Study Agama dan Budaya
Lokal
Agama Khonghucu
1.
Latar Belakang Agama Khonghucu
Agama
Khonghucu, disebut juga Ru Jiao, sudah ada 2000 tahun sebelum Nabi Khongcu
lahir. Para raja dan rakyat harus menjalankan upacara agama dan menjunjung
tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para luhur raja. Nabi Khongcu
lahir pada tahun 551 SM. Ia ditugaskan oleh Tuhan untuk menata kembali tata
upacara agama Ru Jiao dan mengajarkan kepada raja dan rakyat Tiongkok tentang
spiritual dan moral agar rakyat Tiongkok hidup lebih sejahtera dan damai. Pada
waktu itu di Tiongkok terjadi perpecahan yang menjadikan negeri Tiongkok kacau
balau. Para kepala daerah ingin menjadi raja, mereka saling berperang berebut
wilayah. Zaman itu disebut zaman Chun Qiu ( Musim Semi dan Musim Gugur).
Nabi
Khongcu mendirikan sekolah yang menampung murid sebanyak 3000 orang. Setelah
para murid itu pandai banyak yang mendirikan sekolah meneruskan ajaran Nabi
Khongcu. Namun, ada juga murid yang mendirikan sekolah dengan aliran lain. Pada
waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di Tiongkok, bakan ada aliran yang
bertentangan dengan ajaran Nabi, antara lain aliran Mohist yang didirikan oleh
Mo Zi.
Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi (326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran Rujiao dari Kong Zi, namun mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir saat kekacauan memuncak.
Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi (326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran Rujiao dari Kong Zi, namun mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir saat kekacauan memuncak.
Meng
Zi mengajarkan: manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan sejahtera,
untuk itu menusia harus melaksanakan Perintah Tuhan, yaitu menjalani hidup
lurus, jujur, dan tidak serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena
banyak orang tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi
lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat diperhatikan. Meng Zi
menyakini bahwa watak dasar manusia itu baik.
Xun
Zi mengajarkan bahwa manusia bisa hidup bahagia apabila negaranya kuat dan
kaya. Untuk mewujudkan negara yang kuat dan kaya perlu dibuat undang-undang
yang berlandaskan cinta kasih dan keadilan, dan ditentukan sistem
kemasyarakatan yang jelas. Rakyat perlu dididik untuk hidup sesuai dengan
sistem kemasyarakatan yang ada. Ajaran Xun Zi lebih mengarah kepada ajaran
Filsafat Konfusianisme. Xun Zi tidak yakin bahwa watak dasar manusia itu baik,
maka dia menyarakan adanya penegakan hukum yang serius agar rakyat hidup lurus
dan benar. Ajaran kedua tokoh ini telah memperkuat posisi ajaran Rujiao sebagai
agama, pandangan hidup, sistem filsafat bagi masyarakat Tionghoa.
2. Agama Khonghucu dalam kehidupan politik dan masyarakat
Semula
agama Khonghucu adalah untuk semua rakyat Tiongkok atau bangsa Tionghoa, ajaran
agama Khonghucu itu diajarkan melalui sekolah dan para orang tua. Lembaga
agamanya adalah negara itu sendiri. Setiap raja yang naik tahta wajib membuat
rumah ibadah Khonghucu (Bio atau Miao atau kelenteng) sebanyak tujuh buah,
setiap gubernur lima buah, dan residen tiga buah.
Sejak
awal dinasti Han, ajaran Rujiao juga diserap oleh bangsa Jepang, bangsa Korea,
dan bangsa Vietnam sampai dengan sekarang. Bangsa-bangsa tersebut menyerap
ajaran Rujiao menurut keperluan mereka. Di Jepang untuk keperluan pemerintahan
mereka mengambil ajaran Xun Zi, untuk keperluan rakyat banyak digunakan ajaran
Meng Zi. Di Korea, ajaran Meng Zi lebih banyak diambil dari pada ajaran Xun Zi.
Di Vietnam, ajaran Xun Zi lebih banyak dimanfaatkan dari pada ajaran Meng Zi.
Di Tiongkok sekarang, untuk pemerintahan lebih banyak diambil ajaran Xun Zi,
namun rakyat lebih banyak mengenal ajaran Meng Zi.
Pada
jaman dinasti Han (206 SM) Agama Khongcu atau Ru Jiao ditetapkan sebagai agama
negara, dan semua pejabat negara harus lulus ujian negara dengan materi ujian
ajaran Ru Jiao, yang bersumber dari Kitab Klasik, kitab ini ditulis berdasarkan
ajaran Nabi Khongcu oleh para murid-Nya. Namun pada waktu itu banyak orang
dengan aliran lain mengaku sebagai pembawa ajaran Khongcu, tujuannya supaya
diterima sebagai pejabat.
