Sunday, 19 November 2017

I Tesalonika



I Tesalonika
A.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat I Tesalonika merupakan hasil tulisan Paulus yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, dan pada saat itu Paulus bersama-sama dengan Silwanus dan Timotius (1:1). Penulisan surat ini diawali dengan salam pembuka yang menjadi ciri khas Paulus, dimana dia senantiasa mengucapkan nama Allah Bapa, Yesus Kristus dan Kasih Karunia. Timotius memiliki peran yang cukup besar dalam penulisan surat ini, karena Timotiuslah yang diutus Paulus untuk pergi menjumpai seluruh jemaat di Tesalonika. Paulus menugaskan Timotius karena halangan-halangan yang dijumpai pada saat perjalanan yang menghambat pergerakan Paulus dalam memberitakan injil (2:18-19). Pada saat itu, Paulus mengasingkan diri ke Atena karena tidak tahan lagi dengan hambatan yang mereka alami. Atas dasar itulah Paulus menugaskan Timotius untuk pergi menjumpai jemaat Tesalonika (3:1-5) dan mencari tahu keadaan jemaat di sana.
Surat ini dituliskan setelah Timotius kembali dari Tesalonika (3:6), dimana dia membawa informasi yang menunjukkan bahwa iman dan kasih persaudaraan jemaat Tesalonika masih terjaga (3:6) dari kepergian Paulus dari sana. Hal ini membuat Paulus merasa senang dan mengucap syukur atas apa yang terjadi di jemaat tersebut (1:2-3:13), karena dia merasa bahwa perjuangan dan penderitaan yang dialaminya dalam membangun jemaat di Tesalonika tidaklah sia-sia. Hal ini membuat Paulus merasa puas dan semua kerja kerasnya terbayar lunas, walau dirinya telah dianiaya dan dihina di Filipi (2:2), selalu bekerja siang dan malam (2:9), dan bahkan dianiaya oleh orang Yahudi (2:15). Oleh karena itu, Paulus berniat untuk semakin memperkuat iman mereka, sehingga Paulus menyampaikan nasihat-nasihatnya di dalam tulisannya ini, nasihat tersebut berupa ajakan kepada jemaat di Tesalonika untuk melakukan pengudusan diri dengan menjauhi segala pencabulan (4:3-4), menanamkan kasih persaudaraan di tengah-tengah jemaat (4:6-9), hidup tenang dan tidak menjadi beban bagi orang lain (4:11-12). Paulus juga mengatakan bahwa mereka yang bukan Yahudi akan tetap mendapat tempat di dalam kerajaan Allah, karena dia diutus untuk umat-Nya yang merupakan non-Yahudi atau orang-orang asing (1:9). Hal ini disampaikan Paulus agar mereka tidak merasa diasingkan dan menjadi lemah dalam imannya, karena Paulus meyakini bahwa Tuhan yang mengutus Anak-Nya adalah untuk seluruh manusia tanpa terkecuali.  
Dalam surat ini Paulus juga menjawab pertanyaan jemaat Tesalonika mengenai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya (4:13-5:11), dimana jemaat menanyakan tentang kematian yang dialami manusia dalam penantiannya akan kedatang Yesus yang kedua kali, apakah mereka akan bersama-sama juga dengan Yesus dan mendapat hidup yang kekal?. Di pasal 4:14 Paulus menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
“Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya bahwa juga mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia”
Dalam bagian inilah Paulus meyakinkan jemaat Tesalonika, bahwa setiap orang yang mati dalam Yesus, walaupun itu terjadi sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali, maka mereka akan tetap mendapat hidup yang kekal dan bersama-sama dengan Dia dan mendapat tempat di dalam kerajaan Allah.
Paulus menjelaskan mengenai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, supaya jemaat di Tesalonika tidak lelah untuk menanti. Kedatangan Yesus diumpamakan dengan kedatangan pencuri yang tiba-tiba (5:1-11), sehingga Paulus menasihati mereka untuk berjaga-jaga. Maksud dari berjaga-jaga ini adalah pada tindakan dan sikap jemaat Tesalonika yang diharapkan untuk tetap melakukan kebaikan dan saling mengasihi setiap saat, sehingga mereka dapat saling mengingatkan satu sama lain (5:11) agar tidak jatuh ke dalam dosa.
            Pada bagian akhir dari isi surat ini (5:12-22), Paulus menyampaikan nasihat-nasihat kepada jemaat Tesalonika untuk menghargai jerih payah mereka dan tidak menyia-nyiakan semua ajaran yang telah diberikan, dan menghidupi kasih Kristus di dalam diri mereka dengan menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan. Paulus juga mengingatkan mereka untuk selalu berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal. Surat ini ditutup dengan doa Paulus dan diakhiri dengan ucapa berkat Paulus (5:23-28), yaitu “Kasih karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!”.


