I Tesalonika
A. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat I Tesalonika merupakan hasil tulisan
Paulus yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, dan pada saat itu Paulus
bersama-sama dengan Silwanus dan Timotius (1:1). Penulisan surat ini diawali
dengan salam pembuka yang menjadi ciri khas Paulus, dimana dia senantiasa
mengucapkan nama Allah Bapa, Yesus Kristus dan Kasih Karunia. Timotius memiliki
peran yang cukup besar dalam penulisan surat ini, karena Timotiuslah yang
diutus Paulus untuk pergi menjumpai seluruh jemaat di Tesalonika. Paulus
menugaskan Timotius karena halangan-halangan yang dijumpai pada saat perjalanan
yang menghambat pergerakan Paulus dalam memberitakan injil (2:18-19). Pada saat
itu, Paulus mengasingkan diri ke Atena karena tidak tahan lagi dengan hambatan
yang mereka alami. Atas dasar itulah Paulus menugaskan Timotius untuk pergi
menjumpai jemaat Tesalonika (3:1-5) dan mencari tahu keadaan jemaat di sana.
Surat ini dituliskan setelah Timotius kembali
dari Tesalonika (3:6), dimana dia membawa informasi yang menunjukkan bahwa iman
dan kasih persaudaraan jemaat Tesalonika masih terjaga (3:6) dari kepergian
Paulus dari sana. Hal ini membuat Paulus merasa senang dan mengucap syukur atas
apa yang terjadi di jemaat tersebut (1:2-3:13), karena dia merasa bahwa
perjuangan dan penderitaan yang dialaminya dalam membangun jemaat di Tesalonika
tidaklah sia-sia. Hal ini membuat Paulus merasa puas dan semua kerja kerasnya
terbayar lunas, walau dirinya telah dianiaya dan dihina di Filipi (2:2), selalu
bekerja siang dan malam (2:9), dan bahkan dianiaya oleh orang Yahudi (2:15).
Oleh karena itu, Paulus berniat untuk semakin memperkuat iman mereka, sehingga Paulus
menyampaikan nasihat-nasihatnya di dalam tulisannya ini, nasihat tersebut
berupa ajakan kepada jemaat di Tesalonika untuk melakukan pengudusan diri
dengan menjauhi segala pencabulan (4:3-4), menanamkan kasih persaudaraan di
tengah-tengah jemaat (4:6-9), hidup tenang dan tidak menjadi beban bagi orang
lain (4:11-12). Paulus juga mengatakan bahwa mereka yang bukan Yahudi akan
tetap mendapat tempat di dalam kerajaan Allah, karena dia diutus untuk umat-Nya
yang merupakan non-Yahudi atau orang-orang asing (1:9). Hal ini disampaikan
Paulus agar mereka tidak merasa diasingkan dan menjadi lemah dalam imannya,
karena Paulus meyakini bahwa Tuhan yang mengutus Anak-Nya adalah untuk seluruh
manusia tanpa terkecuali.
Dalam surat ini Paulus juga menjawab
pertanyaan jemaat Tesalonika mengenai kedatangan Yesus Kristus yang kedua
kalinya (4:13-5:11), dimana jemaat menanyakan tentang kematian yang dialami
manusia dalam penantiannya akan kedatang Yesus yang kedua kali, apakah mereka
akan bersama-sama juga dengan Yesus dan mendapat hidup yang kekal?. Di pasal
4:14 Paulus menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
“Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan
telah bangkit, maka kita percaya bahwa juga mereka yang telah meninggal dalam
Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia”
Dalam bagian inilah Paulus meyakinkan jemaat
Tesalonika, bahwa setiap orang yang mati dalam Yesus, walaupun itu terjadi
sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali, maka mereka akan tetap mendapat hidup
yang kekal dan bersama-sama dengan Dia dan mendapat tempat di dalam kerajaan
Allah.
Paulus menjelaskan mengenai kedatangan Yesus
Kristus yang kedua kali, supaya jemaat di Tesalonika tidak lelah untuk menanti.
Kedatangan Yesus diumpamakan dengan kedatangan pencuri yang tiba-tiba (5:1-11),
sehingga Paulus menasihati mereka untuk berjaga-jaga. Maksud dari berjaga-jaga
ini adalah pada tindakan dan sikap jemaat Tesalonika yang diharapkan untuk
tetap melakukan kebaikan dan saling mengasihi setiap saat, sehingga mereka
dapat saling mengingatkan satu sama lain (5:11) agar tidak jatuh ke dalam dosa.
Pada bagian akhir dari isi surat ini
(5:12-22), Paulus menyampaikan nasihat-nasihat kepada jemaat Tesalonika untuk
menghargai jerih payah mereka dan tidak menyia-nyiakan semua ajaran yang telah
diberikan, dan menghidupi kasih Kristus di dalam diri mereka dengan menjauhkan
diri dari segala bentuk kejahatan. Paulus juga mengingatkan mereka untuk selalu
berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal. Surat ini ditutup dengan doa
Paulus dan diakhiri dengan ucapa berkat Paulus (5:23-28), yaitu “Kasih
karunia Yesus Kristus, Tuhan kita, menyertai kamu!”.
II Tesalonika
B. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
II
Tesalonika dikatakan sebagai hasil dari tulisan dari Paulus, namun banyak para
ahli meragukan hal itu. Karena penggunaan bahasa yang digunakan berbeda dengan
surat-surat Paulus yang lain. Jadi, tidak dapat dihindarkan apabila surat ini
ditulis oleh seseorang yang mengakui dirinya sebagai Paulus.
Berdasarkan Perjanjian Baru, surat ini ditulis
oleh Paulus bersama rekan sekerjanya, yaitu Silwanus dan Timotius, dimana pada
saat itu mereka bersama-sama dalam memberitakan injil di beberapa daerah (1:1-2).
Dan seperti surat-surat Paulus yang lainnya, dimana suratnya selalu diawali
dengan ucapan Kasih Karunia yang daripada Allah dan Yesus Kristus.
Surat ini menggambarkan keadaan jemaat yang
berbeda dengan keadaan jemaat yang dituliskan di I Tesalonika, dimana II
Tesalonika menginformasikan penderitaan dan penganiayaan yang dialami oleh
jemaat di Tesalonika (1:4). Paulus menuliskan surat ini untuk memberikan
dorongan bagi jemaat untuk tetap menaruh kepercayaannya kepada Tuhan melalui
Yesus Kristus dan mempertahankan iman yang sebelumnya sudah dibangun olehnya,
sehingga untuk mencapai tujuan itu, Paulus memasukkan argumen-argumen yang
mengatakan bahwa mereka yang menindas dan menaniaya pada waktunya nanti akan
dibalaskan oleh Tuhan (1:6, 8-9). Pada surat ini Paulus juga mengatakan bahwa
penderitaan yang dialami jemaat Tesalonika tidak akan sia-sia, karena mereka
telah layak menjadi warga Kerajaan Allah (1:5), dan Paulus juga mendoakan
mereka untuk tetap tabah dan sabar (1:11-12).
Paulus menulis surat ini bukan hanya karena
penderitaan yang dialami jemaat di Tesalonika, tetapi juga karena masuknya
ajaran Gnostik ke tengah-tengah jemaat yang mengatakan bahwa kedatangan hari
Tuhan telah tiba (2:2). Jadi jemaat di Tesalonika dinasihatkan agar memegang
teguh ajaran-ajaran yang telah disampaikan ketika Paulus berada di
tengah-tengah mereka (2:4, 3:13-17). Pada surat ini Paulus juga menekankan agar
mereka tidak mudah percaya dengan isu-isu yang ada dan menjadi sesat (2:3),
karena di dalam surat ini juga dikatakan bahwa mereka yang sesat akan
dibinasakan oleh Allah (2:8-12).
