Sunday, 19 November 2017

Surat-surat Pastoral


Surat-surat Pastoral
I Timotius
A.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini merupakan surat yang berasal dari Paulus, dan ditujukan kepada Timotius (1:1). Paulus berjumpa pertama kali dengan Timotius pada saat Paulus mengunjungi Listra dan Derbe. Timotius adalah murid dari Paulus, dimana Ibunya adalah seorang Yahudi yang telah menjadi seorang yang percaya, dan Ayahnya adalah seorang Yunani (Kisah Para Rasul 16:1). Paulus menunjukkan rasa sayangnya kepada Timotius dengan penggunaan kata “anakku” di dalam surat yang ditujukan kepada Timotius (1:2).
Surat yang diberikan Paulus kepada Timotius bukanlah tanpa tujuan, namun Paulus mengetahui bahwa keadaan jemaat yang ada di Efesus sedang dipengaruhi oleh ajaran-ajaran sesat (1:3), dimana ajaran tersebut merupakan campuran dari ajaran Yahudi dan Non-Yahudi. Ajaran tersebut juga menyampaikan mengenai keselamatan yang sebenarnya dapat diperoleh dari orang-orang yang memiliki pengetahuan, dan menaati peraturan seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi, yaitu tidak kawin, pantangan terhadap beberapa makanan, dan sunat. Paulus juga menyampaikan mengenai peribadahan dan mengajar Timotius untuk menjadi seorang hamba yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan mampu mengurus jemaat secara adil.
 Paulus menyampaikan tanggapannya mengenai ajaran sesat yang berkembang di tengah-tengah jemaat (1:3-11). Paulus meminta kepada Timotius untuk tinggal di Efesus dan memperingati jemaat di situ (1:3), dimana tujuan dari nasihat tersebut adalah demi kasih yang suci dan iman yang tulus ikhlas (1:5). Namun banyak orang yang tidak mencapai tujuan dari nasihat-nasihat tersebut, dan bahkan mereka menjadi pengajar hukum Taurat  (1:7-11). Jemaat ini digambarkan sebagai jemaat yang masih terpengaruh dengan tradisi dan kebudayaan, dimana mereka masih mempercayai mitos-mitos yang ada (1:4).
Pada pembukaan surat ini, Paulus tetap mengucapkan rasa syukurnya atas Kasih Karunia Allah dimana dia dikuatkan dan kesetiaannya masih terjaga, dan dia yang dulu adalah orang jahat yang mengejar pengikut Kristus dan setelah bertoba kini telah menjadi hambaNya (1:12-17). Hal ini disampaikan Paulus untuk menguatkan jemaat yang sedang dipengaruhi ajaran-ajaran yang sesat, dan Paulus berharap agar mereka mencontoh apa yang telah diperbuat olehnya. Paulus juga memberikan tugas pada Timotius untuk memperjuangkan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni (1:18-20).
Pada surat ini, Paulus memberikan nasihat-nasihat yang bertujuan untuk menguatkan jemaat dan berpegang teguh pada iman kepada Tuhan melalui Yesus Kristus. Paulus menasihati jemaat mengenai doa mereka (2:1-7), dimana pada saat itu jemaat hanya memikirkan diri sendiri, sehingga Paulus menyarankan mereka untuk mengadakan doa syafaat yang juga diperuntukkan terhadap raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kehidupan yang tenang dan tenteram dapat tercapai (2:1-2).
Nasihat yang diberikan Paulus mengenai sikap orang laki-laki dan perempuan dalam ibadah jemaat berisikan cara berdoa laki-laki dengan menadahkan tangan yang suci (2:8), dan perempuan untuk berdandan dengan sopan dan sederhana, tidak memakai perhiasan ataupun bermewah-mewah  (2:9). Paulus juga menasihati perempuan untuk patuh terhadapa ajaran Kristus, dan Paulus tidak mengizinkan para perempuan untuk mengajar dan  memerintah laki-laki (2:10-12). Argument Paulus diperkuat dengan menyampaikan kisah penciptaan Hawa yang terjadi setelah Adam diciptakan, dan mengenai Hawa yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa terlebih dahulu (2:13-14). Dan Paulus menyatakan bahwa perempuan akan diselamatkan karena melahirkan dan bertekun pada iman, kasih dan pengudusan (2:15). Hal ini mungkin disampaikan Paulus karena para perempuan di jemaat telah bertindak tidak sopan dan binal sehingga merusak iman jemaat tersebut.
Pada pasal 3, Paulus menyampaikan syarat-syarat bagi para “penilik jemaat” dan para “diaken”, yaitu:
a.       Penilik Jemaat (3:1-7)

-          Seorang yang tak bercacat
-          Suami dari satu isteri
-          Dapat menahan diri
-          Bijaksana
-          Sopan
-          Penolong
-          Cakap mengajar orang
-          Bukan peminum
-          Bukan pemarah
-          Peramah
-          Pendamai
-          Bukan hamba uang
-          Seorang kepala keluarga yang baik
-          Disegani
-          Dihornati
-          Bukan seorang yang baru bertobat
-          Mempunyai nama baik di luar jemaat


b.      Diaken (3:8-13)

-          Seorang yang terhormat
-          Jangan bercabang lidah
-          Jangan penggemar anggur
-          Jangan serakah
-          Memelihara iman yang suci
-          Seorang yang tak bercacat
-          Jangan pemfitnah
-          Dapat menahan diri
-          Dapat dipercaya dalam segala hal
-          Memiliki satu isteri
-          Mengurus keluarganya dengan baik


Hal ini disampaikan Paulus agar jemaat Allah memiliki penopang kebenaran yang  dapat membantu jemaat dalam mempertahankan iman kepada Yesus Kristus (3:14-16).
            Paulus menyampaikan tugas Timotius dan mempertegasnya, dimana Timotius ditugaskan untuk menghadapi para pengajar sesat yang telah mempengaruhi jemaat. Paulus telah mengetahui bahwa ajaran tersebut telah menyesatkan para jemaat dengan membuat peraturan yang hampir sama dengan aturan-aturan dari orang-orang Yahudi (4:1-5). Oleh karena itu, Paulus menekankan kepada Timotius untuk memberitakan dan mengajarkan kebenaran yang daripada Allah (4:6-16). Mengingat umur Timotius yang masih tergolong muda, Paulus menguatkan hati Timotius dengan menuliskan (4:12):
“Janganlah seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.”
Paulus juga menasihati Timotius agar dalam pelayanannya dia tidak menjadi orang yang keras tetapi menegor mereka yang berbuat salah sebagai saudara (5:1-2).
            Paulus menasihati jemaat untuk menghormati para janda (5:3-16). Dia juga menetapkan peraturan mengenai janda, dimana yang didaftar sebagai janda adalah mereka yang berumur tidak kurang dari 60 tahun, hanya satu kali menikah, dan yang terbukti melakukan pekerjaan yang baik. Dan Paulus mengatakan untuk menolak pendaftaran janda yang lebih muda. Paulus menekankan bagi mereka yang memliki anggota keluarga yang telah menjadi janda untuk membantu janda tersebut (5:9-16).
            Paulus menyampaikan beberapa petunjuk dan nasihat. Nasihat tersebut adalah untuk menghormati para penatua yang baik dalam kepemimpinannya dan mengenai pelayanan yang dikehendaki Tuhan (5:17-21). Nasihat yang lain adalah mengenai kehidupan jemaat agar memikirkan segala sesuatunya sebelum bertindak dan agar memegang teguh iman kepada Yesus Kristus (5:21-6:2a). Paulus juga menyampaikan peringatannya terhadap tindakan yang suka berdusta dan menjadi hamba uang (6:2b-10). Perlu diketahui bahwa dalam surat ini Paulus juga menyampaikan keinginannya untuk mengunjungi mereka (3:14).  
            Pada bagian penutup, Paulus menyampaikan pesannya kepada jemaat untuk menjauhi kejahatan dan menuruti perintah Tuhan yang adalah kebenaran sejat. Paulus juga memperingati mereka untuk memegang teguh iman mereka agar tidak mudah goyah oleh karena ajaran-ajaran yang datang dan menyimpang dari iman kebenaran yang dari pada Allah (6:11-21). I Timotius 6:21b: “Kasih karunia Allah menyertai kamu!”.


