PEKABARAN INJIL
HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN2011-2021

Departemen Marturia/
Kantor Pusat HKBP
Pearaja Tarutung
STRATEGI PEKABARAN INJIL
HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN
TAHUN 2011-2021
1.
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
Rancang Bangun Pekabaran Injil Huria Kristen Batak Protestan
(RBPI-HKBP) ini menggambarkan arah dan peta pelayanan PI HKBP secara
komprehensif, mendasar dan terpadu. RBPI-HKBP ini merupakan bahan yang akan
menjadi pedoman bagi organ-organ pelayanan HKBP untuk mewujudkan tujuan HKBP
sebagaimana termaktub dalam Aturan dan Peraturan HKBP (2002) Pasal 8 dan Pasal
9. Dalam RBPI-HKBP juga dipaparkan pilihan program dan kegiatan yang dapat
dilakukan HKBP dalam bidang PI pada periode 2011-2021.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud menyusun RBPI-HKBP Tahun 2011-2021 adalah untuk
memetakan arah tugas pelayanan yang paling sesuai dan serasi bagi organ-organ
PI HKBP.
Adapun tujuan RBPI-HKBP adalah sebagai landasan konseptual dalam melaksanakan dan mengarahkan
program PI pada semua lingkup pelayanan HKBP dalam
kurun waktu sepuluh tahun (2011-2021).
1.3. Landasan dan
Sumber Materi
RBPI-HKBP ini disusun berlandaskan: Alkitab, Konfessi HKBP, Aturan dan Peraturan HKBP
(2002), Keputusan-Keputusan
Sinode Godang HKBP, Laporan Pimpinan dan
Praeses HKBP.
Sumber-sumber materi atau bahan RBPI-HKBP adalah hasil
refleksi dan analisis atas pergumulan, pengalaman, dan pemikiran yang tumbuh
dan berkembang di HKBP hingga hari ini yang mengemuka dalam berbagai pertemuan
formal dan rapat, antara lain: Rapat Pimpinan, Rapat Praeses, Rapat Majelis
Pekerja Sinode, Sinode Distrik, dan secara khusus Tahun Marturia HKBP 2008,
Seminar “PI/Missi dalam Konteks Masyarakat Majemuk” pada 15 Januari 2009 di
Pematangsiantar, Lokakarya PI pada 12 Maret 2009 di Pematangsiantar dan
Lokakarya PI pada 23-25 Maret 2009 di Tornauli Parapat. Materi atau bahan
tersebut dihimpun dan diolah suatu tim yang dikoordinasi oleh Kepala Biro
PI/Sending HKBP.
2. ANALISIS
KONTEKS PI HKBP
2.1. Problematika PI HKBP
Program PI HKBP selama ini pada dasarnya masih kental
diwarnai pemahaman Sending Eropa pada abad 19 di tanah Batak. Dalam bingkai
pemahaman tersebut, program PI HKBP cenderung berorientasi pada upaya
mengkristen mereka yang masih belum menjadi Kristen. Argumentasi teologis yang
dianut adalah Matius 28:19-20.
Atas dasar itu, pola dan strategi PI HKBP difokuskan untuk
menjangkau suku-suku bangsa di daerah tertentu yang belum menjadi Kristen.
Dalam sejarah HKBP tercatat bahwa PI HKBP melayani suku Mentawai di Pulau
Mentawai; suku Melayu di Pulau Enggano, Sengoi - Malaysia Barat; suku Akit di
Bengkalis dan Pulau Rupat, suku bangsa Batak Toba yang masih menganut Parmalim
di Parhitean dan Panamean Sampuara – Toba Samosir, Janji Marrapot – Samosir;
suku Jawa di Medan, Palembang dan Pangkalan Lunang Tanjung Leidong; warga
transmigran di Pasir Pangarayan, Airmolek, Rengat – Indragiri.
Program PI HKBP di Pulau Mentawai menjadi cikal bakal
berdirinya Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM) sebagai suatu denominasi
gereja di Indonesia. Di Pulau Enggano telah berdiri suatu gereja PKPE dan di
daerah Medan berdiri Gereja Kristen Jawa (GKJ) tapi secara struktural berada dalam
naungan HKBP.
Suku dan daerah sasaran PI tersebut di atas menunjukkan
bahwa program PI HKBP merupakan suatu usaha HKBP untuk melaksanakan tugas
mewartakan Injil dan membangun gereja di antara suku bangsa dan daerah yang belum percaya kepada
Kristus. Dengan demikian pola dan strategi PI HKBP merupakan PI eksternal. Pengutamaan PI eksternal di HKBP tercermin
pula dari slogan Tahun Marturia HKBP 2008: “Boan
sadanari tu Jesus!”
Dalam program PI internal, HKBP juga menghadapi problematika
dalam hal pendekatan kultural. Karena dalam program PI HKBP kepada suku bangsa
yang dipandangnya sebagai sasaran PI berlangsung interaksi antara dua budaya.
Yakni antara budaya maupun tradisi HKBP dengan budaya warga sasaran PI. Dalam
proses perjumpaan tersebut, budaya Batak dan tradisi HKBP sangat dominan
sehingga mengemuka apa yang disebut dengan “meng-HKBP-kan”. Artinya budaya
Batak dan tradisi HKBP diterapkan sebagai model agar warga sasaran PI
mempedomani dan berasimilasi terhadap budaya maupun tradisi HKBP. Kondisi
sedemikian itu, mengindikasikan bahwa program PI HKBP tidak mengutamakan
akulturasi Injil dalam konteks budaya warga sasaran PI dan boleh jadi pula PI
HKBP relatif tidak memiliki perspektif multikultural.
Dengan berkonsentrasi pada PI internal, ditengarai bahwa PI
HKBP nyaris tidak memberi perhatian terhadap PI internal. Padahal program PI
HKBP terselenggara dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk atau plural.
Dalam konteks pluralitas masyarakat Indonesia, PI HKBP juga diperhadapkan
dengan berbagai aspek kehidupan seperti demokrasi, hak-hak azasi manusia (HAM),
kesetaraan di depan hukum, kesetaraan jender, kebebasan dan sebagainya. Selain
aspek berdimensi politik, PI HKBP juga mengemban tugas untuk merespon
masalah-masalah sosial, ekonomi dan budaya.
Tuntutan untuk merespons problema kehidupan tersebut
merupakan konsekuensi dari perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Kemajuan teknologi dan perkembangan industri dalam berbagai bidang,
misalnya, telah mengkondisikan banyak warga jemaat HKBP maupun warga masyarakat
untuk menggeluti atau menekuni bidang tertentu. Misalnya sebagai guru, dokter,
pengacara, pengusaha dan lain-lain. Mereka inilah yang kerap disebut sebagai
kaum profesional. Pada saat yang sama muncul pula warga gereja dan masyarakat
yang bekerja sebagai buruh, pengamen, pemulung dan sebagainya. Mereka ini kerap
dinilai sebagai kaum marginal di tengah kemajuan zaman.
Pelayanan kepada kaum profesional dan kaum marginal kerap
dikategorikan sebagai agenda PI internal yang selama ini justru kurang mendapat
perhatian dari pelayanan HKBP. Dalam upaya untuk mengakselerasi PI internal,
organ-organ PI HKBP ditantang untuk membarui paradigma dengan mengakomodasi
amanat Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada seluruh makhluk (Markus
16:15).
2.2. Potensi dan Kondisi PI HKBP
Di tengah problematika tersebut di atas, PI HKBP memiliki
beragam potensi sebagai bekal dasar dalam melaksanakan tugas panggilannya. Bekal dasar dimaksud mencakup: (a) Warga
jemaat dan pelayan memiliki sumber daya yang cukup variatif dan potensial serta
bersedia memberi kontribusi mendukung program PI sebagai donatur; (b) organ
pelayanan yang defenitif yang secara khusus menangani PI yaitu Biro PI; (c)
potensi-potensi material berupa aset dan fasilitas; (d) hubungan kemitraan
dengan jemaat-jemaat lokal (huria
marsadasada) maupun dengan gereja dan badan/lembaga lain.
Semua potensi tersebut merupakan bekal yang sangat penting
untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan PI HKBP. Namun secara umum
dapat dikatakan bahwa potensi dimaksud masih belum terkelola secara efektif dan
efisien. Perhatian HKBP dalam bidang PI terbilang relatif masih rendah, hal ini
terindikasi dari alokasi dana yang disediakan. Tenaga pelayan PI, misalnya,
tidak mendapat tunjangan khusus tetapi tabel biaya hidup yang diterima sama
dengan pelayan jemaat di daerah yang tidak lagi dkategorikan sebagai daerah PI.
Para pelayan yang menjadi tenaga pelayan PI juga tidak terlebih dahulu
memperoleh pembinaan agar memiliki perspektif sosiologis-antropologis tentang
warga sasaran PI.
Kegiatan pelayanan yang lebih menonjol di daerah PI
cenderung sebatas kegiatan verbal, ritual dan seremonial-liturgikal saja.
Kalaupun ada pelayanan yang berdimensi diakonia cenderung karitatif dan belum
menekankan pendekatan transformatif atau pemberdayaan masalah sosial, ekonomi,
budaya, dan politik. Padahal kondisi kehidupan warga sasaran PI secara umum
terjerat akar-akar kemiskinan struktural dan membutuhkan program pemberdayaan.
Kondisi PI internal sedemikian itu dikemukakan oleh warga
maupun pelayan PI yang kini berada pada 23 pos PI yang tersebar di 6 daerah
yaitu Pasir Pangarayan, Air Molek Indra Giri, Bengkalis – Selat Panjang, Pulau
Enggano, Pulau Rupat. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma pelayanan holistik
masih belum terintegrasi dalam pola pelayanan PI HKBP. Sementara apa yang
disebut sebagai PI internal relatif masih belum mendapat perhatian khusus dalam
program PI HKBP.
2.3. Memetakan PI
HKBP
Problematika yang dihadapi PI HKBP maupun potensi dan
kondisi yang dialaminya pada masa kini mengisyaratkan suatu keharusan agar HKBP
segera berbenah untuk mengintegrasikan PI eksternal dan internal. Selain tetap
menunaikan PI eksternal dengan giat merengkuh jiwa-jiwa bagi Kristus, PI HKBP
juga mengemban tugas untuk memberi perhatian kepada mereka yang selama ini
tidak terjangkau oleh pelayanan gereja.
Dalam kaitan itu, PI HKBP ditantang untuk menjawab:
Bagaimanakah PI HKBP di tengah pergerakan dan perubahan zaman? Apakah PI HKBP
selama ini telah menjalankan fungsi dan karyanya secara bertanggungjawab?
Bagaimanakah arah PI yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosiologis dan
teologis?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, PI HKBP niscaya harus
melakukan rancang bangun atau merekonstruksi model dan strategi serta
orientasinya. Untuk dapat mengupayakan rancang bangun PI berarti diperlukan
suatu pemetaan yang dapat menjawab apa dan bagaimana realitas PI HKBP pada masa
kini dan hendak ke mana PI HKBP pada masa depan. Artinya, model rancang bangun
PI HKBP lahir dari dialog kritis dan kontruktif dengan konteks masa kini dan
masa depan.
Pemetaan sedemikian bukanlah merupakan resep untuk
mensukseskan PI, tetapi dari pemetaan dimaksud bisa didapatkan gambaran spesifik
tentang posisi dan arah PI HKBP. Sebuah peta memiliki fungsi yang memungkinkan
siapapun yang terlibat dalam pengembangan PI dapat mengetahui di mana karyanya
berdiri dalam kaitan dengan keseluruhan usaha PI HKBP.
Dengan memetakan PI HKBP semua pihak dapat menggunakannya
sebagai sarana untuk mencapai dua maksud penting: orientasi dan evaluasi.
Fungsi orientasi adalah menolong setiap orang maupun kelompok menemukan di mana
dia berada dalam keseluruhan proses pemantapan PI HKBP. Fungsi evaluasi, yang
berkembang berdasarkan fungsi orientasi, adalah membantu menegaskan kekuatan
dan kelemahan sertai peluang dan tantangan dalam apa yang telah dilakukan.
Fungsi evaluasi ini selalu disertai suatu kesadaran bahwa keadaan-keadaan yang
ideal jarang sekali terjadi. Tetapi upaya untuk mencapainya harus diupayakan
secara konsisten dan berkesinambungan.
Untuk dapat memetakan PI HKBP dilakukan suatu analisis diri
secara kritis dengan menggunakan metode SWOT agar dengan demikian diperoleh
deskripsi kekuatan dan kelemahan PI HKBP pada tataran internal maupun peluang
dan tantangan PI HKBP pada tataran eksternal.
2.3.1.
Kekuatan dan Kelemahan
2.3.1.1.
Anggota Jemaat
No
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
1.
|
Jumlah
anggota jemaat sebagai subyek dan sasaran PI sangat banyak dan menyebar.
|
- Belum
ada database yang mengkategorikan
anggota jemaat sebagai subyek PI dan anggota jemaat sebagai sasaran
PI.
- Belum
ada database yang mengklasifikasi karakteristik daerah-daerah yang didiami
anggota jemaat sebagai subyek maupun sebagai sasaran PI.
|
2.
|
Sebagian
anggota jemaat telah memperlihatkan komitmennya untuk mendukung program PI
antara lain dengan menjadi donatur.
|
-
Terdapat sejumlah besar potensi anggota jemaat yang belum
berpartisipasi secara optimal bagi pengembangan program PI internal maupun
eksternal.
-
Terdapat anggota jemaat yang memandang PI sebagai tugas
HKBP secara institusional bukan sebagai tugas personal orang percaya.
|
3.
|
Anggota
jemaat semakin majemuk dalam berbagai aspek kehidupan.
|
- Kemampuan menghargai perbedaan masih terbatas.
- Perbedaan-perbedaan yang ada masih potensial menjadi
sumber konflik.
- Perspektif
multikultural belum menjadi paradigma berpikir dalam hidup bermasyarakat.
- Jemaat-jemaat
belum cukup memberi perhatian yang memadai untuk melayani kaum profesional
dan kaum marginal.
|
4.
|
Anggota
jemaat yang menghadiri ibadah-ibadah secara umum semakin meningkat.
|
- Pemahaman dan penghayatan mengenai amanat
memberitakan Injil kepada semua makhluk relatif masih belum merata.
- Ada
kesenjangan antara ibadah ritual dengan praktik hidup sehari-hari.
- Kepedulian terhadap masalah-masalah sosial
yang terjadi masih sebatas tindakan karitatif.
|
5.
|
Kaum
muda dalam jemaat (anak-anak, remaja, pemuda dan mahasiswa) merupakan jumlah
terbesar
|
- Pola pelayanan yang dikembangkan sering tidak menumbuhkembangkan
perhatian dan partisipasi kaum muda terhadap PI internal maupun eksternal.
|
2.3.1.2. Konsepsi dan Tradisi
No
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
1.
|
HKBP sebagai produk PI sejak semula
telah melaksanakan PI dan telah memiliki institusi PI sejak tahun 1899.
|
- Pemahaman
teologi PI masih didominasi pola dan strategi misionaris pada abad 19 di
tanah Batak.
- Programnya cenderung terfokus pada PI
internal dan nyaris belum menggiatkan PI internal.
- Program PI relatif belum mandiri karena masih
kerap terbentur
dana danmasih tergantung pada bantuan donor dari dalam maupun luar negeri.
|
2.
|
HKBP memiliki Konfessi sebagai
doktrin iman; memiliki Aturan dan Peraturan, Ruhut Parmahanion dohot
Paminsangon (RPP) sebagai pedoman kehidupan bergereja; HKBP memiliki rumusan
Tata Liturgi (Agenda) untuk ber-bagai pelayanan ibadah.
|
- Pemahaman tentang isi dokumen-domuken tersebut belum merata.
- Terdapat
kecenderungan bersikap legalistik-formalistik dan menyalahkan pihak lain dengan memutlakkan doktrin
sendiri (partikularistik)
- Dokumen-dokumen
tersebut kerap dipedomani tetapi yang berkembang justru
sikap eksklusifisme.
|
3.
|
Ritual keagamaan dan pene-laahan
Alkitab terselenggara semakin semarak dan meluas.
|
Pemahaman
tentang tugas dan tanggung jawab orang percaya cenderung terbatas untuk
mengurusi kepentingan jemaat tempat di mana ia terdaftar sebagai anggota.
Hakikat
gereja sebagai tubuh Kristus (1 Korintus 12:12-31) relatif belum berkembang.
|
4.
|
Kuatnya ikatan
kultural di kalangan warga HKBP
|
Ikatan kultural
belum dimanfaatkan secara optimal dalam menumbuhkembangkan partisipasi dalam bidang PI internal
maupun eksternal.
|
5.
|
Keterlibatan
dalam gerakan oikumenis tetap terselenggara.
|
-Hubungan oikumenis cenderung dipandang sebagai
hubungan organisatoris.
-
Sebagian anggota jemaat HKBP memiliki rasa superioritas terhadap anggota gereja lainnya.
- Hubungan dengan penganut agama lain kadang-kadang
disertai suatu prasangka
|
2.3.1.3.
Pelayan dan Kepemimpinan
No
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
1.
|
Jumlah
pelayan tahbisan yang melayani penuh waktu dalam bidang PI cukup besar.
|
- Belum ada pelayan tahbisan penuh waktu yang memiliki kompetensi
khusus dan profesional dalam bidang PI.
- Disiplin ilmu yang dimiliki
tenaga pelayan dalam bidang PI terkonsentrasi pada teologi semata, masih
belum disertai pengetahuan sosiologi dan antropologi.
- Jabatan
gerejawi sering ditonjolkan sebagai simbol status/kedudukan sosial dan
cenderung memandang warga sasaran PI lebih rendah.
- Terdapat pelayan tahbisan
yang mengkons-truksi stigma negatif atas kebiasaan warga sasaran PI.
|
2.
|
Potensi
dan talenta pelayan PI cukup beragam dan dapat saling melengkapi dalam
memantapkan pelayanan.
|
-
Keragaman potensi dan talenta pelayan PI belum
dikelola secara efektif dan efisien.
- Masih sangat kurang tenaga
pelayan yang berinisiatif untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan
keterampilan.
- Pola dan strategi
pelayanannya cenderung menerapkan tradisi HKBP.
- Masih rendah kemampuan untuk
menggali model-model pelayanan sesuai dengan kearifan lokal dan kultur yang
dimiliki warga sasaran PI.
- Terdapat anggapan menjadi
tenaga PI sebagai lapangan kerja ketimbang sebagai dedikasi.
- Proses rekrutmen belum terselenggara berdasarkan mekanisme yang tertata secara
profesional.
|
3.
|
Sebagian besar pelayan PI berusia
muda,
secara khusus pendeta.
|
- Ada
persepsi yang menganggap melayani di daerah PI lebih rendah daripada melayani
di daerah yang bukan lagi dikategorikan sebagai daerah sasaran PI.
- Kurang
memperoleh apresiasi dan dukungan finansial khusus dari HKBP.
|
4.
|
Cukup
banyak tenaga pelayan PI yang berusia muda dan potensial menjadi pemimpin.
|
- Perencanaan pengembangan
kepemimpinan dalam bidang PI belum terlaksana secara strategic.
- Kurang
tersedianya dana pengembangan sumber daya pelayan berusia muda.
|
5
|
Jumlah
perempuan yang menjadi pendeta HKBP semakin bertambah.
|
- Partisipasi
pendeta perempuan dalam bidang PI masih rendah.
- Pendeta
perempuan cenderung menolak menjadi pelayan PI dengan berbagai alasan.
|
2.3.1.4. Organisasi dan Kelembagaan
No
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
1.
|
Struktur pelayanan HKBP memungkinkan berjalannya
program pelayanan secara berjenjang dan tertib.
|
- Keberadaan struktur pelayanan dianggap
menambah birokrasi maupun prosedur pelayanan.
- Uraian
tugas dari setiap organ pelayanan belum ditetapkan secara detil sehingga sering tumpang tindih.
- Kurang
jelasnya hubungan dan koordinasi kerja antar semua organ-organ pelayanan.
|
2.
|
Pada setiap
jenjang pelayanan (Distrik, Ressort, Jemaat) terdapat organ pelayanan PI yang
dapat memantapkan program PI internal maupun eksternal.
|
- Keberadaan Kepala Bidang
Marturia pada aras Distrik, Dewan PI/Sending di Ressort dan Seksi PI/Sending
di Huria masih belum efektif.
- Distrik,
Ressort, Jemaat belum
menganggap program PI merupakan tugas Biro PI/Sending.
- Aras pelayanan tersebut
belum memahami PI sebagai hal yang prioritas sehingga belum mengalokasikan
dana khusus untuk melaksanakan program PI.
- Terdapat Distrik, Ressort
dan Huria yang mengkonsentrasikan diri mengurus kepentingan rutinnya sendiri
tanpa kreatif mempedulikan anggota jemaat yang patut menjadi sasaran PI
internal maupun eksternal.
|
3.
|
Adanya
organ pelayanan dalam bidang PI yaitu Biro PI/Sending dan Biro Outreach.
|
- Programnya
belum terlaksana secara konseptual dan terintegrasi.
- Uraian tugasnya belum
tertata secara rinci sehingga tampak tumpang tindih.
- Programnya masih terfokus
dan berorientasi pada PI eksternal dan belum giat
melaksanakan PI internal.
- Biro PI/Sending dan Biro
Outreach kerap terjebak pada prosedur struktural sesuai dengan jenjang yang
ada dalam tatanan struktur HKBP.
- Pada aras Distrik, Ressort,
Huria belum ada wadah pelayanan terhadap kaum profesional.
|
2.3.1.5.
