan dasar dari segala sesuatu yang manusia
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat manusia (11:1). Surat
ini juga memperkuat penjelasan mengenai Iman dengan memberikan contoh dari
tokoh-tokoh yang beriman di Perjanjian Lama, yaitu:
a. Habel (11:3)
b. Henokh (11:5-6)
c. Nuh (11:7)
d. Abraham dan
Sara (11:8-19)
e. Ishak (11:20)
f. Yakub (11:21)
g. Yusuf (11:22)
h. Musa (11:23-30)
i.
Rahab (11:31)
j.
Gideon

k. Barak
l.
Simson
m. Yefta (11:32-37)
n. Daud
o. Samuel
p. Para Nabi, dll.
Pada bagian ini
juga dijelaskan bahwa mereka yang beriman mendapat penderitaan di dunia ini,
namun Allah telah menyediakan tempat bagi mereka yang menaruh iman kepadaNya
(11:38-40).
Surat ini menasihati manusia untuk
bertekun dalam Iman (12:1-17) dan siap mempertanggung jawabkannya dengan
menjaga keutuhan Iman tersebut (12:18-29). Nasihat terakhir dalam surat ini
adalah mengenai kasih persaudaraan, hidup sebagai orang beriman, dan mencontoh
Yesus Kristus yang disebutkan sebagai Gembala Agung (13:1-21). Pada bagian
akhir surat ini penulis menyampaikan harapannya agar mereka mendengar dan
menghidupi nasihat tersebut, dan menyatakan bahwa Timotius akan segera tiba di
tengah-tengah mereka dan setelah itu penulis yang menyebut dirinya adalah
Paulus mengatakan akan mengunjungi mereka (13:22-23). Surat ini ditutup dengan
ucapan salam dari penulis (13:24-25).
Surat-surat Umum
Yakobus
E.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
ditulis oleh Yakobus (1:1), namun di dalam Perjanjian Baru ada begitu banyak
nama Yakobus, seperti Yakobus ayah Yudas, Yakobus anak Zebedeus, dan Yakobus
saudara Yesus yang diyakini sebagai penulis surat ini. Yakobus memiliki peran
penting dalam sidang di Yerusalem yang dihadiri oleh para rasul dan penatua
(Kisah Para Rasul 21:15-25). Namun posisi Yakobus saudara Yesus sebagai penulis
diragukan karena penulis menggunakan kata “hamba” dan bukan “saudara”
dari Yesus Kristus (1:1). Surat ini ditujukan kepada ke-dua belas suku yang
berada di perantauan, atau dapat disebut sebagai Orang Yahudi (1:1).
Surat yang
ditulis oleh Yakobus ini berisi penjelasan mengenai Iman dan Hikmat (1:2-8),
dimana dia menjelaskan bahwa pencobaan merupakan suatu kondisi dimana iman
manusia diuji (1:2-4). Hikmat merupakan pemberian Allah, dan iman menentukan
hikmat yang kita minta kepada Allah akan diberikan atau tidak, karena bagi
mereka yang mendua hatinya tidak akan menerima sesuatu dari Allah (2:5-8). Hal
ini disampaikan agar mereka memegang teguh iman mereka dan menyadari bahwa
hikmat bukanlah hasil usaha manusia sendiri, namun pemberian Allah berdasarkan
iman setiap manusia. Yakobus juga memberikan penguatan bagi mereka yang rendah
karena mereka akan bermegah, dan orang kaya kedudukannya akan rendah di mata
Allah (1:9-11).
Isi surat
Yakobus lebih mengarah kepada kehidupan bangsa Yahudi, dimana melalui surat ini
mereka diajar untuk tetap mempertahankan imannya walaupun itu dalam pencobaan.
Yakobus memahami pencobaan sebagai suatu pengujian terhadap iman manusia, dan
mereka yang dapat melewatinya akan mendapat mahkota kehidupan yang telah
dijanjikan Allah (1:12-18). Yakobus juga menyampaikan bahwa setiap pencobaan
yang terjadi dalam kehidupan manusia bukanlah pemberian Allah (1:13), dan
setiap manusia yang tidak menjauhkan diri dari dosa maka itu akan melahirkan
maut (1:13-15). Hal ini disampaikan Yakobus agar bangsa Yahudi memelihara
setiap pemberian dan anugerah Allah yang diberikan kepada mereka (1:16-18).
Yakobus menasihati bangsa Yahudi untuk tidak menjadi pendengar firman saja,
namun menjadi pelaku firman karena itu merupakan kehendak Allah (1:19-22).
Untuk memperkuat nasihatnya, Yakobus mengibaratkan manusia yang hanya mendengar
firman Tuhan sebagai manusia yang sedang bercermin dan hanya melihat dirinya
sendiri, tetapi jadilah pelaku firman yang memerdekakan orang lain dari dosa
(1:23-27).
Surat Yakobus
ini menekankan agar bangsa Yahudi tidak memandang muka dalam memberitakan
firman Tuhan atau hanya bekerja diantara mereka yang kaya (2:1-4). Yakobus
berharap agar bangsa Yahudi juga memberitakan firman kepada orang miskin
berdasarkan kasih (2:5-12). Pada bagian ini Yakobus menyebutkan hukum utama
yang tertulis dalam Kitab Suci, yaitu untuk mengasihi sesama manusia seperti
mengasihi diri sendiri (2:8).
Penekanan
Yakobus kepada bangsa Yahudi untuk menjadi pelaku firman Tuhan semakin
diperkuat, dimana dia menuliskan penjelasan mengenai Iman yang tanpa perbuatan
adalah mati (2:14-26), seperti tubuh tanpa roh adalah mati (2:26). Yakobus
menekankan pada pembenaran yang didapat bukan hanya dari iman saja, tetapi dari
perbuatan juga. Hal ini disampaikan karena Yakobus menyatakan bahwa Abraham
dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya (2:21-24), dan pernyataan tersebut bertentangan
dengan apa yang diajarkan Paulus mengenai pembenaran oleh karena iman saja
(Roma 3:28; 4:2; Galatia 2:16).