Titus
B.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini merupakan surat dari Paulus yang ditujukan kepada Titus yang adalah teman sekerja Paulus (1:1-4). Surat ini ditulis oleh Paulus kepada Titus karena dia sedang melayani di Kreta, dan surat ini bukan hanya kepada Titus saja, namun kepada jemaat yang berada di sana. Paulus mempercayai Titus untuk melayani di Kreta karena Titus adalah seorang yang setia dan taat pada perintah-perintah Allah. Surat ini kemungkinan dikirim dari Nikopolis, karena pada saat itu Paulus berada di Nikopolis (3:12).
Pada saat itu Paulus sedang mengadakan perjalanan, dan ketika mereka berada di Kreta Paulus meninggalkan Titus di sana dan mempercayakannya untuk melakukan tugas pelayanannya. Hal ini dilakukan Paulus karena jemaat di Kreta masih perlu diperhatikan, dimana mereka masih belum dapat mandiri dan kehidupan mereka sangat kacau. Paulus memerintahkan Titus untuk menetapkan “penatua-penatua” di setiap kota  dan para “penilik jemaat” (1:5-9), dan Paulus menetapkan syarat-syarat untuk menjadi penopang jemaat, yaitu: 
a.      Penatua

-          Seorang yang tak bercacat
-          Mempunyai satu isteri
-          Anak-anaknya hidup beriman
-          Tertib


b.      Penilik Jemaat

-          Seorang yang tidak bercacat
-          Tidak angkuh
-          Bukan pemberang
-          Bukan peminum
-          Bukan pemarah
-          Tidak serakah
-          Suka menolong
-          Suka akan yang baik
-          Bijaksana
-          Adil
-          Saleh
-          Dapat menguasai diri
-          Berpegang pada kebenaran
-          Sesuai dengan ajaran yang sehat
-          Sanggup menasihati orang-orang
-          Sanggup meyakinkan penentangnya


Hal ini dilakukan Paulus karena jemaat di Kreta sudah banyak yang berpaling kepada hukum Taurat. Mereka  menjadi penyesat bagi orang yang ada di sekitarnya. Paulus memerintahkan Titus untuk memperingati mereka dan mengajarkan apa yang benar di mata Allah, karena mereka telah mengajarkan banyak hal-hal yang sesat demi keuntungan diri sendiri, dan bahkan mereka mengaku mengenal Allah tetapi perbuatan mereka menyangkal Dia (1:10-16).
            Paulus juga menyampaikan mengenai kewajiban orang tua, pemuda dan hamba agar kehidupan jemaat dapat menjadi lebih baik dan berkenan di hadapan Allah (2:1-10). Kewajiban yang harus dijalankan tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Laki-laki Tua

-          Hidup sederhana
-          Terhormat
-          Bijaksana
-          Sehat dalam iman
-          Sehat dalam kasih
-          Hidup sehat dalam ketekunan yang sungguh-sungguh


b.      Perempuan Tua

-          Hidup sebagai orang-orang beribadah
-          Jangan memfitnah
-          Jangan menjadi hamba anggur
-          Cakap mengajarkan hal-hal baik
-          Mendidik perempuan muda
-          Mengasihi suami dan anak-anaknya
-          Hidup bijaksana
-          Hidup suci
-          Rajin mengatur rumah tangganya
-          Baik hati
-          Taat pada suami


c.       Orang-orang Muda

-          Mampu menguasai diri
-          Menjadi teladan
-          Berbuat baik

-          Jujur
-          Bersungguh-sungguh dalam pengajaran
-          Sehat dan tidak bercela

d.      Hamba-hamba

-          Taat kepada tuannya
-          Jangan membantah
-          Memuliakan ajaran Allah
-          Selalu tulus dan setia kepada Tuhan Allah


Dalam surat ini Paulus juga mengatakan bahwa kasih karunia Allah akan menyelamatkan semua manusia, dimana Dia telah mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan segala kefasikan dan segala kejahatan. Paulus juga menyatakan bahwa Kasih Allah telah nyata dari AnakNya, yaitu Yesus Kristus sang Juruselamat yang telah membebaskan manusia dari kuasa dosa (2:11-14). Paulus memerintahkan Titus untuk memberitakan hal tersebut dan meyakinkan semua orang akan kebenaran tersebut (2:15).
Pada bagian akhir, Paulus menyampaikan pesan terakhirnya kepada Titus, yaitu untuk mengingatkan jemaat di Kreta untuk tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Paulus juga mengatakan kepada Titus untuk selalu mengingatkan mereka akan adanya Yesus sang Juruselamat, dan menjauhkan diri dari ajaran sesat, terkhusus ajaran hukum Taurat yang menjadi sebuah pertengkaran di tengah-tengah mereka (3:1-11).
Paulus berpesan kepada Titus untuk segera datang kehadapannya, yang pada saat itu sedang berada di Nikopolis, setelah dia mengirim Artemas dan Tikhikus ke Kreta (3:12). Paulus juga mengatakan untuk menolong Zenas, ahli Taurat itu, dan Apolos. Dan Paulus berharapa agar Titus mengajarkan orang-orang mereka untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga mereka mampu berbuah (3:13-14). Pada bagian penutup surat, Paulus menyampaikan salamnya dan salam dari orang-orang yang ada bersama-sama dengannya (3:15).


II Timotius
C.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini merupakan surat dari Paulus yang ke-dua kepada Timotius (1:1-2). Dalam bagian pembukaan surat ini Paulus menyampaikan kata-kata berkat seperti biasanya (1:2). Surat ini berisikan nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius yang adalah teman sekerja Paulus dalam memberitakan Injil walaupun usianya masih tergolong muda. Paulus menasihati Timotius untuk tabah dalam pelayanannya dan mecontoh kehidupan dari Paulus dalam memberitakan Injil.
Paulus menyampaikan rasa syukurnya atas ketekunan dari cucu Lois dan anak dari Eunike (1:5), yaitu Timotius, dalam tugas pelayanannya. Paulus juga mengucap syukur karena keikhlasan dari iman Timotius yang teguh terhadap Yesus Kristus. Paulus juga menyampaikan kepada Timotius untuk mau menderita seperti dirinya demi jalannya pemberitaan Injil (1:8). Surat ini diberikan ketika Timotius berada di Asia Kecil (1:15) dan Paulus mengetahui bahwa banyak jemaat di Asia Kecil yang telah berpaling dari ajarannya seperti, Figeleus dan Hermogenes (1:15), namun masih ada yang tetap berpegang teguh terhadapa ajaran dari Paulus, yaitu Onesiforus yang mau menemui Paulus yang sedang berada di Penjara Roma, dan dia sudah banyak melakukan pelayanan di Efesus (1:16,18).
Hal tersebut disampaikan Paulus adalah untuk mendorong Timotius agar tetap bersemangat dalam menjalankan tugas pelayanannya dan tetap tabah dalam semua penderitaan yang akan dihadapinya oleh karena kebenaran (1:3-18). Paulus dengan jelas menyatakan bahwa penderitaan akan selalu datang bagi orang-orang yang memberitakan Injil kebenaran, oleh karena itu Paulus mengajak Timotius untuk mempersiapkan hatinya agar tahan dalam penderitaan, seperti yang telah dilakukan oleh Paulus.
Paulus mengatakan kepada Timotius untuk tetap menjadi pribadi yang kuat, dan mengajak Timotius untuk bersama-sama menderita. Paulus menyarankan kepada Timotius untuk melakukan pendelegasian tugas dalam memberitakan Injil dengan orang-orang yang dapat dipercaya dan cakap dalam mengajar (1:2). Untuk memperkuat argumentnya Paulus mencontohkan seorang prajurit yang menderita untuk memperjuangkan kebenaran (2:3-4), seperti seorang olahragawan yang memperoleh mahkota sebagai juara (2:5), dan seperti seorang petani yang bekerja keras (2:6). Dan Paulus mencontohkan dirinya yang dibelenggu seperti seorang penjahat hanya oleh karena memberitakan Injil (2:8-12).  
Paulus memberikan nasihatnya kepada Timotius dalam menghadapi para pengajar yang sesat (2:14-26). Nasihat tersebut berisikan perintah untuk mengejar keadilan, kesetiaan, kasih dan kedamaian (2:22). Paulus juga menyampaikan nasihatnya untuk menjadi seorang hamba yang tidak boleh bertengkar, ramah, cakap mengajar, sabar, lemah lembut, menyadarkan orang sesat untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar (2:24-26). Hal itu disampaikan Paulus untuk membentuk Timotius menjadi seorang hamba yang mampu menghadapi ajaran yang sesat, seperti yang telah diajarkan oleh Himeneus dan Filetus yang mengajarkan bahwa kebangkitan telah berlangsung sehingga iman orang-orang menjadi rusak (2:17-18).
Paulus berharap agar Timotius tidak malu mengajarkan kebenaran Allah bagi orang banyak, dan mampu menghindari ajaran sesat (2:15-16). Untuk memperkuat argumentnya, Paulus menggunakan pandangan mengenai sebuah rumah yang besar, dimana dalam rumah tersebut bukan hanya perabot yang ada, melainkan tanah dan kayu yang merupakan hal pertama yang digunakan untu kemuliaan dalam pembangunan rumah tersebut dan menjadi tempat perabot yang dari emas dan perak itu (2:20).
Paulus juga menyampaikan keadaan manusia pada akhir zaman, dimana pada saat itu akan terjadi kekacauan dalam kehidupan manusia dan semua manusia akan saling menghancurkan, dan manusia akan dikuasai oleh dosa dan menolak semua kebenaran yang diajarkan (3:1-7). Hal ini semakin dipertegas dengan menuliskan kisah Yanes dan Yambres yang menentang Musa pembawa kebenaran (3:8-9).
Paulus pun kembali menguatkan iman Timotius agar dia semakin bertumbuh. Paulus mencontohkan dirinya yang telah menderita di Antiokhia, Ikonium dan Listra. Dan Paulus mengatakan bahwa penganiayaan yang dialaminya menumbuhkan imannya yang semakin teguh, dan dia menyatakan bahwa Tuhan akan menyelamatkan bila mereka yang percaya dianiaya (3:10-14). Paulus juga mengingatkan Timotius akan Kitab Suci yang sejak kecil sudah dikenal oleh Timotius, dan menyatakan bahwa Kitab Suci merupakan tulisan yang diilhamkan Allah itu sangatlah bermanfaat (1:15-17).
Pada bagian akhir dari surat ini, Paulus menyatakan kepada Timotius untuk memenuhi panggilannya dalam melayani sebelum waktuNya datang. Paulus berharap besar kepada Timotius untuk mau menderita demi keselamatan orang banyak (4:1-6). Pada bagian ini juga Paulus yang telah tua menyatakan bahwa dirinya akan segera mati (4:6-8).
Pesan terakhir Paulus dalam surat ini adalah meminta Timotius untuk segera datang menjumpainya karena Demas yang telah mencintai dunia pergi ke Tesalonika meninggalkannya, Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia, dan hanya Lukas yang bersama-sama dengan Paulus. Paulus meminta Timotius untuk menjemput Markus dan membawanya menghadap Paulus. Paulus telah mengirim Tikhikus ke Efesus. Dan Paulus jgua meminta Timotius untuk membawakan jubah, kitab-kitab, dan perkamennya yang tinggal di Troas di rumah Karpus (4:9-13).
Paulus juga menyampaikan bahwa Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat jahat. Hal ini disampaikan Paulus agar Timotius berhati-hati terhadapnya.  Pada bagian ini Paulus juga menyampaikan harapannya agar pemberitaan Injilnya didengarkan oleh semua orang yang bukan Yahudi (4:14-18). Surat ini ditutup dengan salamnya kepada Priskila, Akwila dan keluarga Onesiforus, kepada Erastus di Korintus dan Trofimus yang sedang sakit di Miletus. Paulus meminta kepada Timotius untuk segera menjumpai dirinya sebelum musim dingin. Dalam surat ini Paulus juga menyampaikan salam dari Ebulus, Pudes, Linus dan Klaudia kepada semua saudara (4:19-21). Paulus menutup surat ini dengan ucapan berkatnya (4:22)      