Aset, Keuangan, dan Fasilitas
No |
Kekuatan
|
Kelemahan
|
1.
|
Memiliki sejumlah aset berupa tanah, bangunan dan
lain-lain.
|
- Belum semua aset dimanfaatkan secara
maksimal.
- Aset-aset tersebut cenderung
mengalami penurunan kualitas dan belum dikelola secara
professional.
|
2.
|
Adanya
dukungan keuangan secara rutin dari anggota jemaat yang dikumpulkan dalam
bentuk persembahan khusus (pelean
namarboho).
|
- Keuangan belum seluruhnya dikelola
berdasarkan standard akuntansi dan
administrasi yang baik.
- Terdapat jemaat-jemaat yang mengurangi jumlah persembahan
khusus dengan mengalihkannya ke kas jemaat.
- Masih ada warga jemaat yang memberi
persembahan seadanya
|
3.
|
Tersedia
gedung yang dapat digunakan sebagai pusat
kegiatan pelatihan dan pembinaan PI
|
- Sebagian gedung belum dikelola dengan baik dan belum didukung oleh
fasilitas yang memadai.
- Pemeliharaan dan pengelolaan gedung belum direncanakan secara
konseptual.
|
No
|
Peluang
|
Tantangan
|
1.
|
Setiap
daerah sasaran pelayanan PI, termasuk pada aras Distrik, Ressort dan Jemaat
memiliki potensi alam dan budaya yang khas
|
- Pengelolaan
potensi alam cenderung berorientasi pada pasar dan uang.
- Terjadi
eksploitasi sumber daya alam dengan merambah hutan alam sehingga menyebabkan
bencana
- Komersialisasi
produk budaya cenderung semakin meluas.
|
2.
|
Daerah
sasaran PI memiliki berbagai kearifan lokal yang dapat menjadi sumber
pengembangan nilai dalam masyarakat dan resolusi konflik
|
- Kearifan lokal semakin terabaikan dan tergerus oleh perubahan
sosial yang ditandai dengan kemajuan teknologi.
- Ada resistensi terhadap perubahan maupun pembaharuan.
|
3.
|
Pluralitas
budaya lokal yang dapat merupakan suatu kekayaan di setiap daerah PI.
|
- Menghambat pembauran dan proses integrasi dengan
masyarakat lingkungannya.
- Cenderung
menumbuhkan sikap eksklusif dan
primordial.
- Rentan terhadap konflik antar-kelompok
|
2.3.2.2.
Aras Nasional
No
|
Peluang
|
Tantangan
|
1
|
Demokratisasi
membuka kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berperan dan
berpendapat.
|
- Mengemukanya anarkisme, premanisme, dan radikalisme.
- Muncul
nuansa kebebasan yang relatif tak terkendali.
|
2.
|
Otonomi
daerah memberi peluang untuk pengembangan potensi daerah secara maksimal.
|
- Suburnya
primordialisme, sukuisme, fanatisme daerah
- Menipisnya
semangat nasionalisme
- Terjadi dikotomi penduduk asli-pendatang
|
3.
|
Kemajuan
teknologi komunikasi informasi dapat memudahkan interaksi antar manusia.
|
- Berubahnya nilai-nilai yang menimbulkan
krisis identitas
-
Menyuburkan sikap masyarakat yang semakin permisif.
- Menipisnya
relasi antar personal dan cenderung individual.
- Makin meningkat dan beragam
dampak negatif media massa.
|
4.
|
Kemajemukan
etnis, budaya, agama, ras, dan golongan memperkaya kehidupan bersa-ma.
|
- Mengemuka
dikotomi mayoritas-minoritas.
- Terganggunya
hubungan antar-komponen bangsa.
|
5.
|
Dasar
negara Pancasila dan UUD 1945 yang menjamin kelangsungan NKRI
|
Lahirnya sejumlah peraturan
perundang-undangan yang sektarian dan diskriminatif
|
No
|
Peluang
|
Tantangan
|
1.
|
Globalisasi menawarkan banyak pilihan, kebebasan
berkreasi, dan peluang berkompetisi.
|
- Keberagaman
pilihan mengakibatkan sulit untuk menetapkan pilihan secara tepat dan akurat.
- Cepatnya perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melemahkan semangat berkreasi
- Tampilnya
semangat kompetisi yang tidak sehat.
|
2.
|
Terbuka
kesempatan yang semakin luas untuk mengembangkan sumber daya manusia.
|
- Sebagian terbesar masyarakat
tidak memiliki akses untuk meningkatkan kualitas sumber dayanya.
- Mereka yang memiliki akses
semakin berjaya sedang yang tidak memiliki akses cenderung semakin
terpuruk/termaginalkan.
|
3.
|
Arus
informasi melalui wahana dan sarana komunikasi yang canggih menyuguhkan
berbagai informasi.
|
- Arus
informasi begitu kompleks dan cepat sehingga perlu kemampuan menyaring
informasi yang bermanfaat
- Paradigma berpikir cenderung menghendaki pencapaian
dalam proses yang serba instant
|
4.
|
Berkembangnya budaya global atau budaya massa.
|
-
Dominasi dan hegemoni budaya massa
- Terjadi krisis identitas
|
5.
|
Dominasi
paradigma ekonomi pasar.
|
- Berkembangnya pola hidup konsumtif, materialistis,
dan individualistis.
- Proses
pemiskinan kelompok lemah dan marginal.
- Kapitalisme semakin dominan
dan menguat.
|
3.
ISU-ISU STRATEGIS
Rangkaian paparan di atas memperlihatkan bahwa program PI
HKBP secara konseptual bukan merupakan konsep yang telah final. Tetapi ia perlu
dan harus terbentuk dalam konteks perubahan jaman dan realitas kehidupan gereja
dan masyarakat pada masa kini. Dalam bingkai pemahanan ini tampak urgensi dan
relevansi mengupayakan rancangan bangun PI HKBP berlandaskan suatu pertanyaan
pokok: Bagaimanakah
arah PI HKBP sepuluh tahun ke depan (2011-2021)? Pertanyaan ini merupakan suatu
pergumulan yang perlu dijawab dalam kerangka teologi praktis dengan mengadakan
dialog kritis dan konstruktif dengan konteks PI HKBP pada masa kini dan
memprediksi kecenderungan zaman pada masa yang akan datang.
Dengan merefleksikan data analisis
dekriptif tentang kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang
sedang dan akan dihadapi dalam konteks PI HKBP dapat dirumuskan beberapa isu
strategis dalam bingkai perencanaan rancang bangun PI HKBP. Dengan
merekonstruksi PI HKBP berlandaskan isu-isu strategis diharapkan dapat
mewujudkan program PI HKBP yang komprehensif, terpadu dan lebih berkualitas. Adapun rumusan isu-isu strategis yang perlu dijabarkan
dalam kerangka pokok-pokok program PI HKBP tahun 2011-2021 adalah sebagai
berikut:
3.1. Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat
1. Peribadahan
2. Menjemaatkan
Pemahaman PI
3. Meningkatkan Partisipasi Diakones
4. Mengembangkan Pelayanan kepada Mahasiswa
3.2. Pengembangan Sumber Daya Pelayan
1.
Pendidikan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Pelayan
2.
Peningkatan Kesadaran tentang Pluralitas
3.3. Peningkatan
Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
1. Penanggulangan Akar Kemiskinan dan
Pemberdayaan Ekonomi
3.4. Peningkatan Kualitas Penatalayanan
1. Penataan Kelembagaan
2. Peningkatan Kesejahteraan Pelayan
4. POKOK-POKOK PROGRAM DAN RENCANA STRATEGIS
4.1.Pembinaan Pelayan
dan Anggota Jemaat
Program-program di bidang Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat terarah kepada upaya untuk memperlengkapi dan
memperkaya pemahaman tentang PI. Dengan upaya tersebut diharapkan akan semakin
bertumbuh menjadi jemaat misioner yang mengabarkan damai sejahtera bagi semua.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan tantangan yang dihadapi
oleh PI HKBP, Program Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat mencakup program:
Peribadahan, Menjemaatkan Pemahaman PI, Meningkatkan Partisipasi Diakones.
1.
Peribadahan
Jumlah anggota jemaat yang menghadiri ibadah-ibadah dan
mengikuti persekutuan membaca Alkitab (patanakhon
hata ni Debata) secara umum relatif meningkat. Namun pemahaman tentang PI
masih belum merata. Materi penelaahan Alkitab yang dipersiapkan para pelayan
ditengarai kurang menarik dan cara penyajiannya pun monoton. Bahan-bahan yang
dipersiapkan pun masih belum disertai upaya untuk menumbuhkembangkan
partisipasi anggota jemaat dalam bidang PI. Bagi kebanyakan anggota jemaat
hidup peribadahan seolah-olah terpisah dari kehidupan sehari-hari.
Mengembangkan
aktivitas peribadahan yang memotivasi anggota jemaat dalam memahami dan
menghayati nilai-nilai Injil dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
1.
Mengembangkan
bahan-bahan penelaahan Alkitab yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan
jemaat.
2.
Mengadakan
pelatihan dan orientasi tentang PI bagi anggota jemaat.
3.
Mendorong
dan memfasilitasi organ-organ pelayanan HKBP untuk secara kreatif mengembangkan
dan merencanakan program-program pengembangan ibadah yang tepat guna,
berkesinambungan dan terintegrasi.
1. Penerbitan bahan-bahan tertulis yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Misalnya buku
penelaahan Alkitab, brosur-brosur mengenai tema-tema aktual.
2. Pengembangan model-model ibadah yang variatif,
dinamis dan kreatif serta penataan manajemen ibadah berlandaskan perspektif PI.
2. Menjemaatkan Pemahaman PI
a.
Permasalahan Pokok
Masih banyak dari antara pelayan dan anggota jemaat yang
memahami PI ditujukan kepada mereka yang belum menerima Injil atau lazim
disebut dengan PI eksternal. Pemahaman tentang PI internal yang mencakup
pelayanan terhadap kaum profesional dan kaum marginal relatif masih belum
berkembang. Sementara perhatian dan dukungan terhadap program PI eksternal pun
cenderung menurun. Kondisi ini diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk
materi-materi penelaahan Alkitab yang kurang menumbuhkembangkan partisipasi
pelayan dan anggota jemaat dalam bidang PI. Bahkan PI terlanjur dipahami sebagai
tugas institusi gereja dan tidak diresapi sebagai tugas individu orang percaya.
b.
Tujuan
Memfasilitasi
pelayan dan anggota jemaat dalam memahami PI sebagai upaya untuk meningkatkan
partisipasi pelayan dan anggota jemaat dalam bidang PI.
c.
Rencana Strategis
1. Meningkatkan pemahaman pelayan dan anggota jemaat tentang PI eksternal
dan PI internal.
2. Mempersiapkan bahan-bahan pembinaan
yang relevan
dengan kondisi dan kebutuhan PI.
3. Menjalin kerja sama dengan badan-badan atau lembaga yang
memberi perhatian khusus dalam bidang PI.
d.
Program
1.
Penerbitan
bahan-bahan pembinaan yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Misalnya buku
penelaahan Alkitab, brosur-brosur, model/modul pembinaan tentang PI.
2.
Penyelenggaraan
pembinaan PI secara terencana dan berkesinambungan kepada pelayan dan
anggota jemaat.
3. Meningkatkan
Partisipasi Diakones
a. Permasalahan
Pokok
Dalam pemahaman HKBP sebagaimana termaktub dalam uraian
tugasnya, Diakones mengemban tugas khusus dalam bidang PI internal. Tetapi
kondisi belakangan ini memperlihatkan bahwa Diakones kurang mengkonsentrasikan
diri dalam bidang PI internal melainkan justru lebih banyak terlibat dalam
pelayanan ritual dan administrasi jemaat. Pada saat yang bersamaan, Diakones
juga kurang memperhatikan PI eksternal.
b. Tujuan
Mengembalikan
fungsi dan peran Diakones dalam bidang PI internal maupun eksternal.
c. Rencana
Strategis
Meningkatkan pemahaman Diakones tentang PI eksternal dan
PI internal.
d. Program
Memfalisitasi mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Diakones
untuk mengadakan orientasi dan praktek pelayanan di daerah PI.
4. Mengembangkan Pelayanan kepada Mahasiswa
a. Permasalahan Pokok
Derap pelayanan HKBP selama ini terkonsentrasi kepada
kategorial pemuda, sementara kalangan mahasiswa masih belum mendapat perhatian.
Bahkan dalam konteks pelayanan HKBP kontemporer, mahasiswa cenderung
terabaikan. Padahal dalam realitasnya, mahasiswa memiliki karakteristik
tersendiri dan perlu mendapat pelayanan yang spesifik. Mahasiswa memiliki potensi khusus sebagai
calon intelektual dalam kehidupan gereja dan masyarakat.
b.
Tujuan
Menumbuhkembangkan
pelayanan yang relevan kepada mahasiswa.
c.
Rencana Strategis
1.
Membuka
jaringan pelayanan dengan stakeholder di daerah asal dan di tempat studi
mahasiswa.
2.
Menjejaki
berdirinya sentra-sentra pelayanan mahasiswa di daerah perkotaan.
d.
Program
1.
Merumuskan
dan mengaplikasikan model pelayanan yang
relevan kepada mahasiswa di tengah perubahan sosial yang terjadi.
2.
Membentuk
kelompok-kelompok pelayanan kepada mahasiswa terutama di daerah perkotaan.
4.2.Pengembangan
Sumber Daya Pelayan
Fokus program Pengembangan Sumber Daya Pelayan adalah
memperluas wawasan dan kompetensi sumber daya pelayan dalam rangka memantapkan
implementasi program PI. Pokok program Pengembangan Sumber Daya Pelayan
meliputi: Pendidikan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Pelayan; dan Peningkatan
Kesadaran tentang Pluralitas atau Kemajemukan.
1.
Pendidikan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Pelayan
a. Permasalahan
Pokok
Sumber daya pelayan PI pada masa kini secara umum masih
belum memiliki kompetensi yang memadai untuk dapat mengembangkan pelayanan PI
secara profesional. Tenaga pelayan di daerah PI yang pada umumnya
berlatarbelakang pendidikan teologi kurang mampu menerapkan disilpin ilmu
sosiologi dan antropologi dalam memahami konteks kehidupan masyarakat sasaran
PI. Mereka juga kurang memperoleh fasilitas dan kesejahteraan yang cukup. Para
petugas di daerah PI didominasi oleh orang Batak dan masih kurang merekrut tenaga
dari warga sasaran PI.
b. Tujuan
Meningkatkan
mutu sumber daya pelayan agar memiliki kompotensi dan kapasitas memperlengkapi
anggota jemaat menjadi jemaat yang missioner.
c. Rencana
Strategis
1.
Menginventarisasi
dan mengidentifikasi kualifikasi pelayan yang dibutuhkan dalam bidang PI.
2.
Mempersiapkan
tenaga pelayan PI yang memenuhi standart kompetensi berdasarkan kebutuhan
aktual.
3.
Merekrut
dan mempersiapkan tenaga pelayan dari warga masyarakat sasaran PI.
d. Program
1.
Perencanaan
pengembangan sumber daya pelayan secara strategis.
2.
Penyediaan
dana beasiswa untuk studi lanjut secara khusus dalam bidang sosiologi dan
antropologi.
2.
Peningkatan Kesadaran tentang Pluralitas
a.
Permasalahan Pokok
Tingkat kesadaran sumber daya pelayan PI HKBP tentang
pluralitas, secara umum, masih belum optimal. Kondisi sedemikian dapat
terindikasi dari pendekatan kepada warga sasaran di daerah PI yang cenderung
menonjolkan tradisi HKBP dan hampir tidak mengakomodasi kearifan lokal. Hal ini boleh jadi karena faktor keterbatasan
wawasan tentang fakta pluralitas masyarakat
serta minimnya pengetahuan tentang pendekatan multikultural.
Pada sisi lain demokratisasi
dan penerapan otonomi daerah di Indonesia memunculkan suburnya primordialisme,
sukuisme, fanatisme daerah, menipisnya semangat nasionalime. Berkembang pula
polarisasi kuantitatif berdasarkan mayoritas-minoritas dari sisi anutan agama
yang dapat mengganggu hubungan antar kelompok, antar gereja, antar umat beragama.
Semua ini mengisyaratkan perlunya kesadaran tentang pluralitas.
b.
Tujuan
Meningkatkan
wawasan tentang fakta pluralitas masyarakat dan kemampuan menerapkan pendekatan
multikultural.
c.
Rencana Strategis
1.
Mengadakan
pelatihan dan orientasi dalam upaya membangun kesadaran tentang pluralitas.
2.
Mendorong
berkembangnya kontekstualisasi pelayanan dengan mengadaptasi kekayaan kultur
lokal.
3.
Mengupayakan
program-program yang secara bersengaja menolong para pelayan dan anggota jemaat
menghargai dan mengelola perbedaan-perbedaan yang ada.
d.
Program
1.
Pelaksanaan
pelatihan dan pembinaan, seminar dan lokakarya, diskusi dan konsultasi,
termasuk tentang kesadaran pluralitas.
2.
Pengembangan
jejaring antarkelompok dan antarkomponen masyarakat serta antarumat beragama.
3.
Pelaksanaan
studi dan kajian budaya dalam memahami realitas konkret kehidupan masyarakat.
4.3. Peningkatan Partisipasi dalam
Pemberdayaan Masyarakat
1. Penanggulangan Akar Kemiskinan dan
Pemberdayaan Ekonomi
a.
Permasalahan Pokok
Jemaat pada aras Distrik, Ressort dan Huria mempersepsi
bahwa masalah sosial ekonomi yang dihadapi anggota jemaat maupun masyarakat
bukan subyek/sasaran pelayanannya. Ruang lingkup pelayanan cenderung dipahamiterbatas pada aspek seremonial dan
administratif. Fenomena ini tampak dari
program pelayanan Distrik, Ressort dan Huria yang masih belum memperhatikan
kaum marginal. Padahal mereka ini terjerat pada kemiskinan struktural dan
sangat membutuhkan progam pemberdayaan ekonomi.
Kurangnya pelayanan dalam kerangka untuk menanggulangi
akar-akar kemiskinan dan mengupayakan pemberdayaan ekonomi mengindikasikan
bahwa pemahaman PI internal belum terintegrasi dalam derap pelayanan Distrik, Ressort dan Huria.
b.
Tujuan
Mengembangkan program
PI yang berupaya menanggulangi akar-akar kemiskinan dan pemberdayaan
ekonomi kaum marginal.
c.
Rencana Strategis
- Mengintegrasikan PI internal dalam program pelayanan Distrik, Ressort dan Huria dengan memantapkan partisipasi Kabid. Marturia, Dewan PI/Sending dan Seksi PI/Sending.
- Mengidentifikasi kaum marginal sebagai subyek/sasaran PI internal disetiap Distrik, Ressort dan Huria.
- Menempatkan pelayan PI yang memiliki kualifikasi untuk melayani buruh di sentral-sentral atau pusat kawasan industri.
d.
Program
- Pemetaan keberadaan kaum marginal antara lain pemulung, pedagang kakilima (parrenggerengge) dan anak jalanan pada setiap Distrik, Ressort dan Huria.
- Pengembangan usaha alternatif yang dapat memotivasi kaum marginal untuk mengatasi masalah sosial ekonomi yang dihadapi.
4.4. Peningkatan
Kualitas Penatalayanan
1. Penataan Kelembagaan
a.
Permasalahan Pokok
Keberadaan organ pelayanan PI dalam format Biro ditengarai
kurang memiliki wewenang dan terjebak pada struktur birokrasi yang dapat
menghambat kelancaran operasionalisasi program PI. Perubahan struktur
sebagaimana ditetapkan dalam Aturan dan Peraturan HKBP (2002) memposisikan Biro
PI tidak lagi memiliki hubungan langsung dengan pos-pos PI tetapi menjadi
bagian dari pelayanan Distrik. Pos-pos PI secara struktural berhubungan dengan
Distrik di mana daerah PI/Sending berada. Jika Biro PI bermaksud melayani pos-pos
PI harus berkoordinasi dengan Distrik. Jenjang struktural ini dinilai tidak
efektif dan berpotensi memperlambat kinerja Biro PI. Sementara mekanisme kerja
dan koordinasi antar organ pelayanan dalam bidang PI pada semua jenjang masih
belum berlangsung secara optimum.
b. Tujuan
Memantapkan
struktur kelembagaan dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan
program.
c. Rencana
Strategis
1. Mengoptimalisasi peran dan fungsi Biro PI.
2. Meningkatkan kinerja dan pengimplementasikan program yang berdisiplin dan koordinatif.
d. Program
1.
Penyempurnaan organ pelayanan berdasarkan tuntutan kebutuhan.
2.
Pengembangan kerjasama dari setiap organ pelayanan dalam
mengimplementasikan program PI.
3.
Pembentukan suatu Badan Sending yang memiliki wewenang penuh.
4.
Pembentukan
tim kerja PI yang memiliki uraian tugas
secara rinci termasuk dalam kaitan dengan setiap organ pelayanan HKBP.
a. Permasalahan
Pokok
Jemaat-jemaat mengemban tanggung jawab untuk memberikan
biaya hidup dan fasilitas terhadap para pelayan pada semua aras pelayanan.
Tetapi perhatian sebagian jemaat tentang kesejahteraan para pelayan relatif
belum memadai, antara lain karena faktor kemampuan keuangan jemaat tersebut.
