Sunday, 19 March 2017

STRATEGI PEKABARAN INJIL HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN 2011-2021



STRATEGI
PEKABARAN INJIL
HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN2011-2021





Departemen Marturia/ Kantor Pusat HKBP
Pearaja Tarutung
STRATEGI PEKABARAN INJIL
HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN
TAHUN 2011-2021

1. PENDAHULUAN

1.1. Pengertian

Rancang Bangun Pekabaran Injil Huria Kristen Batak Protestan (RBPI-HKBP) ini menggambarkan arah dan peta pelayanan PI HKBP secara komprehensif, mendasar dan terpadu. RBPI-HKBP ini merupakan bahan yang akan menjadi pedoman bagi organ-organ pelayanan HKBP untuk mewujudkan tujuan HKBP sebagaimana termaktub dalam Aturan dan Peraturan HKBP (2002) Pasal 8 dan Pasal 9. Dalam RBPI-HKBP juga dipaparkan pilihan program dan kegiatan yang dapat dilakukan HKBP dalam bidang PI pada periode 2011-2021.
                                                                           
1.2. Maksud dan Tujuan                             

Maksud menyusun RBPI-HKBP Tahun 2011-2021 adalah untuk memetakan arah tugas pelayanan yang paling sesuai dan serasi bagi organ-organ PI HKBP.
Adapun tujuan RBPI-HKBP adalah sebagai landasan konseptual dalam melaksanakan dan mengarahkan program PI pada semua lingkup pelayanan HKBP dalam kurun waktu sepuluh tahun (2011-2021).

1.3. Landasan dan Sumber Materi

RBPI-HKBP ini disusun berlandaskan: Alkitab, Konfessi HKBP, Aturan dan Peraturan HKBP (2002),  Keputusan-Keputusan Sinode Godang  HKBP, Laporan Pimpinan dan Praeses HKBP.
Sumber-sumber materi atau bahan RBPI-HKBP adalah hasil refleksi dan analisis atas pergumulan, pengalaman, dan pemikiran yang tumbuh dan berkembang di HKBP hingga hari ini yang mengemuka dalam berbagai pertemuan formal dan rapat, antara lain: Rapat Pimpinan, Rapat Praeses, Rapat Majelis Pekerja Sinode, Sinode Distrik, dan secara khusus Tahun Marturia HKBP 2008, Seminar “PI/Missi dalam Konteks Masyarakat Majemuk” pada 15 Januari 2009 di Pematangsiantar, Lokakarya PI pada 12 Maret 2009 di Pematangsiantar dan Lokakarya PI pada 23-25 Maret 2009 di Tornauli Parapat. Materi atau bahan tersebut dihimpun dan diolah suatu tim yang dikoordinasi oleh Kepala Biro PI/Sending HKBP.


2. ANALISIS KONTEKS PI HKBP

2.1. Problematika PI HKBP

Program PI HKBP selama ini pada dasarnya masih kental diwarnai pemahaman Sending Eropa pada abad 19 di tanah Batak. Dalam bingkai pemahaman tersebut, program PI HKBP cenderung berorientasi pada upaya mengkristen mereka yang masih belum menjadi Kristen. Argumentasi teologis yang dianut adalah Matius 28:19-20.
Atas dasar itu, pola dan strategi PI HKBP difokuskan untuk menjangkau suku-suku bangsa di daerah tertentu yang belum menjadi Kristen. Dalam sejarah HKBP tercatat bahwa PI HKBP melayani suku Mentawai di Pulau Mentawai; suku Melayu di Pulau Enggano, Sengoi - Malaysia Barat; suku Akit di Bengkalis dan Pulau Rupat, suku bangsa Batak Toba yang masih menganut Parmalim di Parhitean dan Panamean Sampuara – Toba Samosir, Janji Marrapot – Samosir; suku Jawa di Medan, Palembang dan Pangkalan Lunang Tanjung Leidong; warga transmigran di Pasir Pangarayan, Airmolek, Rengat – Indragiri.
Program PI HKBP di Pulau Mentawai menjadi cikal bakal berdirinya Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM) sebagai suatu denominasi gereja di Indonesia. Di Pulau Enggano telah berdiri suatu gereja PKPE dan di daerah Medan berdiri Gereja Kristen Jawa (GKJ) tapi secara struktural berada dalam naungan HKBP.
Suku dan daerah sasaran PI tersebut di atas menunjukkan bahwa program PI HKBP merupakan suatu usaha HKBP untuk melaksanakan tugas mewartakan Injil dan membangun gereja di antara suku  bangsa dan daerah yang belum percaya kepada Kristus. Dengan demikian pola dan strategi PI HKBP merupakan PI eksternal.  Pengutamaan PI eksternal di HKBP tercermin pula dari slogan Tahun Marturia HKBP 2008: “Boan sadanari tu Jesus!”
Dalam program PI internal, HKBP juga menghadapi problematika dalam hal pendekatan kultural. Karena dalam program PI HKBP kepada suku bangsa yang dipandangnya sebagai sasaran PI berlangsung interaksi antara dua budaya. Yakni antara budaya maupun tradisi HKBP dengan budaya warga sasaran PI. Dalam proses perjumpaan tersebut, budaya Batak dan tradisi HKBP sangat dominan sehingga mengemuka apa yang disebut dengan “meng-HKBP-kan”. Artinya budaya Batak dan tradisi HKBP diterapkan sebagai model agar warga sasaran PI mempedomani dan berasimilasi terhadap budaya maupun tradisi HKBP. Kondisi sedemikian itu, mengindikasikan bahwa program PI HKBP tidak mengutamakan akulturasi Injil dalam konteks budaya warga sasaran PI dan boleh jadi pula PI HKBP relatif tidak memiliki perspektif multikultural.
Dengan berkonsentrasi pada PI internal, ditengarai bahwa PI HKBP nyaris tidak memberi perhatian terhadap PI internal. Padahal program PI HKBP terselenggara dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk atau plural. Dalam konteks pluralitas masyarakat Indonesia, PI HKBP juga diperhadapkan dengan berbagai aspek kehidupan seperti demokrasi, hak-hak azasi manusia (HAM), kesetaraan di depan hukum, kesetaraan jender, kebebasan dan sebagainya. Selain aspek berdimensi politik, PI HKBP juga mengemban tugas untuk merespon masalah-masalah sosial, ekonomi dan budaya.
Tuntutan untuk merespons problema kehidupan tersebut merupakan konsekuensi dari perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dan perkembangan industri dalam berbagai bidang, misalnya, telah mengkondisikan banyak warga jemaat HKBP maupun warga masyarakat untuk menggeluti atau menekuni bidang tertentu. Misalnya sebagai guru, dokter, pengacara, pengusaha dan lain-lain. Mereka inilah yang kerap disebut sebagai kaum profesional. Pada saat yang sama muncul pula warga gereja dan masyarakat yang bekerja sebagai buruh, pengamen, pemulung dan sebagainya. Mereka ini kerap dinilai sebagai kaum marginal di tengah kemajuan zaman.
Pelayanan kepada kaum profesional dan kaum marginal kerap dikategorikan sebagai agenda PI internal yang selama ini justru kurang mendapat perhatian dari pelayanan HKBP. Dalam upaya untuk mengakselerasi PI internal, organ-organ PI HKBP ditantang untuk membarui paradigma dengan mengakomodasi amanat Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada seluruh makhluk (Markus 16:15).

2.2. Potensi dan Kondisi PI HKBP

Di tengah problematika tersebut di atas, PI HKBP memiliki beragam potensi sebagai bekal dasar dalam melaksanakan tugas panggilannya.  Bekal dasar dimaksud mencakup: (a) Warga jemaat dan pelayan memiliki sumber daya yang cukup variatif dan potensial serta bersedia memberi kontribusi mendukung program PI sebagai donatur; (b) organ pelayanan yang defenitif yang secara khusus menangani PI yaitu Biro PI; (c) potensi-potensi material berupa aset dan fasilitas; (d) hubungan kemitraan dengan jemaat-jemaat lokal (huria marsadasada) maupun dengan gereja dan badan/lembaga lain.
Semua potensi tersebut merupakan bekal yang sangat penting untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan PI HKBP. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa potensi dimaksud masih belum terkelola secara efektif dan efisien. Perhatian HKBP dalam bidang PI terbilang relatif masih rendah, hal ini terindikasi dari alokasi dana yang disediakan. Tenaga pelayan PI, misalnya, tidak mendapat tunjangan khusus tetapi tabel biaya hidup yang diterima sama dengan pelayan jemaat di daerah yang tidak lagi dkategorikan sebagai daerah PI. Para pelayan yang menjadi tenaga pelayan PI juga tidak terlebih dahulu memperoleh pembinaan agar memiliki perspektif sosiologis-antropologis tentang warga sasaran PI.
Kegiatan pelayanan yang lebih menonjol di daerah PI cenderung sebatas kegiatan verbal, ritual dan seremonial-liturgikal saja. Kalaupun ada pelayanan yang berdimensi diakonia cenderung karitatif dan belum menekankan pendekatan transformatif atau pemberdayaan masalah sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Padahal kondisi kehidupan warga sasaran PI secara umum terjerat akar-akar kemiskinan struktural dan membutuhkan program pemberdayaan.
Kondisi PI internal sedemikian itu dikemukakan oleh warga maupun pelayan PI yang kini berada pada 23 pos PI yang tersebar di 6 daerah yaitu Pasir Pangarayan, Air Molek Indra Giri, Bengkalis – Selat Panjang, Pulau Enggano, Pulau Rupat. Hal ini menunjukkan bahwa paradigma pelayanan holistik masih belum terintegrasi dalam pola pelayanan PI HKBP. Sementara apa yang disebut sebagai PI internal relatif masih belum mendapat perhatian khusus dalam program PI HKBP.

2.3. Memetakan PI HKBP

Problematika yang dihadapi PI HKBP maupun potensi dan kondisi yang dialaminya pada masa kini mengisyaratkan suatu keharusan agar HKBP segera berbenah untuk mengintegrasikan PI eksternal dan internal. Selain tetap menunaikan PI eksternal dengan giat merengkuh jiwa-jiwa bagi Kristus, PI HKBP juga mengemban tugas untuk memberi perhatian kepada mereka yang selama ini tidak terjangkau oleh pelayanan gereja.
Dalam kaitan itu, PI HKBP ditantang untuk menjawab: Bagaimanakah PI HKBP di tengah pergerakan dan perubahan zaman? Apakah PI HKBP selama ini telah menjalankan fungsi dan karyanya secara bertanggungjawab? Bagaimanakah arah PI yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosiologis dan teologis?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, PI HKBP niscaya harus melakukan rancang bangun atau merekonstruksi model dan strategi serta orientasinya. Untuk dapat mengupayakan rancang bangun PI berarti diperlukan suatu pemetaan yang dapat menjawab apa dan bagaimana realitas PI HKBP pada masa kini dan hendak ke mana PI HKBP pada masa depan. Artinya, model rancang bangun PI HKBP lahir dari dialog kritis dan kontruktif dengan konteks masa kini dan masa depan.


Pemetaan sedemikian bukanlah merupakan resep untuk mensukseskan PI, tetapi dari pemetaan dimaksud bisa didapatkan gambaran spesifik tentang posisi dan arah PI HKBP. Sebuah peta memiliki fungsi yang memungkinkan siapapun yang terlibat dalam pengembangan PI dapat mengetahui di mana karyanya berdiri dalam kaitan dengan keseluruhan usaha PI HKBP. 
Dengan memetakan PI HKBP semua pihak dapat menggunakannya sebagai sarana untuk mencapai dua maksud penting: orientasi dan evaluasi. Fungsi orientasi adalah menolong setiap orang maupun kelompok menemukan di mana dia berada dalam keseluruhan proses pemantapan PI HKBP. Fungsi evaluasi, yang berkembang berdasarkan fungsi orientasi, adalah membantu menegaskan kekuatan dan kelemahan sertai peluang dan tantangan dalam apa yang telah dilakukan. Fungsi evaluasi ini selalu disertai suatu kesadaran bahwa keadaan-keadaan yang ideal jarang sekali terjadi. Tetapi upaya untuk mencapainya harus diupayakan secara konsisten dan berkesinambungan. 
Untuk dapat memetakan PI HKBP dilakukan suatu analisis diri secara kritis dengan menggunakan metode SWOT agar dengan demikian diperoleh deskripsi kekuatan dan kelemahan PI HKBP pada tataran internal maupun peluang dan tantangan PI HKBP pada tataran eksternal. 

2.3.1. Kekuatan dan Kelemahan

2.3.1.1. Anggota Jemaat

No

Kekuatan

Kelemahan
1.
Jumlah anggota jemaat sebagai subyek dan sasaran PI sangat banyak dan menyebar.
-      Belum ada database yang mengkategorikan  anggota jemaat sebagai subyek PI dan anggota jemaat sebagai sasaran PI.
-      Belum ada database yang mengklasifikasi karakteristik daerah-daerah yang didiami anggota jemaat sebagai subyek maupun sebagai sasaran PI.
2.
Sebagian anggota jemaat telah memperlihatkan komitmennya untuk mendukung program PI antara lain dengan menjadi donatur.
-        Terdapat sejumlah besar potensi anggota jemaat yang belum berpartisipasi secara optimal bagi pengembangan program PI internal maupun eksternal.
-        Terdapat anggota jemaat yang memandang PI sebagai tugas HKBP secara institusional bukan sebagai tugas personal orang percaya.
3.
Anggota jemaat semakin majemuk dalam berbagai aspek kehidupan.
-   Kemampuan menghargai perbedaan masih terbatas.
-   Perbedaan-perbedaan yang ada masih potensial menjadi sumber konflik.
-   Perspektif multikultural belum menjadi paradigma berpikir dalam hidup bermasyarakat.
-   Jemaat-jemaat belum cukup memberi perhatian yang memadai untuk melayani kaum profesional dan kaum marginal.
4.
Anggota jemaat yang menghadiri ibadah-ibadah secara umum semakin meningkat.
-    Pemahaman dan penghayatan mengenai amanat memberitakan Injil kepada semua makhluk relatif masih belum merata.
-    Ada kesenjangan antara ibadah ritual dengan praktik hidup sehari-hari.
-    Kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi masih sebatas tindakan karitatif.
5.
Kaum muda dalam jemaat (anak-anak, remaja, pemuda dan mahasiswa) merupakan jumlah terbesar
-  Pola pelayanan yang dikembangkan sering tidak menumbuhkembangkan perhatian dan partisipasi kaum muda terhadap PI internal maupun eksternal.