II Tesalonika juga menggambarkan keadaan
jemaat yang telah dipengaruhi oleh ajaran Gnostik yang membuat mereka tidak
perduli lagi dengan kehidupan mereka karena sudah merasa disempurnakan,
sehingga membuat mereka menjadi malas dan tidak bekerja sehingga hidupnya tidak
tertib (3:11). Kemalasan ini juga terjadi karena kebingungan jemaat mengenai
berita kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali ke bumi. Hal ini membuat Paulus
menegaskan kepada jemaat di Tesalonika untuk tetap bekerja dan berdoa (3:1-15),
dimana dia membuat perbandingan terhadap apa yang telah dilakukannya, yaitu
dengan tidak lalai dalam pekerjaan, memakan roti dengan percuma dan bahkan
menjadi beban bagi orang lain (3:7-8). Paulus ingin membuat jemaat di
Tesalonika menjadi teladan bagi banyak orang, karena itulah yang dikehendaki
oleh Yesus Kristus (3:9). Oleh karena itu Paulus dengan tegas menyatakan bahwa “....
jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (3:10b). Namun dia
tetap mengatakan agar jemaat di Tesalonika saling mengingatkan satu sama lain,
terkhusus bagi mereka yang malas bekerja karena mereka juga seorang saudara
(3:15).
Dalam suratnya, Paulus juga menyampaikan pesan
agar jemaat di Tesalonika tetap sabar dalam menanti hari kedatang Yesus yang
kedua kalinya, karena hari itu akan ditandai dengan penderitaan, seperti yang
dialami oleh jemaat di Tesalonika namun lebih daripada itu, dan penderitaan itu
akan memuncak pada hari kedatangan kerajaan Allah. Sehingga mereka yang tetap
berpegang teguh pada iman terhadap Yesus Kristus akan dipulihkan kembali dan
mendapat tempat di dalam kerajaan Allah. Argumen ini ditulis oleh Paulus untuk
menguatkan iman para jemaat di Tesalonika, dan mendorong mereka untuk tetap
berbuat baik seperti apa yang telah diajarkan oleh Paulus di tengah-tengah
mereka. Pada bagian akhir tulisan ini, Paulus menyampaikan doanya dan berkat
yang daripada Tuhan Yesus Kristus (3:16-18).
Galatia
C. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Kitab Galatia merupakan salah satu kitab yang
ada di dalam Perjanjian Baru, dimana kitab ini merupakan hasil tulisan Rasul
Paulus kepada jemaat yang berada di Galatia (1:1), yaitu sebuah daerah yang
berada di Anatolia Pusat di Asia Kecil.
Kalimat pembuka surat ini ditulis dengan
kata-kata yang menjadi ciri khas Paulus, dengan menyampaikan Kasih Karunia dari
Allah Bapa dan Yesus Kristus (1:3). Namun, di dalam pembukaan ada penekanan
terhadap dosa-dosa yang disebabkan oleh kejahatan yang dilakukan manusia (1:4)
dan kasih Allah Bapa yang memberikan Anak-Nya untuk menebus dosa manusia yang
kemudian dibangkitkan dari antara orang mati, dimana kebangkitan ini disinggung
terhadap kebangkitan jemaat di Galatia (1:2).
Paulus menulis surat ini supaya jemaat di
Galatia tidak percaya terhadap ajaran-ajaran palsu (sesat). Hal ini menjadi
fokus utama Paulus, dimana jemaat di Galatia telah berbalik dari ajaran-ajaran
yang telah disampaikannya (1:6). Paulus sangat tegas mengatakan hal ini, dimana
dalam pasal 1:8 dia menuliskan:
“Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga
yang memberitaka kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah
kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia”
Struktur kata yang digunakan menunjukkan emosi seorang Paulus terhadap
jemaat di Galatia yang berbalik dari Allah. Paulus menyatakan bahwa dirinya
adalah utusan Yesus Kristus yang siap menderita dalam memberitakan injil,
karena dirinya telah dipilih oleh Yesus Kristus sejak berada dikandungan
(1:11-23).
Paulus pernah bertemu dengan Rasul Yakobus di rumah Kefas, ketika dia pergi
ke Yerusalem (1:18-19). Demikian juga dengan Yakobus, Kefas dan Yohanes yang
pernah berjabat tangan dengan Paulus dan Barnabas (2:9) sebagai pernyataan
bahwa mereka bekerja bagi orang yang tidak bersunat. Hal ini dituliskan Paulus,
karena jemaat di Galatia telah terhasut oleh ajaran sesat yang mengatakan bahwa
keselamatan akan diterima apabila hukum taurat dilakukan, termasuk dalam hal
sunat yang merupakan tradisi orang Yahudi. Dengan kata lain, mereka yang adalah
saudara-saudara palsu berusaha untuk membuat jemaat di Galatia melawan Paulus.
Namun, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dirinya telah diberikan kekuatan
untuk memberitakan injil bagi orang yang tidak bersunat, selayaknya Petrus yang
bekerja diantara orang yang bersunat (2:7-9).
Paulus pernah menentang Kefas, yang pada saat itu datang ke Antiokhia dan
makan sehidangan dengan orang-orang yang tidak bersunat, namun setelah orang
Yakobus datang, dia mengundurkan diri karena takut terhadap orang-orang yang
bersunat, bagi Paulus itu merupakan suatu kemunafikan (2:11-14).
Surat ini menegaskan, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Yesus Kristus.
Paulus juga menyampaikan dengan tegas bahwa apabila kebenaran itu ada hanya
karena hukum Taurat, maka kematian Kristus adalah sia-sia (2:16-21). Berulang
kali Paulus menyampaikan argumen bahwa manusia yang tidak bersunat telah
dibenarkan oleh karena iman, dan bahkan Paulus mengatakan sejak dahulu kala
hukum Taurat bukanlah menjadi ukuran untuk diberkati oleh Allah, karena sejak
Abraham pun Allah telah menjanjikan bahwa segala bangsa akan diberkati (3:6-8).
Dan mereka yang hidup dari hukum Taurat, berada di bawah kutuk (3:10) karena
hukum Taurat ada karena perbuatan bangsa Israel yang beralih dari Tuhan yang
membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir.
Kematian Yesus Kristus telah
membebaskan manusia dari kutuk, sehingga seluruh manusia mendapat berkat yang
telah dijanjikan oleh Allah kepada Abraham atas dasar iman (3:11-29).
Pada pasal 3:28 yang berisi:
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena
kamu semua adalah satu di dalam Yesus Kristus”
Paulus berani mengatakan bahwa seluruh manusia adalah satu di dalam
Kristus, termasuk mereka yang bersunat dan tidak bersunat. Karena hukum Taurat
merupakan penuntun hingga kedatangan Kristus (3:24), dan tidaklah mungkin hukum
Taurat bertentangan dengan janji Allah (3:21).
Paulus meminta kepada jemaat di Galatia untuk kembali ke jalan yang benar,
sesuai dengan apa yang telah diajarkan Paulus di tengah-tengah mereka (4:1-20).
