ILMU DAN BAHASA
1. Pendahuluan
Ilmu tidak terlepas dari bahasa. Karena bahasa
memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia
termasuk dalam ilmu. Bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa,
termasuk juga yang membedakan antara manusia dengan ciptaan lainnya. Bahasa
berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Dengan
bahasa, manusia dapat berfikir secara teratur dengan mengkomunikasikan apa yang
sedang dia pikirkan kepada orang lain.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling
terkait. Kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Seiring dengan perkembangan
zaman, ilmu juga semakin berkembang. Di lingkungan pendidikan khususnya, terutama
pendidikan tinggi, bisa dikatakan setiap waktu istilah ilmu diucapkan dan
sesuatu ilmu diajarkan.
Filsafat dan bahasa juga merupakan
dua hal yang tidak terpisahkan. Keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang
senantiasa bersatu dan saling melengkapi antara satu sama lain. Dalam filsafat
dan bahasa terjadi simbiosis mutualisme. Filsafat membantu mengembangkan dan
memperluas kajian tentang bahasa, dan bahasa menjadi sarana komunikasi dalam
menyampaikan gagasan-gagasan tentang kebenaran yang dilahirkan filsafat.
Di satu sisi, bahasa merupakan salah satu tema
kajian filsafat yang sangat menarik. Akan tetapi, perhatian filsafat terhadap
dunia bahasa belum pernah begitu luas, umum dan mendalam seperti sekarang ini.
Dapat dikatakan, perhatian filsafat terhadap bahasa sekarang ini sama agungnya
dengan “being” (yang ada) dalam filsafat klasik dulu. Pada keduanya ada
kemiripan , konsep being dan bahasa sama-sama memilki universalitas. Perbedaannya
terletak pada sudut pandang.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan. Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan
penyebarluasan ilmu. Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa
menggunakan bahasa, matematika (sarana berpikir deduktif) dan statistika
(sarana berpikir induktif) sebagai sarana berpikir.[1]
Upaya-upaya penyebarluasan ilmu juga tidak mungkin
dilaksanakan tanpa bahasa sebagai media komunikasi. Setiap forum ilmiah pasti
menggunakan bahasa sebagai sarana utama. Aktivitas-aktivitas yang diarahkan
untuk memahami, mengeksplorasi, dan mendiskusikan konsep-konsep ilmu tidak
dapat diselenggarakan tanpa melibatkan bahasa sebagai sarana.
Pada hakikatnya bahasa adalah sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Secara sengaja atau tidak, manusia
menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dalam setiap
ranah kehidupan. Tanpa bahasa, kehidupan manusia akan menjadi lumpuh total,
karena bahasa diperlukan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan antara
seseorang dengan yang lainnya, dengan kata lain, manusia tidak dapat hidup
tanpa menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi sebagai makhluk
sosial.
Kemudian dalam kaitannya dengan ilmu linguistik,
bahasa dikaji, diteliti dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan manusia
sebagai makhluk pengguna bahasa, karena pada hakikatnya bahasa itu dinamis dan
selalu berkembang dari masa ke masa sesuai dengan kebutuhan manusia.
Perkembangan tersebut baik dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
dan lainnya sesuai dengan kajian
linguistik.
2. Pembahasan
2.1. Pengertian Ilmu
Pengetahuan
Ilmu (science)
dan pengetahuan (knowledge) merupakan
dua bidang yang berbeda. Pengetahuan (knowledge)
merupakan kumpulan upaya dan pemahaman, pikiran, perasaan,dan pengalaman yang
diperoleh manusia ketika berinteraksi dengan orang lain dan alamsekitarnya,
yang kemudian diabstraksi dalam bentuk pernyataan, ungkapan artistik, teori,
dalil, rumus atau hukum. Ilmu juga merupakan terminologi generik yang mencakup
segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara
menyulam, dan biologi[2]
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[3]
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
2.2. Dua Jenis Ketahuan
Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya
seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap
alam kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam
berbagai bentuk “ketahuan” seperti kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan
filsafat.[4]
Terminologi ketahuan ini adalah terminologi
artifisial yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya
diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia dalam usaha
untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukka ke dalam
kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa Inggris sinonim dari ketahuan
ini adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi
generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi,
matematika, seni, bela diri, cara menyulam dan biologi. Untuk membedakan
tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapat tiga kriteria yakni:
1. Obyek Ontologis
Apakah
obyek yang ditelaah yang membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut? Kriteria ini
disebut obyek ontologis umpamanya ekonomi menelaah hubungan antara manusia
dengan benda/jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dan manajemen
menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.
2. Landasan Epistemologis
Cara
yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut; atau dengan
perkataan lain, bagaimana caranya mendapatkan ketahuan (knowledge) itu?
Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk tiap bentuk apa
yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis matematika adalah
logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah pengalaman dan akal
sehat. Landasan epistemologis ditandai dengan metode ilmiah yang berupa
gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis.
3. Landasan aksiologi
Untuk
apa ketahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa yang dipunyai
olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat dibedakan
untuk tiap jenis ketahuan (knowledge). Nilai kegunaan seni pencak jelas berbeda
dengan nilai kegunaan filsafat atau fisika nuklir.
Jadi Seluruh bentuk dapat digolongkan kedalam
kategori pengetahuan (knowledge) dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan
oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi
masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan:
1) Obyek
Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau
lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;
2) Landasan
epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan
logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut
logico-hyphotetico-verifikasi;
3) Landasan
aksiologi yaitu kemaslahatan manusia artinya segenap ujud pengetahuan itu
secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
Bentuk ketahuan (knowledge)
ini dalam bahasa Inggris adalah science.
Dengan demikian, maka masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge dan
science; antara ketahuan yang bersifat generik dan bentuk ketahuan yang
spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan
aksiologis yang khas.
2.3. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak
yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol
abstrak. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi masyarakat pemakainya. Sebagi contoh kita menggabungkan
bunyi-bunyi bahasa atau fonem menjadi kata atau butir leksikal sesuai dengan
aturan dari bahasa yang kita gunakan, butir-butir leksikal ini kemudian
digabungkan lagi untuk membuat struktur tata bahasa sesuai dengan aturan-aturan
sintaksis dalam bahasa dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan
secara lisan, verbal secara arbiter.
Bahasa pada hakikatnya memiliki dua fungsi utama
yakni pertama, bahasa sebagai sarana komunikasi antarmanusia dan kedua, sebagai
sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa
tersebut. Fungsi pertama dapat kita sebutkan sebagai fungsi komunikatif dan
fungsi yang kedua dapat kita sebutkan sebagai fungsi kohesif atau integratif.
2.4. Hubungan Bahasa
dan Ilmu
Menurut Suriasumantri dalam kapasitasnya sebagai
mediakomunikasi, bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan berkonotasi perasaan
(emotif), pesan berkonotasi sikap (afektif), dan pesan berkonotasi pikiran
(penalaran). Secara alami, tidak semua bahasa dikembangkan oleh penuturnya
dengan memberikan porsi yang sama terhadap kemampuan menyampaikan ketiga jenis
pesan itu. Masyarakat yang gemar mengembangkan ilmu pastilah memiliki bahasa
yang baik dalam fungsinya sebagai media penalaran. Unsur bahasa yang mungkin
berperan paling sentral dalam fungsinya sebagai media berpikir dan media
komunikasi adalah kata-kata. Dengan memahami makna kata-kata yang membentuk
sebuah kalimat, meskipun dia tidak memahami struktur kalimat tersebut, biasanya
orang bisa ‘menebak’ pesan yang disampaikan dengan tingkat akurasi yang baik.[5]
Hubungan ilmu dan bahasa diantaranya: (1) ilmu dapat
berkembang jika temuan dalam ilmu itu disebarkan (dipublikasikan) melalui
tindakan komunikasi (2) temuan itu kemudian didiskusikan, diteliti ulang,
dikembangkan, diterapkan atau diperbaharui oleh ilmu lainnya (3) dalam proses
tersebut menggunakan bahasa sebagai media (komunikasi).
3. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa filsafat merupakan induk dari segala ilmu dan pengetahuan. ilmu adalah
pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran,
pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap
orang lain yang mengetahuinya. Pengetahuan itu sendiri kajian pokok dalam
pengetahuan antara lain Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.
Hubungan filsafat dan bahasa sangat erat
kaitannya, karena bahasa pada hakikatnya
merupakan sistem simbol-simbol. Sedangkan tugas filsafat yang utama adalah mencari jawaban atau makna dari
seluruh simbol yang menampakkan diri di alam semesta.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak dapat
dilepaskan antara satu dan yang lainnya. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan
perantara kita dalam menyampaikan suatu ilmu. Melalui bahasa, ilmu apa saja
dapat dikomunikasikan dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat
lainnya. Informasi dari suatu ilmu dapat disalurkan dengan menggunakan bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
:
Jonathan,
Sarwono, Metode Penelitian Quntitatif dan
Kualitatif . (Yogyakarta:Penerbit Graha Ilmu, 2006),
Jujun
S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009)
Internet :
[1] Jonathan,
Sarwono, Metode Penelitian Quntitatif dan
Kualitatif . (Yogyakarta:Penerbit Graha Ilmu, 2006), 13
[2] Jujun S.
Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2009)
[4] Ibid, halaman 291.
[5] Ibid, halaman 301
No comments:
Post a Comment