II Tesalonika
B.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

 II Tesalonika dikatakan sebagai hasil dari tulisan dari Paulus, namun banyak para ahli meragukan hal itu. Karena penggunaan bahasa yang digunakan berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain. Jadi, tidak dapat dihindarkan apabila surat ini ditulis oleh seseorang yang mengakui dirinya sebagai Paulus.
Berdasarkan Perjanjian Baru, surat ini ditulis oleh Paulus bersama rekan sekerjanya, yaitu Silwanus dan Timotius, dimana pada saat itu mereka bersama-sama dalam memberitakan injil di beberapa daerah (1:1-2). Dan seperti surat-surat Paulus yang lainnya, dimana suratnya selalu diawali dengan ucapan Kasih Karunia yang daripada Allah dan Yesus Kristus.
Surat ini menggambarkan keadaan jemaat yang berbeda dengan keadaan jemaat yang dituliskan di I Tesalonika, dimana II Tesalonika menginformasikan penderitaan dan penganiayaan yang dialami oleh jemaat di Tesalonika (1:4). Paulus menuliskan surat ini untuk memberikan dorongan bagi jemaat untuk tetap menaruh kepercayaannya kepada Tuhan melalui Yesus Kristus dan mempertahankan iman yang sebelumnya sudah dibangun olehnya, sehingga untuk mencapai tujuan itu, Paulus memasukkan argumen-argumen yang mengatakan bahwa mereka yang menindas dan menaniaya pada waktunya nanti akan dibalaskan oleh Tuhan (1:6, 8-9). Pada surat ini Paulus juga mengatakan bahwa penderitaan yang dialami jemaat Tesalonika tidak akan sia-sia, karena mereka telah layak menjadi warga Kerajaan Allah (1:5), dan Paulus juga mendoakan mereka untuk tetap tabah dan sabar (1:11-12).
Paulus menulis surat ini bukan hanya karena penderitaan yang dialami jemaat di Tesalonika, tetapi juga karena masuknya ajaran Gnostik ke tengah-tengah jemaat yang mengatakan bahwa kedatangan hari Tuhan telah tiba (2:2). Jadi jemaat di Tesalonika dinasihatkan agar memegang teguh ajaran-ajaran yang telah disampaikan ketika Paulus berada di tengah-tengah mereka (2:4, 3:13-17). Pada surat ini Paulus juga menekankan agar mereka tidak mudah percaya dengan isu-isu yang ada dan menjadi sesat (2:3), karena di dalam surat ini juga dikatakan bahwa mereka yang sesat akan dibinasakan oleh Allah (2:8-12).
II Tesalonika juga menggambarkan keadaan jemaat yang telah dipengaruhi oleh ajaran Gnostik yang membuat mereka tidak perduli lagi dengan kehidupan mereka karena sudah merasa disempurnakan, sehingga membuat mereka menjadi malas dan tidak bekerja sehingga hidupnya tidak tertib (3:11). Kemalasan ini juga terjadi karena kebingungan jemaat mengenai berita kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali ke bumi. Hal ini membuat Paulus menegaskan kepada jemaat di Tesalonika untuk tetap bekerja dan berdoa (3:1-15), dimana dia membuat perbandingan terhadap apa yang telah dilakukannya, yaitu dengan tidak lalai dalam pekerjaan, memakan roti dengan percuma dan bahkan menjadi beban bagi orang lain (3:7-8). Paulus ingin membuat jemaat di Tesalonika menjadi teladan bagi banyak orang, karena itulah yang dikehendaki oleh Yesus Kristus (3:9). Oleh karena itu Paulus dengan tegas menyatakan bahwa “.... jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (3:10b). Namun dia tetap mengatakan agar jemaat di Tesalonika saling mengingatkan satu sama lain, terkhusus bagi mereka yang malas bekerja karena mereka juga seorang saudara (3:15).
Dalam suratnya, Paulus juga menyampaikan pesan agar jemaat di Tesalonika tetap sabar dalam menanti hari kedatang Yesus yang kedua kalinya, karena hari itu akan ditandai dengan penderitaan, seperti yang dialami oleh jemaat di Tesalonika namun lebih daripada itu, dan penderitaan itu akan memuncak pada hari kedatangan kerajaan Allah. Sehingga mereka yang tetap berpegang teguh pada iman terhadap Yesus Kristus akan dipulihkan kembali dan mendapat tempat di dalam kerajaan Allah. Argumen ini ditulis oleh Paulus untuk menguatkan iman para jemaat di Tesalonika, dan mendorong mereka untuk tetap berbuat baik seperti apa yang telah diajarkan oleh Paulus di tengah-tengah mereka. Pada bagian akhir tulisan ini, Paulus menyampaikan doanya dan berkat yang daripada Tuhan Yesus Kristus (3:16-18).
 



Galatia
C.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Kitab Galatia merupakan salah satu kitab yang ada di dalam Perjanjian Baru, dimana kitab ini merupakan hasil tulisan Rasul Paulus kepada jemaat yang berada di Galatia (1:1), yaitu sebuah daerah yang berada di Anatolia Pusat di Asia Kecil.
Kalimat pembuka surat ini ditulis dengan kata-kata yang menjadi ciri khas Paulus, dengan menyampaikan Kasih Karunia dari Allah Bapa dan Yesus Kristus (1:3). Namun, di dalam pembukaan ada penekanan terhadap dosa-dosa yang disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan manusia (1:4) dan kasih Allah Bapa yang memberikan Anak-Nya untuk menebus dosa manusia yang kemudian dibangkitkan dari antara orang mati, dimana kebangkitan ini disinggung terhadap kebangkitan jemaat di Galatia (1:2).