Ibrani
D.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini tidak jelas siapa penulisnya, namun berdasarkan pandangan tradisi, surat ini ditulis oleh Rasul Paulus kepada Orang Ibrani. Namun pandangan ini banyak diragukan oleh ahli-ahli dan mengatakan nama lain sebagai penulis surat ini, yaitu Barnabas dan Apolos. Pandangan tersebut semakin kuat karena dalam surat ini dikatakan bahwa penulisnya adalah orang yang menerima perkataan Kristus dari orang lain (2:2-3), sementara Paulus menerima perkataan Kristus secara langsung. Surat ini lebih mengacu kepada uraian teologi dan bahkan disebut sebagai khotbah. Surat ini juga mengatakan keistimewaan Yesus di hadapan tradisi Yahudi. Surat ini memiliki isi yang panjang pada setiap pasalnya.
Ada kebingungan antara judul dan pernyataan yang ada di surat ini. Dalam judulnya jelas dikatakan bahwa surat ini ditujukan kepada Orang Ibrani, namun dalam pernyataan yang ada di bagian akhir surat ini dijelaskan bahwa surat ini ditujukan kepada Orang-orang Kristen yang berada di Italia (13:24) karena mereka membutuhkan bimbingan dan penghiburan agar iman mereka tetap teguh.
Isi surat ini adalah mengenai Anak Allah yang merupakan perantara penyampaian firmannya, seperti pada zaman dahulu yang melalui nenek moyang dan para nabi (1:1-4). AnakNya dikatakan sebagai yang lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat yang melayani demi keselamatan manusia dari murka Allah (1:5-14).
Surat ini juga menyampaikan mengenai keselamatan yang besar, dimana keselamatan tersebut sudah dinyatakan dengan hal-hal yang dapat yang dipercaya, yaitu melalui tanda-tanda dan mujizat-mujizat (2:1-4). Hal ini disampaikan agar manusia tidak menyia-nyiakan keselamatan tersebut, karena Yesus Kristus telah menaklukkan dunia dan melalui kematianNya itu Iblis telah musnah dan manusia telah bebas dari perhambaan dosa. Yesus telah menderita karena pencobaan sehingga Dia dapat menolong mereka yang dicobai (2:5-18).
Yesus juga memiliki posisi yang lebih tinggi dari Musa, dan bahkan Yesus diberi gelar sebagai Rasul dan Imam Besar (3:1). Hal ini semakin diperkuat dengan argumen mengenai Allah yang adalah ahli bangunan dan membangun rumah, dimana Yesuslah yang menjadi kepala di rumah tersebut (3:1-6). Dan mereka yang percaya yang dapat masuk ke dalam rumah tersebut (3:7-19). Surat ini juga menyinggung hari perhentian dimana seluruh manusia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya di dunia (4:1-13).
Yesus yang dituliskan sebagai Imam Besar yang Agung dalam surat ini disebut sebagai Anak Allah yang telah turun ke bumi menjadi manusia, dan walaupun Dia adalah AnakNya Dia tetap menaati segala perintahNya. Pernyataan Yesus sebagai Imam Besar semakin dipertegas dengan menyebut nama Melkisedek dan peraturannya (4:14-5:10). Oleh karena itu, surat ini menasihatkan manusia untuka tidak murtad dan berpegang teguh pada Yesus (5:11-6:6), dan pernyataan ini diperkuat dengan perumpamaan akan tanah dengan air hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan berguna dan semak berduri (6:7-8). Surat Ibrani ini juga mencantumkan nasihat untuk terus berpengharapan akan Kasih Allah, dimana Yesus sebagai Imam Besar yang menunjukkan jalan menuju Kerajaan Allah (6:9-20).
Yesus Kristus juga dibandingkan dengan Melkisedek sebagai Imam Besar dan Raja damai sejahtera (7:1-10). Dan Yesus disebut sebagai Imam yang lebih tinggi dari pada Harun (7:11-28). Namun zaman Yesus berbeda dari Melkisedek dan Harun, sehingga Yesus disebut sebagai Imam Besar Perjanjian Baru yang duduk disebelah kanan takhta yang Maha Besar di Sorga (8:1-13). Kitab ini menyebutkan tempat kudus di Bumi dan di Sorga, dimana tempat kudus di Bumi adalah tempat peribadahan dengan aturan-aturannya yang harus dipatuhi oleh para Imam, termasuk Imam Besar (9:1-10).  Dan Kristus disebut sebagai pengantara dari perjanjian yang baru, sebagai Imam besar yang telah melewati tempat yang kudus di Bumi dan di Sorga, namun Kristus hanya sekali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa manusia (9:11-28).
Yesus Kristus juga dibandingkan dengan Hukum Taurat, dimana dalam kitab ini dikatakan bahwa Hukum Taurat mengenal persembahan yang mengingatkan manusia akan adanya dosa, dan persembahan itu harus dilakukan setiap tahun dan bahkan tidak dapat menyempurnakan. Tetapi Yesus Kristus adalah persembahan yang sempurna, dan karena Dia manusia terlepas dari kuasa dosa (10:1-18). Oleh karena darah Yesus kita sebagai orang yang telah bebas dari dosa menjadi berani dan bahkan dapat masuk ke dalam tempat kudus. Dan untuk memeliharanya di dalam surat ini dinasihatkan untuk bertekun dalam iman dengan beribadah (10:19-39).
Surat ini juga menjelaskan mengenai Iman yang merupakan dasar dari segala sesuatu yang manusia harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat manusia (11:1). Surat ini juga memperkuat penjelasan mengenai Iman dengan memberikan contoh dari tokoh-tokoh yang beriman di Perjanjian Lama, yaitu:

a.       Habel (11:3)
b.      Henokh (11:5-6)
c.       Nuh (11:7)
d.      Abraham dan Sara (11:8-19)
e.       Ishak (11:20)
f.       Yakub (11:21)
g.      Yusuf (11:22)
h.      Musa (11:23-30)
i.        Rahab (11:31)
j.        Gideon
k.      Barak
l.        Simson
m.    Yefta                                (11:32-37)      
n.      Daud
o.      Samuel
p.      Para Nabi, dll.