Pada tahun 97 M, diadakan seminar di Gua Macan Putih (nama sebuah gedung di Istana), untuk menetapkan ajaran Nabi Khongcu yang asli dan dipisahkan dari ajaran Khongcu yang palsu. Pemisahahan ini mempunyai dampak positip, tetapi juga mempunyai dampak negatif.
Pada tahun 97 M, diadakan seminar di Gua Macan Putih (nama sebuah gedung di Istana), untuk menetapkan ajaran Nabi Khongcu yang asli dan dipisahkan dari ajaran Khongcu yang palsu. Pemisahahan ini mempunyai dampak positip, tetapi juga mempunyai dampak negatif.
Dampak
positifnya ajaran Nabi Khongcu yang murni sudah ditetapkan. Dampak negatifnya,
banyak buku tulisan pemikir Rujiao yang ikut tersingkirkan atau tidak diakui
sebagai ajaran Rujiao. Perlu dijelaskan di sini bahwa pasa zaman itu terjadi
pepecahan antara Kelompok teks baru dan teks lama. Tampaknya yang menentukan putusan
dalam seminar itu dari kelompok teks baru. Tulisan Yang Xiong ( kelompok teks
lama) yang berjudul Tai Xuan Jing (Kitab Rahasia Besar) tidak dimasukkan dalam
ajaran Rujiao. Tulisan Yang Xiong justru dimanfaatkan oleh agama Tao sebagai
kitab yang amat penting.
3. Perkembanan Agama-agama di China
Pada
akhir dinasti Han (210 M) di Tiongkok muncul agama Tao. Agama Tao ini mengambil
berbagai unsur, a.l. ajaran Taoisme, kitab Yi Jing, kitab Tai Xuan Jing, ilmu
Kedewataan Tiongkok kuna, dan konsep Reinkarnasi. Agama Tao ini bukan agama
negara, mereka lebih bebas menyebarkan ajarannya dengan mendirikan tempat
ibadah yang lebih kecil. Perhatian mereka adalah pada ajaran spititual dan
ritual, termasuk ilmu magis dan mistik. Mereka mempunyai pendeta yang menyucikan
diri dari urusan duniawi. Umat mereka khusus, yaitu yang mempelajari ajaran
dari pendeta mereka, bukan di sekolah seperti agama Khonghucu.
Agama
Khonghucu pada waktu itu juga mempunyai lembaga khusus yang mempelajari agama,
tetapi tidak banyak jumlahnya. Para muridnya setelah lulus juga mengikuti ujian
menjadi pejabat negara. Kedudukan agama Khonghucu yang sangat istimewa di
Tiongkok saat itu telah menjadikan tokoh agama Khonghucu lupa membina umatnya
secara intensif, mereka kurang menekankan pada ajaran spiritual, tetapi lebih
menekankan pada pengabdian masyarakat.
Pada
abad V, agama Buddha Mahayana mulai berkembang di Tiongkok, akibatnya terjadi
persaingan dalam memperebutkan umat dengan agama Tao. Persaingan itu berlanjut
menjadi konflik fisik yang melibatkan para pengikutnya. Kaisar dinasti Tang
saat itu melerai konflik ini dengan menyatukan tiga lembaga agama menjadi San
Jiao atau Tiga Agama (di Indonesia disebut Tri Darma). Sejak itu di Tiongkok
tidak ada konflik umat beragama, karena mereka mempunyai tempat ibadah yang
sama. Masing-masing umat mempelajari ajaran agamanya sendiri dan tetap rukun
dengan umat lain.
4. Konsep Tri Darma
Tentang
konsep Tri Darma ini masih ada perbedaan pendapat antara pengikutnya, yaitu ada
yang memahami Tri Darma sebagai koalisi, ada yang memahaminya sebagai
sinkritisme. Kedua pendapat itu berjalan terserah masing-masing pengikutnya. Masing-masing
pengikut Tri Darma memilih caranya sendiri untuk konsep itu.