2.3.1.2. Konsepsi dan Tradisi

No

Kekuatan

Kelemahan
1.
HKBP sebagai produk PI sejak semula telah melaksanakan PI dan telah memiliki institusi PI sejak tahun 1899.
- Pemahaman teologi PI masih didominasi pola dan strategi misionaris pada abad 19 di tanah Batak.
- Programnya cenderung terfokus pada PI internal dan nyaris belum menggiatkan PI internal.
- Program PI relatif belum mandiri karena masih kerap terbentur dana danmasih tergantung pada bantuan donor dari dalam maupun luar negeri.
2.
HKBP memiliki Konfessi sebagai doktrin iman; memiliki Aturan dan Peraturan, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP) sebagai pedoman kehidupan bergereja; HKBP memiliki rumusan Tata Liturgi (Agenda) untuk ber-bagai pelayanan ibadah.

- Pemahaman tentang isi dokumen-domuken tersebut belum merata.
- Terdapat kecenderungan bersikap legalistik-formalistik dan menyalahkan pihak lain dengan memutlakkan doktrin sendiri (partikularistik)
- Dokumen-dokumen tersebut kerap dipedomani tetapi yang berkembang justru sikap eksklusifisme.
3.
Ritual keagamaan dan pene-laahan Alkitab terselenggara semakin semarak dan meluas.
Pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab orang percaya cenderung terbatas untuk mengurusi kepentingan jemaat tempat di mana ia terdaftar sebagai anggota.
Hakikat gereja sebagai tubuh Kristus (1 Korintus 12:12-31) relatif belum berkembang.
4.
Kuatnya ikatan kultural di kalangan warga HKBP
Ikatan kultural belum dimanfaatkan secara optimal dalam menumbuhkembangkan partisipasi dalam bidang PI internal maupun eksternal.
5.
Keterlibatan dalam gerakan oikumenis tetap terselenggara.
-Hubungan oikumenis cenderung dipandang sebagai hubungan organisatoris.
- Sebagian anggota jemaat HKBP memiliki rasa superioritas terhadap anggota gereja lainnya.
- Hubungan dengan penganut agama lain kadang-kadang disertai suatu prasangka

2.3.1.3. Pelayan dan Kepemimpinan

No

Kekuatan

Kelemahan
1.
Jumlah pelayan tahbisan yang melayani penuh waktu dalam bidang PI cukup besar.
-  Belum ada pelayan tahbisan penuh waktu yang memiliki kompetensi khusus dan profesional dalam bidang PI.
- Disiplin ilmu yang dimiliki tenaga pelayan dalam bidang PI terkonsentrasi pada teologi semata, masih belum disertai pengetahuan sosiologi dan antropologi.
 - Jabatan gerejawi sering ditonjolkan sebagai simbol status/kedudukan sosial dan cenderung memandang warga sasaran PI lebih rendah.
- Terdapat pelayan tahbisan yang mengkons-truksi stigma negatif atas kebiasaan warga sasaran PI.
2.
Potensi dan talenta pelayan PI cukup beragam dan dapat saling melengkapi dalam memantapkan pelayanan.
- Keragaman potensi dan talenta pelayan PI belum dikelola secara efektif dan efisien.
- Masih sangat kurang tenaga pelayan yang berinisiatif untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan.
- Pola dan strategi pelayanannya cenderung menerapkan tradisi HKBP.
- Masih rendah kemampuan untuk menggali model-model pelayanan sesuai dengan kearifan lokal dan kultur yang dimiliki warga sasaran PI.
- Terdapat anggapan menjadi tenaga PI sebagai lapangan kerja ketimbang sebagai dedikasi.
- Proses rekrutmen belum terselenggara berdasarkan mekanisme yang tertata secara profesional.
3.
Sebagian besar pelayan PI berusia muda, secara khusus pendeta.
-   Ada persepsi yang menganggap melayani di daerah PI lebih rendah daripada melayani di daerah yang bukan lagi dikategorikan sebagai daerah sasaran PI.
-   Kurang memperoleh apresiasi dan dukungan finansial khusus dari HKBP.
4.
Cukup banyak tenaga pelayan PI yang berusia muda dan potensial menjadi pemimpin.
- Perencanaan pengembangan kepemimpinan dalam bidang PI belum terlaksana secara strategic.
- Kurang tersedianya dana pengembangan sumber daya pelayan berusia muda.
5
Jumlah perempuan yang menjadi pendeta HKBP semakin bertambah.
-   Partisipasi pendeta perempuan dalam bidang PI masih rendah.
-   Pendeta perempuan cenderung menolak menjadi pelayan PI dengan berbagai alasan.


2.3.1.4. Organisasi dan Kelembagaan

No

Kekuatan

Kelemahan
1.
Struktur pelayanan HKBP memungkinkan berjalannya program pelayanan secara berjenjang dan tertib.
-  Keberadaan struktur pelayanan dianggap menambah birokrasi maupun prosedur pelayanan.
- Uraian tugas dari setiap organ pelayanan belum ditetapkan secara detil sehingga sering tumpang tindih.
- Kurang jelasnya hubungan dan koordinasi kerja antar semua organ-organ pelayanan.
2.
Pada setiap jenjang pelayanan (Distrik, Ressort, Jemaat) terdapat organ pelayanan PI yang dapat memantapkan program PI internal maupun eksternal.
- Keberadaan Kepala Bidang Marturia pada aras Distrik, Dewan PI/Sending di Ressort dan Seksi PI/Sending di Huria masih belum efektif.
- Distrik, Ressort, Jemaat belum menganggap program PI merupakan tugas Biro PI/Sending.
- Aras pelayanan tersebut belum memahami PI sebagai hal yang prioritas sehingga belum mengalokasikan dana khusus untuk melaksanakan program PI.
- Terdapat Distrik, Ressort dan Huria yang mengkonsentrasikan diri mengurus kepentingan rutinnya sendiri tanpa kreatif mempedulikan anggota jemaat yang patut menjadi sasaran PI internal maupun eksternal.
3.
Adanya organ pelayanan dalam bidang PI yaitu Biro PI/Sending dan Biro Outreach.
-  Programnya belum terlaksana secara konseptual dan terintegrasi.
- Uraian tugasnya belum tertata secara rinci sehingga tampak tumpang tindih.
- Programnya masih terfokus dan berorientasi pada PI eksternal dan belum giat melaksanakan PI internal.
- Biro PI/Sending dan Biro Outreach kerap terjebak pada prosedur struktural sesuai dengan jenjang yang ada dalam tatanan struktur HKBP.
- Pada aras Distrik, Ressort, Huria belum ada wadah pelayanan terhadap kaum profesional.


2.3.1.5. Aset, Keuangan, dan Fasilitas

No

Kekuatan

Kelemahan
1.
Memiliki sejumlah aset berupa tanah, bangunan dan lain-lain.
-  Belum semua aset dimanfaatkan secara maksimal.
- Aset-aset tersebut cenderung mengalami penurunan kualitas dan belum dikelola secara professional.
2.
Adanya dukungan keuangan secara rutin dari anggota jemaat yang dikumpulkan dalam bentuk persembahan khusus (pelean namarboho).
-  Keuangan belum seluruhnya dikelola berdasarkan standard akuntansi dan  administrasi yang baik.
-  Terdapat jemaat-jemaat yang mengurangi jumlah persembahan khusus dengan mengalihkannya ke kas jemaat.
-  Masih ada warga jemaat yang memberi persembahan seadanya
3.
Tersedia gedung yang dapat digunakan sebagai pusat  kegiatan pelatihan dan pembinaan PI
- Sebagian gedung belum dikelola dengan baik dan belum didukung oleh fasilitas yang memadai.
- Pemeliharaan dan pengelolaan gedung belum direncanakan secara konseptual.
2.3.2.1. Aras Lokal
No

Peluang

Tantangan
1.
Setiap daerah sasaran pelayanan PI, termasuk pada aras Distrik, Ressort dan Jemaat memiliki potensi alam dan budaya yang khas
-   Pengelolaan potensi alam cenderung berorientasi pada pasar dan uang.
-   Terjadi eksploitasi sumber daya alam dengan merambah hutan alam sehingga menyebabkan bencana
-   Komersialisasi produk budaya cenderung semakin meluas.
2.
Daerah sasaran PI memiliki berbagai kearifan lokal yang dapat menjadi sumber pengembangan nilai dalam masyarakat dan resolusi konflik
-  Kearifan lokal semakin terabaikan dan tergerus oleh perubahan sosial yang ditandai dengan kemajuan teknologi.
-  Ada resistensi terhadap perubahan maupun pembaharuan.
3.
Pluralitas budaya lokal yang dapat merupakan suatu kekayaan di setiap daerah PI.
-   Menghambat pembauran dan proses integrasi dengan masyarakat lingkungannya.
-   Cenderung menumbuhkan sikap  eksklusif dan primordial.
-   Rentan terhadap konflik antar-kelompok

2.3.2.2. Aras Nasional

No

Peluang

Tantangan
1
Demokratisasi membuka kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berperan dan berpendapat.
-   Mengemukanya anarkisme, premanisme, dan radikalisme.
-   Muncul nuansa kebebasan yang relatif tak terkendali.
2.
Otonomi daerah memberi peluang untuk pengembangan potensi daerah secara maksimal.
-  Suburnya primordialisme, sukuisme, fanatisme daerah
-  Menipisnya semangat nasionalisme
-  Terjadi dikotomi penduduk asli-pendatang
3.
Kemajuan teknologi komunikasi informasi dapat memudahkan interaksi antar manusia.
-  Berubahnya nilai-nilai yang menimbulkan krisis identitas
- Menyuburkan sikap masyarakat yang semakin permisif.
-  Menipisnya relasi antar personal dan cenderung individual.
-  Makin meningkat dan beragam dampak negatif media massa.
4.
Kemajemukan etnis, budaya, agama, ras, dan golongan memperkaya kehidupan bersa-ma.
-  Mengemuka dikotomi mayoritas-minoritas.
-  Terganggunya hubungan antar-komponen bangsa.
5.
Dasar negara Pancasila dan UUD 1945 yang menjamin kelangsungan NKRI
   Lahirnya sejumlah peraturan perundang-undangan yang sektarian dan diskriminatif

2.3.2.3. Aras Global

No

Peluang

Tantangan
1.
Globalisasi menawarkan banyak pilihan, kebebasan berkreasi, dan peluang berkompetisi.
- Keberagaman pilihan mengakibatkan sulit untuk menetapkan pilihan secara tepat dan akurat.
- Cepatnya perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melemahkan semangat berkreasi
- Tampilnya semangat kompetisi yang tidak sehat.
2.
Terbuka kesempatan yang semakin luas untuk mengembangkan sumber daya manusia.
- Sebagian terbesar masyarakat tidak memiliki akses untuk meningkatkan kualitas sumber dayanya.
- Mereka yang memiliki akses semakin berjaya sedang yang tidak memiliki akses cenderung semakin terpuruk/termaginalkan.
3.
Arus informasi melalui wahana dan sarana komunikasi yang canggih menyuguhkan berbagai informasi.
-  Arus informasi begitu kompleks dan cepat sehingga perlu kemampuan menyaring informasi yang bermanfaat
-  Paradigma berpikir cenderung menghendaki pencapaian dalam proses yang serba instant
4.
Berkembangnya budaya global atau budaya massa.
- Dominasi dan hegemoni budaya massa
- Terjadi krisis identitas
5.
Dominasi paradigma ekonomi pasar.

- Berkembangnya pola hidup konsumtif, materialistis, dan individualistis.
- Proses pemiskinan kelompok lemah dan marginal.
- Kapitalisme semakin dominan dan menguat.


3. ISU-ISU STRATEGIS

Rangkaian paparan di atas memperlihatkan bahwa program PI HKBP secara konseptual bukan merupakan konsep yang telah final. Tetapi ia perlu dan harus terbentuk dalam konteks perubahan jaman dan realitas kehidupan gereja dan masyarakat pada masa kini. Dalam bingkai pemahanan ini tampak urgensi dan relevansi mengupayakan rancangan bangun PI HKBP berlandaskan suatu pertanyaan pokok: Bagaimanakah arah PI HKBP sepuluh tahun ke depan (2011-2021)? Pertanyaan ini merupakan suatu pergumulan yang perlu dijawab dalam kerangka teologi praktis dengan mengadakan dialog kritis dan konstruktif dengan konteks PI HKBP pada masa kini dan memprediksi kecenderungan zaman pada masa yang akan datang.
Dengan merefleksikan data analisis dekriptif tentang kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi dalam konteks PI HKBP dapat dirumuskan beberapa isu strategis dalam bingkai perencanaan rancang bangun PI HKBP. Dengan merekonstruksi PI HKBP berlandaskan isu-isu strategis diharapkan dapat mewujudkan program PI HKBP yang komprehensif, terpadu dan lebih berkualitas. Adapun rumusan isu-isu strategis yang perlu dijabarkan dalam kerangka pokok-pokok program PI HKBP tahun 2011-2021 adalah sebagai berikut:

3.1.  Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat
      1.   Peribadahan
      2.   Menjemaatkan Pemahaman PI
      3.   Meningkatkan Partisipasi Diakones
 4.   Mengembangkan Pelayanan kepada Mahasiswa

3.2. Pengembangan Sumber Daya Pelayan
      1. Pendidikan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Pelayan
      2. Peningkatan Kesadaran tentang Pluralitas

3.3. Peningkatan Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
1. Penanggulangan Akar Kemiskinan dan Pemberdayaan  Ekonomi

3.4. Peningkatan Kualitas Penatalayanan
1. Penataan Kelembagaan
2. Peningkatan Kesejahteraan Pelayan


4. POKOK-POKOK PROGRAM DAN RENCANA  STRATEGIS

4.1.Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat
Program-program di bidang Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat terarah kepada upaya untuk memperlengkapi dan memperkaya pemahaman tentang PI. Dengan upaya tersebut diharapkan akan semakin bertumbuh menjadi jemaat misioner yang mengabarkan damai sejahtera bagi semua.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh PI HKBP, Program Pembinaan Pelayan dan Anggota Jemaat mencakup program: Peribadahan, Menjemaatkan Pemahaman PI, Meningkatkan Partisipasi Diakones.


1. Peribadahan


Jumlah anggota jemaat yang menghadiri ibadah-ibadah dan mengikuti persekutuan membaca Alkitab (patanakhon hata ni Debata) secara umum relatif meningkat. Namun pemahaman tentang PI masih belum merata. Materi penelaahan Alkitab yang dipersiapkan para pelayan ditengarai kurang menarik dan cara penyajiannya pun monoton. Bahan-bahan yang dipersiapkan pun masih belum disertai upaya untuk menumbuhkembangkan partisipasi anggota jemaat dalam bidang PI. Bagi kebanyakan anggota jemaat hidup peribadahan seolah-olah terpisah dari kehidupan sehari-hari.