Pada bagian ini juga dijelaskan bahwa mereka yang beriman mendapat penderitaan di dunia ini, namun Allah telah menyediakan tempat bagi mereka yang menaruh iman kepadaNya (11:38-40).
            Surat ini menasihati manusia untuk bertekun dalam Iman (12:1-17) dan siap mempertanggung jawabkannya dengan menjaga keutuhan Iman tersebut (12:18-29). Nasihat terakhir dalam surat ini adalah mengenai kasih persaudaraan, hidup sebagai orang beriman, dan mencontoh Yesus Kristus yang disebutkan sebagai Gembala Agung (13:1-21). Pada bagian akhir surat ini penulis menyampaikan harapannya agar mereka mendengar dan menghidupi nasihat tersebut, dan menyatakan bahwa Timotius akan segera tiba di tengah-tengah mereka dan setelah itu penulis yang menyebut dirinya adalah Paulus mengatakan akan mengunjungi mereka (13:22-23). Surat ini ditutup dengan ucapan salam dari penulis (13:24-25).
           



Surat-surat Umum


Yakobus
E.   Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini ditulis oleh Yakobus (1:1), namun di dalam Perjanjian Baru ada begitu banyak nama Yakobus, seperti Yakobus ayah Yudas, Yakobus anak Zebedeus, dan Yakobus saudara Yesus yang diyakini sebagai penulis surat ini. Yakobus memiliki peran penting dalam sidang di Yerusalem yang dihadiri oleh para rasul dan penatua (Kisah Para Rasul 21:15-25). Namun posisi Yakobus saudara Yesus sebagai penulis diragukan karena penulis menggunakan kata “hamba” dan bukan “saudara” dari Yesus Kristus (1:1). Surat ini ditujukan kepada ke-dua belas suku yang berada di perantauan, atau dapat disebut sebagai Orang Yahudi (1:1).
Surat yang ditulis oleh Yakobus ini berisi penjelasan mengenai Iman dan Hikmat (1:2-8), dimana dia menjelaskan bahwa pencobaan merupakan suatu kondisi dimana iman manusia diuji (1:2-4). Hikmat merupakan pemberian Allah, dan iman menentukan hikmat yang kita minta kepada Allah akan diberikan atau tidak, karena bagi mereka yang mendua hatinya tidak akan menerima sesuatu dari Allah (2:5-8). Hal ini disampaikan agar mereka memegang teguh iman mereka dan menyadari bahwa hikmat bukanlah hasil usaha manusia sendiri, namun pemberian Allah berdasarkan iman setiap manusia. Yakobus juga memberikan penguatan bagi mereka yang rendah karena mereka akan bermegah, dan orang kaya kedudukannya akan rendah di mata Allah (1:9-11).
Isi surat Yakobus lebih mengarah kepada kehidupan bangsa Yahudi, dimana melalui surat ini mereka diajar untuk tetap mempertahankan imannya walaupun itu dalam pencobaan. Yakobus memahami pencobaan sebagai suatu pengujian terhadap iman manusia, dan mereka yang dapat melewatinya akan mendapat mahkota kehidupan yang telah dijanjikan Allah (1:12-18). Yakobus juga menyampaikan bahwa setiap pencobaan yang terjadi dalam kehidupan manusia bukanlah pemberian Allah (1:13), dan setiap manusia yang tidak menjauhkan diri dari dosa maka itu akan melahirkan maut (1:13-15). Hal ini disampaikan Yakobus agar bangsa Yahudi memelihara setiap pemberian dan anugerah Allah yang diberikan kepada mereka (1:16-18). Yakobus menasihati bangsa Yahudi untuk tidak menjadi pendengar firman saja, namun menjadi pelaku firman karena itu merupakan kehendak Allah (1:19-22). Untuk memperkuat nasihatnya, Yakobus mengibaratkan manusia yang hanya mendengar firman Tuhan sebagai manusia yang sedang bercermin dan hanya melihat dirinya sendiri, tetapi jadilah pelaku firman yang memerdekakan orang lain dari dosa (1:23-27).
Surat Yakobus ini menekankan agar bangsa Yahudi tidak memandang muka dalam memberitakan firman Tuhan atau hanya bekerja diantara mereka yang kaya (2:1-4). Yakobus berharap agar bangsa Yahudi juga memberitakan firman kepada orang miskin berdasarkan kasih (2:5-12). Pada bagian ini Yakobus menyebutkan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci, yaitu untuk mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri (2:8).
Penekanan Yakobus kepada bangsa Yahudi untuk menjadi pelaku firman Tuhan semakin diperkuat, dimana dia menuliskan penjelasan mengenai Iman yang tanpa perbuatan adalah mati (2:14-26), seperti tubuh tanpa roh adalah mati (2:26). Yakobus menekankan pada pembenaran yang didapat bukan hanya dari iman saja, tetapi dari perbuatan juga. Hal ini disampaikan karena Yakobus menyatakan bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya (2:21-24), dan pernyataan tersebut bertentangan dengan apa yang diajarkan Paulus mengenai pembenaran oleh karena iman saja (Roma 3:28; 4:2; Galatia 2:16).
Dalam surat ini, Yakobus juga mengkritik bangsa Yahudi yang diantara mereka banyak yang menjadi guru, namun tidak dapat mempertanggung jawabkan tindakan mereka. Yakobus menyampaikan bahwa lidah juga dapat menghasilkan dosa (3:1-12). Hal ini semakin dipertegas oleh Yakobus dengan menyatakan bahwa “lidah adalah api” dan lidah merupakan hal yang paling sulit untuk dijinakkan oleh manusia sendiri, dimana melalui lidah manusia memuji Tuhan dan melalui lidah juga manusia mengutuk (3:6-10).
Yakobus menjelaskan bahwa ada dua hikmat, yaitu hikmat yang dari atas dan hikmat yang dari dunia. Hikmat yang dari dunia ada karena nafsu manusia dan dari setan-setan, sementara hikmat yang dari atas merupakan karunia Allah kepada manusia dan menghasilkan kemurnian, damai, taat, belas kasih dan buah-buah yang baik (3:13-18).
Surat ini juga menyatakan kepada manusia untuk menjauhi hawa nafsu dan persahabatan dengan dunia, namun tunduk kepada Allah karena dengan demikian maka iblis akan menjauh dari mereka (4:1-10). Hal ini disampaikan Yakobus agar bangsa Yahudi merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dan menaruh iman kepada Allah (4:7-10). Yakobus juga menyampaikan hukum-hukum yang harus dijalankan oleh bangsa Yahudi, yaitu untuk tidak memfitnah orang (4:11-12), dan tidak melupakan Tuhan (4:13-17).
Yakobus menyampaikan peringatan kepada orang-orang kaya untuk tidak larut dalam kebahagiaan oleh karena harta mereka, karena harta tersebut akan busuk. Dan kebahagiaan yang mereka dapat di bumi bukanlah kebahagiaan yang kekal, namun hanya sesaat (5:1-6). Dan untuk menguatkan orang yang menderita, Yakobus mengajak mereka yang menderita untuk bersabar dalam menanti kedatangan Tuhan yang sudah dekat (5:7-11). Yakobus memperkuat argumentnya dengan menyampaikan kisah Iman Ayub yang tetap setia dalam penderitaan, dan menyampaikan apa yang diterima Ayub setelah melewati penderitaan tersebut (5:11). Hal ini disampaikan agar bangsa Yahudi sadar dan terbuka hatinya. Yakobus juga mengibaratkan penantian tersebut seperti seorang petani yang bersabar menanti hujan demi hasil yang memuaskan (5:7). Dan Yakobus juga meminta bangsa Yahudi untuk mencontoh ketekunan iman para nabi terdahulu (5:10).
Pada bagian akhir surat ini Yakobus menuliskan penjelasan mengenai sumpah agar tidak dilakukan dengan sembarangan (5:12) dan mengajarkan bangsa Yahudi untuk berdoa bagi orang yang sakit (5:13-15). Yakobus mengajarkan mereka bahwa doa yang lahir dari iman yang didengarkan oleh Tuhan. Dan bahkan Yakobus mengutarakan bahwa Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (5:16b). Yakobus memberikan contoh kisah Elia sebagai sosok yang bersungguh-sungguh dalam doanya (5:17-18). Dan Yakobus menutup suratnya dengan pernyataan bahwa keselamatan orang lain dapat juga dipengaruhi oleh seorang manusia (5:19-20). 