Dengan adanya Tri Darma tidak berarti agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana Tiongkok melebur menjadi satu. Maisng-masing agama masih berdiri sendiri-sendiri, namun mereka mengakui bahwa ada sebagian umat mereka merupakan umat bersama yang perlu dibina bersama. Untuk itu, rohaniwan Khonghucu mendapat kesempatan untuk menguraikan ajaran agama Khonghucu di kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), di samping di tempat Ibadah Untuk agama Khonghucu ( Khongcu Bio)
Dengan adanya Tri Darma tidak berarti agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana Tiongkok melebur menjadi satu. Maisng-masing agama masih berdiri sendiri-sendiri, namun mereka mengakui bahwa ada sebagian umat mereka merupakan umat bersama yang perlu dibina bersama. Untuk itu, rohaniwan Khonghucu mendapat kesempatan untuk menguraikan ajaran agama Khonghucu di kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), di samping di tempat Ibadah Untuk agama Khonghucu ( Khongcu Bio)
Hari-hari
besar agama Khonghucu dirayakan bersama di TITD maupun di Khongcu Bio, dan juga
di rumah-rumah penduduk. Tangal satu bulan satu tahun Imlik (yin li) adalah
haru Besar agama Khonghucu ( termasuk Tri Darma). Pada hari-hari menjelang
tanggal satu sampai dengan tanggal 15 bulan satu dilakukan berbagai kegiatan
upacar keagamaan. Namun, masih banyak orang Tionghoa yang sudah tidak memeluk
agama Khonghucu atau Tri Darma masih merayakan hari Sin Tjia itu sebagai
tradisi menyambut musim semi (sayangnya di Indonesia tidak ada musim semi). Hal
itu adalah hak mereka untuk merayakan hari itu sebagai apa yang dipahaminya,
namun jangan mengatakan bahwa hari Tahun Baru Imlek itu bukan hari besar agama.
Nagi mereka bukan hari besar agama, tetapi bagi umat Khonghcu dan umat Tri
Darma adalah hari besar agama.
Bagi
umat Khonghucu dan Tri Darma, kue kranjang adalah kue yang dipersembahkan
kepada Tuhan pada awal tahun, kue Bulan ( Tiong Ciu Pia) pada pertengan bulan
delapan, wedang ronde pada hari Tangcik (21Desember), dan kuecang bakcang untuk
sembahyang tanggal lima bulan lima Imlek.
5. Inti Sari Ajaran Agama Khonghucu
- Tuhan
yang Maha Esa menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Alam semesta
ini diatur oleh sistem organisme yang sempurna sehingga semua makhluk
hidup dapat berkembang dan mempertahankan hidup. Sistem organisme yang
mengatur alam semesta ini disebut Dao ( 道 ). Semua makhluk hidup dan
benda harus mengikuti Dao ini, tidak boleh berlawanan dengan Dao.
Dalam alam semesta ini ada dua unsur yang berbeda, tetapi selalu bersama dan saling melengkapi disebut Yin ( 阴 ) dan Yang ( 阳 ). Semua bendan dan perkara pasti mengandung dua unsur ini bersama-sama. Ada benda atau perkara yang mempunyai unsur Yang lebih besar atau unsur Yin nya kebih besar. Syarat bagi semua makhluk dan benda agar tidak berlawanan dengan Dao yaitu menjaga kesimbangan Yin dan Yang - Tuhan menciptakan manusia untuk hidup di dunia ini dengan mengemban tugas. Tugas sebagai manusia yang pertama adalah hidup sebagai manusia sewajarnya, tidak serakah, tidak jahat kepada sesama manusia, dan tidak merusak lingkungan alam sebagai sumber hidup. Manusia lahir ke dunia ini untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, yaitu membangun dunia ini lebih baik agar manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih nyaman dan sejahtera. Untuk itu generasi tua harus mendidik generasi muda dengan bekal keimanan, moralitas, keahlian, dan keberanian untuk menghadapi kehidupan.
- Manusia
diberi hidup oleh Tuhan dan dibekali fisik yang dapat mengerjakan
ketrampilan. Tuhan memberi kecerdasan pikir, memberi berbagai macam
perasaan, memberi berbagai nafsu, memberi hati nurani, dan memberi watak
sejati atau Xing ( 性 )
sehingga manusia berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Bekal yang yang
dimiliki manusia ini sebagai sarana menjalankan tugas dari Tuhan.
Manusia wajib membina diri agar semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang dapat dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian yang berguna bagi masyarakat dan negara. Setiap umat Khonghucu wajib memberikan karyanya yang terbaik kepada bangsa dan negara di mana dia dilahirkan dan dibesarkan.
Wujud nyata dari keimanan manusia kepada Tuhan adalah bakti kepada orang tua. Diingatkan oleh Nabi Kongzi, ajaran bakti yang utama yaitu seorang anak harus mempunyai masa depan. Seorang anak selayaknya mempunyai masa depan yang cerah agar orang tuanya bahagia. Keluarga adalah tempat dimulainya perjalanan hidup manusia. Oleh karena itu setiap manusia perlu menyiapkan diri untuk memiliki keluarga yang sejahtera dan bahagia. - Hidup mengikuti watak sejati itu dinamai hidup dalam Jalan Suci atau Xiu Dao ( 修 道 ). Tuntunan untuk hidup dalam Jalan Suci itu dinamai agama. Agama Khonghucu adalah tuntunan bagi umat manusia untuk menempuh hidup dalam Jalan Suci, yaitu jalan hidup manusia yang dikehendaki Tuhan.