Mengembangkan aktivitas peribadahan yang memotivasi anggota jemaat dalam memahami dan menghayati nilai-nilai Injil dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.


1.     Mengembangkan bahan-bahan penelaahan Alkitab yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan jemaat.
2.     Mengadakan pelatihan dan orientasi tentang PI bagi anggota jemaat.
3.     Mendorong dan memfasilitasi organ-organ pelayanan HKBP untuk secara kreatif mengembangkan dan merencanakan program-program pengembangan ibadah yang tepat guna, berkesinambungan dan terintegrasi.


1.     Penerbitan bahan-bahan tertulis yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Misalnya buku penelaahan Alkitab, brosur-brosur mengenai tema-tema aktual.
2.     Pengembangan model-model ibadah yang variatif, dinamis dan kreatif serta penataan manajemen ibadah berlandaskan perspektif PI.


2. Menjemaatkan Pemahaman PI   

a.   Permasalahan Pokok

Masih banyak dari antara pelayan dan anggota jemaat yang memahami PI ditujukan kepada mereka yang belum menerima Injil atau lazim disebut dengan PI eksternal. Pemahaman tentang PI internal yang mencakup pelayanan terhadap kaum profesional dan kaum marginal relatif masih belum berkembang. Sementara perhatian dan dukungan terhadap program PI eksternal pun cenderung menurun. Kondisi ini diakibatkan oleh berbagai faktor termasuk materi-materi penelaahan Alkitab yang kurang menumbuhkembangkan partisipasi pelayan dan anggota jemaat dalam bidang PI. Bahkan PI terlanjur dipahami sebagai tugas institusi gereja dan tidak diresapi sebagai tugas individu orang percaya.

b. Tujuan
Memfasilitasi pelayan dan anggota jemaat dalam memahami PI sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi pelayan dan anggota jemaat dalam bidang PI.

c. Rencana Strategis
1.     Meningkatkan pemahaman pelayan dan anggota jemaat tentang PI eksternal dan PI internal.
2.     Mempersiapkan bahan-bahan pembinaan yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan PI.
3.     Menjalin kerja sama dengan badan-badan atau lembaga yang memberi perhatian khusus dalam bidang PI.
d. Program
1.     Penerbitan bahan-bahan pembinaan yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Misalnya buku penelaahan Alkitab, brosur-brosur, model/modul pembinaan tentang PI.
2.     Penyelenggaraan pembinaan PI secara terencana dan berkesinambungan kepada pelayan dan anggota jemaat.


3. Meningkatkan Partisipasi Diakones

a.     Permasalahan Pokok
Dalam pemahaman HKBP sebagaimana termaktub dalam uraian tugasnya, Diakones mengemban tugas khusus dalam bidang PI internal. Tetapi kondisi belakangan ini memperlihatkan bahwa Diakones kurang mengkonsentrasikan diri dalam bidang PI internal melainkan justru lebih banyak terlibat dalam pelayanan ritual dan administrasi jemaat. Pada saat yang bersamaan, Diakones juga kurang memperhatikan PI eksternal.


b.     Tujuan
Mengembalikan fungsi dan peran Diakones dalam bidang PI internal maupun eksternal.

c.      Rencana Strategis
Meningkatkan pemahaman Diakones tentang PI eksternal dan PI   internal.

d.     Program
Memfalisitasi mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Diakones untuk mengadakan orientasi dan praktek pelayanan di daerah PI.

4. Mengembangkan Pelayanan kepada Mahasiswa

a. Permasalahan Pokok
Derap pelayanan HKBP selama ini terkonsentrasi kepada kategorial pemuda, sementara kalangan mahasiswa masih belum mendapat perhatian. Bahkan dalam konteks pelayanan HKBP kontemporer, mahasiswa cenderung terabaikan. Padahal dalam realitasnya, mahasiswa memiliki karakteristik tersendiri dan perlu mendapat pelayanan yang spesifik.  Mahasiswa memiliki potensi khusus sebagai calon intelektual dalam kehidupan gereja dan masyarakat.


b.   Tujuan
Menumbuhkembangkan pelayanan yang relevan kepada mahasiswa.

c.    Rencana Strategis
1.       Membuka jaringan pelayanan dengan stakeholder di daerah asal dan di tempat studi mahasiswa.
2.       Menjejaki berdirinya sentra-sentra pelayanan mahasiswa di daerah perkotaan.

d.   Program
1.     Merumuskan dan mengaplikasikan model  pelayanan yang relevan kepada mahasiswa di tengah perubahan sosial yang terjadi.
2.     Membentuk kelompok-kelompok pelayanan kepada mahasiswa terutama di daerah perkotaan.


4.2.Pengembangan Sumber Daya Pelayan
Fokus program Pengembangan Sumber Daya Pelayan adalah memperluas wawasan dan kompetensi sumber daya pelayan dalam rangka memantapkan implementasi program PI. Pokok program Pengembangan Sumber Daya Pelayan meliputi: Pendidikan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Pelayan; dan Peningkatan Kesadaran tentang Pluralitas atau Kemajemukan.


1. Pendidikan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Pelayan

a.     Permasalahan Pokok
Sumber daya pelayan PI pada masa kini secara umum masih belum memiliki kompetensi yang memadai untuk dapat mengembangkan pelayanan PI secara profesional. Tenaga pelayan di daerah PI yang pada umumnya berlatarbelakang pendidikan teologi kurang mampu menerapkan disilpin ilmu sosiologi dan antropologi dalam memahami konteks kehidupan masyarakat sasaran PI. Mereka juga kurang memperoleh fasilitas dan kesejahteraan yang cukup. Para petugas di daerah PI didominasi oleh orang Batak dan masih kurang merekrut tenaga dari warga sasaran PI.

b.     Tujuan
Meningkatkan mutu sumber daya pelayan agar memiliki kompotensi dan kapasitas memperlengkapi anggota jemaat menjadi jemaat yang missioner.

c.      Rencana Strategis
1.     Menginventarisasi dan mengidentifikasi kualifikasi pelayan yang dibutuhkan dalam bidang PI.
2.     Mempersiapkan tenaga pelayan PI yang memenuhi standart kompetensi berdasarkan kebutuhan aktual.
3.     Merekrut dan mempersiapkan tenaga pelayan dari warga masyarakat sasaran PI.

d.     Program
1.     Perencanaan pengembangan sumber daya pelayan secara strategis.
2.     Penyediaan dana beasiswa untuk studi lanjut secara khusus dalam bidang sosiologi dan antropologi.


2. Peningkatan Kesadaran tentang Pluralitas

a. Permasalahan Pokok
Tingkat kesadaran sumber daya pelayan PI HKBP tentang pluralitas, secara umum, masih belum optimal. Kondisi sedemikian dapat terindikasi dari pendekatan kepada warga sasaran di daerah PI yang cenderung menonjolkan tradisi HKBP dan hampir tidak mengakomodasi kearifan lokal.  Hal ini boleh jadi karena faktor keterbatasan wawasan tentang fakta pluralitas masyarakat serta minimnya pengetahuan tentang pendekatan multikultural.


b. Tujuan
Meningkatkan wawasan tentang fakta pluralitas masyarakat dan kemampuan menerapkan pendekatan multikultural.

c. Rencana Strategis
1.     Mengadakan pelatihan dan orientasi dalam upaya membangun kesadaran tentang pluralitas.
2.     Mendorong berkembangnya kontekstualisasi pelayanan dengan mengadaptasi kekayaan kultur lokal.
3.     Mengupayakan program-program yang secara bersengaja menolong para pelayan dan anggota jemaat menghargai dan mengelola perbedaan-perbedaan yang ada.
d. Program
1.     Pelaksanaan pelatihan dan pembinaan, seminar dan lokakarya, diskusi dan konsultasi, termasuk tentang kesadaran pluralitas.
2.     Pengembangan jejaring antarkelompok dan antarkomponen masyarakat serta antarumat beragama.
3.     Pelaksanaan studi dan kajian budaya dalam memahami realitas konkret kehidupan masyarakat.

4.3. Peningkatan Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Penanggulangan Akar Kemiskinan dan Pemberdayaan Ekonomi

a. Permasalahan Pokok
Jemaat pada aras Distrik, Ressort dan Huria mempersepsi bahwa masalah sosial ekonomi yang dihadapi anggota jemaat maupun masyarakat bukan subyek/sasaran pelayanannya. Ruang lingkup pelayanan cenderung dipahamiterbatas pada aspek seremonial dan administratif.  Fenomena ini tampak dari program pelayanan Distrik, Ressort dan Huria yang masih belum memperhatikan kaum marginal. Padahal mereka ini terjerat pada kemiskinan struktural dan sangat membutuhkan progam pemberdayaan ekonomi.
Kurangnya pelayanan dalam kerangka untuk menanggulangi akar-akar kemiskinan dan mengupayakan pemberdayaan ekonomi mengindikasikan bahwa pemahaman PI internal belum terintegrasi dalam derap pelayanan  Distrik, Ressort dan Huria.


b. Tujuan
Mengembangkan program PI yang berupaya menanggulangi akar-akar kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi kaum marginal.

c. Rencana Strategis
  1. Mengintegrasikan PI internal dalam program pelayanan Distrik, Ressort dan Huria dengan memantapkan partisipasi Kabid. Marturia, Dewan PI/Sending dan Seksi PI/Sending.
  2. Mengidentifikasi kaum marginal sebagai subyek/sasaran PI internal disetiap Distrik, Ressort dan Huria.
  3. Menempatkan pelayan PI yang memiliki kualifikasi untuk melayani  buruh di sentral-sentral atau pusat kawasan industri.

d. Program
  1. Pemetaan keberadaan kaum marginal antara lain pemulung, pedagang kakilima (parrenggerengge) dan anak jalanan pada setiap Distrik, Ressort dan Huria.
  2. Pengembangan usaha alternatif yang dapat memotivasi kaum marginal untuk mengatasi masalah sosial ekonomi yang dihadapi.





4.4. Peningkatan Kualitas Penatalayanan

1. Penataan Kelembagaan

a. Permasalahan Pokok
Keberadaan organ pelayanan PI dalam format Biro ditengarai kurang memiliki wewenang dan terjebak pada struktur birokrasi yang dapat menghambat kelancaran operasionalisasi program PI. Perubahan struktur sebagaimana ditetapkan dalam Aturan dan Peraturan HKBP (2002) memposisikan Biro PI tidak lagi memiliki hubungan langsung dengan pos-pos PI tetapi menjadi bagian dari pelayanan Distrik. Pos-pos PI secara struktural berhubungan dengan Distrik di mana daerah PI/Sending berada. Jika Biro PI bermaksud melayani pos-pos PI harus berkoordinasi dengan Distrik. Jenjang struktural ini dinilai tidak efektif dan berpotensi memperlambat kinerja Biro PI. Sementara mekanisme kerja dan koordinasi antar organ pelayanan dalam bidang PI pada semua jenjang masih belum berlangsung secara optimum.



b. Tujuan

Memantapkan struktur kelembagaan dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan program.

c. Rencana Strategis
1.     Mengoptimalisasi peran dan fungsi Biro PI.
2.     Meningkatkan kinerja dan pengimplementasikan program yang berdisiplin dan koordinatif.

d. Program
1.     Penyempurnaan organ pelayanan berdasarkan tuntutan   kebutuhan.
2.     Pengembangan kerjasama dari setiap organ pelayanan dalam mengimplementasikan program PI.
3.     Pembentukan suatu Badan Sending yang memiliki wewenang penuh.
4.     Pembentukan tim kerja PI yang memiliki uraian tugas secara rinci termasuk dalam kaitan dengan setiap organ pelayanan HKBP.



a. Permasalahan Pokok
Jemaat-jemaat mengemban tanggung jawab untuk memberikan biaya hidup dan fasilitas terhadap para pelayan pada semua aras pelayanan. Tetapi perhatian sebagian jemaat tentang kesejahteraan para pelayan relatif belum memadai, antara lain karena faktor kemampuan keuangan jemaat tersebut. Dalam kondisi ini, sebagian pelayan dapat memperoleh biaya hidup dan fasilitas yang pantas dan pada saat bersamaan para pelayan lain masih kewalahan untuk meraih hidup yang layak. Pada simpul sedemikian, di antara pelayan terjadi kesenjangan taraf kesejahteraan sosio-ekonomi.
Faktor kemampuan jemaat yang berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan pelayan memunculkan suatu fenomena kecenderungan sebagian pelayan untuk dapat melayani di daerah pelayanan yang tergolong potensial. Sementara para pelayan tertentu masih kurang menunjukkan solidaritas untuk menopang kesejahteraan sesama pelayan di daerah kurang mampu.

b. Tujuan
Meningkatkan tanggung jawab dan perhatian jemaat terhadap kesejahteraan pelayan dan mengembangkan solidaritas antar pelayan.


c. Rencana Strategis
1.     Mengembangkan kesadaran jemaat-jemaat perihal tanggung jawab memfasilitasi kebutuhan pelayan berdasarkan kepantasan.
2.     Memantapkan pengelolaan Dana Pensiun dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pelayan pada masa pensiun.
3.     Mengembangkan solidaritas di antara pelayan, secara khusus antara pelayan di daerah perkotaan dengan pelayan di daerah yang kurang mampu.

d. Program
1.     Pengoptimalisasian potensi jemaat dalam mengemban tanggung jawab pelayanan.
2.     Penggalangan dana untuk memperlancar kinerja dana pensiun.
3.     Pengembangan kemitraan antara pelayan di daerah perkotaan dengan pelayan di daerah yang kurang mampu.
4.     Penetapan biaya hidup pelayan berlandaskan asas keadilan.
5.     Pemantapan sistem mutasi pelayan.


5. PENUTUP
Rancang Bangun Pekabaran Injil Huria Kristen Batak Protestan (RBPI-HKBP) sepuluh tahun ke depan (2009-2019) masih merupakan garis besar yang disertai dengan pokok-pokok program secara umum. Proses pengimplementasikan RBPI-HKBP ini akan dijabarkan olehBiro Sending PI HKBP bersama seluruh Kabid Marturia HKBPdalam bentuk program tahunan, termasuk menetapkan pelaksana, jadwal, anggaran dan perangkat matriks kelengkapan lainnya.*) Penjabaran tersebut akan disampaikan kepada Pimpinan HKBP, Prases dan Majelis Pekerja Sinode untuk menerima kontribusi pemikiran dan menetapkan pelaksanaannya.
Diharapkan program-program yang termaktub dalam RBPI-HKBP ini melibatkan organ-organ pelayanan HKBP pada seluruh aras pelayanan HKBP terutama Distrik-distrik. Bahkan setiap Distrik hendaknya mengakomodasi  dan mengintegrasikan RBPI-HKBP dalam programnya. Demikianlah RBPI-HKBP disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman dasar demi kesinambungan dan peningkatan kualitas program PI HKBP. ***



_________________________
*) Kebutuhan ini diharapkan dapat dihasilkan konsultasi Kabid Marturia se-HKBP  di Medan bulan Oktober/ November 2009. Dan sudah dilaksanakan di Medan pada bulan Februari 2010.