Dalam surat
ini, Yakobus juga mengkritik bangsa Yahudi yang diantara mereka banyak yang
menjadi guru, namun tidak dapat mempertanggung jawabkan tindakan mereka.
Yakobus menyampaikan bahwa lidah juga dapat menghasilkan dosa (3:1-12). Hal ini
semakin dipertegas oleh Yakobus dengan menyatakan bahwa “lidah adalah api”
dan lidah merupakan hal yang paling sulit untuk dijinakkan oleh manusia
sendiri, dimana melalui lidah manusia memuji Tuhan dan melalui lidah juga
manusia mengutuk (3:6-10).
Yakobus
menjelaskan bahwa ada dua hikmat, yaitu hikmat yang dari atas dan hikmat yang
dari dunia. Hikmat yang dari dunia ada karena nafsu manusia dan dari setan-setan,
sementara hikmat yang dari atas merupakan karunia Allah kepada manusia dan
menghasilkan kemurnian, damai, taat, belas kasih dan buah-buah yang baik
(3:13-18).
Surat ini juga
menyatakan kepada manusia untuk menjauhi hawa nafsu dan persahabatan dengan dunia,
namun tunduk kepada Allah karena dengan demikian maka iblis akan menjauh dari
mereka (4:1-10). Hal ini disampaikan Yakobus agar bangsa Yahudi merendahkan
dirinya di hadapan Tuhan dan menaruh iman kepada Allah (4:7-10). Yakobus juga
menyampaikan hukum-hukum yang harus dijalankan oleh bangsa Yahudi, yaitu untuk
tidak memfitnah orang (4:11-12), dan tidak melupakan Tuhan (4:13-17).
Yakobus
menyampaikan peringatan kepada orang-orang kaya untuk tidak larut dalam
kebahagiaan oleh karena harta mereka, karena harta tersebut akan busuk. Dan
kebahagiaan yang mereka dapat di bumi bukanlah kebahagiaan yang kekal, namun
hanya sesaat (5:1-6). Dan untuk menguatkan orang yang menderita, Yakobus
mengajak mereka yang menderita untuk bersabar dalam menanti kedatangan Tuhan
yang sudah dekat (5:7-11). Yakobus memperkuat argumentnya dengan menyampaikan
kisah Iman Ayub yang tetap setia dalam penderitaan, dan menyampaikan apa yang
diterima Ayub setelah melewati penderitaan tersebut (5:11). Hal ini disampaikan
agar bangsa Yahudi sadar dan terbuka hatinya. Yakobus juga mengibaratkan
penantian tersebut seperti seorang petani yang bersabar menanti hujan demi
hasil yang memuaskan (5:7). Dan Yakobus juga meminta bangsa Yahudi untuk
mencontoh ketekunan iman para nabi terdahulu (5:10).
Pada bagian
akhir surat ini Yakobus menuliskan penjelasan mengenai sumpah agar tidak
dilakukan dengan sembarangan (5:12) dan mengajarkan bangsa Yahudi untuk berdoa
bagi orang yang sakit (5:13-15). Yakobus mengajarkan mereka bahwa doa yang
lahir dari iman yang didengarkan oleh Tuhan. Dan bahkan Yakobus mengutarakan
bahwa Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya
(5:16b). Yakobus memberikan contoh kisah Elia sebagai sosok yang
bersungguh-sungguh dalam doanya (5:17-18). Dan Yakobus menutup suratnya dengan
pernyataan bahwa keselamatan orang lain dapat juga dipengaruhi oleh seorang
manusia (5:19-20).
I Petrus
F.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Pada pembukaan
surat ini disebutkan bahwa penulisnya adalah Simon Petrus yang merupakan
seorang Rasul Yesus Kristus (1:1) dan surat ini dikirim melalui perantaraan
Silwanus (5:12). Surat ini ditujukan kepada mereka yang dipilih sesuai dengan
rencana Tuhan, dimana mereka tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil
dan Bitinia (1:1-2). Kata-kata yang digunakan Petrus pada pembukaan surat (1:2)
menunjukkan bahwa surat ini disampaikan kepada bangsa Yahudi diaspora, dan hal
ini semakin jelas karena Petrus menuliskan bahwa mereka berada di tengah-tengah
orang yang bukan Yahudi (2:12). Surat ini ditulis untuk menguatkan iman mereka
yang telah dipilih Tuhan, karena mereka sedang menghadapi penderitaan karena
kepercayaan mereka akan Yesus Kristus. Dan melalui surat ini, Petrus menyatakan
bahwa ketekunan iman dalam menghadapi pencobaan akan berbuah.
Petrus
menjelaskan mengenai iman, kasih dan pengharapan (1:3-12). Pada penjelasan ini
Petrus menjelaskan secara sistematis mengenai hubungan manusia dengan Tuhan
Allah, yaitu manusia mempercayai Tuhan Allah walaupun belum pernah melihat-Nya,
dimana hal ini merujuk pada iman manusia (1:3-7). Iman manusia terhadap Allah
membuat manusia mengasihi Tuhan Allah (1:8). Dengan demikian manusia mampu
berpengharapan kepada Tuhan akan keselamatan dan mendapat kasih karunia yang
daripadaNya (1:9-10). Petrus juga menyampaikan bahwa penderitaan yang sedang
terjadi di tengah-tengah mereka yang menjadi tujuan dari surat ini adalah suatu
bagian dari pengikut Kristus, karena Kristus telah menderita sebelumnya untuk
menyelamatkan manusia (1:11-12). Hal ini disampaikan Petrus untuk mengingatkan
mereka bahwa Tuhan menyelamatkan manusia.