- Manusia perlu mendapat pendidikan agama agar dapat mengerti Jalan Suci atau Dao ( 道 ). Pendidikan agama dilakukan oleh guru agama yang sudah terdidik supaya tidak terjadi kesalahan mengartikan isi kitab Suci. Kekacauan dan perpecahan timbul di masyarakat karena banyak orang menafsirkan isi Kitab Suci sesukanya sendiri. Agama Khonghucu sampai hari ini tidak terjadi perpecahan dalam sekte-sekte karena Kitab Sucinya jelas tertulis dalam bahasa klasik. Orang yang akan membacanya perlu bantuan guru yang sudah mempelajarinya dan sudah dikenal oleh masyarakat sebagai ahli kitab Klasik. Banyak buku yang menafsirkan Kitab Klasik, tetapi dalam buku itu tetap dituliskan huruf aslinya, dan disertakan taksiran penulis lain yang sudah ternama.
- Orang yang beragama wajib melaksanakan ibadah sesuai ketentuan yang sudah diajarkan Nabi Kongzi. Pelaksanaan ibadah ini sebagai wujud dari kepercayaan manusia kepada Tuhan YME. Raja dan rakyat wajib menjalankan upacara agama dan menjunjung tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para raja suci purba. Manusia wajib menghormati Tuhan dan patuh kepada perintahnya.
- Pokok
keimanan agama Khonghucu.
Firman Tuhan atau Tian Ming (天 命 ) itu dinamai watak Sejati atau Xing ( 性 ). Hidup mengikuti Watak Sejati dinamai Menempuh Jalan Suci atau Xiu Dao ( 修 道 ). Bimbingan untuk menempuh Jalan Suci dinamai agama atau Jiao ( 教 ). - Sebagai umat agama Khonghucu mempunyai kewajiban:
- Umat agama Khonghucu wajib percaya, satya, bertaqwa, hormat, dan sujud kepada Tuhan YME atau Huang Tian (皇 天 ).
- Umat agama Khonghucu wajib menjunjung tinggi kebajikan atau De ( 德 ).
- Umat agama Khonghucu wajib menegakkan Firman Gemilang atau Ming Ming ( 明 命 ).
- Umat agama Khonghucu wajib mempercayai adanya roh dan nyawa atau Gui Shen ( 鬼 神 ).
- Umat agama Khonghucu wajib berbakti kepada orang Tua atau Xiao Shi ( 孝 思 ).
- Umat Khonghucu wajib mengakui dan mengikuti Nabi Kongzi sebagai Genta Rohani atau Mu Duo ( 木 铎 ).
- Umat agama Khonghucu wajib mempercayai kebenaran Kitab Suci Wu Jing ( 五 经 ) dan Si Shu ( 四 书 ).
- Umat agama Khonghucu wajib hidup menempuh Jalan Suci yang agung atau Da Dao ( 大 道 ).
6. Sumbangan Agama Khonghucu bagi Masyarakat
Sumbangan
ajaran Rujiao, dari Kong Zi, Meng Zi, dan Xun Zi yang dapat dimanfaatkan oleh
umat agama Khonghucu antara lain sebagai berikut:
1.
Manusia lahir ke dunia ini
untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, yaitu membangun dunia ini lebih baik agar
manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih nyaman dan sejahtera. Untuk
itu generasi tua harus mendidik generasi muda dengan bekal keimanan, moralitas,
keahlian, dan keberanian untuk menghadapi kehidupan.
2.
Manusia harus membina diri agar
semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang dapat
dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian yang berguna bagi orang lain,
masyarakat, dan negara.
3.
Setiap umat Khonghucu harus memberikan
karyanya yang terbaik kepada bangsa dan negara di mana dia dilahirkan.
4.
Wujud awal dari keimanan
manusia adalah bakti kepada orang tua. Keluarga adalah tempat dimulainya
perjalanan hidup manusia, oleh karena itu setiap manusia harus menyiapkan diri
untuk memiliki kekuarga yang sejahtera dan bahagia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, Oesman. Sejarah Agama Khonghucu , Jakarta :
MATAKIN, 2012
2. Liang, Mulyadi. Mengenal Agama Khonghucu, Jakarta :
MATAKIN, 2015
No comments:
Post a Comment