Dalam kondisi ini, sebagian pelayan dapat memperoleh biaya hidup dan fasilitas
yang pantas dan pada saat bersamaan para pelayan lain masih kewalahan untuk
meraih hidup yang layak. Pada simpul sedemikian, di antara pelayan terjadi
kesenjangan taraf kesejahteraan sosio-ekonomi.
Faktor kemampuan jemaat yang
berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelayan memunculkan suatu
fenomena kecenderungan sebagian pelayan untuk dapat melayani di daerah
pelayanan yang tergolong potensial. Sementara para pelayan tertentu masih
kurang menunjukkan solidaritas untuk menopang kesejahteraan sesama pelayan di
daerah kurang mampu.
b. Tujuan
Meningkatkan tanggung jawab dan perhatian jemaat terhadap
kesejahteraan pelayan dan mengembangkan solidaritas antar pelayan.
c. Rencana
Strategis
1. Mengembangkan kesadaran jemaat-jemaat
perihal tanggung jawab memfasilitasi kebutuhan pelayan berdasarkan kepantasan.
2. Memantapkan pengelolaan Dana Pensiun
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pelayan pada masa pensiun.
3. Mengembangkan solidaritas di antara
pelayan, secara khusus antara pelayan di daerah perkotaan dengan pelayan di
daerah yang kurang mampu.
d. Program
1. Pengoptimalisasian potensi jemaat dalam
mengemban tanggung jawab pelayanan.
2. Penggalangan dana untuk memperlancar
kinerja dana pensiun.
3. Pengembangan kemitraan antara pelayan
di daerah perkotaan dengan pelayan di daerah yang kurang mampu.
4. Penetapan biaya hidup pelayan
berlandaskan asas keadilan.
5. Pemantapan sistem mutasi pelayan.
5.
PENUTUP
Rancang
Bangun Pekabaran Injil Huria Kristen Batak Protestan (RBPI-HKBP) sepuluh tahun ke depan (2009-2019) masih merupakan garis besar yang disertai dengan pokok-pokok program
secara umum. Proses pengimplementasikan RBPI-HKBP ini akan dijabarkan olehBiro Sending PI HKBP bersama seluruh Kabid Marturia HKBPdalam bentuk program tahunan, termasuk
menetapkan pelaksana, jadwal, anggaran dan perangkat matriks kelengkapan lainnya.*) Penjabaran tersebut akan disampaikan kepada Pimpinan HKBP,
Prases dan Majelis Pekerja Sinode untuk menerima kontribusi pemikiran dan
menetapkan pelaksanaannya.
Diharapkan program-program yang termaktub dalam RBPI-HKBP
ini melibatkan organ-organ pelayanan HKBP pada seluruh aras pelayanan HKBP
terutama Distrik-distrik. Bahkan setiap Distrik hendaknya mengakomodasi dan mengintegrasikan RBPI-HKBP dalam
programnya. Demikianlah RBPI-HKBP disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman
dasar demi kesinambungan dan peningkatan kualitas program PI HKBP. ***
_________________________
*)
Kebutuhan ini diharapkan dapat dihasilkan konsultasi Kabid Marturia
se-HKBP di Medan bulan Oktober/ November
2009. Dan sudah dilaksanakan di Medan pada bulan Februari 2010.
PETA PEKABARAN INJIL 26 DISTRIK HKBP
2011-2021
1.
Distrik I TAPANULI
SELATAN/SUMATERA BARAT
A. LATAR BELAKANG
Distrik I Tapsel berdiri pada tahun 1911 yang sebelumnya
disebut Distrik Angkola kemudian berganti nama menjadi Distrik Tapanuli
Selatan. Orang Batak yang pertama dibaptiskan adalah di Sipirok pada tahun
1861. Jemaat HKBP Sipirok berdiri tahun 1864. Distrik ini terdiri dari 14
ressort, 1 persiapan ressort, 123 huria dan 2 pos pelayanan. Seluruh gereja HKBP
yang termasuk dalam distrik I Tapsel tersebar di wilayah Provinsi Sumatera
Barat, kotamadya Padang Sidempuan, Kab. Tapsel, Kab. Mandailing Natal, Kab.
Padang Lawas Selatan, dan Kab. Padang Lawas utara.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Perekonomian
Sumatera Barat sampai saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian dan
diperkirakan akan tetap menjadi penggerak perekonomian Sumatera Barat di masa
depan dimana sebagian besar penduduk Sumatera Barat menggantungkan kehidupannya
pada sektor ini. Peranan sektor industri Sumatera Barat relatif kecil. Keadaan
ini dapat dilihat dari perkembangan penduduk miskin dan tingkat pengangguran.
Sumber daya alam dari laut seperti beraneka jenis ikan, budidaya kerapu, rumput
laut, udang, kepiting dan mutiara masih sangat besar peluangnya untuk
ditingkatkan. Sementara penghasilan masyarakat di Padang Sidempuan sebagian
besar bertani meliputi persawahan dan perkebunan. Produksi perkebunan yang
utama adalah salak, karet, kopi, kakao, cengkeh, kemiri dan kulit manis.
Gunungtua
sebagai pusat pemerintahan dari Kabupaten Padang Lawas Utara kini menuju kota
yang lebih maju dan berkembang. Terbukti dengan laju pembangunan yang terjadi
di Gunungtua yang semakin bertambah.
Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai banyak potensi pariwisata yang nantinya
bisa menjadi potensi Pendapatan Daerah yang begitu memungkinkan meningkatkan
pendapatan daerah. Seperti, Candi Bahal di Kecamatan Portibi, Tugu Perjuangan
di Pusat Pasar Gunungtua, Pemandian air panas di Pangirkiran, Tugu Perjuangan
di Sigama, dan masih banyak lagi.
b. Keagamaan
Wilayah kab.
Tapsel berpusat di Sipirok. Agama mayoritas penduduknya adalah Islam 70%,
Kristen 13%, Khatolik 5%, Hindu 5%, Budha 7%. Prasarana jalan di kabupaten ini
terbilang cukup memprihatinkan sebab banyak jalan yang berlubang. Slogan
kabupaten ini adalah sahata saoloan
artinya seia sekata. Sedangkan Kab. Mandailing Natal sering dikenal sebagai
kota pesantren sebab mayoritas penduduknya beragama Islam.
c. Pendidikan
Beberapa permasalahan yang sangat urgen dan dominan dalam
tata kehidupan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan di Kabupaten
Mandailing Natal diantaranya rendahnya capaian indeks pembangunan Sumber Daya
Manusia (Human Development indeks) meliputi; Pendidikan agama, kualitas yang
belum memadai jika dibandingkan dengan tingkat regional dan nasional seperti
minimnya kuantitas dan kualitas tenaga pengajar, belum lengkapnya sarana dan
prasarana pendidikan serta minimnya gaji guru swasta, pelayanan kesehatan yang
tidak sebanding dengan keadaan daerah, seperti penanganan penyakit malaria,
pemukiman yang tidak higenis dan minimnya perilaku sehat dan bersih, tingkat
pendapatan masyarakat yang masih rendah terutama petani dan nelayan kecil masih
mengandalkan cara-cara tradisional. Kurangnya pembinaan terhadap organisasi
pemuda, sosial dan kemasyarakatan termasuk lembaga-lembaga kedaerahan.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Agama mayoritas cenderung mendominasi hak kepemilikan tanah
- Tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah dan tingkat tinggi bagi pengangguran
- Salah satu gereja HKBP di Tapanuli Selatan, sebagian besar jemaatnya memiliki mata pencaharian sebagai rentenir
- Keterbatasan sumber daya manusia
- Pelayanan kesehatan tidak sebanding dengan keadaan daerah
- Segala urusan/kepentingan gereja khususnya HKBP dibatasi
2. Peluang
- Terdapat sumber daya alam yang sangat berpotensi
- Gereja dapat menempatkan guru-guru dalam sekolah negeri/swasta, ini menjadi salah satu cara untuk bersending
- Keterbatasan sumber daya manusia menjadi peluang untuk program pemberdayaan masyarakat dengan bekerja sama dengan kabid diakonia
- Gereja dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk memprogramkan pelayanan kesehatan dengan program pengobatan gratis
- Melalui BKAG (Badan Kerja sama Antar Gereja) maka gereja-gereja bisa bersatu untuk melakukan program tanpa harus mengusik penduduk yang beragama Islam
- Gereja dapat mendirikan pos-pos pelayanan PI di daerah yang terisolir
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Latihan
Penginjilan kepada Anak-anak/ bersending sejak dini
2.
Melakukan
pembinaan kepada pemuda untuk meningkatkan sumber daya manusiadanlatihan
Penginjilan kepada Remaja/Pemuda
3.
Pelayanan
khusus kepada jemaat yang pengangguran dan yang memiliki mata pencaharian
sebagai rentenir
4.
Pelayanan
kesehatan dengan mendatangkan tenaga medis dari Rumah Sakit milik HKBP
5.
Pelatihan
song-leader, dirigent dan musik gereja
6.
Bermissi
melalui buku Pajonok/kebaktian keluarga, lembaga dan instansi
7.
Pemberdayaan
warga jemaat dan pelayan agar mampu bersaksi melalui peribadahan
8.
Mendirikan
pos-pos PI di daerah yang terisolir dan sulit dijangkau oleh pelayanan gereja
2.
Distrik II SILINDUNG
- LATAR BELAKANG
HKBP Distrik II berdiri pada tahun 1911, sedangkan jemaat
yang pertama berdiri di sana adalah tahun 1864 yakni HKBP Pangaloan dan HKBP
Sigompulon Pahae, dan kemudian tanggal 29 Mei 1864 berdirilah HKBP Huta Dame
Saitnihuta dan Pearaja. Distrik ini terdiri
dari 38 ressort, 210 huria. Untuk memudahkan jangkauan pelayanan, dibagi tiga
regional, yakni: 1. Regional Rura (20 ressort); 2. Regional Pahae (8 ressort); Regional
Silindung Timur (10 ressort).
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Jemaat yang berada dalam pelayanan Distrik II Silindung pada
umumnya bekerja sebagai petani, PNS, rentenir, pedagang, supir, dan tukang
becak. Masyarakat termasuk majemuk dengan suku Batak, Jawa, Padang, Nias, dll. Warga yang beragama
Kristen 80 %, Islam 10 % dan Hindu/Budha 10 %. Kegiatan adat masih lebih
diutamakan daripada kegiatan gereja. Para
penatua kampung masih berpengaruh dalam kegiatan masyarakat desa.
b. Keagamaan
Kota Tarutung yang disebut sebagai kota wisata rohani masih jauh dari kesadaran
beribadah. Rata-rata kaum bapak dapat disebut sebagai penghuni lapo tuak setiap harinya termasuk hari
Minggu. Bahkan para kaum ibu mamakai hari Minggu sebagai hari kerja untuk
berjualan di pasar. Krisis kesadaran ini melanda segala usia mulai dari
anak-anak hingga dewasa. Hal ini terbukti ketika setiap jam belajar sekolah dan
jam pulang sekolah, usaha play station
rata-rata dihuni oleh anak-anak sekolah. Kesibukan orangtua, kurangnya
bimbingan dari orangtua kepada anak sudah mempengaruhi kurangnya kesadaran
untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Secara kuantitas 80% orang Kristen
tidak begitu nampak dalam kualitas keagamaannya.
c. Pendidikan
Satu-satunya universitas di Tarutung yaitu STAKPN (Sekolah
Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri). Keterbatasan pilihan universitas
membuat anak-anak lulusan SMA segera merantau ke Ibu kota untuk melanjutkan pendidikannya. Namun
kemiskinan tetap menjadi sebuah alasan yang tepat untuk tidak melanjutkan
sekolah bagi sebagian besar anak. Sementara mereka memiliki kemauan yang tinggi
untuk menjadi orang yang berhasil. Akhirnya setelah tamat SMA mereka
berkewajiban membantu orangtua demi meraih kehidupan yang lebih baik. Akhirnya
pola berpikir diwarnai oleh kepentingan materi.
- TANTANGAN DAN PELUANG
1.
Tantangan
· Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pendeta resort sebagai
pelaksana bidang marturia di distrik II Silindung. Disamping kegiatan pelayanan
gereja yang sangat padat, pendeta juga harus membagi perhatian, waktu dan
tenaga untuk pelayanan marturia sehingga hasilnya kurang maksimal.
· Parhalado belum memahami makna marturia di dalam pelayanan
gereja.
· Keterbatasan dana dan tenaga untuk melancarkan kegiatan
pelayanan marturia.
· Jemaat belum sepenuhnya memahami tugas marturia di dalam
kehidupan sehari-hari sehingga menganggap pelayanan marturia kurang relevan.
· Tidak ada kabid marturia yang defenitif
2.
Peluang
· Parhalado dan Jemaat yang belum memahami pentingnya Marturia
dalam kehidupan sehari-hari akan membuka kesempatan besar untuk menerima
pembinaan tentang hidup bermarturia.
· Dengan mengangkat kepala bidang yang khusus menangani bidang
Marturia akan menjadi langkah yang cerah untuk meningkatkan pelayanan Marturia
di distrik II Silindung.
· Daerah wisata rohani memberikan tempat yang tepat dan
strategis bagi pelayanan Marturia.
- PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Penerbitan
Buku Ibadah Keluarga
HKBP Distrik II Silindung sejak bulan Maret 2005 telah
menerbitkan Buku Ibadah Keluarga yang diharapkan dapat mendorong seluruh warga
jemaat untuk melaksanakan ibadah keluarga setiap harinya. Diharapkan untuk hari
yang akan datang, setiap jemaat dapat memiliki dan mempergunakan buku Ibadah
ini.
2.
Pelayanan
Penjara
Pelayanan ke penjara dilayani secara bergiliran oleh
Persekutuan Diakones dan BKAG. Disamping itu, HKBP Distrik II Silindung juga
memberikan buku Ibadah Keluarga ini setiap bulannya kepada para penghuni
penjara yang beragama Kristen.
3.
Pelayanan
Rumah Sakit
Pelayanan ke rumah sakit khususnya RS Swadana Tarutung
secara khusus belum ada terlaksana. Sebelumnya pelayanan dilaksanakan oleh BKAG
namun tidak dapat berjalan dengan baik. Pelayanan masih dilaksanakan oleh
gereja-gereja yang jemaatnya opname
dan masih bersifat kunjungan.
4.
Tukang
Becak dan Anak Terminal
Penjajakan pelayanan kepada kaum ini telah dilaksanakan
sejak tahun 2009 dengan mengorganisir seluruh tukang becak yang beroperasi di kota Tarutung dengan
bekerja sama dengan dinas perhubungan. Mengadakan perayaan natal pengemudi
becak bermotor dan keluarga. Untuk anak terminal, sedang membuka komunikasi
melalui wadah Ganter (Gabungan Anak Terminal). Diharapkan ke depannya mereka
mendapat pelayanan yang lebih baik dan terarah.
5.
Pelayanan
Mahasiswa
Satu-satunya perguruan tinggi yang ada di wilayah Distrik II
Silindung adalah STAKPN (Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri) yang
berada di daerah Silakkitang sekitar 10 KM dari kota Tarutung. Umumnya mahasiswa tinggal di
rumah kost dan sebagian kecil tinggal di asrama. Umumnya mereka aktif dalam
pelayanan gereja sebagai bagian dari tuntutan akademis. Pelayanan kepada mereka
masih bersifat local dan seadanya oleh gereja-gereja yang kebetulan berada di
daerah tempat tinggal mahasiswa.
6.
Pelayanan
ke Instansi Pemerintah
Pelayanan ke instansi pemerintah terlaksana sewaktu-waktu
berdasarkan permintaan dari instansi tersebut. Beberapa dinas telah
melaksanakan ibadah sekali dalam seminggu dan ada yang sekali sebulan bahkan
ada yang tidak melaksanakan sama sekali. Diharapkan pelayanan ini tidak lagi
bersifat sewaktu-waktu melainkan secara terus-menerus.
7.
Pelayanan
Ke Salib Kasih
Dulunya pelayanan ke Salib Kasih ditangani oleh HKBP. Namun
beberapa tahun belakangan ini pelayanan setiap minggunya dilaksanakan oleh BKAG
dengan menjadwal pendeta aggota BKAG. Diharapkan ke depan melalui Kantor Pusat
HKBP pelayanan ke salib kasih dikembalikan ke HKBP mengingat Nomensen telah
mengukir sejarah di HKBP.
8.
Pelatihan
Penginjilan dengan Metode Evanggelism Explotion (EE)
Telah dilaksanakan sekali dengan mendatangkan sintua, utusan
jemaat dan seluruh pelayan penuh waktu di HKBP Distrik II Silindung, sebagai
usaha untuk memotivasi dan memperlengkapi warga jemaat untuk memberitakan
injil.
9.
Pelatihan
Songleader, Musik Gereja, Dirigent dan Koor.
Pada tahun 2009 telah dilaksanakan pelatihan song leader.
Diharapkan ke depannya diadakan pelatihan musik gereja, dirigent dan koor.
10. Melakukan pelatihan bersending
sejak dini bagi Anak Sekolah Minggu
2.
Distrik III HUMBANG
A. LATAR BELAKANG
Distrik ini berdiri tahun 1911. HKBP Distrik III Humbang terdiri
dari 26 ressort dan berada di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Penduduk
mayoritas menganut Agama Kristen (Protestan, Katolik, Pentakosta dan Advent).
Sebagian lain beragama Islam dan aliran Kepercayaan.
Dolok Sanggul adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Indonesia.
Dolok Sanggul adalah ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas wilayahnya 211,50 km² dengan penduduk 34.083 jiwa (2004). Kota ini terletak di dataran tinggi berhawa dingin sejuk. Dolok Sanggul juga menjadi sentra perekonomian dan perdagangan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Juga menjadi pusat kegiatan keagamaan Kristen, terutama gereja HKBP Distrik III Humbang.
Dolok Sanggul adalah ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas wilayahnya 211,50 km² dengan penduduk 34.083 jiwa (2004). Kota ini terletak di dataran tinggi berhawa dingin sejuk. Dolok Sanggul juga menjadi sentra perekonomian dan perdagangan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Juga menjadi pusat kegiatan keagamaan Kristen, terutama gereja HKBP Distrik III Humbang.
a. Keadaan Sosial/Ekonomi
Mata pencaharian : bertani, beternak, berkebun (kopi,
palawija, kemenyan, kelapa sawit, karet dan buah-buahan), berdagang, nelayan
danau, Pegawai Negeri Sipil/Militer, Karyawan dan perusahaan angkutan darat.
b. Keagamaan
Masyarakat Humbang 90 % menganut
agama Kristen. Namun kendati demikian, Pemerintah dan masyarakat tidak mengenal
istilah mayoritas dan minoritas yang sering sekali diterjemahkan ke arah yang
tidak baik. Oleh karena itu, semua kegiatan keagamaan dapat berjalan dengan
lancar atas kerja sama yang baik dengan pemerintah.
c. Pendidikan
Pemerintah KabupatenHumbang
Hasundutan melaksanakan berbagai kegiatan siswa seperti olimpiade siswa, lomba
mata pelajaran, try out, kelas unggulan, bimbingan test, pemberian beasiswa
bagi siswa ekonomi kurang mampu yang masuk ke PTN. Sedangkan dalam peningkatan
mutu guru dilaksanakan kelompok kerja guru SD/MI, musyawarah guru mata
pelajaran SMP/MTs, SMA/MA dan SMK, peningkatan kualifikasi guru S1/D4, pemberian
insentif bagi guru pada SD terpencil dan sangat terpencil serta pemberian
tunjangan profesi guru bagi guru yang sudah lulus sertifikasi guru.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Gerakan Aliran sekte tertentu
- Belum signifikannya kesungguhan warga/majelis HKBP melibatkan diri dalam kegiatan Gerejawi dan pola hidup Kristiani.
- Perubahan keadaan politik, sosial dan ekonomi sehubungan dengan persiapan hingga peresmian jadinya Kabupaten Humbang Hasundutan (mekar dari Kabupaten Tapanuli Utara). Ada transisi pola/sikap hidup.
2. Peluang
- Tumbuhnya kesadaran pelayan/majelis, warga HKBP akan tantangan yang sedang dihadapi di berbagai aras kehidupan.
- Posisi jumlah warga gereja yang mayoritas, jika diberdayakan akan berpotensi besar membangun gereja dan berpengaruh kepada sekitar.
- Masih terbuka lebar pengembangan pelayanan yang variatif sesuai perkembangan politik, sosial dan ekonomi warga.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pemberdayaan
Warga dan Majelis agar makin dewasa iman, memadai pemahaman dan “siap pakai”
untuk pelayanan bersending-PI, melalui Penataran/Pelatihan bersending, terutama
Sending yang dipadukan dengan pengembangan kesejahteraan masyarakat (bnd.Injil
pembebasan dari kemiskinan, kebodohan, kekurang-sehatan dan cengkeraman
“hasipelebeguon”).
2.
Pemberdayaan
Pelayan/Majelis agar dimampukan bersending-PI melalui kegiatan Ibadah, temu
bicara dan acara protokuler lain (daerah/adat dan nasional) menjangkau:Pegawai
Negeri Sipil/Militer, Pedagang/Pengusaha, Petani dan Karyawan.
Catatan : Program 1 dan 2 dilakukan secara bertahap dan terus menerus
sampai pada 10 tahun yang akan datang akan menjadi program simultan dan reguler
(bnd.tidak insidentil dan musiman).
3.