Dalam surat ini, Petrus menasihati agar
mereka hidup kudus, hidup sebagai anak-anak yang taat dan menjauhi hawa nafsu
(1:13-16). Petrus mengutip dari Perjanjian Lama mengenai hidup kudus, dimana
manusia haruslah kudus, sebab Tuhan juga kudus (1:16; Imamat 11:44-45; 19:2).
Petrus memperkuat nasihatnya dengan menjelaskan darah Yesus yang menjadi
bayaran untuk kebebasan manusia dari belenggu dosa, sehingga manusia menjadi
kudus, dan oleh karena kematian-Nya manusia menjadi percaya kepada Tuhan
(1:17-21). Pengorbanan Yesus Kristus adalah karena kasihNya kepada manusia, dan
Petrus menasihatkan mereka untuk mengasihi sesama manusia tanpa memandang bulu
seperti yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus (1:22-25).
Petrus
menasihati orang Kristen Yahudi yang berada di Asia Kecil dan sekitarnya untuk
menjauhkan diri dari segala kejahatan dan menjadi manusia yang telah lahir
kembali, selayaknya bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang
murni dan rohani, sehingga olehnya bayi tersebut mampu bertumbuh dan beroleh
keselamatan (2:1-3). Petrus juga menjelaskan mengenai kehidupan orang Kristen
agar menjadi seperti batu yang hidup, yaitu Yesus Kristus, dimana batu itu
menjadi pondasi yang kokoh dalam pembangunan rumah (2:4-10). Petrus menguatkan
iman mereka dengan menyebut mereka sebagi bangsa yang terpilih (2:9).
Petrus juga
memerintahkan jemaat tersebut untuk menjadi hamba Allah dengan menjauhkan diri
dari segala keinginan daging, dan membuktikan bahwa mereka pantas disebut
sebagai anak Allah melalui perbuatan di tengah-tengah orang yang bukan Yahudi
yang memfitnah mereka (2:11-12). Petrus menasihati mereka untuk hidup sebagai
orang yang merdeka dan sebagai hamba Allah yang menghormati semua orang,
mengasihi semua saudara, dan menghormati para penguasa (2:13-17). Dan untuk
menguatkan iman mereka, Petrus mengungkapkan penderitaan Kristus sebagai
teladan bagi mereka, dimana Yesus membalaskan penganiayaan akan diriNya dengan
kasih yang adil (2:18-25).
Surat yang
ditulis oleh Petrus ini juga menjelaskan mengenai hukum dalam hidup bersama
suami isteri, yaitu para isteri agar tunduk kepada suaminya dan para suami
untuk hidup bijaksana dengan isterinya, sehingga suami dan isteri dapat saling
menolong agar tidak jatuh dalam dosa (3:1-7).
Kehidupan
jemaat tersebut dinasihati oleh Petrus agar mereka hidup di dalam kasih,
sehingga kedamaian diam di tengah-tengah kehidupan mereka (3:8-12). Dan Petrus
kembali mempertegas kepada mereka untuk tetap bersabar dalam penderitaan yang
mereka hadapi oleh karena kebenaran seperti Yesus Kristus, sebab mereka yang
menganiaya kebenaran akan mempertanggung jawabkan tindakannya di hadapan Allah
(3:13-4:6). Petrus menasihat mereka untuk tetap berdoa di dalam penderitaan
mereka, mengasihi dan saling tolong menolong meskipun sedang menghadapi
penderitaan karena itu adalah kewajiban seorang yang hidup sebagai Kristen
(4:7-11). Petrus juga mengatakan agar mereka bersukacita atas penderitaan yang
terjadi oleh karena dirinya adalah orang Kristen yang setia kepada Allah
(7:12-19).
Petrus
menasihati mereka untuk tetap merendahkan diri dan tetap melayani walaupun
penderitaan datang silih berganti. Petrus memerintahkan mereka untuk
menggembalakan saudara-saudara mereka yang sesat dengan sukarela, sebab mereka
akan dimuliakan dan mendapat tempat di Kerjaan Allah (5:1-10). Petrus
memperingati mereka untuk tetap berjaga-jaga terhadap godaan dari si Iblis yang
berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat
ditelan (1:8), dan lawanlah dia dengan iman yang teguh (1:9). Pada bagian
penutup surat ini, Paulus menyampaikan salamnya (1:12-14).
Yudas
G.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
ditulis oleh Yudas saudara Yesus (1:1) yang ditujukan kepada mereka yang
terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus
Kristus (ay.1). Penggunaan kata “yang dipelihara untuk Yesus Kristus”
menunjukkan bahwa penerima surat ini mungkin saja murid-murid Yesus. Yudas
menulis surat ini untuk mengecam para pembawa ajaran sesat dengan mengatakan
bahwa hari penghakiman terhadap para pengajar sesat akan segera datang.
Yudas
menuliskan kalimat yang menguatkan iman mereka yang menerima surat ini dengan
mengatakan bahwa keselamatan akan terjadi kepada mereka apabila mereka
mempertahankan iman mereka (ay.3). Yudas juga memperingati mereka bahwa di
tengah-tengah mereka telah ada para pembawa ajaran sesat yang menyalahgunakan
kasih karunia Allah dan menyangkal Yesus Kristus (ay.4). Surat ini menyatakan
bahwa pengajar sesat tersebut menyangkal Yesus Kristus, sehingga besar
kemungkinan bahwa para pengajar sesat tersebut adalah kelompok antikristus.