Paulus menulis surat ini supaya jemaat di Galatia tidak percaya terhadap ajaran-ajaran palsu (sesat). Hal ini menjadi fokus utama Paulus, dimana jemaat di Galatia telah berbalik dari ajaran-ajaran yang telah disampaikannya (1:6). Paulus sangat tegas mengatakan hal ini, dimana dalam pasal 1:8 dia menuliskan:
“Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitaka kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia”    
Struktur kata yang digunakan menunjukkan emosi seorang Paulus terhadap jemaat di Galatia yang berbalik dari Allah. Paulus menyatakan bahwa dirinya adalah utusan Yesus Kristus yang siap menderita dalam memberitakan injil, karena dirinya telah dipilih oleh Yesus Kristus sejak berada dikandungan (1:11-23).
Paulus pernah bertemu dengan Rasul Yakobus di rumah Kefas, ketika dia pergi ke Yerusalem (1:18-19). Demikian juga dengan Yakobus, Kefas dan Yohanes yang pernah berjabat tangan dengan Paulus dan Barnabas (2:9) sebagai pernyataan bahwa mereka bekerja bagi orang yang tidak bersunat. Hal ini dituliskan Paulus, karena jemaat di Galatia telah terhasut oleh ajaran sesat yang mengatakan bahwa keselamatan akan diterima apabila hukum taurat dilakukan, termasuk dalam hal sunat yang merupakan tradisi orang Yahudi. Dengan kata lain, mereka yang adalah saudara-saudara palsu berusaha untuk membuat jemaat di Galatia melawan Paulus. Namun, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dirinya telah diberikan kekuatan untuk memberitakan injil bagi orang yang tidak bersunat, selayaknya Petrus yang bekerja diantara orang yang bersunat (2:7-9).
Paulus pernah menentang Kefas, yang pada saat itu datang ke Antiokhia dan makan sehidangan dengan orang-orang yang tidak bersunat, namun setelah orang Yakobus datang, dia mengundurkan diri karena takut terhadap orang-orang yang bersunat, bagi Paulus itu merupakan suatu kemunafikan (2:11-14).
Surat ini menegaskan, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Yesus Kristus. Paulus juga menyampaikan dengan tegas bahwa apabila kebenaran itu ada hanya karena hukum Taurat, maka kematian Kristus adalah sia-sia (2:16-21). Berulang kali Paulus menyampaikan argumen bahwa manusia yang tidak bersunat telah dibenarkan oleh karena iman, dan bahkan Paulus mengatakan sejak dahulu kala hukum Taurat bukanlah menjadi ukuran untuk diberkati oleh Allah, karena sejak Abraham pun Allah telah menjanjikan bahwa segala bangsa akan diberkati (3:6-8). Dan mereka yang hidup dari hukum Taurat, berada di bawah kutuk (3:10) karena hukum Taurat ada karena perbuatan bangsa Israel yang beralih dari Tuhan yang membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir.
 Kematian Yesus Kristus telah membebaskan manusia dari kutuk, sehingga seluruh manusia mendapat berkat yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Abraham atas dasar iman (3:11-29).
Pada pasal 3:28 yang berisi:
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Yesus Kristus”
Paulus berani mengatakan bahwa seluruh manusia adalah satu di dalam Kristus, termasuk mereka yang bersunat dan tidak bersunat. Karena hukum Taurat merupakan penuntun hingga kedatangan Kristus (3:24), dan tidaklah mungkin hukum Taurat bertentangan dengan janji Allah (3:21).
Paulus meminta kepada jemaat di Galatia untuk kembali ke jalan yang benar, sesuai dengan apa yang telah diajarkan Paulus di tengah-tengah mereka (4:1-20). Hal ini dilakukan Paulus dengan membandingkan keadaan mereka pada saat pertama kali kedatangan Paulus yang menderita sakit, dimana jemaat-jemaat tersebut menyambut Paulus sebagai seorang Malaikat Allah. Dimana mereka pada saat itu menerima dan mengimani ajaran-ajaran yang diberikan Paulus kepada mereka (4:13-14).
Pada bagian ini Paulus menggunakan kata-kata yang menyentuh hati, dimana pada pasal 3:19, Paulus menyebut mereka sebagai anak-anaknya. Dan dia mengatakan bahwa jemaat di Galatia merupakan anak-anak janji, selayaknya Ishak yang lahir dari perempuan merdeka (4:21-31). Pada pasal 5:1-26, Paulus menekankan pada kemerdekaan orang Kristen, dimana hal bersunat dan tidak bersunat tidak berarti lagi, karena hanya iman dan kasihlah yang bekerja (5:6). Oleh karena itu, Paulus menasihati jemaat di Galatia untuk hidup dipimpin oleh Roh, karena bila demikian maka mereka tidak akan hidup dibawah hukum Taurat (5:16-26). Nasihat-nasihat yang lain juga diberikan Paulus, dimana jemaat di Galatia agar hidup bersama dan saling membantu untuk mengarahkan mereka yang sesat kembali ke jalan yang benar, dan mengatakan agar mereka tidak berhenti berbuat baik (6:1-10). Dan untuk menguatkan iman mereka, Paulus mengatakan bahwa mereka yang menabur di dalam Roh, akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu (6:8).
Pada bagian akhir surat ini (6:11-18), Paulus menuliskan peringatan kepada jemaat di Galatia bahwa bersunat dan tidak bersunat merupakan hal yang tidak berarti lagi, tetapi jadilah ciptaan baru (6:15) dan Paulus menegaskan kepada mereka untuk tidak menyusahkannya lagi dengan menyia-nyiakan kerja kerasnya (6:17). Dan pada akhir kalimat Paulus menyampaikan berkat Kasih Karunia yang daripada Tuhan Yesus Kristus (6:18).  
   