PETA PEKABARAN INJIL 26 DISTRIK HKBP 2011-2021

1.    Distrik I  TAPANULI SELATAN/SUMATERA BARAT

A. LATAR BELAKANG
Distrik I Tapsel berdiri pada tahun 1911 yang sebelumnya disebut Distrik Angkola kemudian berganti nama menjadi Distrik Tapanuli Selatan. Orang Batak yang pertama dibaptiskan adalah di Sipirok pada tahun 1861. Jemaat HKBP Sipirok berdiri tahun 1864. Distrik ini terdiri dari 14 ressort, 1 persiapan ressort, 123 huria dan 2 pos pelayanan. Seluruh gereja HKBP yang termasuk dalam distrik I Tapsel tersebar di wilayah Provinsi Sumatera Barat, kotamadya Padang Sidempuan, Kab. Tapsel, Kab. Mandailing Natal, Kab. Padang Lawas Selatan, dan Kab. Padang Lawas utara.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Perekonomian Sumatera Barat sampai saat ini masih didominasi oleh sektor pertanian dan diperkirakan akan tetap menjadi penggerak perekonomian Sumatera Barat di masa depan dimana sebagian besar penduduk Sumatera Barat menggantungkan kehidupannya pada sektor ini. Peranan sektor industri Sumatera Barat relatif kecil. Keadaan ini dapat dilihat dari perkembangan penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Sumber daya alam dari laut seperti beraneka jenis ikan, budidaya kerapu, rumput laut, udang, kepiting dan mutiara masih sangat besar peluangnya untuk ditingkatkan. Sementara penghasilan masyarakat di Padang Sidempuan sebagian besar bertani meliputi persawahan dan perkebunan. Produksi perkebunan yang utama adalah salak, karet, kopi, kakao, cengkeh, kemiri dan kulit manis.
Gunungtua sebagai pusat pemerintahan dari Kabupaten Padang Lawas Utara kini menuju kota yang lebih maju dan berkembang. Terbukti dengan laju pembangunan yang terjadi di  Gunungtua yang semakin bertambah. Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai banyak potensi pariwisata yang nantinya bisa menjadi potensi Pendapatan Daerah yang begitu memungkinkan meningkatkan pendapatan daerah. Seperti, Candi Bahal di Kecamatan Portibi, Tugu Perjuangan di Pusat Pasar Gunungtua, Pemandian air panas di Pangirkiran, Tugu Perjuangan di Sigama, dan masih banyak lagi.
b.     Keagamaan
Wilayah kab. Tapsel berpusat di Sipirok. Agama mayoritas penduduknya adalah Islam 70%, Kristen 13%, Khatolik 5%, Hindu 5%, Budha 7%. Prasarana jalan di kabupaten ini terbilang cukup memprihatinkan sebab banyak jalan yang berlubang. Slogan kabupaten ini adalah sahata saoloan artinya seia sekata. Sedangkan Kab. Mandailing Natal sering dikenal sebagai kota pesantren sebab mayoritas penduduknya beragama Islam.
c.      Pendidikan
Beberapa permasalahan yang sangat urgen dan dominan dalam tata kehidupan pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan di Kabupaten Mandailing Natal diantaranya rendahnya capaian indeks pembangunan Sumber Daya Manusia (Human Development indeks) meliputi; Pendidikan agama, kualitas yang belum memadai jika dibandingkan dengan tingkat regional dan nasional seperti minimnya kuantitas dan kualitas tenaga pengajar, belum lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan serta minimnya gaji guru swasta, pelayanan kesehatan yang tidak sebanding dengan keadaan daerah, seperti penanganan penyakit malaria, pemukiman yang tidak higenis dan minimnya perilaku sehat dan bersih, tingkat pendapatan masyarakat yang masih rendah terutama petani dan nelayan kecil masih mengandalkan cara-cara tradisional. Kurangnya pembinaan terhadap organisasi pemuda, sosial dan kemasyarakatan termasuk lembaga-lembaga kedaerahan.



B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Agama mayoritas cenderung mendominasi hak kepemilikan tanah
  • Tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah dan tingkat tinggi bagi pengangguran
  • Salah satu gereja HKBP di Tapanuli Selatan, sebagian besar jemaatnya memiliki mata pencaharian sebagai rentenir
  • Keterbatasan sumber daya manusia
  • Pelayanan kesehatan tidak sebanding dengan keadaan daerah
  • Segala urusan/kepentingan gereja khususnya HKBP dibatasi
2. Peluang
  • Terdapat sumber daya alam yang sangat berpotensi
  • Gereja dapat menempatkan guru-guru dalam sekolah negeri/swasta, ini menjadi salah satu cara untuk bersending
  • Keterbatasan sumber daya manusia menjadi peluang untuk program pemberdayaan masyarakat dengan bekerja sama dengan kabid diakonia
  • Gereja dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk  memprogramkan pelayanan kesehatan dengan program pengobatan gratis
  • Melalui BKAG (Badan Kerja sama Antar Gereja) maka gereja-gereja bisa bersatu untuk melakukan program tanpa harus mengusik penduduk yang beragama Islam
  • Gereja dapat mendirikan pos-pos pelayanan PI di daerah yang terisolir
C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Latihan Penginjilan kepada Anak-anak/ bersending sejak dini
2.     Melakukan pembinaan kepada pemuda untuk meningkatkan sumber daya manusiadanlatihan Penginjilan kepada Remaja/Pemuda
3.     Pelayanan khusus kepada jemaat yang pengangguran dan yang memiliki mata pencaharian sebagai rentenir
4.     Pelayanan kesehatan dengan mendatangkan tenaga medis dari Rumah Sakit milik HKBP
5.     Pelatihan song-leader, dirigent dan musik gereja
6.     Bermissi melalui buku Pajonok/kebaktian keluarga, lembaga dan instansi
7.     Pemberdayaan warga jemaat dan pelayan agar mampu bersaksi melalui peribadahan
8.     Mendirikan pos-pos PI di daerah yang terisolir dan sulit dijangkau oleh pelayanan gereja


2.    Distrik II SILINDUNG

  1. LATAR BELAKANG
HKBP Distrik II berdiri pada tahun 1911, sedangkan jemaat yang pertama berdiri di sana adalah tahun 1864 yakni HKBP Pangaloan dan HKBP Sigompulon Pahae, dan kemudian tanggal 29 Mei 1864 berdirilah HKBP Huta Dame Saitnihuta dan Pearaja. Distrik ini  terdiri dari 38 ressort, 210 huria. Untuk memudahkan jangkauan pelayanan, dibagi tiga regional, yakni: 1. Regional Rura (20 ressort); 2. Regional Pahae (8 ressort); Regional Silindung Timur (10 ressort).
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Jemaat yang berada dalam pelayanan Distrik II Silindung pada umumnya bekerja sebagai petani, PNS, rentenir, pedagang, supir, dan tukang becak. Masyarakat termasuk majemuk dengan suku Batak, Jawa, Padang, Nias, dll. Warga yang beragama Kristen 80 %, Islam 10 % dan Hindu/Budha 10 %. Kegiatan adat masih lebih diutamakan daripada kegiatan gereja. Para penatua kampung masih berpengaruh dalam kegiatan masyarakat desa.
b.     Keagamaan
Kota Tarutung yang disebut sebagai kota wisata rohani masih jauh dari kesadaran beribadah. Rata-rata kaum bapak dapat disebut sebagai penghuni lapo tuak setiap harinya termasuk hari Minggu. Bahkan para kaum ibu mamakai hari Minggu sebagai hari kerja untuk berjualan di pasar. Krisis kesadaran ini melanda segala usia mulai dari anak-anak hingga dewasa. Hal ini terbukti ketika setiap jam belajar sekolah dan jam pulang sekolah, usaha play station rata-rata dihuni oleh anak-anak sekolah. Kesibukan orangtua, kurangnya bimbingan dari orangtua kepada anak sudah mempengaruhi kurangnya kesadaran untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Secara kuantitas 80% orang Kristen tidak begitu nampak dalam kualitas keagamaannya.
c.      Pendidikan
Satu-satunya universitas di Tarutung yaitu STAKPN (Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri). Keterbatasan pilihan universitas membuat anak-anak lulusan SMA segera merantau ke Ibu kota untuk melanjutkan pendidikannya. Namun kemiskinan tetap menjadi sebuah alasan yang tepat untuk tidak melanjutkan sekolah bagi sebagian besar anak. Sementara mereka memiliki kemauan yang tinggi untuk menjadi orang yang berhasil. Akhirnya setelah tamat SMA mereka berkewajiban membantu orangtua demi meraih kehidupan yang lebih baik. Akhirnya pola berpikir diwarnai oleh kepentingan materi.

  1. TANTANGAN DAN PELUANG
1.  Tantangan
·       Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh pendeta resort sebagai pelaksana bidang marturia di distrik II Silindung. Disamping kegiatan pelayanan gereja yang sangat padat, pendeta juga harus membagi perhatian, waktu dan tenaga untuk pelayanan marturia sehingga hasilnya kurang maksimal.
·       Parhalado belum memahami makna marturia di dalam pelayanan gereja.
·       Keterbatasan dana dan tenaga untuk melancarkan kegiatan pelayanan marturia.
·       Jemaat belum sepenuhnya memahami tugas marturia di dalam kehidupan sehari-hari sehingga menganggap pelayanan marturia kurang relevan.
·       Tidak ada kabid marturia yang defenitif
2. Peluang
·   Parhalado dan Jemaat yang belum memahami pentingnya Marturia dalam kehidupan sehari-hari akan membuka kesempatan besar untuk menerima pembinaan tentang hidup bermarturia.
·   Dengan mengangkat kepala bidang yang khusus menangani bidang Marturia akan menjadi langkah yang cerah untuk meningkatkan pelayanan Marturia di distrik II Silindung.
·   Daerah wisata rohani memberikan tempat yang tepat dan strategis bagi pelayanan Marturia.

  1. PROGRAM  PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Penerbitan Buku Ibadah Keluarga
HKBP Distrik II Silindung sejak bulan Maret 2005 telah menerbitkan Buku Ibadah Keluarga yang diharapkan dapat mendorong seluruh warga jemaat untuk melaksanakan ibadah keluarga setiap harinya. Diharapkan untuk hari yang akan datang, setiap jemaat dapat memiliki dan mempergunakan buku Ibadah ini.
2.     Pelayanan Penjara
Pelayanan ke penjara dilayani secara bergiliran oleh Persekutuan Diakones dan BKAG. Disamping itu, HKBP Distrik II Silindung juga memberikan buku Ibadah Keluarga ini setiap bulannya kepada para penghuni penjara yang beragama Kristen.
3.     Pelayanan Rumah Sakit
Pelayanan ke rumah sakit khususnya RS Swadana Tarutung secara khusus belum ada terlaksana. Sebelumnya pelayanan dilaksanakan oleh BKAG namun tidak dapat berjalan dengan baik. Pelayanan masih dilaksanakan oleh gereja-gereja yang jemaatnya opname dan masih bersifat kunjungan.
4.     Tukang Becak dan Anak Terminal
Penjajakan pelayanan kepada kaum ini telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dengan mengorganisir seluruh tukang becak yang beroperasi di kota Tarutung dengan bekerja sama dengan dinas perhubungan. Mengadakan perayaan natal pengemudi becak bermotor dan keluarga. Untuk anak terminal, sedang membuka komunikasi melalui wadah Ganter (Gabungan Anak Terminal). Diharapkan ke depannya mereka mendapat pelayanan yang lebih baik dan terarah.
5.     Pelayanan Mahasiswa
Satu-satunya perguruan tinggi yang ada di wilayah Distrik II Silindung adalah STAKPN (Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri) yang berada di daerah Silakkitang sekitar 10 KM dari kota Tarutung. Umumnya mahasiswa tinggal di rumah kost dan sebagian kecil tinggal di asrama. Umumnya mereka aktif dalam pelayanan gereja sebagai bagian dari tuntutan akademis. Pelayanan kepada mereka masih bersifat local dan seadanya oleh gereja-gereja yang kebetulan berada di daerah tempat tinggal mahasiswa.
6.     Pelayanan ke Instansi Pemerintah
Pelayanan ke instansi pemerintah terlaksana sewaktu-waktu berdasarkan permintaan dari instansi tersebut. Beberapa dinas telah melaksanakan ibadah sekali dalam seminggu dan ada yang sekali sebulan bahkan ada yang tidak melaksanakan sama sekali. Diharapkan pelayanan ini tidak lagi bersifat sewaktu-waktu melainkan secara terus-menerus.
7.     Pelayanan Ke Salib Kasih
Dulunya pelayanan ke Salib Kasih ditangani oleh HKBP. Namun beberapa tahun belakangan ini pelayanan setiap minggunya dilaksanakan oleh BKAG dengan menjadwal pendeta aggota BKAG. Diharapkan ke depan melalui Kantor Pusat HKBP pelayanan ke salib kasih dikembalikan ke HKBP mengingat Nomensen telah mengukir sejarah di HKBP.
8.     Pelatihan Penginjilan dengan Metode Evanggelism Explotion (EE)
Telah dilaksanakan sekali dengan mendatangkan sintua, utusan jemaat dan seluruh pelayan penuh waktu di HKBP Distrik II Silindung, sebagai usaha untuk memotivasi dan memperlengkapi warga jemaat untuk memberitakan injil.
9.     Pelatihan Songleader, Musik Gereja, Dirigent dan Koor.
Pada tahun 2009 telah dilaksanakan pelatihan song leader. Diharapkan ke depannya diadakan pelatihan musik gereja, dirigent dan koor.
10. Melakukan pelatihan bersending sejak dini bagi Anak Sekolah Minggu


2.    Distrik III HUMBANG

A. LATAR BELAKANG
Distrik ini berdiri tahun 1911. HKBP Distrik III Humbang terdiri dari 26 ressort dan berada di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Penduduk mayoritas menganut Agama Kristen (Protestan, Katolik, Pentakosta dan Advent). Sebagian lain beragama Islam dan aliran Kepercayaan.
Dolok Sanggul adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Indonesia.
Dolok Sanggul adalah ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan. Luas wilayahnya 211,50 km² dengan penduduk 34.083 jiwa (2004). Kota ini terletak di dataran tinggi berhawa dingin sejuk. Dolok Sanggul juga menjadi sentra perekonomian dan perdagangan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Juga menjadi pusat kegiatan keagamaan Kristen, terutama gereja HKBP Distrik III Humbang.
a. Keadaan Sosial/Ekonomi
Mata pencaharian : bertani, beternak, berkebun (kopi, palawija, kemenyan, kelapa sawit, karet dan buah-buahan), berdagang, nelayan danau, Pegawai Negeri Sipil/Militer, Karyawan dan perusahaan angkutan darat.