Surat yang
ditulis Yudas ini mencantumkan bagaimana Tuhan menyelamatkan bangsanya dari
tanah Mesir dan bagaimana tindakan Tuhan terhadap orang-orang yang tidak
percaya (ay.5). Yudas juga menuliskan mengenai kisah Sodom dan Gomora yang
dihukum dengan siksaan api oleh karena dosa-dosa mereka yang melakukan
percabulan dan mengikuti hawa nafsu duniawi (ay.7). Kisah yang dituliskan Yudas
dari Perjanjian Lama yang lain adalah mengenai Malaikat Mikhael yang berselisih
dengan Iblis oleh karena mayat Musa, dimana Malaikat Mikhael menyatakan bahwa
Tuhan akan menghardik Iblis (ay.8-9).
Dalam surat ini
Yudas menggambarkan para pembawa ajaran sesat sebagai binatang yang tidak
berakal sehingga mengakibatkan kebinasaan bagi diri mereka sendiri (ay.10).
Yudas juga mengecam para penyesat, yang telah mengikuti jalan Kain dan Bileam
yang bekerja hanya untuk mendapatkan upah, dengan menyatakan bahwa tindakan
mereka akan menghasilkan kebinasaan bagi mereka seperti Korah yang binasa oleh
karena kedurhakaannya (ay.11). Yudas juga menyebut mereka yang telah menyangkal
Yesus Kristus dengan gambaran sebagai berikut (ay.12-13):
-
Bagaikan noda dalam perjamuan kasih
-
Bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu
ditiup angin
-
Bagaikan pohon-pohon di musim gugur yang tidak
menghasilkan buah
-
Bagaikan pohon-pohon yang terbantun dengan
akar-akarnya yang sudah mati
-
Bagaikan ombak laut yang ganas, yang
membuihkan keaiban mereka sendiri
-
Bagaikan bintang-bingtang yang baginya telah
tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya
Dalam surat ini,
Yudas menuliskan nubuatan Henokh, keturunan ke-tujuh dari Adam, dimana Tuhan
akan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya untuk menghakimi semua orang
(ay.14). Yudas juga menuliskan pandangannya terhadap para pembawa ajaran sesat
yang merupakan orang-orang yang menuruti hawa nafsunya dan melakukan segala hal
demi keuntungan pribadi (ay.15)
Pada bagian
akhir surat Yudas ini, dia menuliskan nasihatnya kepada orang-orang yang
dipelihara untuk Yesus Kristus agar mengingat ajaran-ajaran yang telah disampaikan
oleh Yesus Kristus sebelumnya kepada mereka (ay.17). Hal ini disampaikan karena
pada akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa
nafsu kefasikan mereka, dan hari itu akan segera tiba karena di tengah-tengah
mereka telah muncul para pengejek-pengejek yang akan memecah belah dan hidup
tanpa Roh Kudus (ay.18). Yudas bermaksud agar murid-murid Yesus untuk membangun
iman mereka, berdoa dalam Roh Kudus, memelihara diri mereka di dalam kasih
Allah, bersabar menantikan Yesus Kristus untuk hidup yang kekal, dan
menunjukkan belas kasihan mereka dengan menolong orang lain agar tidak jatuh
dalam dosa dan hanya akan memperoleh kebinasaan (ay.19-23).
Surat ini
ditutup dengan harapan Yudas kepada Tuhan agar mereka tidak dibiarkan jatuh ke dalam
dosa, sehingga mereka tidak bernoda dan bergembira di hadapan-Nya (ay.24).
Kalimat penutup surat ini adalah ucapan berkat dari Yudas (ay.25).
II Petrus
H.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
ditulis oleh Simon Petrus yang merupakan murid dari Yesus (1:1) dan posisi
Petrus sebagai penulis surat ini semakin kuat karena dalam surat ini dituliskan
bahwa dia menyaksikan secara langsung bahwa Yesus dipermuliakan oleh Tuhan
Allah di atas gunung (1:16-18). Surat ini ditulis kepada jemaat yang sama
seperti pada surat Petrus yang pertama (3:1). Surat ini ditulis ketika Petrus
menyadari bahwa dirinya tidak lama lagi di bumi ini (3:15). Petrus menulis
surat ini dengan tujuan untuk memperingati orang Kristen Yahudi yang berada di
Asia kecil agar berhati-hati terhadap ajaran-ajaran yang disampaikan oleh
pengajar sesat, nabi-nabi dan guru-guru palsu.
Petrus
mengajarkan jemaat mengenai panggilan Allah yang mengharuskan manusia untuk
menolak hawa nafsu duniawi, karena panggilan tersebut merupakan jalan dari
keselamatan yang telah dijanjikan Allah kepada manusia (1:3-4). Usaha untuk
memenuhi panggilan tersebut adalah dengan menambahkan iman kebajikan yang
merujuk pada penguasaan diri, kepada ketekunan dan kesalehan, dan kepada kasih
persaudaraan yang membuat manusia berhasil mengenal Yesus Kristus (1:5-8).
Petrus mengatakan bahwa mereka yang tidak memiliki iman akan buta dan menjadi
picik (1:9). Oleh karena itu, Petrus menasihati mereka untuk berusaha, sehingga
mereka dapat memasuki Kerajaan Allah (1:10-11). Pada surat ini, Petrus
mengucapkan kata-kata perpisahan kepada mereka, dimana hal ini menunjukkan
bahwa Petrus menyadari bahwa usianya tidak lama lagi (1:12-15).
Surat ini
berisikan peringatan kepada para pengajar sesat untuk tidak sembarangan
menafsirkan Kitab Suci, sebab manusia tidak memiliki kemampuan bila tidak
dengan bantuan Roh Kudus untuk berbicara mengenai Tuhan (1:20-21). Petrus juga
mengecam para nabi-nabi dan guru-guru palsu yang mengajarkan hal-hal yang sesat
mengenai Tuhan, karena ajaran-ajaran tersebut akan membinasakan umat manusia.