Hal ini dilakukan Paulus dengan membandingkan keadaan mereka pada saat pertama
kali kedatangan Paulus yang menderita sakit, dimana jemaat-jemaat tersebut
menyambut Paulus sebagai seorang Malaikat Allah. Dimana mereka pada saat itu
menerima dan mengimani ajaran-ajaran yang diberikan Paulus kepada mereka
(4:13-14).
Pada bagian ini Paulus menggunakan kata-kata yang menyentuh hati, dimana
pada pasal 3:19, Paulus menyebut mereka sebagai anak-anaknya. Dan dia
mengatakan bahwa jemaat di Galatia merupakan anak-anak janji, selayaknya Ishak
yang lahir dari perempuan merdeka (4:21-31). Pada pasal 5:1-26, Paulus
menekankan pada kemerdekaan orang Kristen, dimana hal bersunat dan tidak
bersunat tidak berarti lagi, karena hanya iman dan kasihlah yang bekerja (5:6).
Oleh karena itu, Paulus menasihati jemaat di Galatia untuk hidup dipimpin oleh
Roh, karena bila demikian maka mereka tidak akan hidup dibawah hukum Taurat
(5:16-26). Nasihat-nasihat yang lain juga diberikan Paulus, dimana jemaat di
Galatia agar hidup bersama dan saling membantu untuk mengarahkan mereka yang
sesat kembali ke jalan yang benar, dan mengatakan agar mereka tidak berhenti
berbuat baik (6:1-10). Dan untuk menguatkan iman mereka, Paulus mengatakan
bahwa mereka yang menabur di dalam Roh, akan menuai hidup yang kekal dari Roh
itu (6:8).
Pada bagian akhir surat ini (6:11-18), Paulus menuliskan peringatan kepada
jemaat di Galatia bahwa bersunat dan tidak bersunat merupakan hal yang tidak
berarti lagi, tetapi jadilah ciptaan baru (6:15) dan Paulus menegaskan kepada
mereka untuk tidak menyusahkannya lagi dengan menyia-nyiakan kerja kerasnya
(6:17). Dan pada akhir kalimat Paulus menyampaikan berkat Kasih Karunia yang
daripada Tuhan Yesus Kristus (6:18).
Roma
D. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Pengarang surat kepada jemaat Roma adalah Paulus (1:1), dimana dalam
pembukaan surat ini, Paulus memperkenalkan dirinya sebagai hamba Allah yang
diutus sebagai rasul bagi seluruh bangsa agar menaruh iman kepada Yesus Kristus
(1:5). Namun, perlu diketahui bahwa surat ini ditulis melalui tangan Tertius
(16:22), yang ditulis ketika Paulus berada di Korintus dan tinggal di dalam
rumah Gayus (16:23). Dan surat ini dibawa oleh Febe, seorang perempuan yang
melayani di Kengkrea, dari Korintus menuju Roma (16:1-2). Pada saat surat ini
ditulis, Paulus sedang melaksanakan pelayanannya untuk membantu orang-orang
Kristen yang berada di Yerusalem, dimana jemaat di Yerusalem sedang mengalami
kesulitan di bidang ekonomi (15:25-26).
Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, namun dia mendapat informasi
mengenai orang-orang Kristen yang berada di Roma ketika dia berada di Korintus
dan didatangi oleh orang-orang Kristen dari Roma, sehingga Paulus tidak terlalu
memahami keadaan jemaat yang berada di Roma. Hal inilah yang mendorong Paulus
untuk pergi mengunjungi jemaat di Roma, namun selalu mendapat halangan
(1:8-15). Seperti perkataan Paulus ketika berada di Efesus, dimana Paulus
menyatakan keinginannya untuk mengunjungi Roma (Kisah Para Rasul 19:21). Pada
akhirnya Paulus memutuskan untuk mengirimi surat kepada jemaat di Roma, karena
pada saat itu jemaat di Roma mendapat tekanan dari orang Yahudi dan di dalam
organisasi mereka sendiri terjadi konflik (internal).
Pada pasal 1-8 Paulus menekankan pada pemahaman bahwa hukum Taurat bukanlah
satu-satunya jalan keselamatan. Karena mereka yang tidak memiliki hukum Taurat
tetapi melakukan apa yang dituntut oleh hukum tersebut menunjukkan bahwa di
dalam hati mereka telah tertulis hukum Taurat (2:12-16). Paulus menegaskan
bahwa hukum Taurat dan Sunat tidak menyelamatkan orang Yahudi (2:17-29), bahkan
dengan melakukan hukum tersebut belum dapat dibenarkan dihadapan Tuhan, karena
justru karena hukum Tauratlah maka orang mengenal dosa (3:20). Tetapi manusia
menjadi benar dihadapan Allah dengan Iman kepada Yesus Kristus oleh semua orang
tanpa mengadakan perbedaan, dan bukan karena melakukan
hukum Taurat (3:22; 3:28). Namun walaupun demikian, Paulus tidak meninggalkan
hukum Taurat, tetapi Paulus menjelaskan kepada jemaat di Roma untuk meneguhkan
hukum tersebut dengan iman mereka (3:31).
Untuk menguatkan argumennya, Paulus mengutip kisah Abraham yang
dibenarkan karena iman oleh Allah (4:1-25).
Paulus menyatakan bahwa pembenaran oleh karena iman akan membawa manusia
pada jalan keselamatan dan kasih karunia daripada Allah (5:1-11). Paulus juga
menjelaskan kisah Adam yang hanya karena satu orang yang berbuat dosa, sehingga
semua manusia menjadi berdosa. Tetapi Paulus membandingkan hal tersebut dengan
kedatangan Yesus, yang hanya oleh karenaNya semua manusia diperdamaikan dengan
Allah (5:12-21). Pada pasal 5:20, dengan tegas Paulus menyatakan bahwa dengan
adanya hukum Taurat manusia mengenal dosa, dan semakin banyak pelanggaran,
namun di sanalah kasih karunia menjadi berlimpah-limpah. Hal tersebut bukan
berarti manusia akan bertekun dalam dosa (6:1-2), namun keluar dari pelanggaran
karena manusia telah dibaptis dalam kematian Yesus (6:3) dan Paulus menyatakan
bahwa manusia telah mati dan bangkit bersama-sama Yesus (6:4), karena mereka
yang telah mati, ia telah bebas dari dosa (6:7), sehingga hidup manusia telah
dikuasai kasih karunia, bukan hukum Taurat lagi (6:14). Manusia yang telah
lepas dari kuasa hukum Taurat, bukan berarti manusia dapat berbuat dosa
(6:15-23), sebab upah dosa ialah maut (6:23). Oleh karena itu, Paulus
menyampaikan mengenai hidup oleh Roh (8:1-17), sehingga manusia menjadi
anak-anak Allah yang berpengaharapan dan memiliki keyakinan akan imannya
(8:15-39).
Pada pasal 9-11 Paulus berbicara mengenai masalah bangsa Yahudi, dimana Paulus
menegaskan bahwa Yesus adalah kegenapan hukum Taurat (10:4), dan menjelaskan
mengenai anak perjanjian (9:7-9). Pada pasal 9-11 Paulus banyak menceritakan
bangsa Israel yang diberikan hukum Taurat karena pelanggarannya terhadap Allah.