b. Keagamaan
            Masyarakat Humbang 90 % menganut agama Kristen. Namun kendati demikian, Pemerintah dan masyarakat tidak mengenal istilah mayoritas dan minoritas yang sering sekali diterjemahkan ke arah yang tidak baik. Oleh karena itu, semua kegiatan keagamaan dapat berjalan dengan lancar atas kerja sama yang baik dengan pemerintah.
c. Pendidikan
            Pemerintah KabupatenHumbang Hasundutan melaksanakan berbagai kegiatan siswa seperti olimpiade siswa, lomba mata pelajaran, try out, kelas unggulan, bimbingan test, pemberian beasiswa bagi siswa ekonomi kurang mampu yang masuk ke PTN. Sedangkan dalam peningkatan mutu guru dilaksanakan kelompok kerja guru SD/MI, musyawarah guru mata pelajaran SMP/MTs, SMA/MA dan SMK, peningkatan kualifikasi guru S1/D4, pemberian insentif bagi guru pada SD terpencil dan sangat terpencil serta pemberian tunjangan profesi guru bagi guru yang sudah lulus sertifikasi guru.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Gerakan Aliran sekte tertentu
  • Belum signifikannya kesungguhan warga/majelis HKBP melibatkan diri dalam kegiatan Gerejawi dan pola hidup Kristiani.
  • Perubahan keadaan politik, sosial dan ekonomi sehubungan dengan persiapan hingga peresmian jadinya Kabupaten Humbang Hasundutan (mekar dari Kabupaten Tapanuli Utara). Ada transisi pola/sikap hidup.
2. Peluang
  • Tumbuhnya  kesadaran  pelayan/majelis, warga HKBP akan tantangan yang sedang dihadapi di berbagai aras kehidupan.
  • Posisi jumlah warga gereja yang mayoritas, jika diberdayakan akan berpotensi besar membangun gereja dan berpengaruh kepada sekitar.
  • Masih terbuka lebar pengembangan pelayanan yang variatif sesuai perkembangan politik, sosial dan ekonomi warga.

C. PROGRAM  PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pemberdayaan Warga dan Majelis agar makin dewasa iman, memadai pemahaman dan “siap pakai” untuk pelayanan bersending-PI, melalui Penataran/Pelatihan bersending, terutama Sending yang dipadukan dengan pengembangan kesejahteraan masyarakat (bnd.Injil pembebasan dari kemiskinan, kebodohan, kekurang-sehatan dan cengkeraman “hasipelebeguon”).
2.     Pemberdayaan Pelayan/Majelis agar dimampukan bersending-PI melalui kegiatan Ibadah, temu bicara dan acara protokuler lain (daerah/adat dan nasional) menjangkau:Pegawai Negeri Sipil/Militer, Pedagang/Pengusaha, Petani dan Karyawan.

Catatan : Program 1 dan 2 dilakukan secara bertahap dan terus menerus sampai pada 10 tahun yang akan datang akan menjadi program simultan dan reguler (bnd.tidak insidentil dan musiman).


3.    DISTRIK IV TOBA

A. LATAR BELAKANG
Distrik IV Toba berdiri pada tahun 1911 yang pada awalnya disebut sebagai distrik Toba Samosir. Wilayah Distrik IV Toba berada di Kabupaten Toba Samosir, terdiri dari 28 Ressort dan 164 Huria.
a. Keadaan Sosial Ekonomi            
            Mata pencaharian warga jemaat di Distrik ini sebagian besar dari bidang pertanian (petani padi), hanya sedikit PNS, wiraswasta dll.
b. Keagamaan
            Menurut data BPS 2004, sekitar 87 % penduduk Toba Samosir penganut Kristen Protestan, Katolik 7 %, dan Islam 6 %. Selebihnya adalah agama dan pengangut kepercayaan lain, seperti Parmalim, yang dikenal sebagai agama tradisional Batak.
c.Pendidikan
            Tingkat pendidikan warga jemaat pada saat ini sudah lumayan maju paling sedikit tamat SLTA, dan sebagian besar generasi muda melanjutkan perkuliahan (perguruan tinggi) keluar kota.
           
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
·       Di wilayah distrik ini yaitu di Huta Tinggi terdapat komunitas Parmalim (agama Batak). Keberadaan komunitas Parmalim ini menjadi tantangan karena kehidupan mereka yang terlihat damai, tenteram dan aman yang bisa menarik hati warga jemaat. Komunitas ini juga melestarikan budaya kebersamaan dalam bidang pertanian dan melakukan ibadah pada saat menabur dan menuai yang saat ini sudah kurang dilaksanakan di HKBP.
·       Keberadaan PT. TPL (Toba Pulp Lestari) dulunya Indorayon juga menjadi tantangan bagi kehidupan warga jemaat khususnya di bidang pertanian dan kesehatan, disebabkan limbah industri yang tidak ditangani dengan baik.
·       Kurangnya perhatian jemaat dalam mendukung pelayanan gereja dalam hal moril maupun material. Warga jemaat masih memahami bahwa pelayanan hanya tugas dan tanggungjawab majelis jemaat (partohonan).
2. Peluang
·       Mata pencaharian jemaat (bidang pertanian) masih memadai
·       Warga jemaat masih rajin dalam mengikuti kegiatan adat, artinya mereka masih mau bersekutu.
·       Kaum ibu masih rajin bergereja dan mengikuti kegiatan gereja lainnya.
·       Keberadaan Parmalim di Huta Tinggi bisa menjadi sasaran penginjilan.

C. PROGRAM  PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
  1. Melakukan pembinaan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
  2. Pelatihan Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan secara terus menerus.
  3. Mendirikan pos-pos pelayanan di tempat yang belum tersentuh pelayanan gereja.
  4. Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat bekerjasama dengan Diakonia, dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan pertanian secara berkala dan berkesinambungan.
  5. Mengadakan penyuluhan di bidang kesehatan dan lingkungan hidup.
Kebutuhan Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
  1. Meningkatkan pembinaan Warga Jemaat mengenai kehidupan bergereja yang dilakukan secara rutin di tiap kategorial, khususnya pembinaan ber-sending sejak usia dini (anak-anak)
  2. Mengadakan Seminar Injil dan Adat / Budaya.
  3. Mengirim pelayan penuh waktu yang memiliki keahlian tertentu, khususnya di bidang pertanian, perikanan dan peternakan.
  4. Menempatkan pelayan penuh waktu di distrik yang khusus menangani penginjilan kepada komunitas parmalim.
  5. Menambah pelayan penuh waktu di ressort-ressort yang memiliki sejumlah besar pagaran sehingga kehidupan kerohanian jemaat dapat terjangkau dan tersentuh pelayanan.

4.    Distrik V SUMATERA TIMUR

A. LATAR BELAKANG  
Distrik ini berdiri tahun 1911, di mana pada awalnya bernama Distrik Simalungun-Oostkust. HKBP Pematang Siantar berdiri 1907, sedangkan HKBP Pematang Bandar berdiri beberapa tahun sebelumnya. HKBP Distrik V Sumatera Timur  terdiri dari 44 Ressort, 216 huria dan 1 pos pelayanan semuanya berdomisili di 3 Kabupaten/Kota (Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Batubara).
a. Keadaan Sosial Ekonomi
            Masyarakat terdiri dari beragam suku dan kebudayaan, mulai dari Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Jawa, Tionghoa, dll. Adapun variasi kehidupan warga jemaat/Gereja dan Masyarakat terdiri dari : Petani, Peternak, Pengusaha/Pemilik Kebun/Perkebunan, (karet/kelapa sawit/coklat), Karyawan Industri/Pabrik/Perkebunan, Pedagang Kecil-Menengah, Pegawai Negeri Sipil/Militer dan Karyawan musiman serta Penganggguran.
b. Keagamaan
Dari segi agama : Pemeluk Agama Kristen Protestan, Katolik, Pentakosta (e), Advent, Hindu, Budha, Islam dan Aliran Kepercayaan.
c. Pendidikan
            Di wilayah Sumatera Timur terdapat beragam lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Ini didukung dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang iklim pendidikan tersebut.
           
B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
·  Gencar-gencarnya gerakan ajaran-ajaran sesat yang mengancam keberadaan kekristenan.
·  Persentase warga jemaat/Majelis yang bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan Gerejawi (Ibadah Minggu dan kebaktian lingkungan/wijk) masih dibawah 50%.
·  Kurangnya jumlah Guru-guru Agama di sekolah formal dan belum adanya jalur Gereja berkomunikasi tetap dengan Guru-guru Agama tersebut (untuk menyamakan persepsi dan misi).
2. Peluang         
·  Kesadaran   Pelayan  dan  Majelis  serta  Warga Jemaat  akan berbagai tantangan dan ancaman yang dihadapi baik di kalangan orangtua, pemuda dan anak-anak.
·  Kerinduan akan pembekalan pemahaman Liturgi HKBP sesuai jati diri HKBP (berdasarkan Aturan dan Peraturan, Konfessi, RPP, Agenda dan kepatutan lainnya versi HKBP).
·  Belum dikembangkannya pelayanan khusus sesuai profesi warga Gereja dan Masyarakat.
·  Masih terbuka usaha Penginjilan langsung dan melalui media.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
  1. Meningkatkan kesadaran Pelayan, Majelis dan Warga Jemaat melalui  pemberdayaan berkoinonia, bermarturia, berdiakonia secara berkesinambungan baik per Distrik, per Ressort/Regional dan atau per Huria.
  2. Melaksanakan pemberdayaan pemahaman Liturgi, musik Gereja dan peribadahan secara bertahap dan berkesinambungan bagi Majelis dan Warga Jemaat secara kategorial (bnd.mulai remaja-pemuda s.d. lansia). Dilaksanakan per Distrik/Regional atau per Ressort/Huria.
  3. Meningkatkan pelayanan sesuai profesi seperti : Mahasiswa, buruh/karyawan, kelompok marginal, pejabat kantor negeri/swasta, ke Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Sakit, Petani, Peternak dan “parrenggerengge”.
  4. Memulai dan mengembangkan kerjasama Gereja/Pelayan dengan Guru-guru Agama Kristen demi memperoleh kesamaan pemahaman dan kebersamaan dalam tindakan saling mendukung.


5.    Distrik VI DAIRI

A. LATAR BELAKANG 
            Peresmian distrik VI Dairi berlangsung tahun 1946. Jemaat Sidikalang sendiri berdiri tanggal 27 April 1908. HKBP Distrik VI Dairi mencakup 30 ressort dan 209 huria semuanya berdomisili di  Wilayah Pemerintahan Kabupaten Dairi, Toba–Samosir dan Tanah Karo. Kristen Protestan, Katolik, Advent, Pentakosta, Budha, Islam,  Aliran Kepercayaan.
a. Keadaan Sosial ekonomi
            Mata Pencaharian penduduk pada umumnya adalahPetani,, Peternak, Pegawai Negeri Sipill/Militer, Pedagang, Karyawan, Nelayan Danau dan Pengangguran.
b.     Keagamaan
Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Katolik, Advent, Pentakosta, Budha, Islam, aliran kepercayaan.
c.      Pendidikan
Terdapat berbagai sekolah baik swasta maupun negeri mulai  dari SD samapi SMA/SMK/STM. Tingkat pendidikan sudah mencapai 90 % untuk tingkat pendidikan wajib belajar sembilan tahun.

B. TANTANGAN  DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Gerakan Aliran tertentu dan kepercayaan kepada “roh” mistis yang berkembang karena roh-roh zaman.
  • Persentase warga Gereja yang bersungguh-sungguh mengikuti kegiatan gerejawi memprihatinkan (masih  50 - 60%).
2. Peluang
  • Kesadaran yang makin berkembang, dari Warga Jemaat, Majelis/Pelayan atas tantangan dan ancaman yang sedang dihadapi.
  • Kesadaran Gereja secara antar denominasi akan kerjasama pelayanan dalam hal Sending–Penginjilan.
  • Masih terbuka lebar  lahan penginjilan langsung dan atau melalui media.

C.  PROGRAM  PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
  1. Pendewasaan iman Warga, Majelis/Pelayan melalui pelatihan Sending berbasis jemaat dengan menekankan kebutuhan pelayanan/kehidupan Kristiani yang holistik (bnd.Iman integral dengan kehidupan sehari-hari sebagai langkah konkrit bertahap dan berkesinambungan mempersiapkan Jemaat yang missioner).
  2. Melaksanakan dan mengembangkan upaya bersending-PI kepada masyarakat/jemaat secara kategorial dan profesi bekerjasama dengan Yayasan SEMADI Distrik Dairi.
  3. Memulai dan mengembangkan kerjasama dengan Gereja lain seperti GKPPD bersending-PI ke warga Gereja dan Masyarakat di wilayah Aceh Selatan dan sekitarnya.



6.    Distrik VII SAMOSIR

  1. LATAR BELAKANG
Distrik Samosir pada awalnya masuk ke Distrik Toba – Samosir, namun pada tanggal 25 November 1942 Samosir resmi menjadi sebuah Distrik. Distrik VII Samosir terdiri dari 21 ressort, 1 persiapan ressort, dan 106 huria.
a.     Keadaan Sosial/Ekonomi
Masyarakat hidup dari beraneka ragam mata pencaharian, antara lain: nelayan, petani, kerajinan tangan dan pariwisata. Umumnya masyarakat yang memiliki ekonomi menengah ke bawah sekitar 70 % dan yang memiliki ekonomi menengah ke atas sekitar 30%.
b.     Keagamaan
Sebahagian jemaat masih menganut kepercayaan kekafiran (Animisme). Sehingga terkadang menjadi sinkritis antara kepercayaan kekristenan dengan animisme. Sulit bagi jemaat untuk meninggalkan kepercayaan yang dianut secara turun-temurun dari nenek moyangnya.
c.      Pendidikan
Panorama indah Danau Toba menjadikan Samosir menjadi sebuah tempat tujuan wisata sebab keindahan Danau Toba bisa dinikmati secara langsung dari wilayah Samosir dan sekitarnya. Hal ini menjadi peluang besar bagi penduduk setempat untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris demi mencari nafkah bagi kebutuhan keluarga. Namun keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang untuk dapat menguasai bahasa Inggris. Mereka tetap berusaha belajar melalui pendidikan non-formal dengan melakukan practice langsung dengan para wisatawan. Bagi mereka yang memiliki ekonomi menengah ke atas dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak hingga ke perguruan tinggi yang berada di Ibu Kota.