Petrus mengetahui bahwa para pengajar sesat telah mempengaruhi jemaat, sehingga
mereka melakukan kejahatan (2:1-3). Untuk menghentikan ajaran-ajaran tersebut,
Petrus menuliskan kisah dari Perjanjian Lama mengenai pembinasaan terhadap
orang-orang berdosa dan penyelamatan terhadap orang-orang benar, yaitu kisah
Nabi Nuh, yang pada zamannya diadakan air bah untuk menghapus semua orang
berdosa dari muka bumi, namun Nuh dan
keluarganya yang percaya kepada Tuhan diselamatkan (2:4-5). Dan kisah Sodom dan
Gomora yang dimusnahkan karena dosa oleh Tuhan dan Lot yang percaya
diselamatkan (2:6-7). Hal tersebut menjelaskan bahwa penghakiman tidak dapat
dihindarkan dari orang-orang yang menentang ajaran-Nya, sebab keselamatan diam
dalam orang-orang benar (2:8-10). Petrus dengan tegas menyatakan bahwa para
pengajar sesat akan mendapat bagiannya di dalam kerajaan maut (2:17-22). Para
pengajar sesat bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, dimana mereka
selalu meminta upah dari pekerjaan mereka, seperti Bileam, anak Beor, yang
selalu megharapkan upah dari pekerjaannya (2:11-16).
Petrus juga
menuliskan mengenai hari Tuhan (3:1-16), dimana Petrus memperingati jemaat
Kristen Yahudi yang berada di Asia Kecil untuk mendengarkan perkataan nabi-nabi
kudus dan mengingat perintah Yesus Kristus. Petrus berharap agar mereka segera
bertobat (3:1-9). Hal ini disampaikan Petrus agar mereka siap untuk menyambut
hari Tuhan yang akan datang bagaikan seorang pencuri yang tidak diketahui
kedatangannya, karena pada saat itu segala sesuatu yang ada di dunia ini akan
hancur dan bahkan musnah, dan yang akan tetap bertahan hanyalah kebenaran
(3:10-13). Petrus juga menasihati mereka untuk bersabar dalam menantikan
kedatangan-Nya, dan dalam penantian itu mereka berusaha untuk menyucikan diri,
sehingga mereka tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan-Nya. Petrus
menguatkan hati mereka dengan mengatakan bahwa penantian tersebut merupakan
suatu kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia untuk memperbaiki diri
(3:14-16).
Pada bagian penutup surat ini, Petrus
menyebut mereka sebagai saudara kekasih (3:17). Petrus juga memperingati mereka
untuk tetap waspada terhadap kesesatan, dan berpegang teguh pada iman mereka,
sehingga mereka bertumbuh dalam kasih karunia Allah dan Juruselamat (3:18).
Surat-surat Am
I Yohanes
I.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
ditulis oleh Yohanes ketika berada di Efesus. Surat ini ditulis untuk melawan
ajaran sesat yang menolak keTuhanan Yesus, yang disebut sebagai antikristus.
Ajaran ini sangat mempengaruhi iman orang kristen yang berada di Asia Kecil.
Yohanes
menuliskan kesaksian rasul tentang Firman Tuhan (1:1-4) yang bersaksi dari apa
yang telah mereka saksikan dan mereka menuliskannya agar dapat menjadi pedoman
bagi seluruh orang Kristen atas dasar persekutuan mereka dengan Bapa dan
Anak-Nya, Yesus Kristus. Penulis juga menjelaskan bahwa Allah adalah terang,
dimana kegelapan tidak mendapat tempat. Hal inilah yang harus dilakukan oleh
manusia untuk menjadi terang dan menjadi pelaku kebenaran, karena Yesus telah
menyucikan manusia dengan darah-Nya. Manusia haruslah mengakui dosanya,
sehingga Tuhan mengampuninya (1:5-10).
Surat ini
menjelaskan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan yang telah diperdamaikan
oleh Tuhan Yesus Kristus. Kematian Yesus menjadikan manusia bersih dari dosa
dan hal itu membuat manusia menjadi layak di hadapan Tuhan Allah (2:1-6).
Penulis mengecam para pengajar sesat yang mengaku mengenal Tuhan (2:4). Hal ini
disampaikan penulis agar orang Kristen yang mengaku mengenal Tuhan agar dalam
hidupnya juga seperti orang yang mengenal Tuhan (2:6).
Yohanes yang
adalah penulis surat ini menyampaikan kata-kata yang menguatkan iman orang
Kristen, karena penulis mengatakan bahwa kegelapan sedang lenyap dan terang
yang benar telah bercahaya (2:8), kata-kata tersebut bermakna bahwa orang
Kristen akan diselamatkan dari ajaran-ajaran sesat. Yohanes juga menuliskan
perintah baru bagi orang Kristen yang berada di Asia Kecil karena mereka telah
dibebaskan dari perbudakan dosa oleh kematian Yesus Kristus. Penulis menasihati
mereka agar menjauhi segala kejahatan dan tidak mencintai dunia beserta yang
ada di dalamnya, karena itu semua merupakan keinginan daging (2:7-17). Mereka
yang mengasihi Allah akan mendapat kehidupan yang kekal (2:17).
Yohanes
mengetahui adanya pengajar sesat yang menyangkal Yesus Kristus, yaitu
antikristus, sehingga dia menuliskan surat ini dan mengatakan bahwa saat itu
adalah waktu yang terakhir, dimana bumi dan segala isinya akan dimusnahkan dan
yang tersisa hanyalah mereka yang percaya kepada Tuhan (2:18-25). Hal ini
disampaikan Yohanes agar orang Kristen yang berada di Asia Kecil memegang teguh
ajaran kebenaran yang mengakui bahwa Kristus adalah Anak-Nya yang telah mati di
kayu salib demi manusia (2:26-27).