Pada pasal 12-15 Paulus menjelaskan mengenai masalah-masalah kehidupan yang
dialami oleh jemaat di Roma pada saat itu. Argumen Paulus pada bagian ini
adalah untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi jemaat Roma yang datang
dari dalam jemaat tersebut. Sehingga Paulus menyampaikan argumen bahwa mereka
adalah satu tubuh di dalam Krsitus (12:4-5), dan Paulus menasehati mereka untuk
saling mengasihi dan menerima satu sama lain sehingga tercipta perdamaian
(12:10,16,18; 15:1-2). Paulus juga mengatakan kepada jemaat di Roma untuk patuh
dan taat kepada pemerintahan baik itu dalam membayar pajak ataupun melaksanakan
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah (13:7), karena Paulus menyatakan
bahwa tidak ada pemerintahan yang tidak daripada Allah (13:1-7). Paulus juga
menyampaikan bahwa Kasih adalah kegenapan dari hukum Taurat (13:10). Selain
itu, Paulus juga menyatakan bahwa tidaklah baik apabila menghakimi saudara
karena itu bukanlah hak manusia tetapi Tuhan Allah dalam takhta pengadilanNya
(14:10). Oleh karena itu, adalah dosa bila manusia menghina, mengahakimi, dan
bahkan memberikan batu sandungan kepada saudaranya (14:3,4,7,13), karena
manusia pada saat hidup maupun mati, adalah milik Kristus (14:8).
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menyatakan bahwa dia merupakan
rasul bagi mereka yang bukan Yahudi, agar dapat diterima oleh Allah sebagai
persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus (15:15-16).
Melalui injil yang adalah kekuatan Allah (1:16) manusia akan mendapat kasih
karunia yang daripada Allah. Paulus juga menyampaikan harapannya yang ingin
mengunjungi orang-orang Kristen yang berada di Roma (15:22-33).
Pada pasal 16, Paulus menyampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman
sekerjanya, terkhusus kepada Febe. Paulus juga menyampaikan salam kepada Akwila
dan Priskila yang telah rela mati untuknya (16:1-16). Dan Paulus juga
menyampaikan peringatan kepada jemaat di Roma untuk berhati-hati terhadap
ajaran-ajaran yang bertentangan dengan yang ajaran mereka terima agar tidak
terjadi perpecahan (16:17-18). Paulus menutup surat dengan kalimat yang
berbeda, dan lebih menkankan pada kemuliaan Tuhan Allah, oleh Yesus Kristus
(16:25-27).
Korespondensi Korintus
I Korintus
E. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat I Korintus ini menyebutkan bahwa Paulus menulis surat ini melalui
tangan Sostenes (1:1) , sekretaris Paulus. Paulus menulis langsung pada akhir
surat (16:21-24). Surat ini ditujukan kepada jemaat di Korintus, dimana jemaat
ini didirikan oleh Paulus sendiri, ketika dia berada di Korintus selama 18
bulan (Kisah Para Rasul 18:1-18). Pada saat itu Paulus bekerja sebagai seorang
penjual tenda bersama dengan orang Yahudi yang datang dari Pontus, yaitu Akwila
dan Priskila isterinya.
Paulus menulis surat ini, karena pada saat itu kondisi jemaat yang
berkelimpahan membuat mereka lupa diri (ekstase, kegembiraan yang meluap)
sehingga Kristus dilupakan. Kegembiraan mereka tersebut ditujukan kepada para
perempuan sebagai tempat pemuas hasrat mereka. Hal ini dipengaruhi kaum
Gnostik, dan jemaat juga terpengaruh dengan pemikiran Yunani yang menyembah
berhala. Pada saat itu juga, jemaat di Korintus mengalami perpecahan yang
menyebabkan adanya berbagagai golongan yang berselisih, seperti golongan
Paulus, golongan Apolos, golongan Kefas dan golongan Kristus (1:12). Hal ini
diketahui dari keluarga Kloe yang menyelipkan berita kondisi jemaat di Korintus
pada saat jemaat tersebut mengirimkan surat kepada Paulus (1:11). Mendengar hal
itu Paulus yang berada di Efesus mengirimkan surat kepada jemaat di Korintus
untuk memperingati mereka yang berpaling dari Kristus (16:5-9).
Apolos merupakan orang Aleksandria yang mahir dalam berpidato, dia datang
ke Korintus dengan membawa pemahamannya yang mengenal baptisan dari Yohanes.
Sementara Paulus tidak semahir Apolos dalam menghadapi publik secara langsung.
Paulus mengakui hal tersebut dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (2:3-4a).
Dan untuk membenarkan dirinya agar didengar jemaat, Paulus mengatakan bahwa dia
membawa hikmat Allah dan bukan hikmat manusia (1:18-2:5). Hikmat yang benar
merupakan hikmat yang daripada Roh Allah, karena Roh tersebut sudah lebih paham
akan kehendak Allah daripada hikmat manusia yang datang dari roh duniawi
(2:6-16). Dan untuk menjawab jemaat di Korintus mengenai perselihian yang
tejadi diantara golongan yang terbentuk tersebut, Paulus dengan tegas
mengatakan bahwa dia yang menanam, Apolos yang menyiram dan Tuhan Allah yang
memberi pertumbuhan (3:6-9). Argumen ini ingin menyampaikan bahwa tidak ada perbedaan
diantara Paulus dan Apolos yang perlu dipermasalahkan, karena yang terpenting
adalah Allah sebagai pemberi pertumbuhan.
Untuk menguatkan iman jemaat di Korintus, Paulus mengatakan kepada jemaat
di Korintus, bahwa mereka adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah,
yang berarti bahwa mereka adalah milik Allah juga (3:23). Di dalam surat ini Paulus menunjukkan
kedekatannya dan kasih sayangnya terhadap jemaat di Korintus dengan menggunakan
kata-kata “anak-anakku yang kukasihi” (4:14), dan menasehati mereka
untuk merendahkan diri (4:6-21). Paulus menyampaikan keinginannya untuk
mengunjungi mereka, namun dia mengirimkan Timotius dengan maksud bahwa jemaat
Korintus akan lebih mendengar Timotius yang disebut Paulus sebagai seorang yang
setia kepada Tuhan dan patut diteladani (4:16-17).
Paulus memperingati jemaat di Korintus untuk tidak berzinah, seperti
seorang anggota jemaat yang hidup dengan isteri ayahnya (5:1). Untuk memperkuat
larangan tersebut, Paulus merefleksikannya dengan adonan yang beragi (5:6-8)
dan mengatakan kepada jemaat di Korintus untuk tidak menggunakan ragi, sehingga
kebenaran dan kemurnian terjaga (5:1-13). Paulus menasehati mereka untuk
menjauhkan tindakan asusila (6:1-20) karena tubuh adalah bait Roh Kudus yang
daripada Allah (6:19) sehingga haruslah dijaga kesuciannya (6:20). Paulus
memberikan solusi untuk menghindari percabulan, yaitu “perkawinan”
(7:1,2-3,4-40). Paulus menyatakan perkawinan merupakan kemuliaan karena suami
yang tidak beriman akan dikuduskan oleh isterinya, demikian juga isteri
dikuduskan oleh suaminya (7:14).
Pada pasal 8:1-13 dijelaskan mengenai persembahan berhala. Paulus
menekankan bahwa tidak ada allah selain Allah yang Esa (8:4). Paulus
menjelaskan bahwa makanan bukan hal yang menentukan kedekatan manusia dengan
Allah (8:8; 10:25-33). Pada pasal 10:13 dituliskan bahwa pencobaan yang dialami
jemaat di Korintus belumlah seberapa, karena tidak ada pencobaan yang melampaui
kekuatan manusia. Paulus dengan sangat tegas mengatakan kepada mereka untuk
menjauhi penyembahan berhala (10:14). Untuk memperkuat nasehatnya tersebut,
Paulus memberikan contoh dari keadaan bangsa Israel yang memberi persembahan
kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah (10:20). Paulus mengakui bahwa segala
sesuatu diperbolehkan, namun tidak semuanya yang berguna (10:23-24). Pada pasal
11:1 Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk tetap setia menjadi pengikutnya,
karena dia merupakan pengikut Kristus.