DISTRIK IV TOBA
A. LATAR BELAKANG
Distrik IV Toba berdiri pada tahun 1911 yang pada awalnya
disebut sebagai distrik Toba Samosir. Wilayah Distrik IV Toba berada di Kabupaten
Toba Samosir, terdiri dari 28 Ressort dan 164 Huria.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Mata pencaharian warga jemaat di
Distrik ini sebagian besar dari bidang pertanian (petani padi), hanya sedikit
PNS, wiraswasta dll.
b. Keagamaan
Menurut data BPS 2004, sekitar 87 % penduduk Toba Samosir penganut Kristen
Protestan, Katolik 7 %, dan Islam 6 %. Selebihnya adalah agama dan pengangut
kepercayaan lain, seperti Parmalim, yang dikenal sebagai agama tradisional
Batak.
c.Pendidikan
Tingkat pendidikan warga jemaat pada saat ini sudah lumayan
maju paling sedikit tamat SLTA, dan sebagian besar generasi muda melanjutkan
perkuliahan (perguruan tinggi) keluar kota.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
· Di wilayah distrik ini yaitu di Huta Tinggi terdapat komunitas
Parmalim (agama Batak). Keberadaan komunitas Parmalim ini menjadi tantangan
karena kehidupan mereka yang terlihat damai, tenteram dan aman yang bisa
menarik hati warga jemaat. Komunitas ini juga melestarikan budaya kebersamaan
dalam bidang pertanian dan melakukan ibadah pada saat menabur dan menuai yang
saat ini sudah kurang dilaksanakan di HKBP.
· Keberadaan PT. TPL (Toba Pulp Lestari) dulunya Indorayon
juga menjadi tantangan bagi kehidupan warga jemaat khususnya di bidang
pertanian dan kesehatan, disebabkan limbah industri yang tidak ditangani dengan
baik.
· Kurangnya perhatian jemaat dalam mendukung pelayanan gereja
dalam hal moril maupun material. Warga jemaat masih memahami bahwa pelayanan
hanya tugas dan tanggungjawab majelis jemaat (partohonan).
2. Peluang
· Mata pencaharian jemaat (bidang pertanian) masih memadai
·
Warga
jemaat masih rajin dalam mengikuti kegiatan adat, artinya mereka masih mau
bersekutu.
· Kaum ibu masih rajin bergereja dan mengikuti kegiatan gereja
lainnya.
· Keberadaan Parmalim di Huta Tinggi bisa menjadi sasaran
penginjilan.
C.
PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
- Melakukan pembinaan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
- Pelatihan Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan secara terus menerus.
- Mendirikan pos-pos pelayanan di tempat yang belum tersentuh pelayanan gereja.
- Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat bekerjasama dengan Diakonia, dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan pertanian secara berkala dan berkesinambungan.
- Mengadakan penyuluhan di bidang kesehatan dan lingkungan hidup.
Kebutuhan
Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
- Meningkatkan pembinaan Warga Jemaat mengenai kehidupan bergereja yang dilakukan secara rutin di tiap kategorial, khususnya pembinaan ber-sending sejak usia dini (anak-anak)
- Mengadakan Seminar Injil dan Adat / Budaya.
- Mengirim pelayan penuh waktu yang memiliki keahlian tertentu, khususnya di bidang pertanian, perikanan dan peternakan.
- Menempatkan pelayan penuh waktu di distrik yang khusus menangani penginjilan kepada komunitas parmalim.
- Menambah pelayan penuh waktu di ressort-ressort yang memiliki sejumlah besar pagaran sehingga kehidupan kerohanian jemaat dapat terjangkau dan tersentuh pelayanan.
4.
Distrik V SUMATERA TIMUR
A. LATAR BELAKANG
Distrik ini berdiri tahun 1911, di mana pada awalnya bernama
Distrik Simalungun-Oostkust. HKBP Pematang Siantar berdiri 1907, sedangkan HKBP
Pematang Bandar berdiri beberapa tahun sebelumnya. HKBP Distrik V Sumatera
Timur terdiri dari 44 Ressort, 216 huria
dan 1 pos pelayanan semuanya berdomisili di 3 Kabupaten/Kota (Kota
Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Batubara).
a. Keadaan Sosial Ekonomi
Masyarakat terdiri dari beragam suku
dan kebudayaan, mulai dari Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Jawa,
Tionghoa, dll. Adapun variasi kehidupan warga jemaat/Gereja dan Masyarakat
terdiri dari : Petani, Peternak, Pengusaha/Pemilik Kebun/Perkebunan,
(karet/kelapa sawit/coklat), Karyawan Industri/Pabrik/Perkebunan, Pedagang
Kecil-Menengah, Pegawai Negeri Sipil/Militer dan Karyawan musiman serta
Penganggguran.
b. Keagamaan
Dari segi agama : Pemeluk Agama Kristen Protestan, Katolik,
Pentakosta (e), Advent, Hindu, Budha, Islam dan Aliran Kepercayaan.
c. Pendidikan
Di
wilayah Sumatera Timur terdapat beragam lembaga pendidikan, mulai dari taman
kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Ini didukung dengan adanya fasilitas
sarana dan prasarana yang menunjang iklim pendidikan tersebut.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
·
Gencar-gencarnya
gerakan ajaran-ajaran sesat yang mengancam keberadaan kekristenan.
·
Persentase
warga jemaat/Majelis yang bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan Gerejawi
(Ibadah Minggu dan kebaktian lingkungan/wijk) masih dibawah 50%.
·
Kurangnya
jumlah Guru-guru Agama di sekolah formal dan belum adanya jalur Gereja
berkomunikasi tetap dengan Guru-guru Agama tersebut (untuk menyamakan persepsi
dan misi).
2. Peluang
·
Kesadaran Pelayan
dan Majelis serta
Warga Jemaat akan berbagai
tantangan dan ancaman yang dihadapi baik di kalangan orangtua, pemuda dan
anak-anak.
·
Kerinduan
akan pembekalan pemahaman Liturgi HKBP sesuai jati diri HKBP (berdasarkan
Aturan dan Peraturan, Konfessi, RPP, Agenda dan kepatutan lainnya versi HKBP).
·
Belum
dikembangkannya pelayanan khusus sesuai profesi warga Gereja dan Masyarakat.
·
Masih
terbuka usaha Penginjilan langsung dan melalui media.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
- Meningkatkan kesadaran Pelayan, Majelis dan Warga Jemaat melalui pemberdayaan berkoinonia, bermarturia, berdiakonia secara berkesinambungan baik per Distrik, per Ressort/Regional dan atau per Huria.
- Melaksanakan pemberdayaan pemahaman Liturgi, musik Gereja dan peribadahan secara bertahap dan berkesinambungan bagi Majelis dan Warga Jemaat secara kategorial (bnd.mulai remaja-pemuda s.d. lansia). Dilaksanakan per Distrik/Regional atau per Ressort/Huria.
- Meningkatkan pelayanan sesuai profesi seperti : Mahasiswa, buruh/karyawan, kelompok marginal, pejabat kantor negeri/swasta, ke Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Sakit, Petani, Peternak dan “parrenggerengge”.
- Memulai dan mengembangkan kerjasama Gereja/Pelayan dengan Guru-guru Agama Kristen demi memperoleh kesamaan pemahaman dan kebersamaan dalam tindakan saling mendukung.
5.
Distrik VI DAIRI
A. LATAR BELAKANG
Peresmian distrik VI Dairi
berlangsung tahun 1946. Jemaat Sidikalang sendiri berdiri tanggal 27 April
1908. HKBP Distrik VI Dairi mencakup 30 ressort dan 209 huria semuanya
berdomisili di Wilayah Pemerintahan
Kabupaten Dairi, Toba–Samosir dan Tanah Karo. Kristen Protestan, Katolik,
Advent, Pentakosta, Budha, Islam, Aliran
Kepercayaan.
a. Keadaan Sosial ekonomi
Mata Pencaharian penduduk pada umumnya adalahPetani,,
Peternak, Pegawai Negeri Sipill/Militer, Pedagang, Karyawan, Nelayan Danau dan
Pengangguran.
b. Keagamaan
Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Katolik, Advent,
Pentakosta, Budha, Islam, aliran kepercayaan.
c. Pendidikan
Terdapat berbagai sekolah baik swasta maupun negeri mulai dari SD samapi SMA/SMK/STM. Tingkat pendidikan
sudah mencapai 90 % untuk tingkat pendidikan wajib belajar sembilan tahun.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Gerakan Aliran tertentu dan kepercayaan kepada “roh” mistis yang berkembang karena roh-roh zaman.
- Persentase warga Gereja yang bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan gerejawi memprihatinkan (masih 50 - 60%).
2. Peluang
- Kesadaran yang makin berkembang, dari Warga Jemaat, Majelis/Pelayan atas tantangan dan ancaman yang sedang dihadapi.
- Kesadaran Gereja secara antar denominasi akan kerjasama pelayanan dalam hal Sending–Penginjilan.
- Masih terbuka lebar lahan penginjilan langsung dan atau melalui media.
C.
PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
- Pendewasaan iman Warga, Majelis/Pelayan melalui pelatihan Sending berbasis jemaat dengan menekankan kebutuhan pelayanan/kehidupan Kristiani yang holistik (bnd.Iman integral dengan kehidupan sehari-hari sebagai langkah konkrit bertahap dan berkesinambungan mempersiapkan Jemaat yang missioner).
- Melaksanakan dan mengembangkan upaya bersending-PI kepada masyarakat/jemaat secara kategorial dan profesi bekerjasama dengan Yayasan SEMADI Distrik Dairi.
- Memulai dan mengembangkan kerjasama dengan Gereja lain seperti GKPPD bersending-PI ke warga Gereja dan Masyarakat di wilayah Aceh Selatan dan sekitarnya.
6.
Distrik VII SAMOSIR
- LATAR BELAKANG
Distrik Samosir pada awalnya masuk ke Distrik Toba –
Samosir, namun pada tanggal 25 November 1942 Samosir resmi menjadi sebuah
Distrik. Distrik VII Samosir terdiri dari 21 ressort, 1 persiapan ressort, dan
106 huria.
a. Keadaan
Sosial/Ekonomi
Masyarakat hidup dari beraneka ragam mata pencaharian,
antara lain: nelayan, petani, kerajinan tangan dan pariwisata. Umumnya
masyarakat yang memiliki ekonomi menengah ke bawah sekitar 70 % dan yang memiliki
ekonomi menengah ke atas sekitar 30%.
b. Keagamaan
Sebahagian jemaat masih menganut kepercayaan kekafiran
(Animisme). Sehingga terkadang menjadi sinkritis antara kepercayaan kekristenan
dengan animisme. Sulit bagi jemaat untuk meninggalkan kepercayaan yang dianut
secara turun-temurun dari nenek moyangnya.
c. Pendidikan
Panorama indah Danau Toba menjadikan Samosir menjadi sebuah
tempat tujuan wisata sebab keindahan Danau Toba bisa dinikmati secara langsung
dari wilayah Samosir dan sekitarnya. Hal ini menjadi peluang besar bagi
penduduk setempat untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris demi
mencari nafkah bagi kebutuhan keluarga. Namun keterbatasan ekonomi tidak
menjadi penghalang untuk dapat menguasai bahasa Inggris. Mereka tetap berusaha
belajar melalui pendidikan non-formal dengan melakukan practice langsung dengan para wisatawan. Bagi mereka yang memiliki
ekonomi menengah ke atas dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak hingga ke
perguruan tinggi yang berada di Ibu Kota.
- TANTANGAN DAN PELUANG
- Tantangan
· Kepercayaan kekafiran yang masih sulit ditinggalkan
· Kemiskinan yang masih mendominasi dalam kehidupan masyarakat
· Pelayan dan Jemaat kurang memahami pentingnya bermarturia
· Masuknya pengaruh-pengaruh negative dari mancanegara melalui
para wisatawan mancanegara, misalnya: paham kebebasan yang akhirnya menempatkan
kebebasan dalam segala hal. Pengaruh yang demikian biasanya sangat cepat
diserap oleh anak-anak dan remaja serta pemuda.
· Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga
kelestarian danau toba dan hutan demi menjaga keseimbangan alam.
- Peluang
· Kekafiran yang dianut oleh jemaat menjadi peluang besar
untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani dan pelatihan penginjilan bagi
jemaat yang aktif dalam kegiatan gereja sehingga mampu bersaksi bagi
orang-orang di sekitarnya.
· Keinginan mereka untuk belajar bahasa Inggis dapat
dimanfaatkan dengan cara mendatangkan tenaga pengajar yang berasal dari HKBP
dengan demikian secara perlahan-lahan mengajar mereka tentang dogma Kristen
tentang Allah.
· Samosir sebagai daerah tujuan wisata menjadi peluang yang
besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan meningkatkan mutu
kerajinan tangan dan kesenian yang bersifat spiritual.
- PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pembinaan
Rohani warga dan pelayan
Dilakukan dengan cara mengadakan kebaktian kebangunan rohani
yang bertujuan untuk menerangi paham hasipelebeguon.
2.
Pelatihan
Pendeta Pariwisata
Perlu adanya pendeta yang khusus melayani di sector
pariwisata, baik bagi wisatawan mancanegara/dalam Negara maupun bagi para petugas di sector pariwisata.
3.
Pelestarian
Danau Toba
Pelestarian Danau Toba kelihatannya berada pada prioritas
untuk mencegah kepunakan ikan-ikan asli Danau Toba.
4.
Pelestarian
Hutan
Pelaestarian hutan Samosir harus dijaga dengan menjadikan
gereja sebagai sarana ampuh menggalang program penanaman pohon.Pelayanan
penjara, rumah sakit, pemuda, song leader, musik, EE untuk prkotaan karn hkbp
msih tebal di pedalaman, lansia, tahun lalu marturia.
5.
Pelayanan
ke penjara
6.
Pelayanan
ke rumah sakit
7.
Pembinaan
kepada remaja dan Pemuda
8.
Pembinaan
song- leader
9.
Pembekalan
Musik Gereja
10.
Penginjilan
pribadi dengan metode EE dapat diterima di masyarakat yang tinggal di
perkotaan, sedangkan masyarakat di pedalaman masih menganut HKBP yang kental
dan sulit menerima perubahan.
7.
Distrik VIII Jawa/Kalimantan
A. LATAR BELAKANG
Distrik VIII Jawa Kalimantan berdiri tahun 1940, sementara
penempatan pendeta pertama di Jakarta
adalah tahun 1922. Distrik ini terdiri dari 20 ressort dan 61 huria. Pada
prinsipnya latar belakang Distrik VIII Jawa Kalimantan tidak jauh berbeda
dengan Distrik XIX Jakarta II dan Distrik XXI Jakarta 3. Hanya Distrik VIII
Jawa Kalimantan wilayahnya sampai ke Sanggau Kapuas, Sintang, dan Singkawang.
a. Keadaan
Sosial ekonomi
Jemaat di sini terdiri dari berbagai latar belakang yang
berbeda, pekerjaan yang berbeda, profesi yang berbeda, pendidikan yang berbeda,
dan taraf ekonomi yang berbeda-beda, namun semuanya itu berada di dalam Gereja
HKBP.
Tingkat perekonomian yang berbeda-beda juga membutuhkan
pelayanan yang berbeda-beda. Dengan bermacam-macam profesi itu juga
mempengaruhi kehidupan perekonomian dan hal ini berpengaruh dalam sosial
masyarakat dan juga di dalam gereja. Tidak bisa disangkal, rutinitas yang
tinggi, kemacetan di jalan membuat jemaat perkotaan mengalami tingkat stress
yang tinggi. Sehingga sudah ada kebiasaan bagi orang bekerja di kantor,
daripada mengalami macet di jalan, maka lebih baik menghabiskan waktunya
misalnya dengan duduk-duduk di mall atau di tempat-tempat minum kopi
(Starbuck). Dengan kemacetan yang tinggi ini sering membuat jemaat di perkotaan
tidak dapat mengikuti partangiangan-partangiangan weik misalnya yang
dilaksanakan oleh gereja, dengan alasan keterlambatan. Fenomena ini mungkin sudah perlu diperhatikan
apakah memungkinkan membuat pelayanan di salah satu tempat misalnya dengan mengadakan
sharing firman Tuhan sambil minum kopi.
Namun gambaran secara umum jemaat HKBP
yang walaupun sudah banyak yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas
namun banyak juga jemaat yang hidup dalam ekonomi lemah. misalnya : pemulung,
pengamen, peminta-minta, buruh. Dan juga mahasiswa yang juga memiliki
permasalahannya sendiri dan kebutuhannya sendiri. Semuanya itu adalah jiwa yang
harus dilayani.
b. Keagamaan
Di Kalimantan dan di Jawa, persentase orang Kristen jauh di bawah
persentase nasional. Sebagian besar penduduk beragama Islam 88,88 %, Kristen
Protestan 10,35 %, Katolik 5,49 %, Budha 0,77 %, Hindu 0,57 %.
c. Pendidikan
Pada tahun 2011, pekerja jenjang pendidikan sekolah dasar
(SD)masih mendominasi yakni 53,6 %. Sedangkan pekerja dengan pendidikan tinggi
masih relatif kecil, pekerja dengan pendidikan diploma sebesar 3 %, pekerja
pendidikan sarjana 4,9 %. Jumlah pengangguran sebesar 3,66 % dari total
angkatan kerja.
B. TANTANGAN
DAN PELUANG
1. Tantangan
Tidak memiliki keterampilan khusus untuk melayani jemaat
perkotaan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Misalnya pendeta yang khusus
melayani mahasiswa, buruh, profesional.
2. Peluang
- Banyak gereja yang berdiri hal ini membuat pelayanan dapat mudah dilaksanakan.
·
Banyaknya
jemaat yang sudah memberi perhatian untuk pelayanan
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
2.
Mendata
anggota jemaat sesuai dengan profesinya
3.
Membuat
pelayanan kepada jemaat sesuai dengan profesinya
4.
Khusus
untuk mahasiswa perlu mendirikan rumah pemondokan atau tempat kost.
5.
Memperbanyak
kunjungan ke rumah-rumah jemaat
6.
Memberikan
pelayanan kepada jemaat ekonomi lemah dengan mendirikan CUM.
7.
Membuka
Pos PI di tempat-tempat tertentu.
8.
Distrik IX SIBOLGA
A. LATAR
BELAKANG
Gereja HKBP yang berdiri di Sibolga adalah hasil Sending
1870. Distrik ini terdiri dari 25 ressort dan 180 huria dan 5 pos pelayanan.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Mata pencahariannya adalah nelayan, pedagang, petani, buruh
dan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan tingkat ekonomi dapat dirata-ratakan
ekonomi menengah ke bawah. Distrik Sibolga merupakan kota
pelabuhan, sehingga dapat dikatakan bahwa Distrik Sibolga adalah juga merupakan
kota
persinggahan.
Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan,
pariwisata, jasa, perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan,
antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam
dan teri.
b. Keagamaan
Masyarakat di Distrik Sibolga sebagian menganut agama Islam
40% dan Kristen 60%. Pemukiman warga biasanya berkelompok-kelompok berdasarkan
agama yang dianut, hal ini mengakibatkan hubungan yang kurang baik antara umat
beragama dan akhirnya warga sulit untuk berbaur.
c. Pendidikan
Masyarakat yang mengecap pendidikan setingkat SMA 7,79 %
anak laki-laki dan 3,30 % perempuan.
Persentase menunjukkan bahwa kesempatan mengecap pendidikan masih didominasi
oleh kaum laki-laki.
Pemerintah Sibolga memberikan perhatian yang serius terhadap
pengembangan pendidikan. Pemko Sibolga mempunyai program kerjasama dengan
USAID. Dan, ada 20 sekolah yang mengikuti program tersebut diantaranya DBE 1,
BDE 2, DBE 3. Jadi, semua program itu
didukung oleh Walikota Sibolga APBD 2008 Pemko Sibolga sebesar Rp 311 M,
sedangkan alokasi untuk pendidikan adalah 27 persen dari APBD. Dari sini kita
dapat menilai bahwa perhatian dari Pemko terhadap pendidikan memang serius.
Hal
tersebut diupayakan setelah melihat kenyataan bahwa hingga saat ini tercatat
hanya 10 persen lulusan SMA sederajat di Sibolga yang mampu lulus ke perguruan
tinggi negeri. Kebanyakan dari lulusan tersebut berasal dari SMA Unggulan
Negeri 1, SMA Swasta Tri Ratna, SMA Negri 3, SMA Negri 2 dan beberapa SMA
sederajat lainnya di Kota Sibolga.
B. TANTANGAN
DAN PELUANG
1. Tantangan
·
Tidak
ada Kabid Marturia yang definitif, karena itu diharapkan adanya kabid Marturia
yang defenitif, supaya pelayanan marturia dapat berkembang.
·
Gerakan
kharismatik yang semakin berkembang.
·
Gencarnya
kegiatan-kegiatan pemerintahab di Tapteng sehingga gereja kehilangan kendali
untuk mengontrolnya.
·
Dari
segi budaya, lebih mengutamakan adat daripada ke gereja.
2. Peluang
- Dikelilingi oleh saudara-saudara kita yang beragama Islam namun tetap dapat bekerjasama.
- Pendeta yang ditempat di Distrik Sibolga adalah pendeta yang masih muda sehingga masih energik.
- Jemaat sangat antusias jika dilibatkan ikut serta dalam pelayanan.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Untuk
mengembalikan kembali jiwa sending maka program yang harus dilaksanakan di
Sibolga adalah dengan melalui kesehatan dan pendidikan.
2.
Melaksanakan
misi penginjilan melalui budaya. Hal ini bisa disampaikan misalnya melalui
umpasa-umpasa yang dipadukan melalui firman Tuhan dan baiknya ditulis dalam sebuah
buku agar bisa dimanfaatkan oleh jemaat.
3.