  1. TANTANGAN DAN PELUANG
  1. Tantangan
·       Kepercayaan kekafiran yang masih sulit ditinggalkan
·       Kemiskinan yang masih mendominasi dalam kehidupan masyarakat
·       Pelayan dan Jemaat kurang memahami pentingnya bermarturia
·       Masuknya pengaruh-pengaruh negative dari mancanegara melalui para wisatawan mancanegara, misalnya: paham kebebasan yang akhirnya menempatkan kebebasan dalam segala hal. Pengaruh yang demikian biasanya sangat cepat diserap oleh anak-anak dan remaja serta pemuda.
·       Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian danau toba dan hutan demi menjaga keseimbangan alam.
  1. Peluang
·       Kekafiran yang dianut oleh jemaat menjadi peluang besar untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani dan pelatihan penginjilan bagi jemaat yang aktif dalam kegiatan gereja sehingga mampu bersaksi bagi orang-orang di sekitarnya.
·       Keinginan mereka untuk belajar bahasa Inggis dapat dimanfaatkan dengan cara mendatangkan tenaga pengajar yang berasal dari HKBP dengan demikian secara perlahan-lahan mengajar mereka tentang dogma Kristen tentang Allah.
·       Samosir sebagai daerah tujuan wisata menjadi peluang yang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan meningkatkan mutu kerajinan tangan dan kesenian yang bersifat spiritual.

  1. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pembinaan Rohani warga dan pelayan
Dilakukan dengan cara mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang bertujuan untuk menerangi paham hasipelebeguon.
2.     Pelatihan Pendeta Pariwisata
Perlu adanya pendeta yang khusus melayani di sector pariwisata, baik bagi wisatawan mancanegara/dalam Negara maupun  bagi para petugas di sector pariwisata.
3.     Pelestarian Danau Toba
Pelestarian Danau Toba kelihatannya berada pada prioritas untuk mencegah kepunakan ikan-ikan asli Danau Toba.
4.     Pelestarian Hutan
Pelaestarian hutan Samosir harus dijaga dengan menjadikan gereja sebagai sarana ampuh menggalang program penanaman pohon.Pelayanan penjara, rumah sakit, pemuda, song leader, musik, EE untuk prkotaan karn hkbp msih tebal di pedalaman, lansia, tahun lalu marturia.
5.     Pelayanan ke penjara
6.     Pelayanan ke rumah sakit
7.     Pembinaan kepada remaja dan Pemuda
8.     Pembinaan song- leader
9.     Pembekalan Musik Gereja
10.  Penginjilan pribadi dengan metode EE dapat diterima di masyarakat yang tinggal di perkotaan, sedangkan masyarakat di pedalaman masih menganut HKBP yang kental dan sulit menerima perubahan.


7.    Distrik VIII Jawa/Kalimantan

A. LATAR BELAKANG
Distrik VIII Jawa Kalimantan berdiri tahun 1940, sementara penempatan pendeta pertama di Jakarta adalah tahun 1922. Distrik ini terdiri dari 20 ressort dan 61 huria. Pada prinsipnya latar belakang Distrik VIII Jawa Kalimantan tidak jauh berbeda dengan Distrik XIX Jakarta II dan Distrik XXI Jakarta 3. Hanya Distrik VIII Jawa Kalimantan wilayahnya sampai ke Sanggau Kapuas, Sintang, dan Singkawang.
a.     Keadaan Sosial ekonomi
Jemaat di sini terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda, pekerjaan yang berbeda, profesi yang berbeda, pendidikan yang berbeda, dan taraf ekonomi yang berbeda-beda, namun semuanya itu berada di dalam Gereja HKBP.
Tingkat perekonomian yang berbeda-beda juga membutuhkan pelayanan yang berbeda-beda. Dengan bermacam-macam profesi itu juga mempengaruhi kehidupan perekonomian dan hal ini berpengaruh dalam sosial masyarakat dan juga di dalam gereja. Tidak bisa disangkal, rutinitas yang tinggi, kemacetan di jalan membuat jemaat perkotaan mengalami tingkat stress yang tinggi. Sehingga sudah ada kebiasaan bagi orang bekerja di kantor, daripada mengalami macet di jalan, maka lebih baik menghabiskan waktunya misalnya dengan duduk-duduk di mall atau di tempat-tempat minum kopi (Starbuck). Dengan kemacetan yang tinggi ini sering membuat jemaat di perkotaan tidak dapat mengikuti partangiangan-partangiangan weik misalnya yang dilaksanakan oleh gereja, dengan alasan keterlambatan.  Fenomena ini mungkin sudah perlu diperhatikan apakah memungkinkan membuat pelayanan di salah satu tempat misalnya dengan mengadakan sharing firman Tuhan sambil minum kopi.
Namun gambaran secara umum jemaat HKBP yang walaupun sudah banyak yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas namun banyak juga jemaat yang hidup dalam ekonomi lemah. misalnya : pemulung, pengamen, peminta-minta, buruh. Dan juga mahasiswa yang juga memiliki permasalahannya sendiri dan kebutuhannya sendiri. Semuanya itu adalah jiwa yang harus dilayani.
b.     Keagamaan
Di Kalimantan dan di Jawa, persentase orang Kristen jauh di bawah persentase nasional. Sebagian besar penduduk beragama Islam 88,88 %, Kristen Protestan 10,35 %, Katolik 5,49 %, Budha 0,77 %,  Hindu 0,57 %.
c.      Pendidikan
Pada tahun 2011, pekerja jenjang pendidikan sekolah dasar (SD)masih mendominasi yakni 53,6 %.  Sedangkan pekerja dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil, pekerja dengan pendidikan diploma sebesar 3 %, pekerja pendidikan sarjana 4,9 %. Jumlah pengangguran sebesar 3,66 % dari total angkatan kerja.

B.     TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
Tidak memiliki keterampilan khusus untuk melayani jemaat perkotaan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Misalnya pendeta yang khusus melayani mahasiswa, buruh, profesional.
2. Peluang
  • Banyak gereja yang berdiri hal ini membuat pelayanan dapat mudah dilaksanakan.
·       Banyaknya jemaat yang sudah memberi perhatian untuk pelayanan
C.     PROGRAM  PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
2.     Mendata anggota jemaat sesuai dengan profesinya
3.     Membuat pelayanan kepada jemaat sesuai dengan profesinya
4.     Khusus untuk mahasiswa perlu mendirikan rumah pemondokan atau tempat kost.
5.     Memperbanyak kunjungan ke rumah-rumah jemaat
6.     Memberikan pelayanan kepada jemaat ekonomi lemah dengan mendirikan CUM.
7.     Membuka Pos PI  di tempat-tempat tertentu.


8.    Distrik IX SIBOLGA

A.     LATAR BELAKANG
Gereja HKBP yang berdiri di Sibolga adalah hasil Sending 1870. Distrik ini terdiri dari 25 ressort dan 180 huria dan 5 pos pelayanan.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Mata pencahariannya adalah nelayan, pedagang, petani, buruh dan Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan tingkat ekonomi dapat dirata-ratakan ekonomi menengah ke bawah. Distrik Sibolga merupakan kota pelabuhan, sehingga dapat dikatakan bahwa Distrik Sibolga adalah juga merupakan kota persinggahan.
Potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa, perdagangan dan industri maritim. Hasil utama perikanan, antara lain, kerapu, tuna, kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.
b.     Keagamaan
Masyarakat di Distrik Sibolga sebagian menganut agama Islam 40% dan Kristen 60%. Pemukiman warga biasanya berkelompok-kelompok berdasarkan agama yang dianut, hal ini mengakibatkan hubungan yang kurang baik antara umat beragama dan akhirnya warga sulit untuk berbaur.
c.      Pendidikan
Masyarakat yang mengecap pendidikan setingkat SMA 7,79 % anak laki-laki dan 3,30 %  perempuan. Persentase menunjukkan bahwa kesempatan mengecap pendidikan masih didominasi oleh kaum laki-laki.
Pemerintah Sibolga memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pendidikan. Pemko Sibolga mempunyai program kerjasama dengan USAID. Dan, ada 20 sekolah yang mengikuti program tersebut diantaranya DBE 1, BDE 2, DBE 3.  Jadi, semua program itu didukung oleh Walikota Sibolga APBD 2008 Pemko Sibolga sebesar Rp 311 M, sedangkan alokasi untuk pendidikan adalah 27 persen dari APBD. Dari sini kita dapat menilai bahwa perhatian dari Pemko terhadap pendidikan memang serius.
Hal tersebut diupayakan setelah melihat kenyataan bahwa hingga saat ini tercatat hanya 10 persen lulusan SMA sederajat di Sibolga yang mampu lulus ke perguruan tinggi negeri. Kebanyakan dari lulusan tersebut berasal dari SMA Unggulan Negeri 1, SMA Swasta Tri Ratna, SMA Negri 3, SMA Negri 2 dan beberapa SMA sederajat lainnya di Kota Sibolga.
 

B.     TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
·       Tidak ada Kabid Marturia yang definitif, karena itu diharapkan adanya kabid Marturia yang defenitif, supaya pelayanan marturia dapat berkembang.
·       Gerakan kharismatik yang semakin berkembang.
·       Gencarnya kegiatan-kegiatan pemerintahab di Tapteng sehingga gereja kehilangan kendali untuk mengontrolnya.
·       Dari segi budaya, lebih mengutamakan adat daripada ke gereja.
2. Peluang
  • Dikelilingi oleh saudara-saudara kita yang beragama Islam namun tetap dapat bekerjasama.
  • Pendeta yang ditempat di Distrik Sibolga adalah pendeta yang masih muda sehingga masih energik.
  • Jemaat sangat antusias jika dilibatkan ikut serta dalam pelayanan.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Untuk mengembalikan kembali jiwa sending maka program yang harus dilaksanakan di Sibolga adalah dengan melalui kesehatan dan pendidikan.
2.     Melaksanakan misi penginjilan melalui budaya. Hal ini bisa disampaikan misalnya melalui umpasa-umpasa yang dipadukan melalui firman Tuhan dan baiknya ditulis dalam sebuah buku agar bisa dimanfaatkan oleh jemaat.
3.     Melakukan pembinaan kepada parhalado untuk menumbuhkan kesadaran dan kemampuan bermarturia.
4.     Kepersonaliaan
Mengingat kota Sibolga adalah juga kota pelabuhan, maka di sana juga banyak terdapat buruh pelabuhan, maka perlu juga dipersiapkan pendeta yang melayani buruh.


9.    Distrik X MEDAN ACEH

A.     LATAR BELAKANG
HKBP Distrik X Medan Aceh berdiri pada tanggal 29 November 1951. Sedangkan penempatan pendeta pertama di Medan dilaksanakan tahun 1912. Distrik ini terdiri dari 75 Ressort dan 247 huria dan 2 Persiapan Ressort.
  1. Keadaan Sosial Ekonomi
Kehidupan masyarakat pada umumnya bertani, karyawan perusahaan, PNS, polisi/tentara, pemulung, tukang becak, supir pedagang, agen terminal dan pekerja sewaktu-waktu. Masyarakat dikategorikan dalam masyarakat majemuk seperti suku Aceh, Sunda, Jawa, Batak, Padang, Nias, Minang, Melayu, dll.
  1. Keagamaan    
Terdapat agama Hindu, Budha, Islam, Kristen Katolik/Ortodok, Kristen Protestan. Namun, masih banyak warga Kristen kurang menghidupi kekristenannya mulai dari anak hingga dewasa. Orangtua menyerahkan tanggung jawab penuh dalam mengasuh anak kepada gereja dan sekolah. Akhirnya setelah dewasa, banyak pemuda/ mahasiswa yang sudah pindah agama dan mengikuti aliran kharismatik.
  1. Pendidikan
Terdapat  jumlah universitas yang cukup banyak, SMA/STM, SLTP dan SD. Tingkat pendidikan masyarakat minimal tamatan SLTP.
Ressort/Jemaat HKBP Distrik X Medan Aceh sangat luas yang mencakup: Kotamadya, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo, Kabupaten Serdang Berdagai, dan Aceh.

  1. TANTANGAN DAN PELUANG
  1. Tantangan
·       Parhalado dan Jemaat masih kurang menghayati dan melaksanakan tugasnya
·       Sebahagian Parhalado kurang memberi dukungan kepada program marturia
·       Aliran Kharismatik yang sering menggarap anggota jemaat melalui perkunjungan ke rumah anggota jemaat
·       Anggota jemaat lebih suka “jajan rohani” kebaktian-kebaktian KKR
·       Anggota jemaat belum memahami makna bermarturia
·       Anggota jemaat memiliki banyak kesibukan sehingga kurang mendukung program pelayanan gereja.
  1. Peluang
Masih ada parhalado dan jemaat yang memberikan perhatian untuk mendukung pelayanan Dewan Marturia baik dari segi moril ataupun materi.

  1. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
  1. Penyebaran Firman melalui partangiangan
  2. Mengadakan pastoral konseling pra nikah
  3. Mengunjungi orang sakit
  4. Mengadakan pembinaan (kepada parhalado, kaum bapak, dewan marturia dan sie musik dan song-leader)di ressort dan huria
  5. Pelayanan kepada tukang becak
  6. Pelayanan ke penjara
  7. Pelayanan ke terminal
  8. Pelayanan kepada pedagang
  9. Pelayanan kepada anak jalanan
  10. Pelayanan kepada mahasiswa
  11. Pelayanan kepada Lansia
  12. Kebaktian Alternatif
  13. Kebaktian Kategorial
  14. Pembinaan Guru Sekolah Minggu


10.Distrik XI TOBA HASUNDUTAN

A. LATAR BELAKANG
Distrik XI Toba Hasundutan berdiri pada bulan November 1954. Sementara itu HKBP Balige berdiri tahun 1881. Wilayah HKBP Distrik XI Toba Hasundutan yang terdiri dari delapan (8) Ressort dan duapuluh tiga (23) jemaat, berada di Kabupaten Toba Samosir tepatnya di Kota Balige. Perkembangan di daerah ini maju pesat setelah + 10 tahun menjadi Kabupaten.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Di kabupaten Tobasa semakin banyak berdiri tempat-tempat hiburan, café, khususnya di Lumban Silintong. Mata pencaharian jemaat di Distrik XI Toba Hasundutan ini masih lebih banyak dari bidang pertanian, kemudian pedagang, nelayan, pegawai negeri sipil dan pengusaha.
b.     Keagamaan
Masyarakat Toba Hasundutan mayoritas beragama Kristen. Namun sebagian kecil warga masih menganut kepercayaan yang bersifat sinkritisme.
c.      Pendidikan
Kabupaten Tobasa, khususnya Balige memiliki sarana pendidikan sampai ke tingkat SMA. Tidak sedikit dari kabupaten lain yang melanjutkan pendidikan di Balige. Tingkat pendidikan jemaat paling sedikit tamatan SLTP.