Roma
D.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Pengarang surat kepada jemaat Roma adalah Paulus (1:1), dimana dalam pembukaan surat ini, Paulus memperkenalkan dirinya sebagai hamba Allah yang diutus sebagai rasul bagi seluruh bangsa agar menaruh iman kepada Yesus Kristus (1:5). Namun, perlu diketahui bahwa surat ini ditulis melalui tangan Tertius (16:22), yang ditulis ketika Paulus berada di Korintus dan tinggal di dalam rumah Gayus (16:23). Dan surat ini dibawa oleh Febe, seorang perempuan yang melayani di Kengkrea, dari Korintus menuju Roma (16:1-2). Pada saat surat ini ditulis, Paulus sedang melaksanakan pelayanannya untuk membantu orang-orang Kristen yang berada di Yerusalem, dimana jemaat di Yerusalem sedang mengalami kesulitan di bidang ekonomi (15:25-26).
Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, namun dia mendapat informasi mengenai orang-orang Kristen yang berada di Roma ketika dia berada di Korintus dan didatangi oleh orang-orang Kristen dari Roma, sehingga Paulus tidak terlalu memahami keadaan jemaat yang berada di Roma. Hal inilah yang mendorong Paulus untuk pergi mengunjungi jemaat di Roma, namun selalu mendapat halangan (1:8-15). Seperti perkataan Paulus ketika berada di Efesus, dimana Paulus menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Roma (Kisah Para Rasul 19:21). Pada akhirnya Paulus memutuskan untuk mengirimi surat kepada jemaat di Roma, karena pada saat itu jemaat di Roma mendapat tekanan dari orang Yahudi dan di dalam organisasi mereka sendiri terjadi konflik (internal).
Pada pasal 1-8 Paulus menekankan pada pemahaman bahwa hukum Taurat bukanlah satu-satunya jalan keselamatan. Karena mereka yang tidak memiliki hukum Taurat tetapi melakukan apa yang dituntut oleh hukum tersebut menunjukkan bahwa di dalam hati mereka telah tertulis hukum Taurat (2:12-16). Paulus menegaskan bahwa hukum Taurat dan Sunat tidak menyelamatkan orang Yahudi (2:17-29), bahkan dengan melakukan hukum tersebut belum dapat dibenarkan dihadapan Tuhan, karena justru karena hukum Tauratlah maka orang mengenal dosa (3:20). Tetapi manusia menjadi benar dihadapan Allah dengan Iman kepada Yesus Kristus oleh semua orang tanpa mengadakan perbedaan, dan bukan karena melakukan hukum Taurat (3:22; 3:28). Namun walaupun demikian, Paulus tidak meninggalkan hukum Taurat, tetapi Paulus menjelaskan kepada jemaat di Roma untuk meneguhkan hukum tersebut dengan iman mereka (3:31).  Untuk menguatkan argumennya, Paulus mengutip kisah Abraham yang dibenarkan karena iman oleh Allah (4:1-25).
Paulus menyatakan bahwa pembenaran oleh karena iman akan membawa manusia pada jalan keselamatan dan kasih karunia daripada Allah (5:1-11). Paulus juga menjelaskan kisah Adam yang hanya karena satu orang yang berbuat dosa, sehingga semua manusia menjadi berdosa. Tetapi Paulus membandingkan hal tersebut dengan kedatangan Yesus, yang hanya oleh karenaNya semua manusia diperdamaikan dengan Allah (5:12-21). Pada pasal 5:20, dengan tegas Paulus menyatakan bahwa dengan adanya hukum Taurat manusia mengenal dosa, dan semakin banyak pelanggaran, namun di sanalah kasih karunia menjadi berlimpah-limpah. Hal tersebut bukan berarti manusia akan bertekun dalam dosa (6:1-2), namun keluar dari pelanggaran karena manusia telah dibaptis dalam kematian Yesus (6:3) dan Paulus menyatakan bahwa manusia telah mati dan bangkit bersama-sama Yesus (6:4), karena mereka yang telah mati, ia telah bebas dari dosa (6:7), sehingga hidup manusia telah dikuasai kasih karunia, bukan hukum Taurat lagi (6:14). Manusia yang telah lepas dari kuasa hukum Taurat, bukan berarti manusia dapat berbuat dosa (6:15-23), sebab upah dosa ialah maut (6:23). Oleh karena itu, Paulus menyampaikan mengenai hidup oleh Roh (8:1-17), sehingga manusia menjadi anak-anak Allah yang berpengaharapan dan memiliki keyakinan akan imannya (8:15-39).
Pada pasal 9-11 Paulus berbicara mengenai masalah bangsa Yahudi, dimana Paulus menegaskan bahwa Yesus adalah kegenapan hukum Taurat (10:4), dan menjelaskan mengenai anak perjanjian (9:7-9). Pada pasal 9-11 Paulus banyak menceritakan bangsa Israel yang diberikan hukum Taurat karena pelanggarannya terhadap Allah.
Pada pasal 12-15 Paulus menjelaskan mengenai masalah-masalah kehidupan yang dialami oleh jemaat di Roma pada saat itu. Argumen Paulus pada bagian ini adalah untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi jemaat Roma yang datang dari dalam jemaat tersebut. Sehingga Paulus menyampaikan argumen bahwa mereka adalah satu tubuh di dalam Krsitus (12:4-5), dan Paulus menasehati mereka untuk saling mengasihi dan menerima satu sama lain sehingga tercipta perdamaian (12:10,16,18; 15:1-2). Paulus juga mengatakan kepada jemaat di Roma untuk patuh dan taat kepada pemerintahan baik itu dalam membayar pajak ataupun melaksanakan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah (13:7), karena Paulus menyatakan bahwa tidak ada pemerintahan yang tidak daripada Allah (13:1-7). Paulus juga menyampaikan bahwa Kasih adalah kegenapan dari hukum Taurat (13:10). Selain itu, Paulus juga menyatakan bahwa tidaklah baik apabila menghakimi saudara karena itu bukanlah hak manusia tetapi Tuhan Allah dalam takhta pengadilanNya (14:10). Oleh karena itu, adalah dosa bila manusia menghina, mengahakimi, dan bahkan memberikan batu sandungan kepada saudaranya (14:3,4,7,13), karena manusia pada saat hidup maupun mati, adalah milik Kristus (14:8).
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menyatakan bahwa dia merupakan rasul bagi mereka yang bukan Yahudi, agar dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus (15:15-16). Melalui injil yang adalah kekuatan Allah (1:16) manusia akan mendapat kasih karunia yang daripada Allah. Paulus juga menyampaikan harapannya yang ingin mengunjungi orang-orang Kristen yang berada di Roma (15:22-33).
Pada pasal 16, Paulus menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sekerjanya, terkhusus kepada Febe. Paulus juga menyampaikan salam kepada Akwila dan Priskila yang telah rela mati untuknya (16:1-16). Dan Paulus juga menyampaikan peringatan kepada jemaat di Roma untuk berhati-hati terhadap ajaran-ajaran yang bertentangan dengan yang ajaran mereka terima agar tidak terjadi perpecahan (16:17-18). Paulus menutup surat dengan kalimat yang berbeda, dan lebih menkankan pada kemuliaan Tuhan Allah, oleh Yesus Kristus (16:25-27).
  