I Petrus
F.   Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Pada pembukaan surat ini disebutkan bahwa penulisnya adalah Simon Petrus yang merupakan seorang Rasul Yesus Kristus (1:1) dan surat ini dikirim melalui perantaraan Silwanus (5:12). Surat ini ditujukan kepada mereka yang dipilih sesuai dengan rencana Tuhan, dimana mereka tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (1:1-2). Kata-kata yang digunakan Petrus pada pembukaan surat (1:2) menunjukkan bahwa surat ini disampaikan kepada bangsa Yahudi diaspora, dan hal ini semakin jelas karena Petrus menuliskan bahwa mereka berada di tengah-tengah orang yang bukan Yahudi (2:12). Surat ini ditulis untuk menguatkan iman mereka yang telah dipilih Tuhan, karena mereka sedang menghadapi penderitaan karena kepercayaan mereka akan Yesus Kristus. Dan melalui surat ini, Petrus menyatakan bahwa ketekunan iman dalam menghadapi pencobaan akan berbuah.
Petrus menjelaskan mengenai iman, kasih dan pengharapan (1:3-12). Pada penjelasan ini Petrus menjelaskan secara sistematis mengenai hubungan manusia dengan Tuhan Allah, yaitu manusia mempercayai Tuhan Allah walaupun belum pernah melihat-Nya, dimana hal ini merujuk pada iman manusia (1:3-7). Iman manusia terhadap Allah membuat manusia mengasihi Tuhan Allah (1:8). Dengan demikian manusia mampu berpengharapan kepada Tuhan akan keselamatan dan mendapat kasih karunia yang daripadaNya (1:9-10). Petrus juga menyampaikan bahwa penderitaan yang sedang terjadi di tengah-tengah mereka yang menjadi tujuan dari surat ini adalah suatu bagian dari pengikut Kristus, karena Kristus telah menderita sebelumnya untuk menyelamatkan manusia (1:11-12). Hal ini disampaikan Petrus untuk mengingatkan mereka bahwa Tuhan menyelamatkan manusia.
     Dalam surat ini, Petrus menasihati agar mereka hidup kudus, hidup sebagai anak-anak yang taat dan menjauhi hawa nafsu (1:13-16). Petrus mengutip dari Perjanjian Lama mengenai hidup kudus, dimana manusia haruslah kudus, sebab Tuhan juga kudus (1:16; Imamat 11:44-45; 19:2). Petrus memperkuat nasihatnya dengan menjelaskan darah Yesus yang menjadi bayaran untuk kebebasan manusia dari belenggu dosa, sehingga manusia menjadi kudus, dan oleh karena kematian-Nya manusia menjadi percaya kepada Tuhan (1:17-21). Pengorbanan Yesus Kristus adalah karena kasihNya kepada manusia, dan Petrus menasihatkan mereka untuk mengasihi sesama manusia tanpa memandang bulu seperti yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus (1:22-25).
Petrus menasihati orang Kristen Yahudi yang berada di Asia Kecil dan sekitarnya untuk menjauhkan diri dari segala kejahatan dan menjadi manusia yang telah lahir kembali, selayaknya bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan rohani, sehingga olehnya bayi tersebut mampu bertumbuh dan beroleh keselamatan (2:1-3). Petrus juga menjelaskan mengenai kehidupan orang Kristen agar menjadi seperti batu yang hidup, yaitu Yesus Kristus, dimana batu itu menjadi pondasi yang kokoh dalam pembangunan rumah (2:4-10). Petrus menguatkan iman mereka dengan menyebut mereka sebagi bangsa yang terpilih (2:9).
Petrus juga memerintahkan jemaat tersebut untuk menjadi hamba Allah dengan menjauhkan diri dari segala keinginan daging, dan membuktikan bahwa mereka pantas disebut sebagai anak Allah melalui perbuatan di tengah-tengah orang yang bukan Yahudi yang memfitnah mereka (2:11-12). Petrus menasihati mereka untuk hidup sebagai orang yang merdeka dan sebagai hamba Allah yang menghormati semua orang, mengasihi semua saudara, dan menghormati para penguasa (2:13-17). Dan untuk menguatkan iman mereka, Petrus mengungkapkan penderitaan Kristus sebagai teladan bagi mereka, dimana Yesus membalaskan penganiayaan akan diriNya dengan kasih yang adil (2:18-25).
Surat yang ditulis oleh Petrus ini juga menjelaskan mengenai hukum dalam hidup bersama suami isteri, yaitu para isteri agar tunduk kepada suaminya dan para suami untuk hidup bijaksana dengan isterinya, sehingga suami dan isteri dapat saling menolong agar tidak jatuh dalam dosa (3:1-7).
Kehidupan jemaat tersebut dinasihati oleh Petrus agar mereka hidup di dalam kasih, sehingga kedamaian diam di tengah-tengah kehidupan mereka (3:8-12). Dan Petrus kembali mempertegas kepada mereka untuk tetap bersabar dalam penderitaan yang mereka hadapi oleh karena kebenaran seperti Yesus Kristus, sebab mereka yang menganiaya kebenaran akan mempertanggung jawabkan tindakannya di hadapan Allah (3:13-4:6). Petrus menasihat mereka untuk tetap berdoa di dalam penderitaan mereka, mengasihi dan saling tolong menolong meskipun sedang menghadapi penderitaan karena itu adalah kewajiban seorang yang hidup sebagai Kristen (4:7-11). Petrus juga mengatakan agar mereka bersukacita atas penderitaan yang terjadi oleh karena dirinya adalah orang Kristen yang setia kepada Allah (7:12-19).
Petrus menasihati mereka untuk tetap merendahkan diri dan tetap melayani walaupun penderitaan datang silih berganti. Petrus memerintahkan mereka untuk menggembalakan saudara-saudara mereka yang sesat dengan sukarela, sebab mereka akan dimuliakan dan mendapat tempat di Kerjaan Allah (5:1-10). Petrus memperingati mereka untuk tetap berjaga-jaga terhadap godaan dari si Iblis yang berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelan (1:8), dan lawanlah dia dengan iman yang teguh (1:9). Pada bagian penutup surat ini, Paulus menyampaikan salamnya (1:12-14). 





Yudas
G.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini ditulis oleh Yudas saudara Yesus (1:1) yang ditujukan kepada mereka yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus (ay.1). Penggunaan kata “yang dipelihara untuk Yesus Kristus” menunjukkan bahwa penerima surat ini mungkin saja murid-murid Yesus. Yudas menulis surat ini untuk mengecam para pembawa ajaran sesat dengan mengatakan bahwa hari penghakiman terhadap para pengajar sesat akan segera datang.
Yudas menuliskan kalimat yang menguatkan iman mereka yang menerima surat ini dengan mengatakan bahwa keselamatan akan terjadi kepada mereka apabila mereka mempertahankan iman mereka (ay.3). Yudas juga memperingati mereka bahwa di tengah-tengah mereka telah ada para pembawa ajaran sesat yang menyalahgunakan kasih karunia Allah dan menyangkal Yesus Kristus (ay.4). Surat ini menyatakan bahwa pengajar sesat tersebut menyangkal Yesus Kristus, sehingga besar kemungkinan bahwa para pengajar sesat tersebut adalah kelompok antikristus.
Surat yang ditulis Yudas ini mencantumkan bagaimana Tuhan menyelamatkan bangsanya dari tanah Mesir dan bagaimana tindakan Tuhan terhadap orang-orang yang tidak percaya (ay.5). Yudas juga menuliskan mengenai kisah Sodom dan Gomora yang dihukum dengan siksaan api oleh karena dosa-dosa mereka yang melakukan percabulan dan mengikuti hawa nafsu duniawi (ay.7). Kisah yang dituliskan Yudas dari Perjanjian Lama yang lain adalah mengenai Malaikat Mikhael yang berselisih dengan Iblis oleh karena mayat Musa, dimana Malaikat Mikhael menyatakan bahwa Tuhan akan menghardik Iblis (ay.8-9). 
Dalam surat ini Yudas menggambarkan para pembawa ajaran sesat sebagai binatang yang tidak berakal sehingga mengakibatkan kebinasaan bagi diri mereka sendiri (ay.10). Yudas juga mengecam para penyesat, yang telah mengikuti jalan Kain dan Bileam yang bekerja hanya untuk mendapatkan upah, dengan menyatakan bahwa tindakan mereka akan menghasilkan kebinasaan bagi mereka seperti Korah yang binasa oleh karena kedurhakaannya (ay.11). Yudas juga menyebut mereka yang telah menyangkal Yesus Kristus dengan gambaran sebagai berikut (ay.12-13):
-          Bagaikan noda dalam perjamuan kasih
-          Bagaikan awan yang tak berair, yang berlalu ditiup angin
-          Bagaikan pohon-pohon di musim gugur yang tidak menghasilkan buah
-          Bagaikan pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya yang sudah mati
-          Bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri
-          Bagaikan bintang-bingtang yang baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya
Dalam surat ini, Yudas menuliskan nubuatan Henokh, keturunan ke-tujuh dari Adam, dimana Tuhan akan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya untuk menghakimi semua orang (ay.14). Yudas juga menuliskan pandangannya terhadap para pembawa ajaran sesat yang merupakan orang-orang yang menuruti hawa nafsunya dan melakukan segala hal demi keuntungan pribadi (ay.15)  
Pada bagian akhir surat Yudas ini, dia menuliskan nasihatnya kepada orang-orang yang dipelihara untuk Yesus Kristus agar mengingat ajaran-ajaran yang telah disampaikan oleh Yesus Kristus sebelumnya kepada mereka (ay.17). Hal ini disampaikan karena pada akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan hidup menuruti hawa nafsu kefasikan mereka, dan hari itu akan segera tiba karena di tengah-tengah mereka telah muncul para pengejek-pengejek yang akan memecah belah dan hidup tanpa Roh Kudus (ay.18). Yudas bermaksud agar murid-murid Yesus untuk membangun iman mereka, berdoa dalam Roh Kudus, memelihara diri mereka di dalam kasih Allah, bersabar menantikan Yesus Kristus untuk hidup yang kekal, dan menunjukkan belas kasihan mereka dengan menolong orang lain agar tidak jatuh dalam dosa dan hanya akan memperoleh kebinasaan (ay.19-23).
Surat ini ditutup dengan harapan Yudas kepada Tuhan agar mereka tidak dibiarkan jatuh ke dalam dosa, sehingga mereka tidak bernoda dan bergembira di hadapan-Nya (ay.24). Kalimat penutup surat ini adalah ucapan berkat dari Yudas (ay.25).