B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Bertumbuhnya tempat-tempat hiburan di daerah Lumban Silintong (istilah yang sering terdengar “tenda biru”); bahkan dicurigai disana ada tempat prostitusi.
  • Banyaknya tempat-tempat kost untuk menampung siswa/I dari daerah lain yang sekolah di Balige.
  • Kebiasaan kaum bapak di warung yang akhirnya membebankan kaum ibu untuk bekerja memenuhi kabutuhan sehari-hari.
  • Maraknya perjudian, khususnya toto gelap (togel).
  • Semakin banyaknya gereja-gereja yang beraliran sekte tertentu.
2. Peluang
  • Toba Hasundutan adalah daerah yang  mayoritas penduduknya beragama Kristen (HKBP); sehingga melaksanakan kegiatan-kegiatan kerohanian tidak terlalu sulit.
  • Daerah pelayanan yang tidak terlalu luas sehingga tidak terlalu sulit untuk dijangkau.
  • Banyaknya anak-anak kost (tempat kost) yang membutuhkan pelayanan dan pengawasan khusus.
  • Para buruh pertekstilan yang belum dijangkau secara maksimal.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Melakukan pembinaan penginjilan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
2.     Pelatihan Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan secara terus-menerus.
3.     Bekerjasama dengan Pemkab menertipkan tempat-tempat yang melanggar asusila.
Kebutuhan Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
4.     Mengirim pelayan penuh waktu  yang memiliki keahlian khusus melayani siswa/i  (pendeta siswa), pendeta buruh (tekstil) dan pendeta khusus untuk naposobulung.
5.     Mengadakan pelayanan khusus di tempat-tempat kost bekerjasama dengan pemilik kost (ibu/bapak kost)
6.     Mengadakan pelayanan khusus di pabrik tekstil.
7.     Meningkatkan pelayanan di Lembaga Pemasyarakatan yang selama ini sudah dilayani HKBP Balige.



11.Distrik XII TANAH ALAS

A. LATAR BELAKANG
Pembentukan distrik Tanah Alas adalah tgl 30 Oktober 1971 sebagai pemekaran dari Distrik Medan Aceh. Pendeta HKBP yang pertama ditempatkan di Kotacane adalah tahun 1934. Distrik ini terdiri dari 8 ressort dan 44 huria.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, yang terbanyak adalah suku Alas di samping suku yang lain seperti Gayo, Singkil, Jawa, Mandailing, Minang, Karo, Aceh, dan Batak.
Jemaat-jemaat yang sebagian besar masuk ke wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ini berdiri sebagai hasil perpindahan orang-orang Batak Toba dalam jumlah yang besar dari bona pasogit ke Aceh Tenggara dan daerah sekitarnya untuk mencari penghidupan yang lebih layak baik di bidang pertanian maupun di bidang jasa. Keadaan tahun 2010 menunjukkan bahwa distrik ini terdiri dari 8 resort yang melayani 44 jemaat dengan jumlah anggota 20.500 jiwa. 6 resort dengan 29 jemaat berada di Kabupaten Aceh Tenggara, 2 resort dengan 14 jemaat di Kabupaten Karo dan 1 jemaat di Kabupaten Pakpak Barat. Banyak jemaat  belum bisa dilalui dengan kendaraan roda empat. 
Orang Batak di daerah ini semakin lama semakin miskin karena banyak orang Batak menjual tanahnya kepada orang Alas, banyak orang batak masih bertahan menganut pola pertanian menanam padi dan jagung, sementara orang-orang Alas sudah menganut pola perkebunan coklat dan kelapa sawit.
b.     Keagamaan
Masyarakat di daerah Tanah Alas 90% menganut agama Islam, 8 % menganut agama Kristen dan selebihnya mempercayai praktek perdukunan misalnya dalam kegiatan pertanian. Mereka melakukan upacara dengan latar belakang kepercayaan tertentu agar pertanian mereka mendatangkan hasil yang baik dan terhindar dari hama.
c.      Pendidikan
Kedatangan para ilmuwan dan peneliti ini dapat memberikan sumbangan sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang biologi, kehutanan, aliran sungai, dan pertanian.
Pendidikan merupakan pilar pembangunan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara juga sangat menyadari hal ini dan telah berupaya untuk memaksimalkan pelayanan pendidikan kepada masayarakat. Namun, keterbatasan dana menjadi alasan klasik mengapa kualitas pendidikan di Kabupaten Aceh Tenggara masih harus ditingkatkan.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
Distrik ini memiliki banyak warga yang masih mempercayai hadatuon. Banyak warganya yang menjadi warga binaan di Lapas. Di bidang adat Batak juga perlu dibina. Belakangan ini bisa terjadi pemborosan dalam upacara adat, misalnya memasak daging 500 kg, beras 20 kaleng, padahal jumlah tamu yang makan hanya 500 orang. Waktu makanpun menjadi masalah karena jam 16 baru makan karena banyak waktu tersita untuk manortor. Banyak warga jemaat yang malas mengikuti ibadah Minggu, hanya 30% s-d 40% saja rata-rata jumlah pengunjung ibadah. Banyak warga jemaat yang sengaja bekerja di ladangnya pada hari Minggu, sebagian kaum bapak duduk-duduk di kedai pada jam kebaktian Minggu.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Penyelenggaraan seminar adat Batak dan diikuti implementasi hasil seminar tersebut dalam prakteknya sehari-hari. Memilah-milah antara hal-hal yang termasuk adat Batak dan hal-hal yang masuk ranah perdukunan. Sangat dibutuhkan pembinaan rohani dan pendalaman firman Tuhan, sehingga kepercayaan akan dukun semakin berkurang dan akhirnya lenyap.
2.     Agar disusun juga materi kesaksian tentang inkulturasi. Diadakan pula penyusunan tata ibadah untuk pertangiangan marga-marga.
3.     Kebaktian-kebaktian kebangunan rohani sangat mendesak untuk dilaksanakan. Penduduk yang berlatar suku Alas tidak ada yang masuk Kristen, tetapi orang Kristen di sana sudah banyak yang berpindah menjadi Islam.
4.     Pembekalan warga jemaat tentang kemampuan berinteraksi dengan tetangga-tetangganya yang berbeda suku dan agama sungguh menjadi kebutuhan agar tercipta kerukunan dalam masyarakat.


12.   Distrik XIII ASAHAN/LABUHAN BATU

A. LATAR BELAKANG
HKBP Distrik XIII Asahan Labuhan Batu berdiri pada tanggal 31 Juli 1974. Distrik ini terdiri dari 20 ressort, 3 persiapan ressort dan 179 huria yang berdomisili di wilayah Kabupaten Asahan, Labuhan Batu, Simalungun dan Batubara.


a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduknya bermata pencaharian : bertani, beternak (sapi, kerbau, ayam, kodok, dll.), berkebun, berdagang/pengusaha, Nelayan, Karyawan, Pegawai Negeri Sipil/Militer, transportasi darat dan laut dan Pengrajin/Keterampilan songket di Batubara.
b.     Keagamaan
Agama yang dianut oleh penduduk Islam, Kristen (Protestan, Katholik, Pentakosta, Advent) Hindu, Budha, Aliran Kepercayaan termasuk Parmalim  (di Labuhan Ruku Kecamatan Talawi).
c.      Pendidikan
Sarana, prasarana dan tenaga pendidik cukup memprihatinkan di Kabupaten Labuhan Batu.  Mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai ke tingkat sekolah lanjutan atas.
Salah satu komitmen dari Forum Masyarakat Labuhan Batu (formal) dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat Labuhan Batu khususnya generasi muda masa sekolah yang bakal menjadi penerus bangsa di Labuhan Batu melalui peningkatan kulitas pendidikan di Labuhan Batu adalah dengan melakukan pelatihan-pelatihan bagi guru-guru pengajar.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Fanatisme sebagian penganut agama  yang “terorganisir” seperti “sirkus”
  • Perubahan peta sosial yang memaksa perpindahan penduduk dari daerah “miskin” menuju daerah yang lebih “surplus”. Hal ini berpengaruh pada perpindahan jemaat HKBP (dulu besar, sekarang kecil seperti di wilayah Sei Naetek, Tanjung Leidong  Tinjouan).
  • Gerakan  pengembangan Aliran Karismatik  yang  ditambah dengan kurang gigihnya  upaya menunaikan tritugas panggilan Gereja dari warga, majelis/pelayan secara pribadi dan atau Lembaga, karena berbagai alasan dan keadaan.

2. Peluang
  • Masih luasnya wilayah penginjilan baik ke dalam maupun ke luar.
  • Kerinduan karena kesadaran Warga/Majelis/Pelayan akan kematangan pemahaman iman Kristiani, Liturgi dan hal-hal kegerejaan lainnya.
  • Tetap masih terbuka peluang bagi variasi pelayanan melalui ibadah, perkunjungan, pengorganisasian dan pengaktualisasian sasaran.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
  1. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan bersending-PI Warga, Majelis/Pelayan melalui pelatihan bersending-PI konsultasi, seminar, Diskusi/Panel baik dalam hal beribadah, Kebaktian (KKR) Thematis, Penelaahan Alkitab kategori Anak Sekolah Minggu, Remaja/Pemuda dan Lanjut usia, sehingga terwujudnya jemaat missioner (bnd.mampu mendengar panggilan, pilihan dan melakukan penyuruhan Tuhan Yesus).
  2. Meningkatkan keterampilan akan nyanyian Gereja/Rohani dengan pelatihan pemain musik, song-leader dan perlengkapan alat-alat musik gereja secara variatif.
  3. Menjejaki, membuka dan mengembangkan pos-pos Sending-PI yang dilayani/diupayakan jemaat/Ressort terdekat secara berdiri sendiri dan akan bekerjasama dengan Bidang Marturia Distrik dan Biro Sending-PI Kantor Pusat HKBP.
  4. Pelatihan/Pembinaan Sending-PI khusus kepada Parhalado dengan sasaran membangun militansi konsistensi “haparhaladoon” dimana hal itu pasti membantu penyebaran Injil yang lebih memadai sesuai kebutuhan dan perkembangan jaman (bnd. Parhalado yang missioner karena visioner).
  5. Meningkatkan pelayanan/penggembalaan “memanggil pulang” Warga/Majelis yang jenuh/lari/frustasi selama ini dengan ragam alasan demi membangun kebersamaan bersending-PI.



13.DISTRIK XIV TEBING TINGGI DELI

A. LATAR BELAKANG
            Distrik XIV Tebing Tinggi Deli berdiri pada tanggal 24 Februari 1983. Distrik ini terdiri dari 23 Ressort dan 127 huria; tersebar di kotamadya Tebing Tinggi. Secara geografis Kota Tebing Tinggi terletak diantara 30 19'-30 21'Lintang Utara dan 980 11'-980 21'Bujur Timur. Posisi Kota Tebing Tinggi ada di bagian Utara Provinsi Sumatera Utara pada ketinggian tempat 26-34 m di atas permukaan laut dan kondisi wilayah relatif datar. Luas wilayan Kota Tebing Tinggi 38.438 km2 secara administratif terdiri dari 3 Kecamatan dan 27 Kelurahan dengan jumlah penduduk 26.570 jiwa.

a. Keadaan Sosial Ekonomi
Menurut Data Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara, Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan (Ibukota Provinsi Sumatera Utara) serta terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas Jalan Tebing Tinggi. Di Kota Tebing Tinggi terdapat sarana dan prasarana perhubungan darat dan kereta api, selain itu juga tersedia sarana dan prasarana listrik, telekomunikasi dan air bersih.
Mata pencaharian jemaat mencakup Petani, Karyawan Perkebunan/Perusahaan, Nelayan, Partigatiga/pedagang dan pegawai negeri. Ada 3 komoditi pertanian yang patut menjadi perhatian yaitu: sawit, kelapa dan karet. Selain sebagai pusat kegiatan pengelolaan hasil pertanian dan perkebunan rakyat, Kota Tebing Tinggi juga berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa ekonomi, dalam hal ini sebagai terminal dan pendistribusian wilayah hinterland dari Kota Tebing Tinggi sendiri.


b. Keagamaan
            Masyarakat bersifat pluralis dengan 56 % agama Islam, 33 % agama Kristen/Katolik, 0,18 % Hindu, 2,82 % Budha. Disamping itu masih ada sebagaian kecil masyarakat yang mempercayai okultisme.
c. Pendidikan
          Masyarakat terdiri dari berbagai macam etnis seperti Cina, Melayu, Tapanuli, Jawa, Mandailing, Simalungun, Karo dan Minangkabau. Dengan keragaman etnis tersebut maka memberikan kemungkinan pengayaan budaya dan pendidikan di kemudian hari. Sehingga pemerintah mengedepankan sektor pendidikan dan kebudayaan sebagai salah satu prioritas pembangunan. Dari total rencana APBD tahun 2003 Rp 143,8 miliar, Rp 6,28 miliar dialokasikan untuk sektor pendidikan.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Masih banyak warga jemaat yang memiliki kepercayaan ganda tentang hadatuon dan begu ganjang.
  • Kurangnya dana untuk meningkatkan pelayanan penginjilan.
  • Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang kegiatan pelayanan marturia
  • Tidak ada Kabid marturia yang definitif
2. Peluang
·       Program marturia dengan melakukan Kebaktian Kebangunan Rohani sangatlah tepat mengingat keadaan jemaat yang masih percaya akan okultisme.
·       Pelayan dan jemaat memiliki kemauan/rasa antusias untuk terlibat dalam program pelayanan marturia
·       Ada keinginan jemaat untuk meningkatkan kemampuan dalam seni musik gereja dan songleader.




C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pelayanan ke Penjara
2.     Pelayanan kepada jemaat yang malas ke gereja dengan cara mengadakan perkunjungan rumah oleh pendeta beserta seksi yang membidangi marturia
3.     Pelatihan Musik Organis, song-leader dan dirgent. Pelatihan dilakukan bukan kepada pemula melainkan kepada mereka yang sudah memiliki kemampuan dengan tujuan meningkatkan mutu ibadah Minggu.
4.     Melakukan KKR. Dalam upaya menghapuskan kepercayaan kepada roh-roh.
5.     Melakukan pembinaan kepada parhalado
6.     Melakukan pelatihan bermarturia dengan metode EE (Evangelism Explotion) secara pribadi.
7.     Mengadakan seminar tentang budaya dan injil
8.     Melakukan pelayanan kepada jemaat yang bekerja sebagai karyawan kebun dengan memberikan kuliah umum tentang ajaran Kristen di kantor persatuan Kristen di kebun.
9.     Bermarturia melalui bulletin, media informasi, dan NSP Marturia
10.  Menempatkan pelayan yang defenitif untuk bidang marturia.