Korespondensi Korintus
I Korintus
E.   Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat I Korintus ini menyebutkan bahwa Paulus menulis surat ini melalui tangan Sostenes (1:1) , sekretaris Paulus. Paulus menulis langsung pada akhir surat (16:21-24). Surat ini ditujukan kepada jemaat di Korintus, dimana jemaat ini didirikan oleh Paulus sendiri, ketika dia berada di Korintus selama 18 bulan (Kisah Para Rasul 18:1-18). Pada saat itu Paulus bekerja sebagai seorang penjual tenda bersama dengan orang Yahudi yang datang dari Pontus, yaitu Akwila dan Priskila isterinya.
Paulus menulis surat ini, karena pada saat itu kondisi jemaat yang berkelimpahan membuat mereka lupa diri (ekstase, kegembiraan yang meluap) sehingga Kristus dilupakan. Kegembiraan mereka tersebut ditujukan kepada para perempuan sebagai tempat pemuas hasrat mereka. Hal ini dipengaruhi kaum Gnostik, dan jemaat juga terpengaruh dengan pemikiran Yunani yang menyembah berhala. Pada saat itu juga, jemaat di Korintus mengalami perpecahan yang menyebabkan adanya berbagagai golongan yang berselisih, seperti golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas dan golongan Kristus (1:12). Hal ini diketahui dari keluarga Kloe yang menyelipkan berita kondisi jemaat di Korintus pada saat jemaat tersebut mengirimkan surat kepada Paulus (1:11). Mendengar hal itu Paulus yang berada di Efesus mengirimkan surat kepada jemaat di Korintus untuk memperingati mereka yang berpaling dari Kristus (16:5-9).
Apolos merupakan orang Aleksandria yang mahir dalam berpidato, dia datang ke Korintus dengan membawa pemahamannya yang mengenal baptisan dari Yohanes. Sementara Paulus tidak semahir Apolos dalam menghadapi publik secara langsung. Paulus mengakui hal tersebut dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (2:3-4a). Dan untuk membenarkan dirinya agar didengar jemaat, Paulus mengatakan bahwa dia membawa hikmat Allah dan bukan hikmat manusia (1:18-2:5). Hikmat yang benar merupakan hikmat yang daripada Roh Allah, karena Roh tersebut sudah lebih paham akan kehendak Allah daripada hikmat manusia yang datang dari roh duniawi (2:6-16). Dan untuk menjawab jemaat di Korintus mengenai perselihian yang tejadi diantara golongan yang terbentuk tersebut, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia yang menanam, Apolos yang menyiram dan Tuhan Allah yang memberi pertumbuhan (3:6-9). Argumen ini ingin menyampaikan bahwa tidak ada perbedaan diantara Paulus dan Apolos yang perlu dipermasalahkan, karena yang terpenting adalah Allah sebagai pemberi pertumbuhan.
Untuk menguatkan iman jemaat di Korintus, Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus, bahwa mereka adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah, yang berarti bahwa mereka adalah milik Allah juga (3:23).  Di dalam surat ini Paulus menunjukkan kedekatannya dan kasih sayangnya terhadap jemaat di Korintus dengan menggunakan kata-kata “anak-anakku yang kukasihi” (4:14), dan menasehati mereka untuk merendahkan diri (4:6-21). Paulus menyampaikan keinginannya untuk mengunjungi mereka, namun dia mengirimkan Timotius dengan maksud bahwa jemaat Korintus akan lebih mendengar Timotius yang disebut Paulus sebagai seorang yang setia kepada Tuhan dan patut diteladani (4:16-17).
Paulus memperingati jemaat di Korintus untuk tidak berzinah, seperti seorang anggota jemaat yang hidup dengan isteri ayahnya (5:1). Untuk memperkuat larangan tersebut, Paulus merefleksikannya dengan adonan yang beragi (5:6-8) dan mengatakan kepada jemaat di Korintus untuk tidak menggunakan ragi, sehingga kebenaran dan kemurnian terjaga (5:1-13). Paulus menasehati mereka untuk menjauhkan tindakan asusila (6:1-20) karena tubuh adalah bait Roh Kudus yang daripada Allah (6:19) sehingga haruslah dijaga kesuciannya (6:20). Paulus memberikan solusi untuk menghindari percabulan, yaitu “perkawinan” (7:1,2-3,4-40). Paulus menyatakan perkawinan merupakan kemuliaan karena suami yang tidak beriman akan dikuduskan oleh isterinya, demikian juga isteri dikuduskan oleh suaminya (7:14).
Pada pasal 8:1-13 dijelaskan mengenai persembahan berhala. Paulus menekankan bahwa tidak ada allah selain Allah yang Esa (8:4). Paulus menjelaskan bahwa makanan bukan hal yang menentukan kedekatan manusia dengan Allah (8:8; 10:25-33). Pada pasal 10:13 dituliskan bahwa pencobaan yang dialami jemaat di Korintus belumlah seberapa, karena tidak ada pencobaan yang melampaui kekuatan manusia. Paulus dengan sangat tegas mengatakan kepada mereka untuk menjauhi penyembahan berhala (10:14). Untuk memperkuat nasehatnya tersebut, Paulus memberikan contoh dari keadaan bangsa Israel yang memberi persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah (10:20). Paulus mengakui bahwa segala sesuatu diperbolehkan, namun tidak semuanya yang berguna (10:23-24). Pada pasal 11:1 Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk tetap setia menjadi pengikutnya, karena dia merupakan pengikut Kristus.
Paulus mempertahankan kerasulannya (9:1-27) untuk mengubah pemikiran jemaat di Korintus yang semakin berpaling dari Paulus oleh karena kehadiran missionaris-missionaris lain. Hal ini disampaikan Paulus karena dirinya tidak pernah menerima upah ataupun imbalan dari orang-orang Korintus, seperti para missionaris yang datang selain Paulus. Penolakan Paulus terhadap upah tersebut membuat orang-orang Korintus memandang sebelah mata terhadap dirinya, dan lebih mengakui missionaris lain. Oleh karena itu Paulus menjelaskan bahwa dirinya tidak mau menjadi beban dan terikat terhadap mereka (9:12-19) dan upahnya adalah dia dapat memberitakan Injil tanpa upah dan tidak menggunakan haknya untuk sebagai pemberita Injil (9:18).
Budaya di Korintus mengharuskan setiap perempuan untuk menggunakan tudung atau penutup kepala pada saat berdoa kepada Tuhan Allah, dan pada saat itu ada yang melanggarnya (11:2-16). Paulus memperingati jemaat di Korintus untuk tidak melakukannya lagi, karena Paulus menghargai budaya yang ada, sehingga dia mengatakan bahwa suatu kehormatanlah bagi seorang perempuan apabila menggunakan tudung, sebagaimana rambut yang diberikan kepada perempuan menjadi penudung (11:15).
Paulus juga memperingati jemaat di Korintus yang mengadakan jamuan makan lebih dahulu dengan membiarkan orang lain mengalami kelaparan (11:17-24). Paulus menasehati mereka untuk menantikan seorang akan yang lain (11:33), dan untuk memperkuat nasehatnya, Paulus menjelaskan mengenai jamuan makan yang dilakukan Yesus sebelum penyerahan dirinya kepada kematian (11:23-29).
Paulus menguatkan iman jemaat yang berada di Korintus dengan menjelaskan karunia-karunia Roh, seperti hikmat, pengetahuan, memberikan penyembuhan, dan bahkan melakukan mujizat sesuai dengan kehendakNya (12:1-11; 14:1-25). Paulus juga menasehati jemaat yang berada di Korintus untuk tidak terpecah dan berselisih satu sama lain karena mereka adalah satu tubuh, baik itu orang Yahudi, Non-Yahudi, budak, dan bahkan mereka yang telah merdeka, karena semua manusia telah dibaptis menjadi satu tubuh dan satu Roh dalam Yesus (12:12-13). Paulus menyatakan bahwa mereka telah menjadi satu tubuh dengan Kristus, dan selayakanya anggota-anggota tubuh, merekapun saling membutuhkan satu sama lain (12:14-31). Dan untuk menghindarkan jemaat dari perpecahan, Paulus menegaskan peraturan pertemuan dalam jemaat yang harus dilakukan dengan teratur dan sopan agar tercapai damai sejahtera (14:26-40).
Pada pasal 15:1-58 dijelaskan kebangkitan Kristus. Paulus menyatakan bahwa orang mati dapat juga dibangkitkan, sama halnya dengan Yesus Kristus yang telah dibangkitkan. Apabila Kristus tidak bangkit dari kematian, maka sia-sialah semua kepercayaan manusia dan manusia tetap di dalam dosa (15:17-18).  Kebangkitan yang dimaksudkan bukanlah daging dan darah, karena kedua hal tersebut tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah (15:50). Paulus mengibaratkan hidup manusia dengan sebuah biji yang dimasukkan ke dalam daging yang hidup, biji inilah yang mendapat tempat dalam kerajaan Sorga.
Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk membantu jemaat di Yerusalem yang mengami kemiskinan (16:1-4). Pada bagian akhir, Paulus yang pada saat itu berada di Efesus menyampaikan rencananya untuk mengunjungi mereka pada musim dingin (16:5-9). Dan memberitahukan kedatangan Timotius ke Korintus. Paulus menasehati mereka untuk tetap berjaga-jaga dan berhati-hati (16:10-18). Surat ini ditutup dengan salam kepada jemaat di Korintus (16:19-24) dan Paulus dengan tegas mengatakan bahwa siapa yang tidak mengasihi Allah, terkutuklah dia (16:22). 
 