Paulus mempertahankan kerasulannya (9:1-27) untuk mengubah pemikiran jemaat
di Korintus yang semakin berpaling dari Paulus oleh karena kehadiran missionaris-missionaris
lain. Hal ini disampaikan Paulus karena dirinya tidak pernah menerima upah
ataupun imbalan dari orang-orang Korintus, seperti para missionaris yang datang
selain Paulus. Penolakan Paulus terhadap upah tersebut membuat orang-orang Korintus
memandang sebelah mata terhadap dirinya, dan lebih mengakui missionaris lain.
Oleh karena itu Paulus menjelaskan bahwa dirinya tidak mau menjadi beban dan
terikat terhadap mereka (9:12-19) dan upahnya adalah dia dapat memberitakan
Injil tanpa upah dan tidak menggunakan haknya untuk sebagai pemberita Injil
(9:18).
Budaya di Korintus mengharuskan setiap perempuan untuk menggunakan tudung
atau penutup kepala pada saat berdoa kepada Tuhan Allah, dan pada saat itu ada
yang melanggarnya (11:2-16). Paulus memperingati jemaat di Korintus untuk tidak
melakukannya lagi, karena Paulus menghargai budaya yang ada, sehingga dia
mengatakan bahwa suatu kehormatanlah bagi seorang perempuan apabila menggunakan
tudung, sebagaimana rambut yang diberikan kepada perempuan menjadi penudung
(11:15).
Paulus juga memperingati jemaat di Korintus yang mengadakan jamuan makan
lebih dahulu dengan membiarkan orang lain mengalami kelaparan (11:17-24).
Paulus menasehati mereka untuk menantikan seorang akan yang lain (11:33), dan
untuk memperkuat nasehatnya, Paulus menjelaskan mengenai jamuan makan yang
dilakukan Yesus sebelum penyerahan dirinya kepada kematian (11:23-29).
Paulus menguatkan iman jemaat yang berada di Korintus dengan menjelaskan
karunia-karunia Roh, seperti hikmat, pengetahuan, memberikan penyembuhan, dan
bahkan melakukan mujizat sesuai dengan kehendakNya (12:1-11; 14:1-25). Paulus
juga menasehati jemaat yang berada di Korintus untuk tidak terpecah dan
berselisih satu sama lain karena mereka adalah satu tubuh, baik itu orang
Yahudi, Non-Yahudi, budak, dan bahkan mereka yang telah merdeka, karena semua
manusia telah dibaptis menjadi satu tubuh dan satu Roh dalam Yesus (12:12-13).
Paulus menyatakan bahwa mereka telah menjadi satu tubuh dengan Kristus, dan
selayakanya anggota-anggota tubuh, merekapun saling membutuhkan satu sama lain
(12:14-31). Dan untuk menghindarkan jemaat dari perpecahan, Paulus menegaskan
peraturan pertemuan dalam jemaat yang harus dilakukan dengan teratur dan sopan
agar tercapai damai sejahtera (14:26-40).
Pada pasal 15:1-58 dijelaskan kebangkitan Kristus. Paulus menyatakan bahwa
orang mati dapat juga dibangkitkan, sama halnya dengan Yesus Kristus yang telah
dibangkitkan. Apabila Kristus tidak bangkit dari kematian, maka sia-sialah
semua kepercayaan manusia dan manusia tetap di dalam dosa (15:17-18). Kebangkitan yang dimaksudkan bukanlah daging
dan darah, karena kedua hal tersebut tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah
(15:50). Paulus mengibaratkan hidup manusia dengan sebuah biji yang dimasukkan
ke dalam daging yang hidup, biji inilah yang mendapat tempat dalam kerajaan
Sorga.
Paulus mengajak jemaat di Korintus untuk membantu jemaat di Yerusalem yang
mengami kemiskinan (16:1-4). Pada bagian akhir, Paulus yang pada saat itu
berada di Efesus menyampaikan rencananya untuk mengunjungi mereka pada musim
dingin (16:5-9). Dan memberitahukan kedatangan Timotius ke Korintus. Paulus
menasehati mereka untuk tetap berjaga-jaga dan berhati-hati (16:10-18). Surat
ini ditutup dengan salam kepada jemaat di Korintus (16:19-24) dan Paulus dengan
tegas mengatakan bahwa siapa yang tidak mengasihi Allah, terkutuklah dia
(16:22).
II Korintus
F. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat II Korintus ini ditulis langsung oleh Paulus (1:1), namun Tituslah
yang membawa surat ini kepada jemaat di Korintus ketika dia bertemu dengan
Paulus di Makedonia (2:13; 7:6,13,14; 8:6,16,23; 12:18). Surat ini ditulis
Paulus pada saat dia berada di Makedonia. Paulus menulis surat ini karena pada
saat itu kondisi jemaat Korintus sedang mengalami kekacauan, dimana terjadi
pertikaian antara golongan Paulus dan golongan yang menfitnah Paulus sebagai
rasul palsu. Fitnah tersebut semakin kuat karena tindakan Paulus yang
meninggalkan jemaat di Korintus dengan terburu-buru. Namun, surat ini ditulis
Paulus bukan hanya untuk jemaat yang berada di Korintus, tetapi kepada
orang-orang kudus yang berada di Akhaya juga (1:1).
Paulus mengungkapkan rasa syukurnya karena penghiburang yang diberikan
Tuhan kepadanya pada saat Paulus dan teman sekerjanya sedang mengalami
penderitaan (1:3-4). Paulus mengatakan bahwa penderitaan tersebut merupakan
bagian dari penderitaan Kristus, dan oleh Kristus pula mereka mendapat penghiburan
yang berlimpah-limpah. Hal ini disampaikan Paulus agar jemaat Korintus yang
mengalami penderitaan dan pencobaan tetap berpegang teguh pada imannya
(1:3-11).
Di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menyampaikan
keinginannya untuk mengunjungi orang-orang Kristen yang berada di Korintus dan
perasaanya yang cemas karena kekacauan yang terjadi di Korintus (1:12-2:13).
Paulus menyampaikan keinginannya terhadap jemaat di Korintus untuk tidak
berduka karena penderitaan yang dialami.
Surat ini berisi penjelasan Paulus untuk mempertahankan kerasulannya yang
telah difitnah. Paulus menyatakan bahwa dirinya berbicara murni atas perintah
Allah tanpa bermaksud untuk mencari keuntungan seperti orang lain yang
menggunakan firman Allah untuk mendapat keuntungan. Pemberitaan Injil yang
dilakukan oleh Paulus adalah pekerjaan Allah oleh Kristus yang dibantu oleh Roh
yang daripada Allah (2:14-17; 3:1-6). Paulus membedakan dirinya dengan rasul
yang dalam Perjanjian Lama yang belum merdeka, karena hati mereka masih
terselubung. Kedatangan Kristus telah memerdakakan dan selubung tersebut telah
diambil oleh Nya (3:7-18). Paulus menekankan bahwa dia tidak memalsukan firman
Allah, karena dia memberitakan apa yang sebenarnya dan sebelumnya dia telah
melihat cahaya Injil yang memerintahkannya untuk memberitakan Injil dan
membagikannya kepada seluruh umat manusia (4:1-6). Paulus juga mengatakan bahwa
mereka adalah utusan-utusan Kristus yang menjadi pelayan Allah (6:4) dalam
menasehati mereka untuk tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah yang telah
mereka terima (5:11- 6:10).