Melakukan
pembinaan kepada parhalado untuk
menumbuhkan kesadaran dan kemampuan bermarturia.
4.
Kepersonaliaan
Mengingat kota Sibolga adalah
juga kota pelabuhan, maka di sana juga banyak terdapat buruh pelabuhan,
maka perlu juga dipersiapkan pendeta yang melayani buruh.
9.
Distrik X MEDAN ACEH
A. LATAR
BELAKANG
HKBP Distrik X Medan Aceh berdiri pada tanggal 29 November
1951. Sedangkan penempatan pendeta pertama di Medan dilaksanakan tahun 1912. Distrik ini
terdiri dari 75 Ressort dan 247 huria dan 2 Persiapan Ressort.
- Keadaan Sosial Ekonomi
Kehidupan masyarakat pada umumnya bertani, karyawan
perusahaan, PNS, polisi/tentara, pemulung, tukang becak, supir pedagang, agen
terminal dan pekerja sewaktu-waktu. Masyarakat dikategorikan dalam masyarakat
majemuk seperti suku Aceh, Sunda, Jawa, Batak, Padang, Nias, Minang, Melayu, dll.
- Keagamaan
Terdapat agama Hindu, Budha, Islam, Kristen Katolik/Ortodok,
Kristen Protestan. Namun, masih banyak warga Kristen kurang menghidupi
kekristenannya mulai dari anak hingga dewasa. Orangtua menyerahkan tanggung jawab
penuh dalam mengasuh anak kepada gereja dan sekolah. Akhirnya setelah dewasa,
banyak pemuda/ mahasiswa yang sudah pindah agama dan mengikuti aliran
kharismatik.
- Pendidikan
Terdapat jumlah
universitas yang cukup banyak, SMA/STM, SLTP dan SD. Tingkat pendidikan
masyarakat minimal tamatan SLTP.
Ressort/Jemaat HKBP Distrik X Medan Aceh sangat luas yang
mencakup: Kotamadya, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang
Berdagai, dan Aceh.
- TANTANGAN DAN PELUANG
- Tantangan
· Parhalado dan Jemaat masih kurang menghayati dan
melaksanakan tugasnya
· Sebahagian Parhalado kurang memberi dukungan kepada program
marturia
· Aliran Kharismatik yang sering menggarap anggota jemaat
melalui perkunjungan ke rumah anggota jemaat
· Anggota jemaat lebih suka “jajan rohani” kebaktian-kebaktian
KKR
· Anggota jemaat belum memahami makna bermarturia
· Anggota jemaat memiliki banyak kesibukan sehingga kurang
mendukung program pelayanan gereja.
- Peluang
Masih ada parhalado dan jemaat yang memberikan perhatian
untuk mendukung pelayanan Dewan Marturia baik dari segi moril ataupun materi.
- PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
- Penyebaran Firman melalui partangiangan
- Mengadakan pastoral konseling pra nikah
- Mengunjungi orang sakit
- Mengadakan pembinaan (kepada parhalado, kaum bapak, dewan marturia dan sie musik dan song-leader)di ressort dan huria
- Pelayanan kepada tukang becak
- Pelayanan ke penjara
- Pelayanan ke terminal
- Pelayanan kepada pedagang
- Pelayanan kepada anak jalanan
- Pelayanan kepada mahasiswa
- Pelayanan kepada Lansia
- Kebaktian Alternatif
- Kebaktian Kategorial
- Pembinaan Guru Sekolah Minggu
10.Distrik XI TOBA HASUNDUTAN
A.
LATAR BELAKANG
Distrik XI Toba Hasundutan berdiri pada bulan November 1954.
Sementara itu HKBP Balige berdiri tahun 1881. Wilayah HKBP Distrik XI Toba
Hasundutan yang terdiri dari delapan (8) Ressort dan duapuluh tiga (23) jemaat,
berada di Kabupaten Toba Samosir tepatnya di Kota Balige. Perkembangan di
daerah ini maju pesat setelah + 10 tahun menjadi Kabupaten.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Di kabupaten Tobasa semakin banyak berdiri tempat-tempat
hiburan, café, khususnya di Lumban Silintong. Mata pencaharian jemaat di
Distrik XI Toba Hasundutan ini masih lebih banyak dari bidang pertanian,
kemudian pedagang, nelayan, pegawai negeri sipil dan pengusaha.
b. Keagamaan
Masyarakat Toba Hasundutan mayoritas beragama Kristen. Namun
sebagian kecil warga masih menganut kepercayaan yang bersifat sinkritisme.
c. Pendidikan
Kabupaten Tobasa, khususnya Balige memiliki sarana pendidikan
sampai ke tingkat SMA. Tidak sedikit dari kabupaten lain yang melanjutkan
pendidikan di Balige. Tingkat pendidikan jemaat paling sedikit tamatan SLTP.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Bertumbuhnya tempat-tempat hiburan di daerah Lumban Silintong (istilah yang sering terdengar “tenda biru”); bahkan dicurigai disana ada tempat prostitusi.
- Banyaknya tempat-tempat kost untuk menampung siswa/I dari daerah lain yang sekolah di Balige.
- Kebiasaan kaum bapak di warung yang akhirnya membebankan kaum ibu untuk bekerja memenuhi kabutuhan sehari-hari.
- Maraknya perjudian, khususnya toto gelap (togel).
- Semakin banyaknya gereja-gereja yang beraliran sekte tertentu.
2. Peluang
- Toba Hasundutan adalah daerah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen (HKBP); sehingga melaksanakan kegiatan-kegiatan kerohanian tidak terlalu sulit.
- Daerah pelayanan yang tidak terlalu luas sehingga tidak terlalu sulit untuk dijangkau.
- Banyaknya anak-anak kost (tempat kost) yang membutuhkan pelayanan dan pengawasan khusus.
- Para buruh pertekstilan yang belum dijangkau secara maksimal.
C.
PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Melakukan
pembinaan penginjilan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
2.
Pelatihan
Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan
secara terus-menerus.
3.
Bekerjasama
dengan Pemkab menertipkan tempat-tempat yang melanggar asusila.
Kebutuhan Pelayanan (Personalia),
Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
4.
Mengirim
pelayan penuh waktu yang memiliki
keahlian khusus melayani siswa/i
(pendeta siswa), pendeta buruh (tekstil) dan pendeta khusus untuk naposobulung.
5.
Mengadakan
pelayanan khusus di tempat-tempat kost bekerjasama dengan pemilik kost
(ibu/bapak kost)
6.
Mengadakan
pelayanan khusus di pabrik tekstil.
7.
Meningkatkan
pelayanan di Lembaga Pemasyarakatan yang selama ini sudah dilayani HKBP Balige.
11.Distrik XII TANAH ALAS
A. LATAR BELAKANG
Pembentukan distrik Tanah Alas adalah tgl 30 Oktober 1971
sebagai pemekaran dari Distrik Medan Aceh. Pendeta HKBP yang pertama
ditempatkan di Kotacane adalah tahun 1934. Distrik ini terdiri dari 8 ressort
dan 44 huria.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Penduduk di Kabupaten
Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, yang terbanyak adalah suku Alas di
samping suku yang lain seperti Gayo, Singkil, Jawa, Mandailing, Minang, Karo,
Aceh, dan Batak.
Jemaat-jemaat yang sebagian besar masuk ke wilayah Kabupaten
Aceh Tenggara ini berdiri sebagai hasil perpindahan orang-orang Batak Toba
dalam jumlah yang besar dari bona pasogit ke Aceh Tenggara dan daerah
sekitarnya untuk mencari penghidupan yang lebih layak baik di bidang pertanian
maupun di bidang jasa. Keadaan tahun 2010 menunjukkan bahwa distrik ini terdiri
dari 8 resort yang melayani 44 jemaat dengan jumlah anggota 20.500 jiwa. 6
resort dengan 29 jemaat berada di Kabupaten Aceh Tenggara, 2 resort dengan 14
jemaat di Kabupaten Karo dan 1 jemaat di Kabupaten Pakpak Barat. Banyak
jemaat belum bisa dilalui dengan
kendaraan roda empat.
Orang Batak di daerah ini semakin lama semakin miskin karena
banyak orang Batak menjual tanahnya kepada orang Alas, banyak orang batak masih
bertahan menganut pola pertanian menanam padi dan jagung, sementara orang-orang
Alas sudah menganut pola perkebunan coklat dan kelapa sawit.
b.
Keagamaan
Masyarakat di daerah Tanah Alas 90% menganut agama Islam, 8
% menganut agama Kristen dan selebihnya mempercayai praktek perdukunan misalnya
dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara dengan latar belakang
kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil yang baik dan
terhindar dari hama.
c. Pendidikan
Kedatangan para ilmuwan dan peneliti ini dapat memberikan
sumbangan sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
biologi, kehutanan, aliran sungai, dan pertanian.
Pendidikan merupakan pilar pembangunan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara juga sangat menyadari hal ini dan telah
berupaya untuk memaksimalkan pelayanan pendidikan kepada masayarakat. Namun,
keterbatasan dana menjadi alasan klasik mengapa kualitas pendidikan di
Kabupaten Aceh Tenggara masih harus ditingkatkan.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
Distrik ini memiliki banyak warga yang masih mempercayai hadatuon. Banyak warganya yang menjadi
warga binaan di Lapas. Di bidang adat Batak juga perlu dibina. Belakangan ini
bisa terjadi pemborosan dalam upacara adat, misalnya memasak daging 500 kg,
beras 20 kaleng, padahal jumlah tamu yang makan hanya 500 orang. Waktu makanpun
menjadi masalah karena jam 16 baru makan karena banyak waktu tersita untuk
manortor. Banyak warga jemaat yang malas mengikuti ibadah Minggu, hanya 30% s-d
40% saja rata-rata jumlah pengunjung ibadah. Banyak warga jemaat yang sengaja
bekerja di ladangnya pada hari Minggu, sebagian kaum bapak duduk-duduk di kedai
pada jam kebaktian Minggu.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Penyelenggaraan
seminar adat Batak dan diikuti implementasi hasil seminar tersebut dalam
prakteknya sehari-hari. Memilah-milah antara hal-hal yang termasuk adat Batak
dan hal-hal yang masuk ranah perdukunan. Sangat dibutuhkan pembinaan rohani dan
pendalaman firman Tuhan, sehingga kepercayaan akan dukun semakin berkurang dan
akhirnya lenyap.
2.
Agar
disusun juga materi kesaksian tentang inkulturasi. Diadakan pula penyusunan
tata ibadah untuk pertangiangan marga-marga.
3.
Kebaktian-kebaktian
kebangunan rohani sangat mendesak untuk dilaksanakan. Penduduk yang berlatar
suku Alas tidak ada yang masuk Kristen, tetapi orang Kristen di sana sudah banyak yang
berpindah menjadi Islam.
4.
Pembekalan
warga jemaat tentang kemampuan berinteraksi dengan tetangga-tetangganya yang berbeda
suku dan agama sungguh menjadi kebutuhan agar tercipta kerukunan dalam
masyarakat.
12. Distrik XIII ASAHAN/LABUHAN BATU
A. LATAR BELAKANG
HKBP Distrik XIII Asahan Labuhan Batu berdiri pada tanggal
31 Juli 1974. Distrik ini terdiri dari 20 ressort, 3 persiapan ressort dan 179
huria yang berdomisili di wilayah Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Simalungun
dan Batubara.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Penduduknya bermata pencaharian : bertani, beternak (sapi,
kerbau, ayam, kodok, dll.), berkebun, berdagang/pengusaha, Nelayan, Karyawan,
Pegawai Negeri Sipil/Militer, transportasi darat dan laut dan
Pengrajin/Keterampilan songket di Batubara.
b. Keagamaan
Agama yang dianut oleh penduduk Islam, Kristen (Protestan,
Katholik, Pentakosta, Advent) Hindu, Budha, Aliran Kepercayaan termasuk
Parmalim (di Labuhan Ruku Kecamatan
Talawi).
c. Pendidikan
Sarana, prasarana dan tenaga pendidik cukup memprihatinkan
di Kabupaten Labuhan Batu. Mulai dari
tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke tingkat sekolah lanjutan
atas.
Salah satu komitmen dari Forum Masyarakat Labuhan Batu
(formal) dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat Labuhan Batu khususnya
generasi muda masa sekolah yang bakal menjadi penerus bangsa di Labuhan Batu
melalui peningkatan kulitas pendidikan di Labuhan Batu adalah dengan melakukan
pelatihan-pelatihan bagi guru-guru pengajar.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Fanatisme sebagian penganut agama yang “terorganisir” seperti “sirkus”
- Perubahan peta sosial yang memaksa perpindahan penduduk dari daerah “miskin” menuju daerah yang lebih “surplus”. Hal ini berpengaruh pada perpindahan jemaat HKBP (dulu besar, sekarang kecil seperti di wilayah Sei Naetek, Tanjung Leidong Tinjouan).
- Gerakan pengembangan Aliran Karismatik yang ditambah dengan kurang gigihnya upaya menunaikan tritugas panggilan Gereja dari warga, majelis/pelayan secara pribadi dan atau Lembaga, karena berbagai alasan dan keadaan.
2. Peluang
- Masih luasnya wilayah penginjilan baik ke dalam maupun ke luar.
- Kerinduan karena kesadaran Warga/Majelis/Pelayan akan kematangan pemahaman iman Kristiani, Liturgi dan hal-hal kegerejaan lainnya.
- Tetap masih terbuka peluang bagi variasi pelayanan melalui ibadah, perkunjungan, pengorganisasian dan pengaktualisasian sasaran.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
- Meningkatkan kesadaran dan keterampilan bersending-PI Warga, Majelis/Pelayan melalui pelatihan bersending-PI konsultasi, seminar, Diskusi/Panel baik dalam hal beribadah, Kebaktian (KKR) Thematis, Penelaahan Alkitab kategori Anak Sekolah Minggu, Remaja/Pemuda dan Lanjut usia, sehingga terwujudnya jemaat missioner (bnd.mampu mendengar panggilan, pilihan dan melakukan penyuruhan Tuhan Yesus).
- Meningkatkan keterampilan akan nyanyian Gereja/Rohani dengan pelatihan pemain musik, song-leader dan perlengkapan alat-alat musik gereja secara variatif.
- Menjejaki, membuka dan mengembangkan pos-pos Sending-PI yang dilayani/diupayakan jemaat/Ressort terdekat secara berdiri sendiri dan akan bekerjasama dengan Bidang Marturia Distrik dan Biro Sending-PI Kantor Pusat HKBP.
- Pelatihan/Pembinaan Sending-PI khusus kepada Parhalado dengan sasaran membangun militansi konsistensi “haparhaladoon” dimana hal itu pasti membantu penyebaran Injil yang lebih memadai sesuai kebutuhan dan perkembangan jaman (bnd. Parhalado yang missioner karena visioner).
- Meningkatkan pelayanan/penggembalaan “memanggil pulang” Warga/Majelis yang jenuh/lari/frustasi selama ini dengan ragam alasan demi membangun kebersamaan bersending-PI.
13.DISTRIK XIV TEBING TINGGI DELI
A.
LATAR BELAKANG
Distrik XIV Tebing Tinggi Deli berdiri pada tanggal 24
Februari 1983. Distrik ini terdiri dari 23 Ressort dan 127 huria; tersebar di
kotamadya Tebing Tinggi. Secara geografis Kota Tebing Tinggi terletak diantara
30 19'-30 21'Lintang Utara dan 980 11'-980 21'Bujur Timur. Posisi Kota Tebing
Tinggi ada di bagian Utara Provinsi Sumatera Utara pada ketinggian tempat 26-34
m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar. Luas wilayan Kota
Tebing Tinggi 38.438 km2 secara administratif terdiri dari 3 Kecamatan dan 27
Kelurahan dengan jumlah penduduk 26.570 jiwa.
a. Keadaan Sosial Ekonomi
Menurut Data Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara,
Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 33
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan
(Ibukota Provinsi Sumatera Utara) serta terletak pada lintas utama Sumatera,
yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas
diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi. Di Kota Tebing Tinggi terdapat sarana
dan prasarana perhubungan darat dan kereta api, selain itu juga tersedia sarana
dan prasarana listrik, telekomunikasi dan air bersih.
Mata pencaharian jemaat mencakup Petani, Karyawan
Perkebunan/Perusahaan, Nelayan, Partigatiga/pedagang
dan pegawai negeri. Ada
3 komoditi pertanian yang patut menjadi perhatian yaitu: sawit, kelapa dan
karet. Selain sebagai pusat kegiatan pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan
rakyat, Kota Tebing Tinggi juga berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan
dan jasa ekonomi, dalam hal ini sebagai terminal dan pendistribusian wilayah hinterland dari Kota Tebing Tinggi
sendiri.
b. Keagamaan
Masyarakat bersifat pluralis dengan 56 % agama Islam, 33 %
agama Kristen/Katolik, 0,18 % Hindu, 2,82 % Budha. Disamping itu masih ada
sebagaian kecil masyarakat yang mempercayai okultisme.
c. Pendidikan
Masyarakat terdiri dari berbagai macam etnis seperti Cina, Melayu,
Tapanuli, Jawa, Mandailing, Simalungun, Karo dan Minangkabau. Dengan keragaman
etnis tersebut maka memberikan kemungkinan pengayaan budaya dan pendidikan di
kemudian hari. Sehingga pemerintah mengedepankan sektor pendidikan dan
kebudayaan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Dari total rencana APBD
tahun 2003 Rp 143,8 miliar, Rp 6,28 miliar dialokasikan untuk sektor
pendidikan.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Masih banyak warga jemaat yang memiliki kepercayaan ganda tentang hadatuon dan begu ganjang.
- Kurangnya dana untuk meningkatkan pelayanan penginjilan.
- Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang kegiatan pelayanan marturia
- Tidak ada Kabid marturia yang definitif
2. Peluang
·
Program
marturia dengan melakukan Kebaktian Kebangunan Rohani sangatlah tepat mengingat
keadaan jemaat yang masih percaya akan okultisme.
·
Pelayan
dan jemaat memiliki kemauan/rasa antusias untuk terlibat dalam program
pelayanan marturia
·
Ada keinginan jemaat untuk meningkatkan kemampuan dalam seni
musik gereja dan songleader.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pelayanan
ke Penjara
2.
Pelayanan
kepada jemaat yang malas ke gereja dengan cara mengadakan perkunjungan rumah
oleh pendeta beserta seksi yang membidangi marturia
3.
Pelatihan
Musik Organis, song-leader dan dirgent.
Pelatihan dilakukan bukan kepada pemula melainkan kepada mereka yang sudah
memiliki kemampuan dengan tujuan meningkatkan mutu ibadah Minggu.
4.
Melakukan
KKR. Dalam upaya menghapuskan kepercayaan kepada roh-roh.
5.
Melakukan
pembinaan kepada parhalado
6.
Melakukan
pelatihan bermarturia dengan metode EE (Evangelism Explotion) secara pribadi.
7.
Mengadakan
seminar tentang budaya dan injil
8.
Melakukan
pelayanan kepada jemaat yang bekerja sebagai karyawan kebun dengan memberikan
kuliah umum tentang ajaran Kristen di kantor persatuan Kristen di kebun.
9.
Bermarturia
melalui bulletin, media informasi, dan NSP Marturia
10.
Menempatkan
pelayan yang defenitif untuk bidang marturia.
14.Distrik XV SUMBAGSEL
A. LATAR BELAKANG
Distrik XV Sumbagsel berdiri pada bulan Februari 1985.
Distrik ini terdiri dari 18 Ressort, 101 huria dan 2 pos pelayanan; tersebar di
empat (4) propinsi yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Bangka
Belitung. Karena luasnya daerah pelayanan sehingga Distrik ini di bagi atas
tiga (3) regional yaitu: Regional Palembang + Babel, Regional Lampung dan Regional
Bengkulu. Tujuan pembagian ini adalah untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan
pelayanan yang sifatnya tingkat distrik.
a. Keadaan sosial ekonomi
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsiIndonesia yang terletak di bagian
selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota
di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan
provinsi Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini
kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Selain itu ibu kota
provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena sempat
menjadi ibu kota dari Kerajaan Sriwijaya.
Di samping itu,
provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi
seperti Sungai Musi,
Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain.
Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut
memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat
beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal
jokjok, berengkes dan tempoyak.
Sektor pertanian: sebagai propinsi lumbung pangan, Sumatera
Selatan memiliki potensi sumber daya lahan yang luar biasa. Luas lahannya
mencapai 752.150 Ha. Sumber daya lahan tersebut digunakan sebagai lahan sawah
irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Dari lahan ini
menghasilkan berbagai produk unggulan yang meliputi; tanaman padi, jagung,
kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar ditambah komoditas unggulan lain berupa
sayuran dan buah - buahan.
Sektor Pertambangan: Potensi sumber daya alam atau sumber
energi Sumatera Selatan melimpah ruah. Sumber energi ini meliputi minyak bumi,
gas bumi, batubara dan energi kelistrikan. Semua potensi tersebut merupakan
modal dasar dalam mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Palembang.
b. Keagamaan
Masyarakat bersifat pluralis, 85% Islam, 1,6% Kristen, 1,5%
Katolik, 1,5% Budhadan 0,85% Hindu.Hubungan sosial terutama di dasarkan kepada
semangat kebangsaan, walaupun dalam kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi
oleh adat istiadat, seperti dalam bercakap-cakap atau cara bicara yang
sopan.Pada umumnya penduduk Sumatera Selatan sangat hormat kepada para tamu dan
pengunjung yang berasal dari daerah lain.