 



II Korintus
F.   Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat II Korintus ini ditulis langsung oleh Paulus (1:1), namun Tituslah yang membawa surat ini kepada jemaat di Korintus ketika dia bertemu dengan Paulus di Makedonia (2:13; 7:6,13,14; 8:6,16,23; 12:18). Surat ini ditulis Paulus pada saat dia berada di Makedonia. Paulus menulis surat ini karena pada saat itu kondisi jemaat Korintus sedang mengalami kekacauan, dimana terjadi pertikaian antara golongan Paulus dan golongan yang menfitnah Paulus sebagai rasul palsu. Fitnah tersebut semakin kuat karena tindakan Paulus yang meninggalkan jemaat di Korintus dengan terburu-buru. Namun, surat ini ditulis Paulus bukan hanya untuk jemaat yang berada di Korintus, tetapi kepada orang-orang kudus yang berada di Akhaya juga (1:1).
Paulus mengungkapkan rasa syukurnya karena penghiburang yang diberikan Tuhan kepadanya pada saat Paulus dan teman sekerjanya sedang mengalami penderitaan (1:3-4). Paulus mengatakan bahwa penderitaan tersebut merupakan bagian dari penderitaan Kristus, dan oleh Kristus pula mereka mendapat penghiburan yang berlimpah-limpah. Hal ini disampaikan Paulus agar jemaat Korintus yang mengalami penderitaan dan pencobaan tetap berpegang teguh pada imannya (1:3-11).
Di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menyampaikan keinginannya untuk mengunjungi orang-orang Kristen yang berada di Korintus dan perasaanya yang cemas karena kekacauan yang terjadi di Korintus (1:12-2:13). Paulus menyampaikan keinginannya terhadap jemaat di Korintus untuk tidak berduka karena penderitaan yang dialami.
Surat ini berisi penjelasan Paulus untuk mempertahankan kerasulannya yang telah difitnah. Paulus menyatakan bahwa dirinya berbicara murni atas perintah Allah tanpa bermaksud untuk mencari keuntungan seperti orang lain yang menggunakan firman Allah untuk mendapat keuntungan. Pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus adalah pekerjaan Allah oleh Kristus yang dibantu oleh Roh yang daripada Allah (2:14-17; 3:1-6). Paulus membedakan dirinya dengan rasul yang dalam Perjanjian Lama yang belum merdeka, karena hati mereka masih terselubung. Kedatangan Kristus telah memerdakakan dan selubung tersebut telah diambil oleh Nya (3:7-18). Paulus menekankan bahwa dia tidak memalsukan firman Allah, karena dia memberitakan apa yang sebenarnya dan sebelumnya dia telah melihat cahaya Injil yang memerintahkannya untuk memberitakan Injil dan membagikannya kepada seluruh umat manusia (4:1-6). Paulus juga mengatakan bahwa mereka adalah utusan-utusan Kristus yang menjadi pelayan Allah (6:4) dalam menasehati mereka untuk tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang telah mereka terima (5:11- 6:10).
Pada pasal 4:7-12 Paulus menceritakan pengalamannya yang telah ditindas dan dianiaya, namun dia tidak pernah menyerah untuk memberitakan Injil. Hal tersebut disampaikan Paulus agar jemaat di Korintus tidak putus asa akan imannya kepada Yesus Kristus. Paulus menyampaikan harapannya kepada jemaat di Korintus untuk tetap tabah dan tetap berpegang teguh pada iman mereka walaupun dalam penderitaan, sehingga pada saat menghadapi takhta pengadilan Kristus mereka memperoleh kemuliaan yang daripadaNya (4:13- 5:10).
Dalam suratnya ini, Paulus dengan berterus terang bahwa dia membuka hatinya kepada jemaat di Korintus dan dia berharap agar mereka juga melakukan hal yang sama seperti dirinya dan memberikan tempat di dalam hatinya (6:11-13; 7:2-4). Paulus menasehati jemaat di Korintus untuk tetap menjaga kekudusan mereka, karena manusia adalah bait Allah (6:14- 7:1). Paulus menguatkan hati jemaat di Korintus dengan menyatakan bahwa dukacita yang dialami mereka akan membawa mereka pada pertobatan yang dikehendaki Allah dan Paulus juga menyampaikan rencananya untuk pergi ke Makedonia (7:5-16).
Pada pasal 8:1-15 dan pasal 9:1-15 Paulus menyampaikan keinginannya kepada jemaat di Korintus untuk turut membantu orang-orang Kristen yang berada di Yerusalem. Untuk membuka hati jemaat yang berada di Korintus, Paulus mencontohkan tindakan jemaat-jemaat di Makedonia yang turut membantu dengan kerelaan hati, meskipun mereka sangat miskin dan mengalami berbagai penderitaan (8:1-5).
Paulus mengakui kelemahannya dalam berhadapan langsung dengan publik, sehingga dia lebih baik dalam membuat surat. Paulus berharap agar kelemahannya tersebut tidak menjadi alasan bagi jemaat di Korintus untuk mengurangi kepercayaannya terhadap dirinya dan injil yang disampaikannya. Paulus membenarkan dirinya dengan menyatakan kuasa Allah yang menjadi senjata bagi dirinya dalam memberitakan Injil. Paulus memiliki kekhawatiran terhadap jemaat di Korintus yang menjadi sesat pikirannya dan pudar akan kesetiaannya terhadap Kristus (10:1- 11:6) dan dia menegaskan bahwa janganlah ada orang yang menanggapnya bodoh (11:16). Paulus tidak pernah mementingkan dirinya sendiri sehingga menyusahkan orang lain, dan Paulus juga memperingati mereka untuk berhati-hati dengan rasul-rasul palsu dan para penipu yang menyamar sebagai rasul Kristus (11:7-33), karena dirinya telah menerima penglihatan dan penyataan dari Tuhan, sehingga dirinya layak dipercaya dan didengarkan pemberitaan Injilnya (12:1-10).  Pada suratnya ini, Paulus menyampaikan kekuatirannya bahwa akan terjadi perselisihan antara dirinya dengan jemaat oleh sebab rasul-rasul palsu dan dia kuatir bahwa kepercayaan Allah akan memudar bagi dirinya karena telah gagal menjalankan tugas yang diberikan Allah kepadanya (12:11-21). Oleh karena itu, Paulus menasehati jemaat di Korintus (13:1-10) untuk tegak di dalam iman mereka (13:5) dan melakukan kebenaran (13:8). Dan untuk menutuo suratnya, Paulus menyampaikan salamnya dan nasehatnya untuk hidup dalam dami sejahtera (13:11-13). 