Pada pasal 4:7-12 Paulus menceritakan pengalamannya yang telah ditindas dan
dianiaya, namun dia tidak pernah menyerah untuk memberitakan Injil. Hal
tersebut disampaikan Paulus agar jemaat di Korintus tidak putus asa akan
imannya kepada Yesus Kristus. Paulus menyampaikan harapannya kepada jemaat di
Korintus untuk tetap tabah dan tetap berpegang teguh pada iman mereka walaupun
dalam penderitaan, sehingga pada saat menghadapi takhta pengadilan Kristus
mereka memperoleh kemuliaan yang daripadaNya (4:13- 5:10).
Dalam suratnya ini, Paulus dengan berterus terang bahwa dia membuka hatinya
kepada jemaat di Korintus dan dia berharap agar mereka juga melakukan hal yang
sama seperti dirinya dan memberikan tempat di dalam hatinya (6:11-13; 7:2-4).
Paulus menasehati jemaat di Korintus untuk tetap menjaga kekudusan mereka,
karena manusia adalah bait Allah (6:14- 7:1). Paulus menguatkan hati jemaat di
Korintus dengan menyatakan bahwa dukacita yang dialami mereka akan membawa
mereka pada pertobatan yang dikehendaki Allah dan Paulus juga menyampaikan
rencananya untuk pergi ke Makedonia (7:5-16).
Pada pasal 8:1-15 dan pasal 9:1-15 Paulus menyampaikan keinginannya kepada
jemaat di Korintus untuk turut membantu orang-orang Kristen yang berada di
Yerusalem. Untuk membuka hati jemaat yang berada di Korintus, Paulus
mencontohkan tindakan jemaat-jemaat di Makedonia yang turut membantu dengan
kerelaan hati, meskipun mereka sangat miskin dan mengalami berbagai penderitaan
(8:1-5).
Paulus mengakui kelemahannya dalam berhadapan langsung dengan publik,
sehingga dia lebih baik dalam membuat surat. Paulus berharap agar kelemahannya
tersebut tidak menjadi alasan bagi jemaat di Korintus untuk mengurangi
kepercayaannya terhadap dirinya dan injil yang disampaikannya. Paulus
membenarkan dirinya dengan menyatakan kuasa Allah yang menjadi senjata bagi
dirinya dalam memberitakan Injil. Paulus memiliki kekhawatiran terhadap jemaat
di Korintus yang menjadi sesat pikirannya dan pudar akan kesetiaannya terhadap
Kristus (10:1- 11:6) dan dia menegaskan bahwa janganlah ada orang yang
menanggapnya bodoh (11:16). Paulus tidak pernah mementingkan dirinya sendiri
sehingga menyusahkan orang lain, dan Paulus juga memperingati mereka untuk
berhati-hati dengan rasul-rasul palsu dan para penipu yang menyamar sebagai
rasul Kristus (11:7-33), karena dirinya telah menerima penglihatan dan
penyataan dari Tuhan, sehingga dirinya layak dipercaya dan didengarkan
pemberitaan Injilnya (12:1-10). Pada
suratnya ini, Paulus menyampaikan kekuatirannya bahwa akan terjadi perselisihan
antara dirinya dengan jemaat oleh sebab rasul-rasul palsu dan dia kuatir bahwa
kepercayaan Allah akan memudar bagi dirinya karena telah gagal menjalankan
tugas yang diberikan Allah kepadanya (12:11-21). Oleh karena itu, Paulus
menasehati jemaat di Korintus (13:1-10) untuk tegak di dalam iman mereka (13:5)
dan melakukan kebenaran (13:8). Dan untuk menutuo suratnya, Paulus menyampaikan
salamnya dan nasehatnya untuk hidup dalam dami sejahtera (13:11-13).
Surat-surat dari Penjara
Efesus
G. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat kepada jemaat di Efesus ditulis Paulus dari penjara (1:1; 3:1). Setelah kedatangan Paulus yang pertama kali
ke Efesus (Kisah Para Rasul 18:19-21), pekerjaannya dilanjutkan oleh Apolos
bersama dengan Akwila dan Priskila. Dan pada kunjungan Paulus yang kedua, dia
tinggal lebih lama di Efesus, yaitu selama tiga tahun. Di Efesus, Paulus
bekerja keras untuk membangun jemaat. Dan semenjak jemaat di Efesus telah
bertumbuh, pekabaran Injil semakin menyebar luas di Asia Kecil. Kemudian surat
ini dituliskan oleh Paulus karena kondisi jemaat di Efesus yang menyembah
dewa-dewi, seperti penyembahan terhadap dewi Artemis yang merupakan dewa
kesuburan. Selain itu, jemaat di Efesus juga melakukan penyembahan terhadap
kaisar yang dianggap sebagai anak dewa. Surat ini dikirimkan Paulus kepada
jemaat di Efesus melalui teman sekerjanya Tikhikus, yang diperintahkan Paulus
untuk mengunjungi orang-orang Kristen yang berada di Efesus dan memberikan
mereka penghiburan (6:21-22).
Dalam surat ini Paulus menjelaskan mengenai pengampunan dosa bagi seluruh
umat manusia oleh karena Kristus (1:7-9). Kristus telah mempersatukan segala
sesuatu yang ada di bumi dan di sorga, dan Kristus sendirilah yang menjadi
kepalanya (1:10). Hal ini disampaikan Paulus untuk membuka hati jemaat yang
berada di Efesus akan rencana agung Tuhan Allah untuk mempersatukan seluruh
umat manusia melalui Yesus Kristus, membebaskan manusia dari ikatan dosa, dan
menjamin manusia dalam Roh Kudus (1:3-14). Paulus menyampaikan hal tersebut
agar jemaat di Efesus sebagai anggota tubuh Kristus memuliakan nama Tuhan
(1:15-23).
Paulus menjelaskan bahwa semua orang percaya akan mendapat kasih karunia
yang daripada Allah, karena kasih karuni itulah yang akan menyelamatkan manusia
oleh karena iman. Hal ini merupakan pemberian Allah, bukan hasil usaha manusia
sendiri (2:1-10). Iman menjadi pembenar manusia dihadapan Allah, dan membuat
manusia dipersatukan di dalam Kristus Yesus. Kehadiran Kristus menjadikan
seluruh umat manusia yang bukan Israel akhirnya mendapat tempat di hadapan
Tuhan Allah, walaupun mereka tidak bersunat selayaknya orang Israel. Oleh
karena darah Yesus, manusia menjadi bait Allah dan Allah diam di dalamnya
(2:1-22).
Pada pasal 3 Paulus menyampaikan bahwa orang-orang yang bukan Yahudi akan
menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji Allah
kepada seluruh umat manusia oleh karena Berita Injil yang diberitakan Paulus
bagi orang-orang yang bukan Yahudi (3:6).
Dalam surat ini, Paulus menyampaikan doanya kepada jemaat di Efesus agar
iman mereka dikuatkan oleh Tuhan Allah melalui Roh-Nya sehingga iman di dalam
Kristus diam di hati mereka, agar jemaat di Efesus memahami kasih Kristus yang
melampaui segala pengetahun, dan mereka dipenuhi oleh Allah (3:16-19).