II Petrus
H.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini ditulis oleh Simon Petrus yang merupakan murid dari Yesus (1:1) dan posisi Petrus sebagai penulis surat ini semakin kuat karena dalam surat ini dituliskan bahwa dia menyaksikan secara langsung bahwa Yesus dipermuliakan oleh Tuhan Allah di atas gunung (1:16-18). Surat ini ditulis kepada jemaat yang sama seperti pada surat Petrus yang pertama (3:1). Surat ini ditulis ketika Petrus menyadari bahwa dirinya tidak lama lagi di bumi ini (3:15). Petrus menulis surat ini dengan tujuan untuk memperingati orang Kristen Yahudi yang berada di Asia kecil agar berhati-hati terhadap ajaran-ajaran yang disampaikan oleh pengajar sesat, nabi-nabi dan guru-guru palsu.
Petrus mengajarkan jemaat mengenai panggilan Allah yang mengharuskan manusia untuk menolak hawa nafsu duniawi, karena panggilan tersebut merupakan jalan dari keselamatan yang telah dijanjikan Allah kepada manusia (1:3-4). Usaha untuk memenuhi panggilan tersebut adalah dengan menambahkan iman kebajikan yang merujuk pada penguasaan diri, kepada ketekunan dan kesalehan, dan kepada kasih persaudaraan yang membuat manusia berhasil mengenal Yesus Kristus (1:5-8). Petrus mengatakan bahwa mereka yang tidak memiliki iman akan buta dan menjadi picik (1:9). Oleh karena itu, Petrus menasihati mereka untuk berusaha, sehingga mereka dapat memasuki Kerajaan Allah (1:10-11). Pada surat ini, Petrus mengucapkan kata-kata perpisahan kepada mereka, dimana hal ini menunjukkan bahwa Petrus menyadari bahwa usianya tidak lama lagi (1:12-15).
Surat ini berisikan peringatan kepada para pengajar sesat untuk tidak sembarangan menafsirkan Kitab Suci, sebab manusia tidak memiliki kemampuan bila tidak dengan bantuan Roh Kudus untuk berbicara mengenai Tuhan (1:20-21). Petrus juga mengecam para nabi-nabi dan guru-guru palsu yang mengajarkan hal-hal yang sesat mengenai Tuhan, karena ajaran-ajaran tersebut akan membinasakan umat manusia. Petrus mengetahui bahwa para pengajar sesat telah mempengaruhi jemaat, sehingga mereka melakukan kejahatan (2:1-3). Untuk menghentikan ajaran-ajaran tersebut, Petrus menuliskan kisah dari Perjanjian Lama mengenai pembinasaan terhadap orang-orang berdosa dan penyelamatan terhadap orang-orang benar, yaitu kisah Nabi Nuh, yang pada zamannya diadakan air bah untuk menghapus semua orang berdosa dari muka bumi, namun  Nuh dan keluarganya yang percaya kepada Tuhan diselamatkan (2:4-5). Dan kisah Sodom dan Gomora yang dimusnahkan karena dosa oleh Tuhan dan Lot yang percaya diselamatkan (2:6-7). Hal tersebut menjelaskan bahwa penghakiman tidak dapat dihindarkan dari orang-orang yang menentang ajaran-Nya, sebab keselamatan diam dalam orang-orang benar (2:8-10). Petrus dengan tegas menyatakan bahwa para pengajar sesat akan mendapat bagiannya di dalam kerajaan maut (2:17-22). Para pengajar sesat bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, dimana mereka selalu meminta upah dari pekerjaan mereka, seperti Bileam, anak Beor, yang selalu megharapkan upah dari pekerjaannya (2:11-16).
Petrus juga menuliskan mengenai hari Tuhan (3:1-16), dimana Petrus memperingati jemaat Kristen Yahudi yang berada di Asia Kecil untuk mendengarkan perkataan nabi-nabi kudus dan mengingat perintah Yesus Kristus. Petrus berharap agar mereka segera bertobat (3:1-9). Hal ini disampaikan Petrus agar mereka siap untuk menyambut hari Tuhan yang akan datang bagaikan seorang pencuri yang tidak diketahui kedatangannya, karena pada saat itu segala sesuatu yang ada di dunia ini akan hancur dan bahkan musnah, dan yang akan tetap bertahan hanyalah kebenaran (3:10-13). Petrus juga menasihati mereka untuk bersabar dalam menantikan kedatangan-Nya, dan dalam penantian itu mereka berusaha untuk menyucikan diri, sehingga mereka tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan-Nya. Petrus menguatkan hati mereka dengan mengatakan bahwa penantian tersebut merupakan suatu kesempatan yang diberikan Allah kepada manusia untuk memperbaiki diri (3:14-16).  
   Pada bagian penutup surat ini, Petrus menyebut mereka sebagai saudara kekasih (3:17). Petrus juga memperingati mereka untuk tetap waspada terhadap kesesatan, dan berpegang teguh pada iman mereka, sehingga mereka bertumbuh dalam kasih karunia Allah dan Juruselamat (3:18).