Surat-surat dari Penjara


Efesus
G.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat kepada jemaat di Efesus ditulis Paulus dari penjara (1:1; 3:1).  Setelah kedatangan Paulus yang pertama kali ke Efesus (Kisah Para Rasul 18:19-21), pekerjaannya dilanjutkan oleh Apolos bersama dengan Akwila dan Priskila. Dan pada kunjungan Paulus yang kedua, dia tinggal lebih lama di Efesus, yaitu selama tiga tahun. Di Efesus, Paulus bekerja keras untuk membangun jemaat. Dan semenjak jemaat di Efesus telah bertumbuh, pekabaran Injil semakin menyebar luas di Asia Kecil. Kemudian surat ini dituliskan oleh Paulus karena kondisi jemaat di Efesus yang menyembah dewa-dewi, seperti penyembahan terhadap dewi Artemis yang merupakan dewa kesuburan. Selain itu, jemaat di Efesus juga melakukan penyembahan terhadap kaisar yang dianggap sebagai anak dewa. Surat ini dikirimkan Paulus kepada jemaat di Efesus melalui teman sekerjanya Tikhikus, yang diperintahkan Paulus untuk mengunjungi orang-orang Kristen yang berada di Efesus dan memberikan mereka penghiburan (6:21-22).
Dalam surat ini Paulus menjelaskan mengenai pengampunan dosa bagi seluruh umat manusia oleh karena Kristus (1:7-9). Kristus telah mempersatukan segala sesuatu yang ada di bumi dan di sorga, dan Kristus sendirilah yang menjadi kepalanya (1:10). Hal ini disampaikan Paulus untuk membuka hati jemaat yang berada di Efesus akan rencana agung Tuhan Allah untuk mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus, membebaskan manusia dari ikatan dosa, dan menjamin manusia dalam Roh Kudus (1:3-14). Paulus menyampaikan hal tersebut agar jemaat di Efesus sebagai anggota tubuh Kristus memuliakan nama Tuhan (1:15-23).
Paulus menjelaskan bahwa semua orang percaya akan mendapat kasih karunia yang daripada Allah, karena kasih karuni itulah yang akan menyelamatkan manusia oleh karena iman. Hal ini merupakan pemberian Allah, bukan hasil usaha manusia sendiri (2:1-10). Iman menjadi pembenar manusia dihadapan Allah, dan membuat manusia dipersatukan di dalam Kristus Yesus. Kehadiran Kristus menjadikan seluruh umat manusia yang bukan Israel akhirnya mendapat tempat di hadapan Tuhan Allah, walaupun mereka tidak bersunat selayaknya orang Israel. Oleh karena darah Yesus, manusia menjadi bait Allah dan Allah diam di dalamnya (2:1-22).
Pada pasal 3 Paulus menyampaikan bahwa orang-orang yang bukan Yahudi akan menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji Allah kepada seluruh umat manusia oleh karena Berita Injil yang diberitakan Paulus bagi orang-orang yang bukan Yahudi (3:6).  Dalam surat ini, Paulus menyampaikan doanya kepada jemaat di Efesus agar iman mereka dikuatkan oleh Tuhan Allah melalui Roh-Nya sehingga iman di dalam Kristus diam di hati mereka, agar jemaat di Efesus memahami kasih Kristus yang melampaui segala pengetahun, dan mereka dipenuhi oleh Allah  (3:16-19).   
 Paulus dengan tegas menekankan sikap jemaat di Efesus untuk selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar, agar kesatuan Roh jemaat di Efesus dapat bertumbuh dan terpelihara oleh ikatan damai sejahtera sehingga mereka hidup dalam satu tubuh, satu roh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (4:1-16). Paulus menasehati jemaat di Efesus untuk meninggalkan kehidupan lama mereka dan menjadi manusia baru yang mengenal Allah dan jauh dari dosa (4:17-32). Jemaat di Efesus dinasehatkan oleh Paulus untuk menjadi manusia baru, sehingga merekan dapat menjadi anak-anak terang yang hidup di dalam kasih Kristus (5:1-21). Paulus merefleksikan hidup dalam kasih Kristus dengan hidup sebagai suami-isteri, dimana isteri haruslah tunduk kepada suami sebagai kepala dalam segala hal, dimana suami haruslah mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya dan isteri haruslah menghormati suaminya (5:33). Hal ini menjadi contoh bagi jemaat di Efesus, dimana jemaat yang menjadi isteri, dan Yesus Kristuslah suaminya, sehingga mereka haruslah tunduk kepada Yesus Kristus (5:22-33).
Paulus menasehti jemaat di Efesus untuk taat dan kasih, dimana anak haruslah menghormati orang tuanya dan orang tua mengasihi anaknya (6:1-4), demikian juga dengan hamba agar menaati tuannya dan tuan menghargai hambanya dan menjauhkan ancaman (6:5-9). Paulus menekankan pada perbuatan baik, karena siapapun yang berbuat baik akan mendapat balasan dari Tuhan (6:8-9b). Paulus menjelaskan megenai perlengkapan rohani untuk memegang teguh iman mereka dan selalu berdoa kepada Tuhan Allah, agar mereka dikuatkan dalam menghadapi kejahatan (6:10-20). Paulus menutup suratnya dengan ucapan berkat (6:21-24).
Kolose
H.  Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini ditulis oleh Paulus dengan bersama dengan Timotius yang dikirimkan kepada jemaat di Kolose (1:1-2), namun Paulus hanya menulis bagian akhir dari surat ini saja dengan tangannya langsung (4:18). Paulus membuat dan mengirim surat ini ketika dia berada di dalam penjara bersama dengan Aristarkhus (4:3,10). Paulus merupakan pendiri jemaat di Kolose, namun kondisi jemaat pada saat itu banyak disesatkan oleh pengajar-pengajar yang menyatakan bahwa untuk mengenal Tuhan haruslah menyembah roh-roh penguasa alam semesta dan mereka juga mengatakan kepada jemaat di Kolose untuk menjalankan sunat dan pantangan-pantangan lainnya. Hal ini diketahui Paulus setelah Epafras memberitahukan kondisi jemaat di Kolose kepadanya (1:7; 4:12).
Surat ini dibawa oleh Tikhikus ke Kolose ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk kembali ke Filemon yang adalah tuannya (Filemon 1:1-25), dan dia juga merupakan seorang anggota jemaat di Kolose (4:7-9).
Dalam surat ini, Paulus tetap mengucap syukur karena kasih jemaat di Kolose (1:3-8), dan Paulus mengungkapkan rasa sayangnya yang selalu mengikut sertakan jemaat di Kolose dalam doanya agar mereka diberikan hikmat yang daripada Allah (1:9-12). Paulus mengucap syukur karena jemaat di Kolose telah menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (1:12-23). Paulus juga menceritakan pelayanan dan penderitaan yang dialaminya selama dalam pekerjaannya dalam memberitakan Injil (1:24-29) dan dia juga menceritakan pengalamannya di Kolose yang penuh perjuangan (2:1-5).
Untuk meneguhkan kepercayaan jemaat di Kolose kepada Yesus Kristus, Paulus menyampaikan dalam suratnya untuk berhati-hati dengan para penyesat (2:8-10) dan meyakinkan jemaat di Kolose bahwa mereka yang telah menerima Kristus di dalam hidupnya, hendaklah mereka berakar dan bertumbuh di dalam Dia (2:6-7), sebab mereka yang menaruh iman kepada Yesus Kristus, maka mereka tersunat di dalam Kristus (2:11-12) dan seluruh pelanggaran manusia telah diampunkan Tuhan oleh karena Kristus (2:13-15).
Paulus memperingati jemaat di Kolose untuk tidak menyia-nyiakan kematian Kristus dengan menghukum diri sendiri dengan pantangan-pantangan seperti mereka yang masih dikuasai oleh hukum Taurat (2:16-19). Paulus menekankan bahwa mereka yang telah mati bersama-sama Kristus dan bangkit ke dalam hidup yang baru untuk hidup menurut hukum yang baru pula (2:20-23; 3:1- 4:6). Paulus menyatakan bahwa tidak ada lagi perbedaan diantara manusia, karena semua telah menjadi manusia baru dan menjadi satu tubuh di dalam Kristus Yesus (3:15). Manusia baru yang dimaksud Paulus dalam suratnya adalah manusia yang penuh kasih bagi Allah dan sesamanya manusia (3:5-17).
Paulus juga menjelaskan kepada jemaat di Kolose untuk hidup baru di dalam rumah, yaitu untuk saling menghargai antara suami dan isteri; sebagai anak untuk menaati orang tua; sebagai orang tua untuk mengasihi anak-anaknya; tuan-hamba yang saling menghormati dan berlaku baik (3:18- 4:1). Paulus juga menjelaskan hidup baru di dunia dengan menjadi pribadi yang bertekun dalam doa; menucap syukur selalu; hidup berhikmat yang daripada Allah; mempergunakan waktu yang ada dengan baik; berkata-kata di dalam kasih dan membangun (4:2-6).
Pada bagian akhir surat Paulus memerkenalkan hamba-hamba Tuhan yang bekerja dalam pekabaran Injil dan melakukan tujuan yang sama (4:7-9), salam dari teman-teman Paulus (4:10-14), salam Paulus dan teman-teman sekerjanya terhadap orang-orang di Kolose (4:15-17). Dan Paulus menutup surat ini dengan mengucapkan penyertaan Kasih Karunia terhadap jemaat di Kolose (4:18d).