Paulus dengan tegas menekankan sikap
jemaat di Efesus untuk selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar, agar
kesatuan Roh jemaat di Efesus dapat bertumbuh dan terpelihara oleh ikatan damai
sejahtera sehingga mereka hidup dalam satu tubuh, satu roh, satu Tuhan, satu
iman, satu baptisan (4:1-16). Paulus menasehati jemaat di Efesus untuk
meninggalkan kehidupan lama mereka dan menjadi manusia baru yang mengenal Allah
dan jauh dari dosa (4:17-32). Jemaat di Efesus dinasehatkan oleh Paulus untuk
menjadi manusia baru, sehingga merekan dapat menjadi anak-anak terang yang
hidup di dalam kasih Kristus (5:1-21). Paulus merefleksikan hidup dalam kasih
Kristus dengan hidup sebagai suami-isteri, dimana isteri haruslah tunduk kepada
suami sebagai kepala dalam segala hal, dimana suami haruslah mengasihi
isterinya sama seperti tubuhnya dan isteri haruslah menghormati suaminya
(5:33). Hal ini menjadi contoh bagi jemaat di Efesus, dimana jemaat yang
menjadi isteri, dan Yesus Kristuslah suaminya, sehingga mereka haruslah tunduk
kepada Yesus Kristus (5:22-33).
Paulus menasehti jemaat di Efesus untuk taat dan kasih, dimana anak
haruslah menghormati orang tuanya dan orang tua mengasihi anaknya (6:1-4),
demikian juga dengan hamba agar menaati tuannya dan tuan menghargai hambanya
dan menjauhkan ancaman (6:5-9). Paulus menekankan pada perbuatan baik, karena
siapapun yang berbuat baik akan mendapat balasan dari Tuhan (6:8-9b). Paulus
menjelaskan megenai perlengkapan rohani untuk memegang teguh iman mereka dan
selalu berdoa kepada Tuhan Allah, agar mereka dikuatkan dalam menghadapi
kejahatan (6:10-20). Paulus menutup suratnya dengan ucapan berkat (6:21-24).
Kolose
H. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini ditulis oleh Paulus dengan bersama dengan Timotius yang
dikirimkan kepada jemaat di Kolose (1:1-2), namun Paulus hanya menulis bagian
akhir dari surat ini saja dengan tangannya langsung (4:18). Paulus membuat dan
mengirim surat ini ketika dia berada di dalam penjara bersama dengan
Aristarkhus (4:3,10). Paulus merupakan pendiri jemaat di Kolose, namun kondisi
jemaat pada saat itu banyak disesatkan oleh pengajar-pengajar yang menyatakan
bahwa untuk mengenal Tuhan haruslah menyembah roh-roh penguasa alam semesta dan
mereka juga mengatakan kepada jemaat di Kolose untuk menjalankan sunat dan
pantangan-pantangan lainnya. Hal ini diketahui Paulus setelah Epafras
memberitahukan kondisi jemaat di Kolose kepadanya (1:7; 4:12).
Surat ini dibawa oleh Tikhikus ke Kolose ditemani oleh Onesimus, hamba yang
disuruh oleh Paulus untuk kembali ke Filemon yang adalah tuannya (Filemon
1:1-25), dan dia juga merupakan seorang anggota jemaat di Kolose (4:7-9).
Dalam surat ini, Paulus tetap mengucap syukur karena kasih jemaat di Kolose
(1:3-8), dan Paulus mengungkapkan rasa sayangnya yang selalu mengikut sertakan
jemaat di Kolose dalam doanya agar mereka diberikan hikmat yang daripada Allah
(1:9-12). Paulus mengucap syukur karena jemaat di Kolose telah menjadi ciptaan
baru di dalam Kristus (1:12-23). Paulus juga menceritakan pelayanan dan
penderitaan yang dialaminya selama dalam pekerjaannya dalam memberitakan Injil
(1:24-29) dan dia juga menceritakan pengalamannya di Kolose yang penuh
perjuangan (2:1-5).
Untuk meneguhkan kepercayaan jemaat di Kolose kepada Yesus Kristus, Paulus
menyampaikan dalam suratnya untuk berhati-hati dengan para penyesat (2:8-10)
dan meyakinkan jemaat di Kolose bahwa mereka yang telah menerima Kristus di
dalam hidupnya, hendaklah mereka berakar dan bertumbuh di dalam Dia (2:6-7),
sebab mereka yang menaruh iman kepada Yesus Kristus, maka mereka tersunat di
dalam Kristus (2:11-12) dan seluruh pelanggaran manusia telah diampunkan Tuhan
oleh karena Kristus (2:13-15).
Paulus memperingati jemaat di Kolose untuk tidak menyia-nyiakan kematian
Kristus dengan menghukum diri sendiri dengan pantangan-pantangan seperti mereka
yang masih dikuasai oleh hukum Taurat (2:16-19). Paulus menekankan bahwa mereka
yang telah mati bersama-sama Kristus dan bangkit ke dalam hidup yang baru untuk
hidup menurut hukum yang baru pula (2:20-23; 3:1- 4:6). Paulus menyatakan bahwa
tidak ada lagi perbedaan diantara manusia, karena semua telah menjadi manusia
baru dan menjadi satu tubuh di dalam Kristus Yesus (3:15). Manusia baru yang
dimaksud Paulus dalam suratnya adalah manusia yang penuh kasih bagi Allah dan
sesamanya manusia (3:5-17).
Paulus juga menjelaskan kepada jemaat di Kolose untuk hidup baru di dalam
rumah, yaitu untuk saling menghargai antara suami dan isteri; sebagai anak
untuk menaati orang tua; sebagai orang tua untuk mengasihi anak-anaknya;
tuan-hamba yang saling menghormati dan berlaku baik (3:18- 4:1). Paulus juga
menjelaskan hidup baru di dunia dengan menjadi pribadi yang bertekun dalam doa;
menucap syukur selalu; hidup berhikmat yang daripada Allah; mempergunakan waktu
yang ada dengan baik; berkata-kata di dalam kasih dan membangun (4:2-6).
Pada bagian akhir surat Paulus memerkenalkan hamba-hamba Tuhan yang bekerja
dalam pekabaran Injil dan melakukan tujuan yang sama (4:7-9), salam dari
teman-teman Paulus (4:10-14), salam Paulus dan teman-teman sekerjanya terhadap
orang-orang di Kolose (4:15-17). Dan Paulus menutup surat ini dengan
mengucapkan penyertaan Kasih Karunia terhadap jemaat di Kolose (4:18d).
Filipi
I. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Pada bagian awal surat Filipi ini disebutkan bahwa surat ini merupakan
surat kiriman Paulus kepada jemaat yang berada di Filipi, dimana surat ini
dibuat ketika Paulus berada di penjara Istana Kaisar, Roma (1:7,14,17,22) dan
dalam pegirimannya dibantu oleh Timotius yang merupakan rekan sekerjanya. Surat
ini ditujukan kepada semua orang percaya yang berada di Filipi, para pemilik
jemaat dan diaken (1:1). Kota Filipi merupakan kota pertama yang dikunjungi
Paulus dalam perjalanan pelayanannya ke Eropa, dan penyebaran agama Yahudi
tidak sampai ke Filipi, karena tidak ditemukan rumah ibadah Yahudi kecuali
rumah sembahyang yang terletak di pinggiran kota (Kisah Para Rasul 16:13).