Surat ini juga
menerangkan bahwa mereka yang tinggal di dalam Kristus adalah anak-anak Allah,
sehingga tidak perlu takut pada hari kedatangan-Nya dan orang yang benar akan
lahir dari pada-Nya (2:28-29). Penulis menasihati orang Kristen yang berada di
Asia Kecil untuk tidak melakukan dosa, karena mereka telah disucikan oleh Yesus
Kristus melalui kematianNya. Dan manusia telah lahir baru dan menjadi manusia
baru karena manusia yang mati bersama Yesus akan bangkit bersama-Nya juga.
Penulis juga menyatakan bahwa anak Tuhan yang telah lahir baru tidak akan
berbuat dosa seperti anak-anak Iblis (3:1-9).
Penulis
menyebutkan tanggung jawab orang Kristen yang telah lahir baru, yaitu untuk
saling mengasihi sesama manusia (3:11-18). Penulis juga menguatkan iman pembaca
dengan mengatakan bahwa mereka berasal dari kebenaran, dan siapa yang diam di
dalam Allah, maka Allah akan diam di dalamnya melalui Roh yang dikaruniakan
kepada manusia (3:19-24). Penulis secara terbuka mengatakan bahwa sikap yang
demikian akan membuat mereka dibenci oleh dunia (3:13), namun penulis
menguatkan iman pembaca dengan menyatakan bahwa mereka yang dibenci oleh dunia
akan membuat maut berpindah, dan kehidupanlah yang datang kepada mereka (3:14).
Surat Yohanes
menyebutkan ada dua roh, yaitu Roh Allah dan roh antikristus. Roh Allah adalah
roh yang mengakui Yesus Kristus, sementara roh antikristus adalah roh yang
tidak mengakui-Nya. Hal ini disampaikan penulis agar mereka berhati-hati
terhadap ajaran-ajaran dari nabi-nabi palsu dan para pengajar sesat yang
lainnya, karena mereka memiliki roh antikristus (4:1-6).
Penulis surat
ini menjelaskan posisi Allah sebagai kasih yang sejati (4:7-21). Pernyataan ini
dimaksudkan agar pembaca mengasihi sesama manusia karena kasih itu berasal dari
Allah, dan tindakan itu adalah bukti dari orang Kristen yang betul-betul
mengenal Allah. Hal ini haruslah dilakukan manusia, karena Allah juga mengasihi
manusia dengan mengutus Anak-Nya dan merelakan Anak-Nya mati di kayu salib demi
keselamatan manusia (4:11-12). Yohanes menasihati pembaca dengan menyatakan
apabila mereka mengasihi Allah, maka mereka akan mengasihi saudaranya (4:21).
Yohanes juga
menuliskan bahwa Iman mengalahkan dunia, dimana dijelaskan bahwa iman yang
dinyatakan melalui sikap yang mengasihi, dan mengakui Tuhan Yesus Kristus yang
mengalahkan dunia (5:1-5). Hal ini disampaikan agar jemaat di Asia Kecil
semakin yakin dan percaya bahwa ajaran sesat itu tidak pantas diperdengarkan.
Di dalam surat
ini juga dituliskan mengenai kesaksian tentang Anak Allah, yaitu kesaksian yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Kesaksian yang daripada Allah ini jauh
lebih kuat dari kesaksian yang diberikan manusia (5:6-12). Pada bagian ini juga
dituliskan mengenai Trinitatis (Tritunggal), dimana Tuhan Allah, Yesus Kristus
dan Roh Kudus adalah satu (5:7-8). Kesaksian yang diberikan ke manusia juga
menggunakan tiga hal yang menjadi satu, yaitu Roh, Air, dan Darah (5:8).
Pada bagian
akhir surat ini, Yohanes menuliskan penjelasan mengenai pengetahuan akan hidup
yang kekal (5:13-21). Bagian ini merupakan kesimpulan dari isi surat Yohanes
yang pertama, yang menjelaskan bahwa mereka yang percaya akan beroleh hidup
yang kekal (5:13-15). Yohanes juga menasihat orang Kristen yang berada di Asia
Kecil untuk mendoakan saudara mereka yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan
maut, agar diselamatkan oleh Allah (5:16-18).
Yohanes menyampaikan nasihatnya yang lain agar pembaca mengenal Yang
Benar (5:19-20) dan untuk tetap waspada terhadap segala berhala (5:21).
II Yohanes
A.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini
ditulis oleh Rasul Yohanes yang merupakan penatua atau dapat dikatakan sebagai
pemimpin jemaat (1:1). Surat ini ditujukan kepada Ibu yang terpilih dan
anak-anak yang dikasihi (ay.1). Penggunaan kata “Ibu” dan “anak”
mungkin dimaksudkan kepada jemaat dan anggota-anggotanya. Tujuan penulisan
surat ini adalah untuk memperingati jemaat yang telah berpaling dari ajaran
Yesus, memperingati jemaat akan kehadiran para pengajar sesat di tengah-tengah
jemaat, dan melalui surat ini Yohanes menyampaikan harapannya untuk segera
datang kepada mereka, sehingga Yohanes dapat berhadapan langsung dengan mereka.
Surat ini merupakan surat yang singkat, karena hanya terdiri dari 1 pasal dan
13 ayat.
Yohanes
menuliskan surat ini dengan menunjukkan bahwa dia mengetahui ada separuh dari
anak yang masih hidup dalam kebenaran (ay.4), dimana hal ini menunjukkan bahwa
ada separuh lagi anggota jemaat yang telah berpaling dari ajaran Yesus Kristus,
sehingga Yohanes menuliskan surat kepada jemaat tersebut. Hal ini mungkin
terjadi karena adanya para pengajar sesat yang diam di tengah-tengah jemaat.