Gaya hidup mereka sangat dipengaruhi oleh era
modernisasi. Sebagian besar penduduk sangat terbuka dalam perilaku mereka
terutama dengan aspek positif serta menyambut baik reformasi dan inovasi
terutama yang berkaitan dengan konsep pembangunan.
c. Pendidikan
Pembangunan daerah Provinsi Sumatera Selatan yang
berlangsung selama ini, selain telah menghasilkan berbagai keberhasilan
yang telah dicapai, juga masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu
diatasi. Dengan melihat kondisi yang ada, berbagai permasalahan pokok yang
menuntut perhatian dalam pembangunan ke depan diantaranya adalah : (1) Masih tingginya angka pengangguran dan
kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kualitas SDM yang masih
rendah menjadi penyebab utama tingginya pengangguran dan kemiskinan. Hal ini
disebabkan oleh tingkat pendidikan, kesehatan, keterampilan/keahlian, dan
kompetensi tenaga kerja yang masih rendah; (2) Masih terbatasnya sarana dan prasarana, Pembangunan wilayah
pusat pertumbuhan bertujuan untuk mempercepat keseimbangan pembangunan antar
wilayah, masih besarnya ketimpangan pembangunan, membutuhkan penyediaan sarana
dan prasarana pendidikan; (3) Belum
optimalnya pemanfaatan Sumberdaya Alam, kekayaan sumberdaya alam
yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan merupakan potensi yang besar untuk
dapat melaksanakan pembangunan wilayahnya, namun belum dikelola secara efektif
dan efisien untuk memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat
Sumatera Selatan.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Daerah pelayanan Distrik yang sangat luas meliputi empat (4) propinsi sehingga menyulitkan dalam pelayanan.
· Jemaat memiliki status minoritas dalam
masyarakat.
- Kurangnya tenaga full time untuk melakukan pelayanan di daerah zending di Enggano.
· Kurangnya Dana untuk meningkatkan pelayanan
dan Pekabaran Injil di daerah zending di Enggano.
2. Peluang
· Daerah pelayanan Distrik yang luas
memungkinkan pekabaran injil yang lebih luas dengan mengefektifkan regional
yang telah dibentuk.
· Adanya daerah zending yaitu Enggano.
· Huria-huria dan warga jemaatnya bersedia mengambil bagian
dalam usaha pekabaran injil.
· Banyaknya Warga Kampus (mahasiswa/i) yang
beragama Kristen, khususnya orang batak yang datang ke Bengkulu. Diperkirakan
setiap tahun ajaran yang baru + 120 orang batak yang datang ke Bengkulu untuk
kuliah di Universitas Bengkulu. Kemungkinan juga ke kota Palembang.
· Kerukunan umat beragama di Sumbagsel masih
baik dan kondusif meskipun mayoritas beragama Islam.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Melakukan
pembinaan penginjilan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
2.
Pelatihan
Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan
secara terus-menerus.
3.
Mendirikan
pos-pos pelayanan di tempat yang belum tersentuh pelayanan gereja, khususnya di
Lingkungan Kampus.
4.
Mencari
sahabat penginjilan (aleale ni sending)
untuk membantu jemaat-jemaat dalam pendanaan pelayanan ke daerah-daerah sending
dan Kampus.
Kebutuhan Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi
Lainnya
5.
Mengirim
pelayan penuh waktu yang memiliki
keahlian khusus melayani mahasiswa/i (pendeta mahasiswa).
6.
Meminta
dan mendorong pemerintah daerah untuk menempatkan dosen agama Kristen Protestan
(sebagai dosen tetap) di lingkungan kampus yang ada di Sumbagsel.
7.
Memikirkan dan mengadakan beasiswa
kepada mahasiswa yang tidak mampu dan yang berprestasi bekerjasama dengan
diakonia.
15. Distrik XVI
HUMBANG HABINSARAN
A.
LATAR BELAKANG
Distrik Humbang Habinsaran berdiri pada tanggal 23 Mei 1987.
Distrik ini terdiri dari 23 ressort, 113 huria dan 1 pos pelayanan yang berada
di wilayah kabupaten Tapanuli Utara.
a. Keadaan sosial ekonomi
Pada umumnya masyarakat bekerja sebagai petani, pedagang,
karyawan swasta, petani, Pegawai Negeri Sipil, berkebun (kopi, palawija,
buah-buahan). Masyarakat masih bersifat tradisional yang didominasi oleh suku
Batak. Itulah sebabnya jemaat di Distrik XVI Humbang Habinsaran ini masih
mengutamakan kegiatan adat daripada gereja.
b. Keagamaan
Penduduk 90 % memeluk agama Kristen, Islam 10 %, Hindu – Budha 10 %.
c. Pendidikan
Secara nasional tingkat pendidikan masyarakat Indonesia
masih rendah. Dapat dilihat dari data BPS tahun 2009. Angka partisipasi sekolah
SD adalah 97,95, SMTP 85,43, SMTA 55,05 dan pendidikan tinggi 12,66. Padahal
tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat kemiskinan suata daerah. Salah satu
langkah untuk mengeluarkan masyarakat desa dari tingkat kemiskinan adalah
dengan memperbaiki mutu pendidikan masyarakat. Semakin banyak masyarakat desa
yang memiliki pengetahuan maka akan semakin jauh masyarakat dari tingkat
kemiskinan. Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan dengan meningkatkan
kuantitas dan kualitas pendidikan penduduk. Minimnya media menyebabkan motivasi
masyarakat desa untuk melanjutkan pendidikan rendah. Maka dari itu perlu
dilakukan perubahan pola berpikir masyarakat bahwa pendidikan itu penting.
Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan pembukaan taman bacaan
di setiap desa.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Kehadiran Aliran tertentu yang menantang eksistensi gereja
- Adanya kepercayaan pada kuasa hadatuon dan Beguganjang.
- Universitas UNITA tidak terbuka terhadap pelayanan marturia kepada mahasiswa yang dilayani oleh gereja.
- Sistem masyarakat tradisional menyebabkan mereka lebih mengutamakan kegiatan adat daripada kegiatan gereja.
- Maraknya masalah kemiskinan dan ketertinggalan
- Adanya kesenjangan ekonomi di dalam masyarakat yang seringkali mengakibatkan kecemburuan sosial.
2. Peluang
- Tantangan akan kehadiran aliran Karismatik dan kepercayaan okultisme sangat relevan untuk dijangkau oleh program marturia/sasaran penginjilan
- Keberadaan Universitas UNITA dapat dijangkau oleh pelayanan marturia khususnya di bidang biro outreach dengan cara melakukan pendekatan kepada pimpinan lembaga.
- Keinginan untuk mengutamakan adat merupakan peluang marturia karena adanya keinginan masyarakat untuk bersekutu. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan persekutuan secara marga atau kategorial usia
- Masalah kemiskinan dapat diatasi dengan cara melakukan kerja sama dengan pemerintah untuk melakukan sebuah kegiatan pengembangan masyarakat sebagai sarana bermarturia.
C.
PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
2.
Melakukan
Kebaktian kebangunan rohani secara bergilir pada setiap ressort di distrik XVI
Humbang Habinsaran
3.
Melakukan
pelatihan penginjilan pribadi kepada pelayan penuh waktu, parhalado dan
kemudian pelayan akan melanjutkan kepada jemaatnya.
4.
Menempatkan
pelayan yang khusus melayani mahasiswa UNITA
5.
Mendorong
pemerintah untuk membangun ekomoni rakyat terlebih masyarakat marjinal.
6.
Mengadakan
kebaktian keluarga pelayan sekali dalam sebulan
7.
Mengadakan
pelatihan musik gereja, song-leader,
dirigent dan koor
8.
Mengadakan
pelayanan ke lembaga pemasyarakatan/ penjara
9.
Memberikan
seminar tentang Marturia kepada seluruh pelayan gereja
10.
Mendirikan
pos-pos pelayanan sending di wilayah yang belum terjangkau pelayanan gereja.
16.Distrik XVII INDONESIA BAGIAN TIMUR
A. LATAR BELAKANG
Distrik XVII IBT berdiri pada tanggal 23 Oktober 1993.
Distrik ini terdiri dari 18 ressort dan 101 huria. Setengah dari persada tanah
air adalah Indonesia Bagian Timur, yaitu: Irianjaya, Bali, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan serta Irianjaya. Semua daerah ini adalah
sangat sulit untuk dijangkau. Jarak yang sangat jauh antara Irianjaya ke Banjarmasin misalnya,
membuat sangat sukar untuk membuat peta penginjilan, dan sulit untuk melakukan
penginjilan.
a. Keadaan sosial ekonomi
Di distrik IBT ini ada tiga daerah yang menjadi kawasan
industri, yaitu: Gresik, Kediri dan Surabaya. Dan banyak
anggota jemaat yang bekerja sebagai buruh di pabrik. Kesibukan dalam bekerja
sebagai buruh membuat para anggota jemaat sulit untuk bertemu, bisa saja mereka
dapat bertemu hanya pada waktu pesta.
b. Keagamaan
Di wilayah Timur, kekristenan adalah agama utama, 8% dari
populasi adalah pengikut. Bali Hindu membentuk sekitar 2%, dari populasi, Budha
1% dan Animisme 1%.
Namun Ada beberapa daerah di Distrik IBT yang belum tersentuh
oleh Injil. Daerah Mukomuko misalnya, ada jemaat HKBP 50 kk yang sudah 10 tahun
tinggal di daerah ini, tapi mereka belum pernah dilayani.
c. Pendidikan
Persentase
penduduk berusia 10 tahun keatas yang buta huruf di daerah pedesaan (11,05
persen) hampir tiga kali lipat lebih besar dibandingkan daerah perkotaan (4,39
persen). Di daerah perkotaan mulai kelompok umur 10 - 14 tahun sampai dengan
kelompok umur 25 - 29 tahun persentase penduduk yang buta huruf sudah dibawah 1
persen, sedang di derah pedesaan berkisar antara 1,54 persen sampai dengan 2,77
persen pada kelompok umur yang sama. Masih cukup tingginya persentase penduduk
10 tahun keatas yang buta huruf sangat dipengaruhi oleh tingginya persentase penduduk buta huruf usia 40 tahun keatas.
Penduduk
yang berumur 5 tahun ke atas pada tahun 2005 dengan status masih sekolah
sebesar 24,50 persen dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 64,91 persen sedang
untuk yang tidak atau belum pernah sekolah sebesar 10,59 persen. Hasil Susenas
2005 juga menunjukkan bahwa penduduk yang masih bersekolah pada kelompok umur
10 - 14 tahun mempunyai persentase paling tinggi. Sementara itu, untuk penduduk
yang belum atau tidak pernah sekolah paling tinggi persentasenya pada kelompok
umur 5 - 9 tahun
Program wajib belajar 6 tahun
dan 9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai program
pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan
kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang tangguh, yang siap bersaing di era
globalisasi. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian
kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan, terutama
penduduk kelompok usia sekolah (umur 7 - 24 tahun).
B. TANTANGAN DAN PELUANG
Tantangan yang dihadapi ketika melakukan PI yaitu peraturan
pemerintah, orang daerah, kelompok mayoritas-minoritas. Jauhnya domisili
sehingga tidak bisa dijangkau.
Di daerah Jawa pegunungan Tengger, mereka tidak menganut
salah satu agama namun bila di depan TV mereka sangat baik bahkan melebihi orang-orang yang sudah beragama. Begitu juga
dengan suku Badui di Jawa Barat mereka tidak menganut satu agama namun selalu
bersikap baik.
Di samping itu di Jawa Timur dan di daerah Surabaya ada tradisi harus berpakaian Hijau
dan disebutlah itu daerah Hijau (Islam).
Peluangnya adalah adanya tempat yang sudah pernah dilayani
namun tidak dilanjutkan lagi.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Melihat
luasnya daerah pelayanan Distrik IBT maka perlu dibentuk pos-pos sending di
daerah-daerah tertentu, di Gresik, Kediri
misalnya, dan di Mukomuko. Dan itu sudah dimulai dengan mendirikan pos
pelayanan di Surabaya
yaitu “pondok benono” sebagai pos pelayanan beribadah untuk memberitakan Injil.
Hal yang sama dapat dilaksanakan di tempat-tempat tertentu di mana terdapat
jemaat HKBP.
2.
Disamping
itu perlu juga untuk membuka pelayanan ke penjara, Rumah Sakit, atau
tempat-tempat sosial yang membutuhkan PI.
3.
Mengingat
banyaknya mahasiswa, dan buruh di distrik ini, maka perlu diprogramkan
juga membuat pelayanan ke mahasiswa dan
buruh.
Kepersonaliaan
Untuk
mendukung pelayanan ini maka perlu ditambah kepersonaliaan, baik untuk pendeta
mahasiswa, maupun buruh.
17.Distrik XVIII JABARTENGDIY
A. LATAR BELAKANG
Jemaat-jemaat HKBP yang berada di provinsi Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian besar provinsi Jawa Barat dimekarkan
oleh Distrik Jawa-Kalimantan mejadi sebuah distrik dengan nama Distrik Jabartengdiy
(Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Peresmian distrik ini
berlangsung tanggal 4 September 1995. Distrik ini terdiri dari 15 ressort, 1
persiapan ressort, 38 huria dan 4 pos pelayanan. Jemaat yang pertama berdiri di
distrik ini adalah jemaat HKBP Bandung, di mana kebaktian pertama diadakan
tanggal 16 Juni 1935 di Sekolah Kristen H.I.S. (Hollandse Indische School) di Jalam Pasirkaliki Bandung. Ketika itu
para pemuda Batak berdatangan ke Pulau Jawa, sebagian untuk melanjutkan studi,
dan sebagian lagi untuk mencari pekerjaan menjadi pegawai negeri, karyawan
swasta, pengusaha dan tentara.
a. Keadaan sosial ekonomi
Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini
menganut budaya Jawa yang sudah mulai mengalami perkembangan. Sejak masa
kerajaan Mataram, agama Islam telah berkembang, sehingga kebudayaan Jawa
berkembang secara menyeluruh. Hasil-hasil budaya yang timbul merupakan
perpaduan antara kebudayaan lokal, yakni Hindu, Budha serta kebudayaan Islam.
Masuknya Belanda sebagai penjajah turut mempengaruhi kehidupan masyarakat Jawa
maupun Kraton. Sebagai konsekuensinya budaya Jawa juga terpengaruh oleh budaya Barat.
Sifat kegotong-royongan masih
menjadi ciri dari masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sementara bagi
masyarakat yang tinggal di perkotaan sifat kegotong-royongan ini sudah semakin
pudar dan bergeser ke arah sifat yang individualis. Setiap anggota masyarakat
sudah disibukkan dengan pekerjaan dan kehidupannya masing-masing, sehingga
interaksi sosial di antara mereka sudah semakin berkurang.
b. Keagamaan
Mayoritas masyarakat beragama Islam. Tetapi secara umum,
kehidupan beragama di Daerah Istimewa Yogyakarta nampak berjalan secara
harmonis, serasi dan seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari kegairahan
masyarakat beragama untuk berperan aktif dalam menyukseskan program pembangunan
bidang agama khususnya, dan program pembangunan nasional pada umumnya. Pendekatan
para tokoh dan pemuka agama untuk memberikan motivasi lewat jalur agama telah
menunjukkan karya nyata serta menumbuhkembangkan kehidupan beragama yang lebih
semarak, sehingga di masa-masa mendatang, Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan
akan dapat mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupan berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat.
c. Pendidikan
Pada awalnya, sistem kemasyarakatan (orang Jawa) secara garis besar
terstratifikasi atas priyayi yang terdiri dari keluarga bangsawan, pegawai
negeri dan kaum terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut wong cilik,
seperti petani, tukang-tukang dan pekerja kasar lainnya. Namun seiring dengan
perkembangan masyarakat, stratifikasi sosial masyarakat yang semula
terstratifikasi dalam beberapa lapisan tersebut semakin memudar. Kondisi ini
didukung oleh perkembangan tingkat pendidikan yang cukup pesat, di mana semakin
banyak orang yang dapat mengenyam pendidikan yang semakin tinggi.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
Situasi
jemaat-jemaat di distrik ini berbagai ragam, yakni:
· Jemaat yang memiliki banyak mahasiswa, sehubungan sejumlah
kota terkenal sebagai kota-kota pelajar dengan perguruan tinggi ternama seperti
ITB, Unpad, Undip, UGM, UNS, UPI, Unpar, Unsoed, dsb. Banyak warga jemaat dari
Bona Pasogit yang menyekolahkan putra-putrinya di perguruan-perguruan tinggi
tersebut, di samping keluarga-keluarga dari jemaat di daerah tersebut yang
memiliki anak menimba studinya di sana.
· Jemaat yang memiliki banyak warga yang pekerjaannya
membungakan uang, antara lain di Cikampek, Purwakarta, Bandung, Pekalongan, dll.
· Jemaat yang memiliki banyak warga yang bekerja sebagai buruh
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Prioritas
program penginjilan adalah pelayanan rohani di kalangan mahasiswa, buruh dan
rentenir.
2.
Dibutuhkan
adanya kebaktian alternatif.
3.
Penyusunan
tata ibadah ibarat restoran: dimasak dalam dapur yang sama tetapi rasanya
beraneka ragam.
4.
Para
penatua perlu dihimbau untuk menyetujui ibadah alternatif. Sejumlah anak-anak
HKBP, tetapi tidak memasuki HKBP.
5.
Pelayanan
rohani kepada warga yang bekerja sebagai rentenir bukan dimaksudkan supaya
mereka menghentikan kegiatan selaku rentenir, melainkan supaya mereka
memperingan beban bunga dari para peminjam dan supaya kasih Kristus menjadi
landasan utama dalam menentukan besarnya bunga uang.
6.
Di
Pantura banyak warga HKBP yang datang dari Bona Pasogit, sehingga perlu
memperhatikan penginjilan bagi mereka. Kalau penginjilan seperti ini diabaikan
tidak mustahil warga itu akan mudah berpaling dari iman Kekristenan.
18.Distrik XIX JAKARTA 2
B.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan keputusan Sinode Godang -56 HKBP di Seminarium
Sipoholon, ditetapkanlah Distrik XIX Jakarta 2 pada tahun 2002. Distrik ini
terdiri dari 33 ressort, 2 persiapan ressort dan 71 huria, 1 pos pelayanan.
Distrik Jakarta 2 mencakup, Jakarta Selatan, Depok- Bogor-Sukabumi, Jakarta
Timur, Bekasi-Krawang, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan
Tangerang- Banten.
a. Keadaan
sosial ekonomi
Struktur masyarakatnya adalah campuran modern dan
tradisional primordial. Modern karena daerah ini adalah daerah sub-urban atau
satelit dari Jakarta
di mana tempat bermukim penduduk dengan strata sosial menengah atas dengan
tingkat pendidikan yang cukup baik.
Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan
pusat bisnis dan keuangan. Di samping Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, kantor-kantor pusat perusahaan nasional banyak
berlokasi di Jakarta. Saat ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Jakarta.
Dari sisi umat Kristen khususnya warga Batak, struktur
sosialnya terdiri dari sosial menengah, atas dan edukatis dan masyarakat kelas
starata sosial bawah. Strata sosial menengah adalah pekerja-pekerja dan
professional yang bekerja di Jakarta
sedangkan sosial bawah adalah perantau langsung dari Tapanuli dengan profesi
supir, pekerja pabrik, tambal ban, dan pedagang kecil tidak menetap.
b. Keagamaan
Agama yang dianut oleh penduduk beragam, 84,4% Islam, 6,2%
Protestan, 5,7% Katolik, 1,2% Hindu, 3,5% Budha. Terdapat sejumlah besar tempat
peribadatan untuk masing-masing agama.
c. Pendidikan
Sebagian besar masyarakat berpendidikan
SMA/Aliyah/SMEA yaitu sebesar 20.94 % dan SMP/MTs sebesar 18,07%. Ternyata
banyak juga sebesar 11,5 % yang tidak sekolah dan 2,63% berpendidikan S2/S3.
Apabila di perinci per jenis kelamin maka untuk kelompok usia ≥ 5 tahun maka
grafik batang berikut dapat memperlihatkan gambarannya.
C. TANTANGAN
DAN PELUANG
- Tantangan
Pelayanan bidang marturia Distrik XIX Jakarta 2 adalah
pelayanan yang penuh tantangan, mengingat wilayah Jakarta Timur dan Bekasi kota
serta Kabupaten yang cukup luas dan merupakan salah satu wilayah terpadat di
Jabotabek. Sulitnya pemukiman dan ekonomi membuat para pemuda-pemudi mengontrak
satu rumah dan hidup dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan. Banyak perempuan
yang tidak menikah. Di samping itu juga seringnya mereka memakai hari Minggu
untuk bekerja sebab uang lembur pada hari Minggu sangat menggiurkan.
- Peluang
Peluangnya, banyaknya Gereja di Distrik XIX Jakarta 2 di
mana terdapat 32 ressort dan 2 persiapan ressort dengan jumlah huria 68 gereja.
Di samping itu adanya jemaat, evanggelis yang memberikan perhatian yang serius
di dalam pelayanan ini dengan memberikan fasilitas untuk rumah doa.
D. PROGRAM
PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Program
yang dilaksanakan adalah dengan memberdayakan warga jemaat dengan mendorong
setiap jemaat untuk mampu mencari dan membawa kembali minimal satu jiwa. Untuk
itu maka perlu dilaksanakan pelatihan, memperlengkapi jemaat melalui metode
penginjilan EE (Evanggelis Explosion).
2.
Mengadakan
pelayanan ke rumah sakit, rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan, dan
kunjungan ke instansi-instansi.
3.