Surat-surat Am


I Yohanes
I.     Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini ditulis oleh Yohanes ketika berada di Efesus. Surat ini ditulis untuk melawan ajaran sesat yang menolak keTuhanan Yesus, yang disebut sebagai antikristus. Ajaran ini sangat mempengaruhi iman orang kristen yang berada di Asia Kecil.
Yohanes menuliskan kesaksian rasul tentang Firman Tuhan (1:1-4) yang bersaksi dari apa yang telah mereka saksikan dan mereka menuliskannya agar dapat menjadi pedoman bagi seluruh orang Kristen atas dasar persekutuan mereka dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Penulis juga menjelaskan bahwa Allah adalah terang, dimana kegelapan tidak mendapat tempat. Hal inilah yang harus dilakukan oleh manusia untuk menjadi terang dan menjadi pelaku kebenaran, karena Yesus telah menyucikan manusia dengan darah-Nya. Manusia haruslah mengakui dosanya, sehingga Tuhan mengampuninya (1:5-10).
Surat ini menjelaskan mengenai hubungan manusia dengan Tuhan yang telah diperdamaikan oleh Tuhan Yesus Kristus. Kematian Yesus menjadikan manusia bersih dari dosa dan hal itu membuat manusia menjadi layak di hadapan Tuhan Allah (2:1-6). Penulis mengecam para pengajar sesat yang mengaku mengenal Tuhan (2:4). Hal ini disampaikan penulis agar orang Kristen yang mengaku mengenal Tuhan agar dalam hidupnya juga seperti orang yang mengenal Tuhan (2:6).
Yohanes yang adalah penulis surat ini menyampaikan kata-kata yang menguatkan iman orang Kristen, karena penulis mengatakan bahwa kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya (2:8), kata-kata tersebut bermakna bahwa orang Kristen akan diselamatkan dari ajaran-ajaran sesat. Yohanes juga menuliskan perintah baru bagi orang Kristen yang berada di Asia Kecil karena mereka telah dibebaskan dari perbudakan dosa oleh kematian Yesus Kristus. Penulis menasihati mereka agar menjauhi segala kejahatan dan tidak mencintai dunia beserta yang ada di dalamnya, karena itu semua merupakan keinginan daging (2:7-17). Mereka yang mengasihi Allah akan mendapat kehidupan yang kekal (2:17).
Yohanes mengetahui adanya pengajar sesat yang menyangkal Yesus Kristus, yaitu antikristus, sehingga dia menuliskan surat ini dan mengatakan bahwa saat itu adalah waktu yang terakhir, dimana bumi dan segala isinya akan dimusnahkan dan yang tersisa hanyalah mereka yang percaya kepada Tuhan (2:18-25). Hal ini disampaikan Yohanes agar orang Kristen yang berada di Asia Kecil memegang teguh ajaran kebenaran yang mengakui bahwa Kristus adalah Anak-Nya yang telah mati di kayu salib demi manusia (2:26-27).
Surat ini juga menerangkan bahwa mereka yang tinggal di dalam Kristus adalah anak-anak Allah, sehingga tidak perlu takut pada hari kedatangan-Nya dan orang yang benar akan lahir dari pada-Nya (2:28-29). Penulis menasihati orang Kristen yang berada di Asia Kecil untuk tidak melakukan dosa, karena mereka telah disucikan oleh Yesus Kristus melalui kematianNya. Dan manusia telah lahir baru dan menjadi manusia baru karena manusia yang mati bersama Yesus akan bangkit bersama-Nya juga. Penulis juga menyatakan bahwa anak Tuhan yang telah lahir baru tidak akan berbuat dosa seperti anak-anak Iblis (3:1-9).
Penulis menyebutkan tanggung jawab orang Kristen yang telah lahir baru, yaitu untuk saling mengasihi sesama manusia (3:11-18). Penulis juga menguatkan iman pembaca dengan mengatakan bahwa mereka berasal dari kebenaran, dan siapa yang diam di dalam Allah, maka Allah akan diam di dalamnya melalui Roh yang dikaruniakan kepada manusia (3:19-24). Penulis secara terbuka mengatakan bahwa sikap yang demikian akan membuat mereka dibenci oleh dunia (3:13), namun penulis menguatkan iman pembaca dengan menyatakan bahwa mereka yang dibenci oleh dunia akan membuat maut berpindah, dan kehidupanlah yang datang kepada mereka (3:14).
Surat Yohanes menyebutkan ada dua roh, yaitu Roh Allah dan roh antikristus. Roh Allah adalah roh yang mengakui Yesus Kristus, sementara roh antikristus adalah roh yang tidak mengakui-Nya. Hal ini disampaikan penulis agar mereka berhati-hati terhadap ajaran-ajaran dari nabi-nabi palsu dan para pengajar sesat yang lainnya, karena mereka memiliki roh antikristus (4:1-6).
Penulis surat ini menjelaskan posisi Allah sebagai kasih yang sejati (4:7-21). Pernyataan ini dimaksudkan agar pembaca mengasihi sesama manusia karena kasih itu berasal dari Allah, dan tindakan itu adalah bukti dari orang Kristen yang betul-betul mengenal Allah. Hal ini haruslah dilakukan manusia, karena Allah juga mengasihi manusia dengan mengutus Anak-Nya dan merelakan Anak-Nya mati di kayu salib demi keselamatan manusia (4:11-12). Yohanes menasihati pembaca dengan menyatakan apabila mereka mengasihi Allah, maka mereka akan mengasihi saudaranya (4:21).
Yohanes juga menuliskan bahwa Iman mengalahkan dunia, dimana dijelaskan bahwa iman yang dinyatakan melalui sikap yang mengasihi, dan mengakui Tuhan Yesus Kristus yang mengalahkan dunia (5:1-5). Hal ini disampaikan agar jemaat di Asia Kecil semakin yakin dan percaya bahwa ajaran sesat itu tidak pantas diperdengarkan.
Di dalam surat ini juga dituliskan mengenai kesaksian tentang Anak Allah, yaitu kesaksian yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Kesaksian yang daripada Allah ini jauh lebih kuat dari kesaksian yang diberikan manusia (5:6-12). Pada bagian ini juga dituliskan mengenai Trinitatis (Tritunggal), dimana Tuhan Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus adalah satu (5:7-8). Kesaksian yang diberikan ke manusia juga menggunakan tiga hal yang menjadi satu, yaitu Roh, Air, dan Darah (5:8).
Pada bagian akhir surat ini, Yohanes menuliskan penjelasan mengenai pengetahuan akan hidup yang kekal (5:13-21). Bagian ini merupakan kesimpulan dari isi surat Yohanes yang pertama, yang menjelaskan bahwa mereka yang percaya akan beroleh hidup yang kekal (5:13-15). Yohanes juga menasihat orang Kristen yang berada di Asia Kecil untuk mendoakan saudara mereka yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut, agar diselamatkan oleh Allah (5:16-18).  Yohanes menyampaikan nasihatnya yang lain agar pembaca mengenal Yang Benar (5:19-20) dan untuk tetap waspada terhadap segala berhala (5:21).


II Yohanes
A.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini ditulis oleh Rasul Yohanes yang merupakan penatua atau dapat dikatakan sebagai pemimpin jemaat (1:1). Surat ini ditujukan kepada Ibu yang terpilih dan anak-anak yang dikasihi (ay.1). Penggunaan kata “Ibu” dan “anak” mungkin dimaksudkan kepada jemaat dan anggota-anggotanya. Tujuan penulisan surat ini adalah untuk memperingati jemaat yang telah berpaling dari ajaran Yesus, memperingati jemaat akan kehadiran para pengajar sesat di tengah-tengah jemaat, dan melalui surat ini Yohanes menyampaikan harapannya untuk segera datang kepada mereka, sehingga Yohanes dapat berhadapan langsung dengan mereka. Surat ini merupakan surat yang singkat, karena hanya terdiri dari 1 pasal dan 13 ayat.
Yohanes menuliskan surat ini dengan menunjukkan bahwa dia mengetahui ada separuh dari anak yang masih hidup dalam kebenaran (ay.4), dimana hal ini menunjukkan bahwa ada separuh lagi anggota jemaat yang telah berpaling dari ajaran Yesus Kristus, sehingga Yohanes menuliskan surat kepada jemaat tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena adanya para pengajar sesat yang diam di tengah-tengah jemaat.
Melalui surat ini, Yohanes meminta kepada jemaat tersebut untuk menunjukkan sikap yang saling mengasihi satu sama lain, untuk hidup di dalam kasih dan mau menuruti perintah-Nya (ay.5-6). Hal ini disampaikan Yohanes agar jemaat memperhatikan anggota-anggota yang telah sesat, dan berharap agar jemaat menunjukkan kasihnya dengan membimbing mereka yang sesat ke arah yang benar yang sesuai dengan kehendakNya.
Yohanes mengecam para pembawa ajaran yang sesat, karena mereka telah membawa kehancuran bagi anggota jemaat tersebut. Rasul Yohanes juga menuliskan nasihatnya kepada jemaat untuk mewaspadai dan berjaga-jaga terhadapa kehadiran para pembawa ajaran sesat yang disebutnya sebagai pengajar sesat dan antikristus (ay.7-8). Yohanes juga memperingati jemaat agar berhati-hati dengan tetap memegang teguh iman mereka terhadap Yesus Kristus, karena mereka yang tetap menjaga kebenaran dalam hatinya akan memiliki Bapa dan Anak (ay.9).
Penulis surat ini dengan tegas mengatakan agar jemaat tidak mudah terpengaruh dengan ajaran yang sesat tersebut. Hal ini tampak jelas karena Yohanes menuliskan perintah kepada jemaat untuk tidak menerima para penagajar yang sesat di dalam rumahnya dan bahkan untuk tidak memberikan salam kepada para pengajar sesat yang datang ke tengah-tengah mereka (ay.10). Dan Yohanes mengatakan bahwa jemaat yang memberikan salam kepada para pengajar sesat maka dia akan berdosa (ay.11). Hal ini disampaikan Yohanes agar jemaat tetap berpegang teguh pada ajaran Yesus Kristus dan menolak dengan segera kedatangan para pengajar sesat.
Pada bagian penutup surat ini, Yohanes menuliskan keinginannya untuk datang mengunjungi jemaat tersebut dan berhadapan langsung dengan mereka dalam memberikan ajaran yang benar agar mereka mendapat keselamatan yang dari pada Allah melalui firman yang menumbuhkan iman dan menyempurnakan mereka di hadapan Allah (ay.12). Yohanes menutup surat ini dengan menuliskan ucapan salam kepada jemaat dan anggota-anggotanya, Yohanes juga menggunakan kata “saudara” yang menunjukkan kedekatan Yohanes dan jemaat tersebut (ay.13).