Jemaat di Filipi adalah hasil kerja keras Paulus, dimana anggota jemaatnya
adalah orang-orang yang bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33); orang-orang
Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 16:13); orang-orang yang
takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 16:14). Anggota jemaat tersebut kebanyak
dari kalangan budak dan veteran. Hubungan Paulus dengan jemaat di Filipi
sangatlah dekat, dan bahkan jemaat di Filipi membantu Paulus dalam bidang
finansial yang diberikan melalui Epafroditus (4:18).
Pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus di Filipi mendapat pertentangan
dari sebuah kelompok (1:27-30; 2:20-21). Paulus menanggapi hal ini dengan
begitu keras, dimana dia mengatakan untuk berhati-hati kepada anjing-anjing,
pekerja-pekerja jahat dan para penyunat yang palsu (3:2). Dalam surat ini
Paulus begitu emosional sehingga dia mampu menuliskan kata-kata yang kasar. Dan
untuk menguatkan iman jemaat di Filipi agar tidak ikut bersama dan terpengaruh
oleh kelompok yang menentang pekabaran Injilnya, Paulus menyatakan bahwa
merekalah yang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam
Kristus Yesus dan mereka tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah (3:3).
Anggota jemaat di Filipi ada juga
wanita yang turut berperan dalam pemberitaan injil Allah, yaitu Sintikhe dan
Euodia. Namun mereka berdua tidak sehati dan sepikir dalam pelayanannya,
sehingga Paulus memerintahkan Sunsugos untuk menolong mereka agar tidak sesat
(4:2-3).
Dalam surat ini, Paulus banyak menyampaikan nasihat dan
peringatan-peringatan kepada jemaat di Filipi, antara lain:
-
Nasihat-nasihat
1. Nasihat untuk Keteguhan Iman (1:27-30)
2. Nasihat untuk Merendahkan Diri (2:1-4)
3. Nasihat: Kristus sebagai Teladan (2:5-11)
4. Nasihat agar tetap Taat (2:12-18)
5. Nasihat-nasihat Terakhir (4:1-9)
-
Peringatan-peringatan
1. Peringatan tentang Bermegah Diri (3:1-3)
2. Peringatan tentang Kesempurnaan (3:12-16)
3. Peringatan Melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)
Selain nasihat dan peringatan, Paulus juga menceritakan pengalamannya agar
jemaat di Filipi meniru maupun meneladani sikap Paulus yang tetap setia kepada
Allah melalui Yesus Kristus. Hal ini dilakukan Paulus juga untuk membuka
pemikiran jemaat di Filipi dalam menanggapi Yudaisme, dimana Kristus telah
hadir sebagai penggenapan hukum Taurat
(3:4-11). Paulus menceritakan pengalamannya kepada jemaat di Filipi agar
menjadi teladan bagi mereka (3:17) dan jemaat di Filipi menjadi berpengharapan
dalam menantikan kedatangan Yesus Kristus.
Paulus memberikan contoh
teladan bagi jemaat di Filipi melalui suratnya ini, dimana Paulus menyebutkan
nama Kristus (2:5-11), Timotius (2:19-24), dan Epafroditus (2:25-30). Paulus
menekankan pada teladan Kristus yang rela mengalami penderitaan, karena dari
penderitaan itulah Yesus ditinggikan oleh Allah (2:6-11). Hal ini disampaikan
Paulus kepada jemaat di Filipi agar tidak putus asa dalam penderitaan dan
pencobaan.
Pada bagian akhir surat
ini, Paulus mengucapkan rasa terimakasihnya kepada jemaat di Filipi karena
kebaikan mereka yang mau membantu pekabaran Injil Paulus (4:10-20). Dan salam
dari Paulus kepada seluruh orang-orang percaya yang berada di Filipi (4:21-23).
Filemon
J. Ringkasan dari apa yang peserta pahami tentang: Penyebab surat ditulis, apa jawab
yang diberikan oleh penulis, argumen apa saja yang dipakai mendukung
jawabannya, apakah penulis dan pembaca memiliki pemahaman sama tentang
argumen-argumen itu, dan apakah dengan argumen itu maksud penulis akan dicapai.
Surat ini merupakan surat terpendek dari semua surat-surat Paulus. Surat
ini merupakan surat pribadi Paulus yang ditujukan kepada Filemon, yang
merupakan seorang Kristen yang terkemuka dan salah satu anggota jemaat di
Kolose (ay. 1). Surat ini ditulis oleh tangan Paulus sendiri (ay. 19a) yang
ditemani oleh rekan sekerjanya, Timotius. Surat ini ditulis oleh Paulus ketika
dia sedang berada di dalam penjara (ay. 1,23,24). Pada saat di penjara, Paulus
bersama-sama dengan Epafras yang merupakan teman sepenjaranya, dan mereka
dipenjarakan oleh karena Kristus Yesus (ay. 23).
Pada ayat 4-7 Paulus menyampaikan hal-hal yang bertujuan kepada kasih dalam
persaudaraan dan sikap jemaat yang berpengharapan. Dalam bagian ini Paulus juga
memuji kepribadian Filemon yang beriman dan murah hati. Hal ini dilakukan
Paulus agar terbuka hati Filemon untuk menerima Onesimus kembali (ay. 8-12).
Onesimus merupakan budak yang melarikan diri dari rumah Filemon yang adalah
tuannya. Hal ini merupakan suatu pelanggaran
yang fatal, karena dalam budaya Romawi budak yang lari dari rumah
tuannya akan dihukum mati. Namun Paulus mengingikan agar Onesimus diterima
kembali oleh Filemon dan dia siap mengganti rugi kerugian yang disebabkan oleh
tindakan Onesimus (ay. 13-20).
Paulus memperjuangkan Onesimus, karena Paulus menganggap Onesimus yang
telah menjadi Kristen sebagai saudara di dalam Kristus Yesus dan bahkan dalam
suratnya, Paulus mengatakan Onesimus sebagai anak (ay. 10). Sehingga dia
meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus di dalam rumahnya, namun bukan
sebagai budak. Karena Onesimus telah menjadi Kristen dan saudara di dalam
Kristus Yesus (ay. 16).
Pada ayat 22 Paulus menyampaikan maksudnya untuk mengunjungi rumah Filemon
dengan segera, dimana dia ingin memastikan bahwa Filemon memenuhi permintaan
Paulus terhadap dirinya untuk menerima Onesimus kembali di dalam rumahnya.
Paulus menyampaikan surat ini kepada Filemon, dan perlu diketahui bahwa
Filemon merupakan seorang patron. Sehinnga rumah Filemon menjadi tempat
perkumpulan anggota jemaat (ay. 2). Paulus dengan sengaja mengirimkan surat ini
kepada Filemon dihadapan para jemaat, karena pada saat itu budaya yang berlaku
di tengah-tengah jemaat di Kolose adalah menyelesaikan suatu masalah atas
keputusan bersama-sama, walaupun masalah tersebut adalah masalah pribadi. Hal
ini dilakukan Paulus agar Onesimus diterima kembali oleh Filemon, namun dibalik
itu, Paulus juga ingin menyampaikan kepada jemaat yang berada di Kolose untuk
meniru apa yang terjadi diantara Onesimus dan Filemon atau dengan kata lain,
Paulus ingin mengubah cara pandang jemaat terhadap pemahaman akan tuan-hamba.
Paulus ingin mengatakan bahwa tidak ada lagi perbedaan, dimana semua telah
menjadi saudara di dalam Kristus Yesus yang telah mati di Kayu Salib.
No comments:
Post a Comment