Melalui surat
ini, Yohanes meminta kepada jemaat tersebut untuk menunjukkan sikap yang saling
mengasihi satu sama lain, untuk hidup di dalam kasih dan mau menuruti
perintah-Nya (ay.5-6). Hal ini disampaikan Yohanes agar jemaat memperhatikan
anggota-anggota yang telah sesat, dan berharap agar jemaat menunjukkan kasihnya
dengan membimbing mereka yang sesat ke arah yang benar yang sesuai dengan
kehendakNya.
Yohanes
mengecam para pembawa ajaran yang sesat, karena mereka telah membawa kehancuran
bagi anggota jemaat tersebut. Rasul Yohanes juga menuliskan nasihatnya kepada
jemaat untuk mewaspadai dan berjaga-jaga terhadapa kehadiran para pembawa
ajaran sesat yang disebutnya sebagai pengajar sesat dan antikristus (ay.7-8).
Yohanes juga memperingati jemaat agar berhati-hati dengan tetap memegang teguh
iman mereka terhadap Yesus Kristus, karena mereka yang tetap menjaga kebenaran
dalam hatinya akan memiliki Bapa dan Anak (ay.9).
Penulis surat
ini dengan tegas mengatakan agar jemaat tidak mudah terpengaruh dengan ajaran
yang sesat tersebut. Hal ini tampak jelas karena Yohanes menuliskan perintah
kepada jemaat untuk tidak menerima para penagajar yang sesat di dalam rumahnya
dan bahkan untuk tidak memberikan salam kepada para pengajar sesat yang datang
ke tengah-tengah mereka (ay.10). Dan Yohanes mengatakan bahwa jemaat yang
memberikan salam kepada para pengajar sesat maka dia akan berdosa (ay.11). Hal
ini disampaikan Yohanes agar jemaat tetap berpegang teguh pada ajaran Yesus
Kristus dan menolak dengan segera kedatangan para pengajar sesat.
Pada bagian
penutup surat ini, Yohanes menuliskan keinginannya untuk datang mengunjungi
jemaat tersebut dan berhadapan langsung dengan mereka dalam memberikan ajaran
yang benar agar mereka mendapat keselamatan yang dari pada Allah melalui firman
yang menumbuhkan iman dan menyempurnakan mereka di hadapan Allah (ay.12).
Yohanes menutup surat ini dengan menuliskan ucapan salam kepada jemaat dan
anggota-anggotanya, Yohanes juga menggunakan kata “saudara” yang
menunjukkan kedekatan Yohanes dan jemaat tersebut (ay.13).
III Yohanes
B.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Penulis surat
ini merupakan orang yang sama dengan penulis surat Yohanes yang kedua, yaitu
Rasul Yohanes yang merupakan penatua jemaat tersebut (1:1). Surat ini ditujukan
kepada Gayus (ay.1). Yohanes mengucapkan rasa syukurnya karena sikap Gayus yang
hidup dalam kebenaran menunjukkan bahwa dia adalah orang Kristen (ay.1-4). Di
sisi lain, surat ini bermaksud untuk memperingati jemaat untuk menolak
ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran yang telah mereka terima dahulu.
Pada surat ini ada tiga nama yang disebut, yaitu Gayus, Diotrefes, dan
Demetrius. Surat ini seperti surat Yohanes yang ke-dua, dimana surat hanya
terdiri dari 1 pasal dan 15 ayat.
Yohanes
menuliskan pujiannya terhadap tindakan Gayus yang bertindak selayaknya orang
percaya, dimana Gayus menolong para utusan jemaat yang pada dasarnya tidak
dikenal oleh Gayus, namun karena seiman dan merupakan saudara di dalam Yesus,
Gayus menolong mereka (ay.5-8). Hal ini disampaikan Yohanes agar pembaca meniru
tindakan Gayus yang mau menunjukkan kasihnya dengan menolong mereka yang pada
dasarnya adalah orang asing bagi Gayus. Yohanes bermaksud menunjukkan bahwa
sikap orang Kristen haruslah mengasihi orang lain, apalagi orang yang dikenal.
Melalui surat
ini Yohanes menyampaikan kecamannya terhadap Diotrefes yang tidak mau mengakui
imannya kepada Yesus Kristus dan telah mengucapkan kata-kata yang merendahkan
Yohanes dan saudara-saudaranya. Yohanes juga menyampaikan sikap Diotrefes yang
tidak mau menerima dan bahkan mengucilkan saudara-saudara yang datang
(ay.9-10).
Pada surat ini,
Yohanes menasihati jemaat untuk tidak meniru yang jahat, tetapi meniru yang
baik dalam menjalani kehidupan mereka di bumi ini. Dengan tegas Yohanes
mengatakan kepada jemaat bahwa mereka yang berbuat baik, maka mereka berasal
dari Allah. Dan mereka yang berbuat jahat, maka mereka tidak akan melihat Allah
(ay.11). Yohanes juga menuliskan kesaksiannya terhadap Demetrius yang hidup
dalam kebenaran Allah, bahkan Yohanes menuliskan bahwa kebenaran telah bersaksi
atas Demetrius (ay.12).
Pada bagian
penutup, penulis yang menyebut dirinya adalah penatua menuliskan bahwa dirinya
berharap agar dapat berjumpa secara langsung dengan Gayus (ay.13-14). Dan surat
ini ditutup dengan ucapan salam (ay.15).