Pendirian
rumah doa di tempat-tempat pemukiman.
4.
Mengadakan
pelayanan ke terminal-terminal.
5.
Mengadakan
pelayanan pastoral melalui perkunjungan.
6.
Membuat
pelayanan kepada mahasiswa, buruh, marginal dan kaum profesional.
7.
Membuat
pusat rehabilitasi untuk penyakit narkoba.
Kepersonaliaan
Melihat
luasnya pelayanan, sudah perlu ditempatkan pelayan yang khusus melayani buruh,
mahasiswa, kaum professional dan marginal.
19.Distrik XX KEPULAUAN RIAU
A. LATAR BELAKANG
HKBP Distrik Kepulauan Riau merupakan salah satu distrik
yang berdiri berdasarkan Keputusan Sinode Godang HKBP 30 September s.d. 4
Oktober 2002 selaku pemekaran dari Distrik Sumbagsel. Distrik ini terdiri dari
10 ressort dan 46 huria.
Distrik ini terbagi dalam dua sentra pelayanan, yakni:
a.
Sentra
Tanjung Pinang, yang mencakup Resort Tanjung Balai Karimun, Resort Tanjung
Uban, Resort Tanjung Pinang dan Resort Singapura.
b.
Sentra
Batam, yang mencakup Resort Batam, Resort Barelang, Resort Batu Aji Lama,
Resort Mahanaim, Pers. Res. Estomihi Bengkong dan Per.Res. Palmarum Sekupang
a. Keadaan Sosial Ekonomi
Secara geografis provinsi Kepulauan Riau
berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia dan Vietnam yang
memiliki luas wilayah 251.810,71 km² dengan 96 persennya adalah perairan dengan
1.350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota provinsi
Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur
lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat
internasional serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar.
Potensi di bidang peternakan
difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam dan ternak kambing yang
umumnya masih dilaksanakan oleh peternakan kecil. Hampir diseluruh wilayah
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan
pertanian dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan
sektor yang strategis terutama di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun dan Kota
Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi,
gambir, nenas serta cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di
Kabupaten Kepulauan Riau dan Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan
sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit.
b. Keagamaan
Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat
ialah agama Islam. Guna mengarahkan kehidupan beragama untuk
amal dan kepentingan bersama telah tersedia tempat-tempat
ibadah menurut agama yang dianut baik yang dibangun oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan dari Kanwil
Departemen Agama menunjukkan bahwa pada tahun 2008 di Provinsi Riau (diluar
Provinsi Kepulauan Riau) terdapat 5 229 mesjid dan 783 gereja.
c. Pendidikan
Berhasil atau tidaknya pembangunan
suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin
maju pendidikan berarti akan membawa berbagai
pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang kehidupan. Demikian
pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan
senantiasa banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
Pulau Batam adalah sentra industri dan sentra seksual. Orang
Batak di Batam dari segi jumlah menempati peringkat ke 3 (27 %), sedangkan yang
lainnya adalah suku Jawa, Melayu, Flores, dll.
70 % warga jemaat bekerja di industri. Sebahagian dari antara mereka merasa
di”force” bekerja dengan dalih “over time”, sementara penggajian tidak sesuai
dengan harga kebutuhan sehari-hari. Banyak perusahaan besar di Batam ditutup.
Akibat kesulitan ekonomis rumah-tangga, akhir-akhir ini banyak anggota jemaat
yang pulang kampung. Batam bagi sebagian penghuninya dipandang sebagai “daerah
perbudakan” . Terdapat sejumlah kawasan gubuk-gubuk liar di Batam, misalnya di
Muara Takus, dan kebanyakan penghuninya orang Batak. Penjual koran juga
kebanyakan orang Batak. Pulau Batam menempati peringkat ke 2 di tanah air dalam
bursa seks.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pelayanan
rohani bagi para buruh industri merupakan prioritas pokok di distrik ini,
karena sebagian besar anggota jemaat mempunyai profesi sebagai buruh. Pendeta
khusus untuk buruh sangat dibutuhkan di Batam. Untuk itu dibuka jaringan
pelayanan rohani kepada para buruh dengan memanfaatkan waktu istirahat di
antara jam-jam kerja di setiap hari Jumat.
2.
Di
disrik ini perlu dilakukan peningkatan keterampilan berkhotbah untuk para
pelayan dan anggota jemaat yang merasa terpanggil melakukan pembinaan-pembinaan
rohani.
3.
Distrik
Kepri dikenal sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata), misalnya Lobam dan Lagoi di
resort Tanjung Uban. Pelayanan rohani di lapangan pariwisata dibutuhkan di sana. Di Kepri yang
dibutuhkan bukan lagi hanya ‘pendeta mimbar’, melankan juga pendeta untuk
kebaktian di tepi pantai.
4.
Pelayanan
rohani ke penjara yang diisi dengan kebaktian dan percakapan pastoral dengan
para warga binaan di LP. Juga diadakan perkunjungan ke rumah-rumah sakit
terutama mengintensifkan pastoral care
kepada para pasien.
5.
Pelayanan
kepada masyarakat marjinal, yakni para anggota keluarga penghuni ‘ruli’ (rumah
liar), anak jalanan, penjual koran, pengamen, tukang semir, tukang parkir, dsb.
6.
Disamping
itu diadakan pula pelayanan kepada warga jemaat yang belum jelas identitas
keanggotaannya di jemaat. Sejumlah keluarga yang berdatangan dari Bona Pasogit
belum mendaftarkan diri ke jemaat-jemaat, sehingga mereka ini perlu dilayani
gereja.
7.
Seminar-seminar
iman dan KKR yang berdimensi Zending menjadi program penginjilan yang sesuai
dengan keadaan distrik ini. Disana
juga diprogramkan untuk mendirikan Panti Asuhan/Rehabilitasi.
8.
Sehubungan
dengan berdiriya sejumlah perguruan tinggi di Batam, maka sudah mendesak juga
adanya penempatan pendeta mahasiswa disana.
9.
Program
yang sedang mencakup juga pembekalan dan pelatihan bagi dirigen koor dan song-leader. Pembenahan dan pengklasifikasian warna musik serta
pembenahan fasilitas musik gerejawi yang dipergunakan dalam kebaktian setiap
jemaat di distrik ini.
10.
Perlu
menindaklanjuti program penginjilan ke Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan.
Di kepulauan tersebut jumlah orang Batak Kristen yang ditempatkan di sana dalam berbagai
profesi semakin besar, namun medannya yang sulit dilalui transportasi laut
menjadi kendala.
11.
Pelayanan
rohani di Resort Singapore
membutuhkan perhatian yang tersendiri, karena selain melayani warga jemaat
penuh, dilayani juga ratusan orang pelaut yang berlabuh di Singapore dan mengikuti kebaktian Minggu di HKBP
Singapore.
12.
Selain
itu banyaknya tenaga kerja Indonesia di Singapore membuat jemaat itu menambah
volume penginjilannya. Huria pagaran Resort Singapore sekarang ini terdiri dari
HKBP Klang Selangor dan HKBP Johor Baru memiliki warga jemaat yang sebagian
besar terdiri dari para tenaga kerja di berbagai negara bagian di Semenanjung
Malasya. Penjajakan pembukaan pos-pos penginjilan bagi warga jemaat yang
bekerja dan bertempat tinggal di berbagai negara bagian lainnya di Malasya
menjadi prioritas.
20.Distrik XXI JAKARTA-3
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXI Jakarta 3
berdiri pada tanggal 24 September 1995. Distrik ini terdiri dari 22 ressort, 2
persiapan ressort, 54 huria dan 1 pos pelayanan. Pada bulan April 2009, ke tiga Praeses telah mengangkat dan melantik
Pengurus BKS Marturia HKBP se Jabodetabek. Setelah buku pedoman pelayanan BKS
Marturia ini disahkan, ke tiga praeses membentuk Pengurus wilayah kerja
Marturia di distrik masih-masing. Di Jawa kalimantan ada wilayah kerja Jakarta
Selatan dan Wilayah kerja Bogor-Depok. Di Jakarta 2 ada wilayah kerja Jakarta
Timur dan wilayah kerja Bekasi. Di Jakarta 3 ada wilayah kerja Jakarta Pusat,
wilayah kerja Jakarta Utara, wilayah kerja Jakarta Barat dan wilayah kerja
Tangerang-Banten. Wilayah kerja berkoordinasi dengan Kabid Marturia dan BKS
Marturia.
a.
Keadaan sosial ekonomi
Pada
umumnya daerah ini didiami oleh masyarakat dari berbagai suku seperti Sunda
sebanyak 32,85%, orang Jawa-Madura (25,4%), Betawi (22,9%), Tionghoa
(10,1%), Minangkabau (2,1%), Sumatera Selatan (2,1%), Batak (1,0%), Sulawesi Utara (0,7%), Melayu (0,7%), Sulawesi Selatan (0,6%), Maluku dan Irian (0,4%), Aceh (0,2%), Banjar (0,2%), Nusa Tenggara Timur (0,2%), Bali (0,1%), dan keturunan asing lainnya (0,6%).Masalah sosial yang sering muncul di daerah ini adalah
kriminalitas, kemiskinan, kemacetan, stress karena interaksi sosial yang
individualistic dan gaya
hidup yang konsumerisme. Hal ini didukung oleh banyaknya pusat perbelanjaan dan
iklan-iklan. Keadaan ekonomi warga HKBP berada pada tingkat menengah ke bawah.
Mata pencaharian berupa: Pengusaha wiraswasta, PNS, pedagang (asongan),
penempel ban, supir angkutan, pekerja angkutan darat-laut-udara, politisi.
b.
Keagamaan
Masyarakat di daerah ini pada umumnya
beragama Islam yakni sebanyak 84,4%, sedangkanKristen Protestan 6,2 %, Katolik
5,7 %, Hindu 1,2 %, dan Buddha 3,5 %. Dalam
tubuh kekristenan sendiri banyak aliran kharismatik dan banyaknya umat Islam
yang berdakwah ke rumah-rumah penduduk.
c.
Pendidikan
Pendidikan
warga HKBP adalah SMU ke atas, banyak universitas baik negeri dan swasta di
distrik ini. Mahalnya biaya pendidikan formal di daerah Jakarta ini tidak mematahkan semangat warga
HKBP untuk tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana. Walaupun pada
kenyataannya, masyarakat dengan ijazah strata 1 sangat sulit untuk mendapat
pekerjaan.
B. TANTANGAN
DAN PELUANG
- Tantangan
Tugas Marturia terutama Pekabaran Injil (sending) mengalami
kemunduran yang luar biasa beberapa dekade belakangan ini, diakibatkan oleh
banyak faktor – terutama karena fokus pada pembangunan fisik dan organisasi,
dan juga akibat krisis internal. Sementara itu, dunia mengalami perubahan yang
luar biasa dengan kehadiran alat dan arus informasi yang canggih dalam era
globalisasi, yang membuat perubahan yang sangat cepat, dan salah satunya adalah
dalam sikap keberagamaan dan spiritualitas manusia. Beberapa aliran Kristen
yang baru nampaknya lebih cepat tanggap akan keadaan ini. Akibatnya, warga kita
banyak yang eksodus. Tetapi lebih berat lagi dengan kehadiran Islam aliran
keras yang acap memaksakan syariat dan berdirinya negara Islam. Dakwah mereka
begitu gencar, dari pintu ke pintu, dengan cara halus atau “memaksa”. Pengaruh
mereka sudah merambah hampir seluruh sendi kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia.
Menghadapi semua ini, tidak bisa tidak, kita harus bangun
dari tidur dan segera berbenah dan memperlengkapi diri melakukan tugas
Marturia, terutama penginjilan dengan serius.
- Peluang
Peluangnya, banyaknya Gereja di Distrik XXI Jakarta 3 di
mana terdapat 22 ressort dan 2 persiapan ressort. Di samping itu sudah banyak
warga jemaat saat ini yang peduli dengan pelayanan dan memberikan fasilitas
untuk kebutuhan pelayanan.
C. PROGRAM
PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pahehehon
Tondi Sending
Usaha
pahehehon tondi sending sangat diperlukan saat ini. Metodenya adalah dengan
membagikan tulisan-tulisan tentang Marturia, terutama penginjilan, yang diharapkan berguna membangkitkan tondi
sending ini.
2.
Bekerja
sama dengan BKS Marturia serta Wilker Marturia di Distrik dengan kerjasama ini
semakin banyak pelayanan yang bisa dijangkau secara teratur dan optimal
3.
Mengadakan
Pelayanan Rumah Sakit
Untuk pelayanan ke Rumah Sakit perlu dilakukan pembekalan.
4.
Pelayanan
Penjara dan Rumah Tahanan
Pelayanan Penjara di Cipinang, bagian Umum dan Bagian
Narkotika, penjara di Bulak Kapal Bekasi, penjara di Salemba sudah dapat
dilayani secara rutin sedikitnya sekali sebulan. Dilayani secara bergantian
oleh huria-huria yang dikoordinasikan BKS dan Wilker. Demikian juga dengan
Rumah Tahanan (Rutan), terutama di Rutan Polda Metro Jaya (Umum dan Narkotika).
5.
Mempersiapkan kurikulum untuk mendirikan Sekolah Alkitab di Penjara mengingat
narapidana itu tinggal disana untuk jangka waktu yang relatif panjang.
6.
Pelayanan
Anak Jalanan, Pedagang Asongan, Penempel Ban, Supir Angkutan.
7.
Mengadakan
Rumah Singgah, yang menjadi tempat pelatihan keterampilan kerja bagi
mereka, bekerjasama dengan pemerintah.
8.
Pelayanan
Buruh
9.
Program
membawa kebaktian
Kepada mereka yang tidak bisa/mau datang ke kebaktian sudah
mulai dilaksanakan. Dengan program ini diharapkan, ruas HKBP yang malas atau
tidak bisa mengikuti kebaktian di gerea pada hari Minggu dengan segala macam
alasan, akan dapat dijangkau, atau dapat merasakan kebaktian itu di sela
kesibukannya.
10.
Pelayanan
bagi Isteri Pelaut
Khususnya di daerah pelabuhan Tanjung Priok.
11.
Peningkatan
Ekonomi.
Meningkatkan ekonomi lemah
bekerja sama dengan kabid diakonia dengan mendirikan Credit Union
Modifikasi (CUM).
12.
Pelatihan
Penginjil dengan metode Evangelism Explosion
(EE)
Pelatihan ini adalah merupakan usaha memotivasi dan
memperlengkapi warga jemaat memberitakan Injil Kristus dalam hidup
sehari-harinya.
13.
Mendorong
huria-huria menangani satu wilayah pelayanan sending seperti P.Rupat, Enggano,
dll. Sangat baik bila Departemen Marturia cq Biro Sending mencari “ladang yang
siap dituai” kemudian diserahkan kepada Praeses Distrik XXI Jakarta-3, cq Kabid
Marturia, yang kemudian diserahkan kepada salah satu atau beberapa huria untuk
menanganinya.
14.
Lokakarya
musik liturgi
Dilaksanakan untuk memperlengkapi para pemusik dan song-leader tentang teologia penyembahan
dan musik dalam liturgi HKBP. Dan akan dilaksanakan pelatihan keterampilan
dirigent dan pemusik.
- Menyusun modul-modul pelayanan untuk Mahasiswa, Penjara, Politisi, Advokat, Marjinal, dll.
- Melakukan pelayanan kepada politisi (warga Kristen terutama HKBP) di DPR Pusat, DPRD DKI, Tangerang, Depok, Banten, dan Bekasi, yaitu dengan pertemuan rutin (tiga hingga empat bulan sekali). Tujuannya agar HKBP bisa memperlengkapi mereka dan berbagi informasi. Namun belum ada jawaban dari Pimpinan HKBP.
15.
Program
CBC (Cari, Bawa pulang, dan Cegah pergi).
Program ini merupakan usaha intensip dalam penginjilan ke
dalam. Yaitu mencari ruas yang tidak aktip atau “terhilang”, yang jumlahnya
sekitar 40 % (belum pernah ada penelitian). Kemudian membawa mereka agar
kembali aktip dalam persekutuan huria, serta mencegahnya agar tidak ‘terhilang’
lagi. Program ini membutuhkan tim terpadu di huria, dengan program yang terarah
dan terintegrasi. Dibutuhkan lebih banyak ‘relawan-relawan’ dari ruas yang
terpanggil.
16.
Memberdayakan
para Evangelis, yang berdomisili di wilayah Jabodetabek.
Kepersonaliaan
Menempatkan
pendeta yang khusus melayani buruh, mahasiswa, kaum marginal dan professional.
21.Distrik XXII RIAU
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXII Riau berdiri pada Tahun 2002 berdasarkan
keputusan Sinode Godang-56 di Seminarium Sipoholon. HKBP Distrik Riau terdiri
dari 40, 1 persiapan ressort, 311 huria dan 29 pos pelayanan yang berada di
wilayah Propinsi Riau.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Kehidupan
meliputi kegiatan bertani, berkebun, beternak, pertambangan (minyak dan
batubara), Nelayan laut, berdagang/pengusaha, karyawan, Pegawai Negeri
Sipil/Militer dan “nomaden” (bnd. Suku asli). Suku Melayu adalah suku mayoritas
yang mendiami Propinsi Riau.
b. Keagamaan
Penduduk
mayoritas menganut agama Islam. Dan selainnya menganut agama Kristen (
Protestan, Katholik, Pentakosta, Advent), Hindu, Budha dan Aliran Kepercayaan.
Sebagai agama mayoritas, kementerian Agama juga berbasis nilai-nilai Islami
dengan beberapa aturan yang sejalan dengan syariat Islam.
c. Pendidikan
Pada
umumnya masyarakat sudah mengecap pendidikan di tingkat SMU. Hanya saja terjadi
kesenjangan antara pendidikan di desa dan di kota. Hal ini dapat dilihat dari kuantitas
guru pendidik, mobilisasi guru pendidik ke daerah, dan kurangnya sarana
prasarana pendidikan yang menunjang kualitas pendidikan. Di beberapa sekolah,
siswi diharuskan memakai ‘jilbab’ baik Muslim maupun non-Muslim, disamping
sedikitnya guru Agama Kristen yang mengajar di daerah ini.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Fanatisme sekelompok masyarakat mayoritas, gerakan Karismatik/Pentakosta dan perubahan politik yang cukup berarti mempengaruhi pola pergaulan masyarakat terutama otonomi daerah.
- Belum maksimalnya upaya dan daya-juang gereja melakukan tugas panggilannya di tengah wilayah penuh tantangan ini.
- Kurangnya kerjasama antar ressort/huria/jemaat dalam menghadapi/mengatasi tantangan yang dihadapi karena lebih sibuk mengurus urusan sendiri-sendiri.
2.
Peluang
· Masih luasnya lahan Penginjilan ke dalam maupun ke luar.
· Mulai tumbuh dan berkembangnya kesadaran bersama menghadapi
dan atau mencari solusi atas tantangan yang sedang dihadapi dan yang diprediksi
akan terjadi (bnd.diskusi terbatas atas evaluasi hal-hal dan yang diprediksikan
akan terjadi).
· Masih terbuka luas peluang pengembangan pelayanan
berspesialisasi.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1. Mengembangkan pemahaman, kesadaran dan perilaku bersending–PI
bagi pelayan/majelis dan warga Jemaat melalui pelatihan/pemberdayaan Sending–PI
Pribadi, sampai 10 tahun ke depan terbentuk Tim Pelatih/Pengajar Distrik yang
memadai secara kwantitatif dan kwalitatif menjangkau seluruh
Ressort/Huria/Lingkungan di Wilayah Distrik XX II
Riau.
2.Meneruskan dan mengembangkan
pewarisan nilai-nilai bersending kepada anak Sekolah Minggu melalui guru-guru
Sekolah Minggu yang berkwalitas. (Program ini dapat di capai melalui Pesta
Rohani Anak, Pelatihan bersending sejak dini bagi anak Sekolah Minggu dan
Pelatihan khusus guru-guru Sekolah Minggu).
3.
Memulai
dan mengembangkan website Distrik menjadi media penunjang Sending–PI
4.
Mengadakan
pelatihan Penulisan/Media bagi warga, majelis/pelayan berminat, khusus :
Artikel, berita, renungan populer dan kisah lain untuk dihimpunkan menjadi
tenaga-tenaga penyedia bahan serta pengelola administrasi website Distrik.
5.
Memulai
dan mengembangkan kerjasama Ressort/Huria dalam menopang kebutuhan pelayanan Sending–PI bagi wilayah dan atau
Pos Sending–PI HKBP yang berdomisili di wilayah Distrik Riau. Dalam Proses 10
Tahun ini diharapkan Pos Sending HKBP yang ada (Pulau Rupat, Bengkalis/Selat
Panjang/Meranti, Trans. Pasir Pangarayan, Air Molek/Indragiri Hulu/Pelelawan)
dimandirikan dan pos yang baru (Pangkalan Kerinci, Kandis, Indragiri Hilir, Kepulauan di Selat
Malaka dan lain-lain) dapat dilayani.
6.
Meningkatkan
Pelayanan yang memadai bagi Mahasiswa, Buruh/Karyawan, berbagai profesi lain
dengan ibadah, diskusi, seminar dan
pengorganisasian yang sesuai.