 



Filipi
I.     Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Pada bagian awal surat Filipi ini disebutkan bahwa surat ini merupakan surat kiriman Paulus kepada jemaat yang berada di Filipi, dimana surat ini dibuat ketika Paulus berada di penjara Istana Kaisar, Roma (1:7,14,17,22) dan dalam pegirimannya dibantu oleh Timotius yang merupakan rekan sekerjanya. Surat ini ditujukan kepada semua orang percaya yang berada di Filipi, para pemilik jemaat dan diaken (1:1). Kota Filipi merupakan kota pertama yang dikunjungi Paulus dalam perjalanan pelayanannya ke Eropa, dan penyebaran agama Yahudi tidak sampai ke Filipi, karena tidak ditemukan rumah ibadah Yahudi kecuali rumah sembahyang yang terletak di pinggiran kota (Kisah Para Rasul 16:13).
Jemaat di Filipi adalah hasil kerja keras Paulus, dimana anggota jemaatnya adalah orang-orang yang bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33); orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 16:13); orang-orang yang takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 16:14). Anggota jemaat tersebut kebanyak dari kalangan budak dan veteran. Hubungan Paulus dengan jemaat di Filipi sangatlah dekat, dan bahkan jemaat di Filipi membantu Paulus dalam bidang finansial yang diberikan melalui Epafroditus (4:18).
Pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus di Filipi mendapat pertentangan dari sebuah kelompok (1:27-30; 2:20-21). Paulus menanggapi hal ini dengan begitu keras, dimana dia mengatakan untuk berhati-hati kepada anjing-anjing, pekerja-pekerja jahat dan para penyunat yang palsu (3:2). Dalam surat ini Paulus begitu emosional sehingga dia mampu menuliskan kata-kata yang kasar. Dan untuk menguatkan iman jemaat di Filipi agar tidak ikut bersama dan terpengaruh oleh kelompok yang menentang pekabaran Injilnya, Paulus menyatakan bahwa merekalah yang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan mereka tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah (3:3).
 Anggota jemaat di Filipi ada juga wanita yang turut berperan dalam pemberitaan injil Allah, yaitu Sintikhe dan Euodia. Namun mereka berdua tidak sehati dan sepikir dalam pelayanannya, sehingga Paulus memerintahkan Sunsugos untuk menolong mereka agar tidak sesat (4:2-3).
Dalam surat ini, Paulus banyak menyampaikan nasihat dan peringatan-peringatan kepada jemaat di Filipi, antara lain:
-          Nasihat-nasihat
1.      Nasihat untuk Keteguhan Iman (1:27-30)
2.      Nasihat untuk Merendahkan Diri (2:1-4)
3.      Nasihat: Kristus sebagai Teladan (2:5-11)
4.      Nasihat agar tetap Taat (2:12-18)
5.      Nasihat-nasihat Terakhir (4:1-9)


-          Peringatan-peringatan
1.      Peringatan tentang Bermegah Diri (3:1-3)
2.      Peringatan tentang Kesempurnaan (3:12-16)
3.      Peringatan Melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)

Selain nasihat dan peringatan, Paulus juga menceritakan pengalamannya agar jemaat di Filipi meniru maupun meneladani sikap Paulus yang tetap setia kepada Allah melalui Yesus Kristus. Hal ini dilakukan Paulus juga untuk membuka pemikiran jemaat di Filipi dalam menanggapi Yudaisme, dimana Kristus telah hadir sebagai penggenapan hukum Taurat  (3:4-11). Paulus menceritakan pengalamannya kepada jemaat di Filipi agar menjadi teladan bagi mereka (3:17) dan jemaat di Filipi menjadi berpengharapan dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus.
            Paulus memberikan contoh teladan bagi jemaat di Filipi melalui suratnya ini, dimana Paulus menyebutkan nama Kristus (2:5-11), Timotius (2:19-24), dan Epafroditus (2:25-30). Paulus menekankan pada teladan Kristus yang rela mengalami penderitaan, karena dari penderitaan itulah Yesus ditinggikan oleh Allah (2:6-11). Hal ini disampaikan Paulus kepada jemaat di Filipi agar tidak putus asa dalam penderitaan dan pencobaan.
            Pada bagian akhir surat ini, Paulus mengucapkan rasa terimakasihnya kepada jemaat di Filipi karena kebaikan mereka yang mau membantu pekabaran Injil Paulus (4:10-20). Dan salam dari Paulus kepada seluruh orang-orang percaya yang  berada di Filipi (4:21-23).  


Filemon
J.     Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.

Surat ini merupakan surat terpendek dari semua surat-surat Paulus. Surat ini merupakan surat pribadi Paulus yang ditujukan kepada Filemon, yang merupakan seorang Kristen yang terkemuka dan salah satu anggota jemaat di Kolose (ay. 1). Surat ini ditulis oleh tangan Paulus sendiri (ay. 19a) yang ditemani oleh rekan sekerjanya, Timotius. Surat ini ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada di dalam penjara (ay. 1,23,24). Pada saat di penjara, Paulus bersama-sama dengan Epafras yang merupakan teman sepenjaranya, dan mereka dipenjarakan oleh karena Kristus Yesus (ay. 23).
Pada ayat 4-7 Paulus menyampaikan hal-hal yang bertujuan kepada kasih dalam persaudaraan dan sikap jemaat yang berpengharapan. Dalam bagian ini Paulus juga memuji kepribadian Filemon yang beriman dan murah hati. Hal ini dilakukan Paulus agar terbuka hati Filemon untuk menerima Onesimus kembali (ay. 8-12).
Onesimus merupakan budak yang melarikan diri dari rumah Filemon yang adalah tuannya. Hal ini merupakan suatu pelanggaran  yang fatal, karena dalam budaya Romawi budak yang lari dari rumah tuannya akan dihukum mati. Namun Paulus mengingikan agar Onesimus diterima kembali oleh Filemon dan dia siap mengganti rugi kerugian yang disebabkan oleh tindakan Onesimus (ay. 13-20).
Paulus memperjuangkan Onesimus, karena Paulus menganggap Onesimus yang telah menjadi Kristen sebagai saudara di dalam Kristus Yesus dan bahkan dalam suratnya, Paulus mengatakan Onesimus sebagai anak (ay. 10). Sehingga dia meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus di dalam rumahnya, namun bukan sebagai budak. Karena Onesimus telah menjadi Kristen dan saudara di dalam Kristus Yesus (ay. 16).
Pada ayat 22 Paulus menyampaikan maksudnya untuk mengunjungi rumah Filemon dengan segera, dimana dia ingin memastikan bahwa Filemon memenuhi permintaan Paulus terhadap dirinya untuk menerima Onesimus kembali di dalam rumahnya.
Paulus menyampaikan surat ini kepada Filemon, dan perlu diketahui bahwa Filemon merupakan seorang patron. Sehinnga rumah Filemon menjadi tempat perkumpulan anggota jemaat (ay. 2). Paulus dengan sengaja mengirimkan surat ini kepada Filemon dihadapan para jemaat, karena pada saat itu budaya yang berlaku di tengah-tengah jemaat di Kolose adalah menyelesaikan suatu masalah atas keputusan bersama-sama, walaupun masalah tersebut adalah masalah pribadi. Hal ini dilakukan Paulus agar Onesimus diterima kembali oleh Filemon, namun dibalik itu, Paulus juga ingin menyampaikan kepada jemaat yang berada di Kolose untuk meniru apa yang terjadi diantara Onesimus dan Filemon atau dengan kata lain, Paulus ingin mengubah cara pandang jemaat terhadap pemahaman akan tuan-hamba. Paulus ingin mengatakan bahwa tidak ada lagi perbedaan, dimana semua telah menjadi saudara di dalam Kristus Yesus yang telah mati di Kayu Salib.  

No comments:

Post a Comment