Yohanes
meencantumkan tokoh-tokoh yang memiliki
sikap yang bertolak belakang di dalam suratnya, yaitu Gayus dan Demetrius yang
menunjukkan sikap orang Kristen dan Diotrefes yang jahat. Yohanes mungkin
bermaksud untuk memberikan pengajaran yang lebih spesifik dan dapat dibuktikan
dengan menuliskan contoh yang nyata, dimana pembaca dapat menyaksikan dan
mengetahuinya dengan jelas. Jadi dapat dikatakabn bahwa Yohanes bermaksud agar
pembaca meniru sikap Gayus dan Demetrius.
Wahyu
(Wahyu Kepada Yohanes)
C.
Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang
diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya,
apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu,
dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Kitab ini
merupakan Wahyu Yesus Kristus kepada Yohanes yang kemudian membuat Yohanes
bersaksi dari apa yang telah dilihatnya (1:1-3). Pada pembukaan surat ini,
Yohanes menyampaikan salamnya kepada tujuh jemaat yang ada di Asia kecil
(1:4-8). Yohanes menuliskan bahwa Tuhan adalah Alfa dan Omega (1:8). Tujuh
jemaat yang ada di Asia (1:11) adalah sebagai berikut:
1. Efesus (2:1-7)
2. Smirna (2:8-11)
3. Pergamus
(2:12-17)
4. Tiatira (2:18-29)
5. Sardis (3:1-6)
6. Filadelfia
(3:7-13)
7. Laodikia
(3:14-22)
Yohanes
menuliskan penglihatannya di Patmos (1:9-20), dimana pada saat itu Yohanes
mendengar suara yang berbicara kepadanya dan dia melihat ke arah suara itu.
Yohanes melihat bahwa ada seorang Anak Manusia (1:12-16) pada saat melihatnya
tersungkurlah Yohanes di kaki-Nya. Yohanes yang mendapat wahyu dari Yesus dan
dia diperintahkan untuk memberitakannya kepada tujuh jemaat yang ada di Asia
(1:10-11).
Yohanes
menuliskan kesaksian dari apa yang dilihatnya nya kepada tujuh jemaat yang ada
di Asia Kecil sesuai dengan perintah Tuhan (2:1-3:22). Surat yang dituliskan
oleh Yohanes ini merupakan penyataan Yesus Kristus kepadanya, penyataan
tersebut adalah:
1.
Kedua puluh empat tua-tua dan keempat binatang
(4:1-11)
2.
Kitab yang dimeterai dan Anak Domba (5:1-14)
3.
Keenam meterai pertama dibuka (6:1-17)
4.
Orang-orang yang dimeteraikan dari bangsa
Israel (7:1-17)
5.
Meterai yang ketujuh (8:1-5)
6.
Keempat sangkakala yang pertama (8:6-13)
7.
Sangkakala yang kelima (9:1-12)
8.
Sangkakala yang keenam (9:13-21)
9.
Kitab terbuka (10:1-11)
10. Dua saksi Allah
(11:1-14)
11. Sangkakala yang
ketujuh; Nyanyian puji-pujian para tua-tua (11:15-19)
12. Perempuan dan
naga (12:1-6)
13. Naga dikalahkan
(12:7-9)
14. Nyanyian
kemenangan (12:10-12)
15. Naga memburu
perempuan itu (12:13-18)
16. Binatang yang
keluar dari dalam laut (13:1-10)
17. Binatang yang
keluar dari dalam bumi (13:11-18)
18. Anak Domba dan
pengikut-Nya yang ditebus-Nya (14:1-5)
19. Pemberitahuan
tentang penghakiman (14:6-13)
20. Tuaian di bumi
(14:14-20)
21. Nyanyian mereka
yang menang (15:1-4)
22. Tujuh malaikat
dengan tujuh cawan murka Allah (15:5-8)
23. Ketujuh
malapetaka (16:1-21)
24. Penghakiman
atas Babel (17:1-18)
25. Jatuhnya Babel
(18:1-20)
26. Babel tidak
akan bangkit lagi (18:21-24)
27. Nyanyian atas
jatuhnya Babel (19:1-5)
28. Perjamuan kawin
Anak Domba (19:6-10)
29. Firman Allah
(19:11-16)
30. Binatang serta
nabinya dikalahkan (19:17-21)
31. Kerajaan seribu
tahun (20:1-6)
32. Iblis dihukum
(20:7-10)
33. Hukuman yang
terakhir (20:11-15)
34. Langit yang
baru dan bumi yang baru (21:1-8)
35. Yerusalem yang
baru (21:9-22:5)
36. Kedatangan
Tuhan Yesus (22:6-17)
Pada bagian
penutup surat ini, Yohanes dengan tegas mengatakan bahwa wahyu ini tidak boleh
dikurangi ataupun ditambakan isinya, karena mereka yang melakukan demikian akan
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Allah (22:18-19). Yohanes juga
menuliskan kesaksian akan kedatangan Tuhan Yesus (22:20) dan Yohanes mengakhiri
kesaksiannya itu dengan kata “Amin” (22:20). “Kasih karunia Tuhan
Yesus menyertai kamu sekalian! Amin” (22:21).
Surat ini
dituliskan pada masa pemerintahan Nero, dimana dia menuduh orang Kristen
membakar kota Roma. Hal itu membuat orang Kristen dikejar-kejar dan dianiaya,
dan menjadi tekanan yang membuat banyak orang Kristen mati martir. Tindakan
orang Kristen yang tidak mau menyembah kultus kaisar semakin membuat orang
Kristen semakin dikejar dan bahkan menjadi musuh dari kerajaan. Ada kemungkinan
bahwa surat ini dituliskan untuk mengkritik sikap pemerintah Nero yang
menganiaya dan memfitnah orang Kristen, namun karena pada saat itu siapa yang
mengkritik pemerintah akan dihukum mati, maka penulis menggunakan
istilah-istilah yang lain.
No comments:
Post a Comment