III Yohanes
B.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Penulis surat ini merupakan orang yang sama dengan penulis surat Yohanes yang kedua, yaitu Rasul Yohanes yang merupakan penatua jemaat tersebut (1:1). Surat ini ditujukan kepada Gayus (ay.1). Yohanes mengucapkan rasa syukurnya karena sikap Gayus yang hidup dalam kebenaran menunjukkan bahwa dia adalah orang Kristen (ay.1-4). Di sisi lain, surat ini bermaksud untuk memperingati jemaat untuk menolak ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran yang telah mereka terima dahulu. Pada surat ini ada tiga nama yang disebut, yaitu Gayus, Diotrefes, dan Demetrius. Surat ini seperti surat Yohanes yang ke-dua, dimana surat hanya terdiri dari 1 pasal dan 15 ayat.
Yohanes menuliskan pujiannya terhadap tindakan Gayus yang bertindak selayaknya orang percaya, dimana Gayus menolong para utusan jemaat yang pada dasarnya tidak dikenal oleh Gayus, namun karena seiman dan merupakan saudara di dalam Yesus, Gayus menolong mereka (ay.5-8). Hal ini disampaikan Yohanes agar pembaca meniru tindakan Gayus yang mau menunjukkan kasihnya dengan menolong mereka yang pada dasarnya adalah orang asing bagi Gayus. Yohanes bermaksud menunjukkan bahwa sikap orang Kristen haruslah mengasihi orang lain, apalagi orang yang dikenal.
Melalui surat ini Yohanes menyampaikan kecamannya terhadap Diotrefes yang tidak mau mengakui imannya kepada Yesus Kristus dan telah mengucapkan kata-kata yang merendahkan Yohanes dan saudara-saudaranya. Yohanes juga menyampaikan sikap Diotrefes yang tidak mau menerima dan bahkan mengucilkan saudara-saudara yang datang (ay.9-10).
Pada surat ini, Yohanes menasihati jemaat untuk tidak meniru yang jahat, tetapi meniru yang baik dalam menjalani kehidupan mereka di bumi ini. Dengan tegas Yohanes mengatakan kepada jemaat bahwa mereka yang berbuat baik, maka mereka berasal dari Allah. Dan mereka yang berbuat jahat, maka mereka tidak akan melihat Allah (ay.11). Yohanes juga menuliskan kesaksiannya terhadap Demetrius yang hidup dalam kebenaran Allah, bahkan Yohanes menuliskan bahwa kebenaran telah bersaksi atas Demetrius (ay.12).
Pada bagian penutup, penulis yang menyebut dirinya adalah penatua menuliskan bahwa dirinya berharap agar dapat berjumpa secara langsung dengan Gayus (ay.13-14). Dan surat ini ditutup dengan ucapan salam (ay.15). 
Yohanes meencantumkan  tokoh-tokoh yang memiliki sikap yang bertolak belakang di dalam suratnya, yaitu Gayus dan Demetrius yang menunjukkan sikap orang Kristen dan Diotrefes yang jahat. Yohanes mungkin bermaksud untuk memberikan pengajaran yang lebih spesifik dan dapat dibuktikan dengan menuliskan contoh yang nyata, dimana pembaca dapat menyaksikan dan mengetahuinya dengan jelas. Jadi dapat dikatakabn bahwa Yohanes bermaksud agar pembaca meniru sikap Gayus dan Demetrius.


Wahyu
(Wahyu Kepada Yohanes)
C.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Kitab ini merupakan Wahyu Yesus Kristus kepada Yohanes yang kemudian membuat Yohanes bersaksi dari apa yang telah dilihatnya (1:1-3). Pada pembukaan surat ini, Yohanes menyampaikan salamnya kepada tujuh jemaat yang ada di Asia kecil (1:4-8). Yohanes menuliskan bahwa Tuhan adalah Alfa dan Omega (1:8). Tujuh jemaat yang ada di Asia (1:11) adalah sebagai berikut:

1.      Efesus (2:1-7)
2.      Smirna (2:8-11)
3.      Pergamus (2:12-17)
4.      Tiatira (2:18-29)
5.      Sardis (3:1-6)
6.      Filadelfia (3:7-13)
7.      Laodikia (3:14-22)
Yohanes menuliskan penglihatannya di Patmos (1:9-20), dimana pada saat itu Yohanes mendengar suara yang berbicara kepadanya dan dia melihat ke arah suara itu. Yohanes melihat bahwa ada seorang Anak Manusia (1:12-16) pada saat melihatnya tersungkurlah Yohanes di kaki-Nya. Yohanes yang mendapat wahyu dari Yesus dan dia diperintahkan untuk memberitakannya kepada tujuh jemaat yang ada di Asia (1:10-11).
Yohanes menuliskan kesaksian dari apa yang dilihatnya nya kepada tujuh jemaat yang ada di Asia Kecil sesuai dengan perintah Tuhan (2:1-3:22). Surat yang dituliskan oleh Yohanes ini merupakan penyataan Yesus Kristus kepadanya, penyataan tersebut adalah:
1.           Kedua puluh empat tua-tua dan keempat binatang (4:1-11)
2.           Kitab yang dimeterai dan Anak Domba (5:1-14)
3.           Keenam meterai pertama dibuka (6:1-17)
4.           Orang-orang yang dimeteraikan dari bangsa Israel (7:1-17)
5.           Meterai yang ketujuh (8:1-5)
6.           Keempat sangkakala yang pertama (8:6-13)
7.           Sangkakala yang kelima (9:1-12)
8.           Sangkakala yang keenam (9:13-21)
9.           Kitab terbuka (10:1-11)
10.       Dua saksi Allah (11:1-14)
11.       Sangkakala yang ketujuh; Nyanyian puji-pujian para tua-tua (11:15-19)
12.       Perempuan dan naga (12:1-6)
13.       Naga dikalahkan (12:7-9)
14.       Nyanyian kemenangan (12:10-12)
15.       Naga memburu perempuan itu (12:13-18)
16.       Binatang yang keluar dari dalam laut (13:1-10)
17.       Binatang yang keluar dari dalam bumi (13:11-18)
18.       Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya (14:1-5)
19.       Pemberitahuan tentang penghakiman (14:6-13)
20.       Tuaian di bumi (14:14-20)
21.       Nyanyian mereka yang menang (15:1-4)
22.       Tujuh malaikat dengan tujuh cawan murka Allah (15:5-8)
23.       Ketujuh malapetaka (16:1-21)
24.       Penghakiman atas Babel (17:1-18)
25.       Jatuhnya Babel (18:1-20)
26.       Babel tidak akan bangkit lagi (18:21-24)
27.       Nyanyian atas jatuhnya Babel (19:1-5)
28.       Perjamuan kawin Anak Domba (19:6-10)
29.       Firman Allah (19:11-16)
30.       Binatang serta nabinya dikalahkan (19:17-21)
31.       Kerajaan seribu tahun (20:1-6)
32.       Iblis dihukum (20:7-10)
33.       Hukuman yang terakhir (20:11-15)
34.       Langit yang baru dan bumi yang baru (21:1-8)
35.       Yerusalem yang baru (21:9-22:5)
36.       Kedatangan Tuhan Yesus (22:6-17)

Pada bagian penutup surat ini, Yohanes dengan tegas mengatakan bahwa wahyu ini tidak boleh dikurangi ataupun ditambakan isinya, karena mereka yang melakukan demikian akan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Allah (22:18-19). Yohanes juga menuliskan kesaksian akan kedatangan Tuhan Yesus (22:20) dan Yohanes mengakhiri kesaksiannya itu dengan kata “Amin” (22:20). “Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin” (22:21).
Surat ini dituliskan pada masa pemerintahan Nero, dimana dia menuduh orang Kristen membakar kota Roma. Hal itu membuat orang Kristen dikejar-kejar dan dianiaya, dan menjadi tekanan yang membuat banyak orang Kristen mati martir. Tindakan orang Kristen yang tidak mau menyembah kultus kaisar semakin membuat orang Kristen semakin dikejar dan bahkan menjadi musuh dari kerajaan. Ada kemungkinan bahwa surat ini dituliskan untuk mengkritik sikap pemerintah Nero yang menganiaya dan memfitnah orang Kristen, namun karena pada saat itu siapa yang mengkritik pemerintah akan dihukum mati, maka penulis menggunakan istilah-istilah yang lain.


No comments:

Post a Comment