22.Distrik XXIII LANGKAT
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXIII Langkat berdiri pada Tahun 2002 berdasarkan
keputusan Sinode Godang-56 di Seminarium Sipoholon. Saat ini, distrik ini
terdiri dari 14 Ressort dan 69 huria. Penduduknya berasal dari suku Jawa 55%,
Melayu 20%, Karo 10%, Toba 7%, yang lainnya adalah Cina. Wilayah pesisir timur
Sumatera Utara yang memiliki panjang pantai 545 km berhadapan langsung dengan
Selat Malaka. Kabupaten Langkat, terletak antara 3014’ – 4013’ LU dan 97052’ –
98045’ BT. Secara topografi, Kabupaten Langkat berada pada dataran rendah/rawa,
bukit-bukit bergelombang dan dataran tinggi pada sisi barat Bukit Barisan
dengan ketinggian 0 – 1200 meter di atas permukaan laut.
Distrik ini juga meliputi HKBP
ressort Langsa dan ressort Lhoksemawe, keduanya berada di provinsi NAD. Kedua
ressort tersebut berlokasi di Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten aceh Utara dan
Aceh Tengah.
a.
Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduknya berasal dari suku Jawa 55%, Melayu 20%, Karo
10%, Toba 7%, yang lainnya adalah Cina. Sektor pertanian mempunyai potensi yang
strategis bagi pembangunan di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara, karena
tanahnya subur dan cocok untuk komoditas tanaman pangan, hortikultur dan
tanaman perkebunan. Hutan mangrove yang membentang dari pantai utara Kabupaten
Langkat ke daerah pantai selatan. Mangrove terluas terdapat di Kabupaten
Langkat (35.000 Ha), tetapi sebagian besar berada dalam kondisi rusak. Demikian
besarnnya potensi di wilayah pesisir Kabupaten Langkat tentunya membutuhkan
sumber daya manusia dan kelembagaan yang baik untuk dapat dikelola dikembangkan
sehingga memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat.
Di daerah kabupaten Aceh Tengah terdapat gereja HKBP
Takengon. Jemaat HKBP sekitar 60 kk, Khatolik 30 kk dan GMI 10 kk, dan lainnya
adalah beragama Islam. Daerah Takengon
adalah ibukota kabupaten Aceh Tengah yang berada di poros Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD). Bagian Utara berbatasan dengan Kab. Bener Meriah dan
Kab.Bireuen, sebelah Selatan berbatasan dengan Kab.Nagan Raya dan Kab.Gayo
Lues, Timur berbatasan dengan Kab. Aceh Timur, Barat berbatasan dengan Kab.
Pidie. Selain lokasinya yang berada di poros Aceh, Takengon memiliki sejumlah
obyek wisata yang tidak ada di tempat lain. Salah satu obyek wisata yang
terkenal di Takengon adalah Danau Laut Tawar, satu-satunya danau luas di NAD
yang diapit oleh perbukitan. Dalam hal wisata alam, ada omongan orang yang
bilang bahwa belum lengkap berkunjung ke NAD jika belum sampai ke danau ini.
Penduduknya sebagian besar berasal dari suku Gayo. Adapun mata pencaharian
masyarakat Aceh Tengah adalah dalam bidang pertanian, kopi menjadi komoniti
terbesar, dari 51.854,7 hektar lahan pertanian di sana 47.854,7 hektar di
gunakan untuk lahan kopi sedangkan petani yang terdata 32.694 orang. Produksi
petani di Aceh Tengah menghasilkan 10.090 hektar/tahun. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa kehidupan ekonomi cukup mamadai.
Di samping itu, ada sebuah tempat/wilayah yang terisolir di
Aceh Selatan yaitu Melapo. Di tempat itu terdapat penduduk yang umumnya
beragama Kristen. Tetapi tidak ada sebuah bangunan gereja melainkan rumah
jemaat dijadikan tempat beribadah/kebaktian. Tempat ini sudah mendapat sentuhan
pelayanan dari pelayan gereja HKBP namun tidak dapat sepenuhnya dirangkul oleh
HKBP.
b.
Keagamaan
Penduduknya
mayoritas beragama Muslim, sebagian kecil Kristen protestan dan katolik, serta
Hindu dan Budha. Gereja HKBP cukup banyak di daerah perbatasan yakni Langkat
Hilir, Teluk Aru dan Besitang, selebihnya hanya 1-4 huria saja. Hal ini
dikarenakan sulitnya akses perizinan membangun rumah ibadah.
c.
Pendidikanbb
Jemaat
HKBP pada umumnya sudah mengecap pendidikan di jenjang SMU. Universitas yang
ada di distrik ini adalah universitas yang dikelola pihak swasta, oleh
karenanya masyarakat yang ingin melanjut ke tingkat sarjana harus merantau ke Medan atau Banda Aceh.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
- Pengaruh fanatisme dari sekelompok orang yang tidak menginginkan kekristenan di tanah Langkat.
- Sikap dari sejumlah orang yang menolak berdirinya bangunan gereja di beberapa tempat.
- Adanya pengaruh dari pemerintahan di beberapa daerah tingkt II yang tidak memasukkan dana bantuan gereja di dalam APBD.
- Pemerintah pun kurang mengikutsertakan orang-orang Kristen di Kabupaten Langkat dalam kegiatannya.
- Terdapat daerah pedalaman yang sulit dijangkau oleh pelayanan gereja seperti Melapo
2. Peluang
- Melalui forum BKAG (Badan Kerja sama Antar Gereja) umat Kristen bersama-sama berpeluang menyuarakan suara nabiah di Kabupaten Langkat. Secara khusus HKBP distrik Langkat saat ini sedang membangun terobosan-terobosan/mengembalikan jati diri HKBP melalui Jubileum 150 tahun HKBP.
- Diharapkan adanya kerjasama dengan pemerintah secara khusus untuk mengadakan kegiatan gereja di distrik Langkat.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pekabaran
Injil secara internal yaitu kepada kategorial mulai dari sekolah minggu,
remaja/pemuda, kaum Ama, kaum ina, dan Lansia.
2.
Bekerja
sama dengan kabid koinonia untuk mengembangkan kesaksian di tengah peribadahan
3.
Melakukan
kerja sama dengan kabid diakonia untuk menciptakan kesaksian hidup melalui
pekerjaan sehari-hari/ profesi dan talenta.
4.
Pembinaan
song-leader, dirigent dan musik
gereja
5.
Pelatihan
bersending sejak dini kepada Anak Sekolah Minggu
6.
Pembinaan
kepada pelayan tentang pemahaman hidup bermarturia
7.
Pelayanan
kepada buruh yang ada di wilayah perkebunan
23.Distrik XXIV TANAH JAWA
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXIV Tanah Jawa berdiri pada Tahun 2002 berdasarkan
keputusan Sinode Godang-56 di Seminarium Sipoholon. Distrik ini terdiri dari 10
ressort dan 64 huria. Wilayah Distrik XXIV Tanah Jawa berada di dua Kabupaten
yaitu Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan, terdiri dari 10 Ressort dan 63
Huria.
a. Keadaan
Sosial Ekonomi
Penduduknya
berasal dari etnis Toba 65%, Jawa 15%, Simalungun 7.5%, Karo 5%, dan 7.5%
lainnya berasal dari etnis Melayu, China, Aceh, dll.
Sebagian besar penduduknya adalah Petani dan 85% dari warga jemaat distrik ini berasal dari bidang pertanian itupun sebagai penyewa; 15 % lainnya bekerja sebagai PNS, swasta, memiliki lahan sawit sendiri, karyawan perkebunan (PTPN) dan pedagang di pasar.
Sebagian besar penduduknya adalah Petani dan 85% dari warga jemaat distrik ini berasal dari bidang pertanian itupun sebagai penyewa; 15 % lainnya bekerja sebagai PNS, swasta, memiliki lahan sawit sendiri, karyawan perkebunan (PTPN) dan pedagang di pasar.
b. Keagamaan
Mayoritas
memeluk agama Kristen (70%), Islam (25%), Budha dan lain-lainya (5%). Dalam tubuh Kristenan
sendiri, ada beberapa denominasi antara lain Protestan (HKBP, GKPI,HKI,GKPS),
Katolik dan Adventis, walaupun banyak denominasi namun gereja-gereja tersebut
bekerjasama di dalam naungan BKAG yang membuat program-program yang bersifat
oikumenis.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan warga jemaat, khususnya kaum bapak, ibu
dan Lansia kebanyakan masih sampai tingkat SLTP, khususnya pelayan non-tahbisan sehingga tidak memadai
untuk mengajarkan kepada jemaat mengenai kehidupan berjemaat. Belakangan ini
warga jemaat (pemuda/i) sudah sampai tingkat SLTA bahkan kuliah di luar kota dan sudah ada
yang merantau untuk mencari pekerjaan.
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
· Warga jemaat tidak rajin (kurang berminat) mengikuti ibadah
di hari Minggu dan di ibadah lingkungan. Khusus mengenai kebaktian lingkungan
ada kebiasaan yang salah dari warga jemaat yakni seorang jemaat mau hadir dalam
kebaktian lingkungan di rumah jemaat lainnya, jika yang punya rumah hadir dalam
kebaktian di rumahnya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa warga jemaat kurang
memahami hidup ber-gereja/berjemaat.
· Kurangnya perhatian jemaat dalam mendukung pelayanan gereja
dalam hal moril maupun material. Khusus mengenai materi (dana), jemaat malas
memberikan persembahan bulanan/tahunan. Warga jemaat juga kurang berminat
memiliki Bibel / Alkitab. Keadaan yang seperti ini bukan karena warga jemaat
tidak mempunyai uang tetapi keinginan yang tidak ada. Hal tersebut dapat
dilihat dari kehidupan kaum bapak dan kaum muda (Naposo) yang sering di kedai
(lapo) minum tuak dan makan tambul (makanan pendamping tuak biasanya daging)
yang tentunya membutuhkan uang.
· Kurangnya SDM parhalado (sintua) dalam menjelaskan Firman
Tuhan kepada warga jemaat pada saat kebaktian lingkungan. Demikian juga menerangkan
tanggungjawab sebagai warga jemaat yang baik.
· Kehadiran Gereja Kharismatik dengan ibadah yang bersemangat
sangat menarik perhatian warga jemaat.
2.
Peluang
· Mata Pencaharian yang memadai
· Kaum ibu masih rajin bergereja dan mengikuti kegiatan gereja
lainnya.
· Warga jemaat masih mau mengikuti kegiatan adat, artinya
mereka masih mau bersekutu.
· Adanya dua daerah yaitu: PARBUTARAN dan PENAMPUNGAN yang
masyarakatnya banyak yang beragama Kristen (suku Batak) tetapi belum tersentuh
pelayanan gereja.
C.
PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Melakukan
pembinaan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
2.
Pelatihan
Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan
secara terus menerus.
3.
Mendirikan
pos-pos pelayanan di tempat yang belum tersentuh pelayanan gereja.
4.
Meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat bekerjasama dengan Diakonia.
Kebutuhan
Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
5.
Pembinaan
Warga Jemaat mengenai kehidupan bergereja yang dilakukan secara rutin.
6.
Mengadakan
Seminar Injil dan Adat / Budaya.
7.
Mengirim
pelayan penuh waktu yang memiliki keahlian, khususnya di bidang pertanian.
24.Distrik XXV JAMBI
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXV Jambi berdiri pada tahun 2002 dan berada
di Propinsi Jambi. Distrik XXV Jambi saat ini terdiri dari 8 (delapan) Ressort
dan 42 huria dan 10 pos pelayanan yang tersebar di berbagai tempat di seluruh
Propinsi Jambi. Kegiatan Konven Pelayan Full Timer dilaksanakan hanya 2 bulan
sekali di Ressort atau pun Huria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan jarak di setiap ressort yang sangat berjauhan. Kantor Distrik XXV
Jambi misalnya dengan HKBP Ressort Muara Bungo membutuhkan waktu +/- 5 jam
perjalanan.
a.
Keadaan Sosial Ekonomi
Jemaat yang berada di Distrik XXV Jambi pada
umumnya bekerja sebagai wiraswata. Bisa dikatakan rata-rata penduduk bermata
pencaharian sebagai pedagang, mekipun banyak dari antara masyarakat yang
menjadi pegawai negeri dan pegawai swasta. Masyarakatpun memperoleh hasil
ekonomi dari berkebun Kelapa Sawit dan Karet. Memang kondisi alam di Propinsi
Jambi sangat cocok untuk mengusahakan kebun Kelapa Sawit dan Karet. Selain itu
jemaat juga bekerja sebagai Pegawai Negeri/BUMN, Pegawai Swasta, Petani.
b.
Keagamaan
Propinsi Jambi adalah daerah di pesisir timur di
bagian tengah pulau Sumatera. Propinsi Jambi termasuk daerah suku melayu dengan
bahasa melayu sebagai bahasa daerah. Oleh sebab itu sebagian besar penduduk di
Propinsi Jambi memeluk agama Islam sekitar 98,4%.
Meskipun demikian para pendatang seperti suku Batak memeluk agama Kristen (atau sekitar 1,1%), dan diikuti
oleh penduduk lainnya yang beragama Budha (sekitar 0,36%) serta agamaHindu (sekitar 0,12%).
c.
Pendidikan
Pada umumnya masyarakat Jambi
berpendidikan rendah, lebih dari 50% yang hanya tamat SD, dan sedikit yang
bertitel sarjana. Kualitas pendidikan di Jambi juga masih sangat rendah, hal
ini dikarenakan kurangnya kualitas dan kapabilitas guru-guru pengajar dalam
memenuhi standar kompetensi nasional.
B.
TANTANGAN DAN PELUANG
1.
Tantangan.
· Jarak yang sangat jauh antar Ressort di
Distrik XXV Jambi, menjadi kendala tersendiri ketika menjalani Program Marturia
Distrik XXV Jambi.
· Tantangan dari saudara umat Muslim yang masih
menomorduakan Kristen, sehingga Pelayanan di Pos Pengijilan pun kadang
mengalami hambatan dari umat Muslim. Misalnya kebebasan mengadakan ibadah
minggu.
· Selain itu jemaat pun masih belum memahami
dengan lengkap pelayanan Marturia Distrik XXV Jambi.
2.
Peluang.
· Dengan banyaknya jemaat HKBP yang merantau di
daerah Perkebunan Jambi, maka semakin banyak pula komunitas jemaat yang perlu
mendapat pelayanan gereja. Oleh sebab itu Pos Penginjilan semakin ditingkatkan
sebagai perpanjangan tangan gereja.
· Selain itu rasa kebersamaan jemaat HKBP yang
tinggal di daerah perantauan (Jambi) perlu dibanggakan. Oleh sebab itu semangat
kebersamaan dalam menjalankan ibadah pun cukup meningkat. Di sinilah peluang
Program Marturia agar penginjilan itu tetap ditumbuhkan dalam kehidupan
bersama.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Pelatihan
Musik Gerejawi Untuk Remaja dan Naposobulung.
Pada tahun 2007 pernah dilaksanakan pelatihan musik untuk Remaja dan
Naposobulung. Dengan tujuan agar terciptanya ibadah alternative khusus bagi
anak Remaja dan NHKBP.
2.
Pelayanan
Kepada Suku Anak Dalam (Orang Kubu).
Salah satu program Marturia Distrik XXV Jambi tahun 2007 ialah
pelayanan kepada Suku Anak Dalam. Tetapi belum terlaksana dikarenakan minimnya
SDM dan sulitnya menemukan orang kubu yang sudah terpencar.
3.
Mengisi
Khotbah dan Koor di Stasiun TVRI Jambi.
Program Distrik XXV Jambi tahun 2010 ialah mengisi acara kebaktian di
TVRI Jambi. Dalam kebaktian ini juga dikumandangkan lagu koor dari paduan suara
tiap gereja HKBP di Distrik XXV Jambi.
4.
Membentuk
Pos Pelayanan PI di HKBP Distrik XXV Jambi.
Tahun 2010 telah terdapat Pos Pelayanan PI di Distrik XXV Jambi
sebanyak 10 Pos Pelayanan yang ditanggungjawabi tiap ressort. Adapun Pos
Pelayanan PI sebagai berikut:
*) HKBP Ressort Jambi.
- Pos PI Petaling di
perbatasan Jambi dengan Palembang.
- Pos PI Bahar dan
sekitarnya di Sungai Bahar.
*) HKBP Ressort Bangko.
- Pos PI Pemusiran Dalam di
wilayah Sarolangun (dilayani Cln Pdt J. Siagian, S.Th)
- Pos PI Samaran di Wilayah
sarolangun (dilayani oleh Cln Pdt J. Siagian, S.Th)
*) HKBP Ressort Tanjung Jabung.
- Pos PI Tembilahan
(dilayani Cln Pdt Nelson Sirait)
- Pos PI Pematang Lumut
*) HKBP Ressort Tebo Wiroto Agung.
- Pos PI HPH Km. 18
- Pos PI Pademangan Lubuk
Madrasah
*) HKBP Ressort Tungkal Ulu.
- Pos PI Sungai ari,
Kampung Rambutan
*) HKBP Ressort Kebun Kelapa
- Pos PI Sengeti
5.
Melaksanakan
Ibadah Alternatif.
Tantangan dari gereja Karismatik kepada Remaja dan Napoobulung ialah
ibadah gereja Karismatik yang sudah menggunakan band. Dengan fenomena ini maka
Remaja dan Naposobulung merasa
tertarik beribadah di gereja Karismatik. Oleh sebab itu sudah saatnya
diterapkan ibadah di gereja HKBP khusus nya Distrik XXV bagi kaum Remaja dan Naposobulung, menggunakan ibadah dengan
alat musik band.
25.Distrik XXVI LABUHAN BATU
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXVI Labuhan Batu berdiri pada tahun 2004. Distrik
ini terdiri dari 20 Ressort dan 187 huria yang berada di wilayah Kabupaten
Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan dan Labuhan Batu Utara.
Daerah
ini terletak di 10 26” – 20 11” LU dan 910 01”-950
53” BT.
a.
Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk
Labuhan Batu mayoritas bersuku Batak dengan jumlah sekitar 45,50 persen dari
total penduduk sesuai sensus 2005 lalu. Suku Jawa 44,83 persen, Melayu 3,85
persen, Minang 0,81 persen dan Aceh 0,21 persen dan lainnya 4,80 persen.Masyarakatnya
hidup sebagai : Petani, Peternak, Perkebun, Nelayan Laut, Pengusaha/Pedagang,
Karyawan, Pegawai Negeri Sipil / Militer,
Pelaut dan Perajin/Keterampilan souvenir laut. Daerah ini sangat
potensial dalam pertanian, perikanan, perkebunan dan industri.
b. Keagamaan
Agama
yang hidup di daerah ini : Islam, Kristen (Protestan, Katolik, Pentakosta,
Advent), Hindu, Budha dan Aliran Kepercayaan. Agama Islam adalah agama
mayoritas di daerah ini, namun banyak dari warga baik yang telah beragama Islam
acap sekali melakukan ilmu kebatinan.
c. Pendidikan
Dalam
bidang pendidikan, pemerintah kabupaten Labuhan Batu berkomitmen untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan madrasah. Hal ini dilakukan
dengan melatih guru-guru pengajar yang semuanya beragama Islam (sekitar 90%
sekolah madrasah di labuhan batu), demikian juga dengan Universitas yang
berdiri juga bercorak Islam yakni Universitas Islam Labuhan Batu (UNISLA).
Sehingga jemaat Kristen memiliki peluang kecil dalam mendapat pendidikan yang
memenuhi standar kompetensi.
B.
TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
· Gerakan “Kharismatik” Kristen dan Fundamentalis Islam.
· Penyebaran
penganut Agama Kristen
dari “Bonapasogit” dan
“parserahan” yang tidak terjangkau pelayanan Gereja sebelumnya.
· Persentase yang mengikuti secara sungguh-sungguh kegiatan
Gerejawi dan pola hidup Kristiani yang belum memadai (bnd.dibawah 60%) karena
terkontaminasi lingkungan dan alasan lain.
· Kekurangleluasaan
Gereja melakukan misi
sesuai dengan visinya karena
terhalang oleh sistem sosial Perkebunan Swasta.
2.
Peluang
- Masih luasnya lahan/wilayah sasaran bersending-Penginjilan baik kedalam (internal) maupun keluar (eksternal).
- Ada gejala makin timbulnya kesadaran dari warga, majelis/pelayan akan tantangan yang sedang dihadapi sehingga terdorong untuk mencari jalan keluar mengatasi masalah.
- Belum maksimalnya diadakan pelatihan, pemberdayaan, dan penyadaran bergereja, berpola hidup secara iman Kristiani.
- Makin berkembangnya rasa kekerabatan adat yang dapat membuka pintu masuk Pelayanan.
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.
Mengadakan
dan meningkatkan Pelatihan bersending bagi Warga, Majelis/Pelayan terutama
dalam hal musik Gereja, song-leader,
Konseling (Pra-Nikah dan perkunjungan rumah tangga), Liturgi/Ibadah
Kontekstual, Koor Gereja dan Kebaktian Lingkungan.
2.
Pelatihan/Pembinaan
bersending-PI bagi Guru Sekolah dan Guru Sekolah Minggu untuk mengantisipasi
“keterceceran” generasi muda yang tidak dapat bersekolah (bnd.karena
berdomisili di daerah terpencil perkebunan dan belum ada Sekolah Formal di
sana), bekerjasama dengan Distrik dan atau Biro Sending-PI Kantor Pusat HKBP.
3.
Mengadakan
pendekatan dan kerjasama dengan tokoh masyarakat/warga dalam upaya membangun
pemahaman bersama akan tantangan yang dihadapi dan peluang yang dimiliki. hingga
diperoleh kesempatan untuk duduk bersama, memahami bersama dan melangkah
bersama-sama.
4.
Meningkatkan
kegiatan Pelatihan bersending pribadi baik warga secara kategorial, Majelis dan
Guru Sekolah Minggu.
No comments:
Post a Comment