Thursday, 30 November 2017

ilmu dan bahasa

ILMU DAN BAHASA

1. Pendahuluan
Ilmu tidak terlepas dari bahasa. Karena bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia termasuk dalam ilmu. Bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa, termasuk juga yang membedakan antara manusia dengan ciptaan lainnya. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Dengan bahasa, manusia dapat berfikir secara teratur dengan mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait. Kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu juga semakin berkembang. Di lingkungan pendidikan khususnya, terutama pendidikan tinggi, bisa dikatakan setiap waktu istilah ilmu diucapkan dan sesuatu ilmu diajarkan.
            Filsafat dan bahasa juga merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu dan saling melengkapi antara satu sama lain. Dalam filsafat dan bahasa terjadi simbiosis mutualisme. Filsafat membantu mengembangkan dan memperluas kajian tentang bahasa, dan bahasa menjadi sarana komunikasi dalam menyampaikan gagasan-gagasan tentang kebenaran yang dilahirkan filsafat. 
Di satu sisi, bahasa merupakan salah satu tema kajian filsafat yang sangat menarik. Akan tetapi, perhatian filsafat terhadap dunia bahasa belum pernah begitu luas, umum dan mendalam seperti sekarang ini. Dapat dikatakan, perhatian filsafat terhadap bahasa sekarang ini sama agungnya dengan “being” (yang ada) dalam filsafat klasik dulu. Pada keduanya ada kemiripan , konsep being dan bahasa sama-sama memilki universalitas. Perbedaannya terletak pada sudut pandang.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika (sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir.[1]
Upaya-upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktivitas-aktivitas yang diarahkan untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.
Pada hakikatnya bahasa adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Secara sengaja atau tidak, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dalam setiap ranah kehidupan. Tanpa bahasa, kehidupan manusia akan menjadi lumpuh total, karena bahasa diperlukan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan antara seseorang dengan yang lainnya, dengan kata lain, manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi sebagai makhluk sosial.
Kemudian dalam kaitannya dengan ilmu linguistik, bahasa dikaji, diteliti dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia sebagai makhluk pengguna bahasa, karena pada hakikatnya bahasa itu dinamis dan selalu berkembang dari masa ke masa sesuai dengan kebutuhan manusia. Perkembangan tersebut baik dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan lainnya sesuai  dengan kajian linguistik.

2. Pembahasan
2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) merupakan dua bidang yang berbeda. Pengetahuan (knowledge) merupakan kumpulan upaya dan pemahaman, pikiran, perasaan,dan pengalaman yang diperoleh manusia ketika berinteraksi dengan orang lain dan alamsekitarnya, yang kemudian diabstraksi dalam bentuk pernyataan, ungkapan artistik, teori, dalil, rumus atau hukum. Ilmu juga merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam, dan biologi[2]
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[3] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
            Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

2.2. Dua Jenis Ketahuan
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan” seperti kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat.[4]
Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukka ke dalam kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari ketahuan ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, matematika, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga kriteria yakni:


1.    Obyek Ontologis
Apakah obyek yang ditelaah yang membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut? Kriteria ini disebut obyek ontologis umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia dengan benda/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan manajemen menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.
2.    Landasan Epistemologis
Cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut; atau dengan perkataan lain, bagaimana caranya mendapatkan ketahuan (knowledge) itu? Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat. Landasan epistemologis ditandai dengan metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis.
3.    Landasan aksiologi
Untuk apa ketahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa yang dipunyai olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan untuk tiap jenis ketahuan (knowledge). Nilai kegunaan seni pencak jelas berbeda dengan nilai kegunaan filsafat atau fisika nuklir.

Jadi Seluruh bentuk dapat digolongkan kedalam kategori pengetahuan (knowledge) dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:
1)    Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;
2)    Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi;
3)    Landasan aksiologi yaitu kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Bentuk ketahuan (knowledge) ini dalam bahasa Inggris adalah science. Dengan demikian, maka masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge dan science; antara ketahuan yang bersifat generik dan bentuk ketahuan yang spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis yang khas.

2.3. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi masyarakat pemakainya. Sebagi contoh kita menggabungkan bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata atau butir leksikal sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan, butir-butir leksikal ini kemudian digabungkan lagi untuk membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal secara arbiter.
Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama yakni pertama, bahasa sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua dapat kita sebutkan sebagai fungsi kohesif atau integratif.

2.4. Hubungan Bahasa dan Ilmu
Menurut Suriasumantri dalam kapasitasnya sebagai mediakomunikasi, bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan berkonotasi perasaan (emotif), pesan berkonotasi sikap (afektif), dan pesan berkonotasi pikiran (penalaran). Secara alami, tidak semua bahasa dikembangkan oleh penuturnya dengan memberikan porsi yang sama terhadap kemampuan menyampaikan ketiga jenis pesan itu. Masyarakat yang gemar mengembangkan ilmu pastilah memiliki bahasa yang baik dalam fungsinya sebagai media penalaran. Unsur bahasa yang mungkin berperan paling sentral dalam fungsinya sebagai media berpikir dan media komunikasi adalah kata-kata. Dengan memahami makna kata-kata yang membentuk sebuah kalimat, meskipun dia tidak memahami struktur kalimat tersebut, biasanya orang bisa ‘menebak’ pesan yang disampaikan dengan tingkat akurasi yang baik.[5]
Hubungan ilmu dan bahasa diantaranya: (1) ilmu dapat berkembang jika temuan dalam ilmu itu disebarkan (dipublikasikan) melalui tindakan komunikasi (2) temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmu lainnya (3) dalam proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media (komunikasi).

3. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan pengetahuan. ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya. Pengetahuan itu sendiri kajian pokok dalam pengetahuan antara lain Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.
            Hubungan filsafat dan bahasa sangat erat kaitannya,  karena bahasa pada hakikatnya merupakan sistem simbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama  adalah mencari jawaban atau makna dari seluruh simbol yang menampakkan diri di alam semesta.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak dapat dilepaskan antara satu dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan perantara kita dalam menyampaikan suatu ilmu. Melalui bahasa, ilmu apa saja dapat dikomunikasikan dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Informasi dari suatu ilmu dapat disalurkan dengan menggunakan bahasa.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Jonathan, Sarwono, Metode Penelitian Quntitatif dan Kualitatif . (Yogyakarta:Penerbit Graha Ilmu, 2006),
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009) 

Internet :







[1] Jonathan, Sarwono, Metode Penelitian Quntitatif dan Kualitatif . (Yogyakarta:Penerbit Graha Ilmu, 2006), 13
[2] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009) 
[3] Ibid, halaman 289 
[4] Ibid, halaman 291.
[5] Ibid, halaman 301

No comments:

Post a Comment