14.Distrik XV SUMBAGSEL

A. LATAR BELAKANG
Distrik XV Sumbagsel berdiri pada bulan Februari 1985. Distrik ini terdiri dari 18 Ressort, 101 huria dan 2 pos pelayanan; tersebar di empat (4) propinsi yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Bangka Belitung. Karena luasnya daerah pelayanan sehingga Distrik ini di bagi atas tiga (3) regional yaitu: Regional Palembang + Babel, Regional Lampung dan Regional Bengkulu. Tujuan pembagian ini adalah untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan pelayanan yang sifatnya tingkat distrik. 
a. Keadaan sosial ekonomi
            Sumatera Selatan adalah salah satu provinsiIndonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena sempat menjadi ibu kota dari Kerajaan Sriwijaya.
Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes dan tempoyak.
Sektor pertanian: sebagai propinsi lumbung pangan, Sumatera Selatan memiliki potensi sumber daya lahan yang luar biasa. Luas lahannya mencapai 752.150 Ha. Sumber daya lahan tersebut digunakan sebagai lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Dari lahan ini menghasilkan berbagai produk unggulan yang meliputi; tanaman padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar ditambah komoditas unggulan lain berupa sayuran dan buah - buahan.
Sektor Pertambangan: Potensi sumber daya alam atau sumber energi Sumatera Selatan melimpah ruah. Sumber energi ini meliputi minyak bumi, gas bumi, batubara dan energi kelistrikan. Semua potensi tersebut merupakan modal dasar dalam mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Palembang.

           
b. Keagamaan
            Masyarakat bersifat pluralis, 85% Islam, 1,6% Kristen, 1,5% Katolik, 1,5% Budhadan 0,85% Hindu.Hubungan sosial terutama di dasarkan kepada semangat kebangsaan, walaupun dalam kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, seperti dalam bercakap-cakap atau cara bicara yang sopan.Pada umumnya penduduk Sumatera Selatan sangat hormat kepada para tamu dan pengunjung yang berasal dari daerah lain.
            Gaya hidup mereka sangat dipengaruhi oleh era modernisasi. Sebagian besar penduduk sangat terbuka dalam perilaku mereka terutama dengan aspek positif serta menyambut baik reformasi dan inovasi terutama yang berkaitan dengan konsep pembangunan.
c. Pendidikan
Pembangunan daerah Provinsi Sumatera Selatan  yang berlangsung selama ini, selain telah menghasilkan berbagai keberhasilan  yang telah dicapai, juga masih terdapat beberapa permasalahan yang perlu diatasi. Dengan melihat kondisi yang ada, berbagai permasalahan pokok yang menuntut  perhatian dalam pembangunan ke depan diantaranya adalah : (1) Masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kualitas SDM yang masih rendah menjadi penyebab utama tingginya pengangguran dan kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan, kesehatan, keterampilan/keahlian, dan kompetensi tenaga kerja yang masih rendah; (2) Masih terbatasnya sarana dan prasarana, Pembangunan wilayah pusat pertumbuhan bertujuan untuk mempercepat keseimbangan pembangunan antar wilayah, masih besarnya ketimpangan pembangunan, membutuhkan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan; (3) Belum optimalnya pemanfaatan Sumberdaya Alam, kekayaan  sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Sumatera Selatan merupakan potensi yang besar untuk dapat melaksanakan pembangunan wilayahnya, namun belum dikelola secara efektif dan efisien untuk memberikan manfaat yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat Sumatera Selatan.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Daerah pelayanan Distrik yang sangat luas meliputi empat (4) propinsi sehingga menyulitkan dalam pelayanan.
·       Jemaat memiliki status minoritas dalam masyarakat.
  • Kurangnya tenaga full time untuk melakukan pelayanan di daerah zending di Enggano.
·       Kurangnya Dana untuk meningkatkan pelayanan dan Pekabaran Injil di daerah zending di Enggano.
2. Peluang
·       Daerah pelayanan Distrik yang luas memungkinkan pekabaran injil yang lebih luas dengan mengefektifkan regional yang telah dibentuk.
·       Adanya daerah zending yaitu Enggano.
·       Huria-huria dan  warga jemaatnya bersedia mengambil bagian dalam usaha pekabaran injil.
·       Banyaknya Warga Kampus (mahasiswa/i) yang beragama Kristen, khususnya orang batak yang datang ke Bengkulu. Diperkirakan setiap tahun ajaran yang baru + 120 orang batak yang datang ke Bengkulu untuk kuliah di Universitas Bengkulu. Kemungkinan juga ke kota Palembang. 
·       Kerukunan umat beragama di Sumbagsel masih baik dan kondusif meskipun mayoritas beragama Islam.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Melakukan pembinaan penginjilan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
2.     Pelatihan Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan secara terus-menerus.
3.     Mendirikan pos-pos pelayanan di tempat yang belum tersentuh pelayanan gereja, khususnya di Lingkungan Kampus.
4.     Mencari sahabat penginjilan (aleale ni sending) untuk membantu jemaat-jemaat dalam pendanaan pelayanan ke daerah-daerah sending dan Kampus.
Kebutuhan Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
5.     Mengirim pelayan penuh waktu  yang memiliki keahlian khusus melayani mahasiswa/i (pendeta mahasiswa).
6.     Meminta dan mendorong pemerintah daerah untuk menempatkan dosen agama Kristen Protestan (sebagai dosen tetap) di lingkungan kampus yang ada di Sumbagsel.
7.     Memikirkan dan mengadakan beasiswa kepada mahasiswa yang tidak mampu dan yang berprestasi bekerjasama dengan diakonia.


15.  Distrik  XVI  HUMBANG HABINSARAN

A. LATAR BELAKANG
Distrik Humbang Habinsaran berdiri pada tanggal 23 Mei 1987. Distrik ini terdiri dari 23 ressort, 113 huria dan 1 pos pelayanan yang berada di wilayah kabupaten Tapanuli Utara.
a. Keadaan sosial ekonomi
            Pada umumnya masyarakat bekerja sebagai petani, pedagang, karyawan swasta, petani, Pegawai Negeri Sipil, berkebun (kopi, palawija, buah-buahan). Masyarakat masih bersifat tradisional yang didominasi oleh suku Batak. Itulah sebabnya jemaat di Distrik XVI Humbang Habinsaran ini masih mengutamakan kegiatan adat daripada gereja.
b. Keagamaan
Penduduk 90 % memeluk agama Kristen,  Islam 10 %, Hindu – Budha 10 %.
c. Pendidikan
            Secara nasional tingkat pendidikan masyarakat Indonesia masih rendah. Dapat dilihat dari data BPS tahun 2009. Angka partisipasi sekolah SD adalah 97,95, SMTP 85,43, SMTA 55,05 dan pendidikan tinggi 12,66. Padahal tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat kemiskinan suata daerah. Salah satu langkah untuk mengeluarkan masyarakat desa dari tingkat kemiskinan adalah dengan memperbaiki mutu pendidikan masyarakat. Semakin banyak masyarakat desa yang memiliki pengetahuan maka akan semakin jauh masyarakat dari tingkat kemiskinan. Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan penduduk. Minimnya media menyebabkan motivasi masyarakat desa untuk melanjutkan pendidikan rendah. Maka dari itu perlu dilakukan perubahan pola berpikir masyarakat bahwa pendidikan itu penting. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan pembukaan taman bacaan di setiap desa.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Kehadiran Aliran tertentu yang menantang eksistensi gereja
  • Adanya kepercayaan pada kuasa hadatuon dan Beguganjang.
  • Universitas UNITA tidak terbuka terhadap pelayanan marturia kepada mahasiswa yang dilayani oleh gereja.
  • Sistem masyarakat tradisional menyebabkan mereka lebih mengutamakan kegiatan adat daripada kegiatan gereja.
  • Maraknya masalah kemiskinan dan ketertinggalan
  • Adanya kesenjangan ekonomi di dalam masyarakat yang seringkali mengakibatkan kecemburuan sosial.
2. Peluang
  • Tantangan akan kehadiran aliran Karismatik dan kepercayaan okultisme sangat relevan untuk dijangkau oleh program marturia/sasaran penginjilan
  • Keberadaan Universitas UNITA dapat dijangkau oleh pelayanan marturia khususnya di bidang biro outreach dengan cara melakukan pendekatan kepada pimpinan lembaga.
  • Keinginan untuk mengutamakan adat merupakan peluang marturia karena adanya keinginan masyarakat untuk bersekutu. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan persekutuan secara marga atau kategorial usia
  • Masalah kemiskinan dapat diatasi dengan cara melakukan kerja sama  dengan pemerintah untuk melakukan sebuah kegiatan pengembangan masyarakat sebagai sarana bermarturia.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
2.     Melakukan Kebaktian kebangunan rohani secara bergilir pada setiap ressort di distrik XVI Humbang Habinsaran
3.     Melakukan pelatihan penginjilan pribadi kepada pelayan penuh waktu, parhalado dan kemudian pelayan akan melanjutkan kepada jemaatnya.
4.     Menempatkan pelayan yang khusus melayani mahasiswa UNITA
5.     Mendorong pemerintah untuk membangun ekomoni rakyat terlebih masyarakat marjinal.
6.     Mengadakan kebaktian keluarga pelayan sekali dalam sebulan
7.     Mengadakan pelatihan musik gereja, song-leader, dirigent dan koor
8.     Mengadakan pelayanan ke lembaga pemasyarakatan/ penjara
9.     Memberikan seminar tentang Marturia kepada seluruh pelayan gereja
10.  Mendirikan pos-pos pelayanan sending di wilayah yang belum terjangkau pelayanan gereja.


16.Distrik XVII INDONESIA BAGIAN TIMUR

A. LATAR BELAKANG
Distrik XVII IBT berdiri pada tanggal 23 Oktober 1993. Distrik ini terdiri dari 18 ressort dan 101 huria. Setengah dari persada tanah air adalah Indonesia Bagian Timur, yaitu: Irianjaya, Bali, Jawa, Sulawesi dan Kalimantan serta Irianjaya. Semua daerah ini adalah sangat sulit untuk dijangkau. Jarak yang sangat jauh antara Irianjaya ke Banjarmasin misalnya, membuat sangat sukar untuk membuat peta penginjilan, dan sulit untuk melakukan penginjilan.
a. Keadaan sosial ekonomi
            Di distrik IBT ini ada tiga daerah yang menjadi kawasan industri, yaitu: Gresik, Kediri dan Surabaya. Dan banyak anggota jemaat yang bekerja sebagai buruh di pabrik. Kesibukan dalam bekerja sebagai buruh membuat para anggota jemaat sulit untuk bertemu, bisa saja mereka dapat bertemu hanya pada waktu pesta.
b. Keagamaan
Di wilayah Timur, kekristenan adalah agama utama, 8% dari populasi adalah pengikut. Bali Hindu membentuk sekitar 2%, dari populasi, Budha 1% dan Animisme 1%.
Namun Ada beberapa daerah di Distrik IBT yang belum tersentuh oleh Injil. Daerah Mukomuko misalnya, ada jemaat HKBP 50 kk yang sudah 10 tahun tinggal di daerah ini, tapi mereka belum pernah dilayani.
c. Pendidikan
Persentase penduduk berusia 10 tahun keatas yang buta huruf di daerah pedesaan (11,05 persen) hampir tiga kali lipat lebih besar dibandingkan daerah perkotaan (4,39 persen). Di daerah perkotaan mulai kelompok umur 10 - 14 tahun sampai dengan kelompok umur 25 - 29 tahun persentase penduduk yang buta huruf sudah dibawah 1 persen, sedang di derah pedesaan berkisar antara 1,54 persen sampai dengan 2,77 persen pada kelompok umur yang sama. Masih cukup tingginya persentase penduduk 10 tahun keatas yang buta huruf sangat dipengaruhi  oleh tingginya persentase  penduduk buta huruf usia 40 tahun keatas.
Penduduk yang berumur 5 tahun ke atas pada tahun 2005 dengan status masih sekolah sebesar 24,50 persen dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 64,91 persen sedang untuk yang tidak atau belum pernah sekolah sebesar 10,59 persen. Hasil Susenas 2005 juga menunjukkan bahwa penduduk yang masih bersekolah pada kelompok umur 10 - 14 tahun mempunyai persentase paling tinggi. Sementara itu, untuk penduduk yang belum atau tidak pernah sekolah paling tinggi persentasenya pada kelompok umur 5 - 9 tahun
Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), dan berbagai program pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan  SDM yang tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan, terutama penduduk kelompok usia sekolah (umur 7 - 24 tahun).

B. TANTANGAN DAN PELUANG
Tantangan yang dihadapi ketika melakukan PI yaitu peraturan pemerintah, orang daerah, kelompok mayoritas-minoritas. Jauhnya domisili sehingga tidak bisa dijangkau.
Di daerah Jawa pegunungan Tengger, mereka tidak menganut salah satu agama namun bila di depan TV mereka sangat baik bahkan melebihi  orang-orang yang sudah beragama. Begitu juga dengan suku Badui di Jawa Barat mereka tidak menganut satu agama namun selalu bersikap baik.
Di samping itu di Jawa Timur dan di daerah Surabaya ada tradisi harus berpakaian Hijau dan disebutlah itu daerah Hijau (Islam).
Peluangnya adalah adanya tempat yang sudah pernah dilayani namun tidak dilanjutkan lagi.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Melihat luasnya daerah pelayanan Distrik IBT maka perlu dibentuk pos-pos sending di daerah-daerah tertentu, di Gresik, Kediri misalnya, dan di Mukomuko. Dan itu sudah dimulai dengan mendirikan pos pelayanan di Surabaya yaitu “pondok benono” sebagai pos pelayanan beribadah untuk memberitakan Injil. Hal yang sama dapat dilaksanakan di tempat-tempat tertentu di mana terdapat jemaat HKBP.
2.     Disamping itu perlu juga untuk membuka pelayanan ke penjara, Rumah Sakit, atau tempat-tempat sosial yang membutuhkan PI.
3.     Mengingat banyaknya mahasiswa, dan buruh di distrik ini, maka perlu diprogramkan juga  membuat pelayanan ke mahasiswa dan buruh.

Kepersonaliaan
Untuk mendukung pelayanan ini maka perlu ditambah kepersonaliaan, baik untuk pendeta mahasiswa, maupun buruh.


17.Distrik XVIII JABARTENGDIY

A. LATAR BELAKANG
Jemaat-jemaat HKBP yang berada di provinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian besar provinsi Jawa Barat dimekarkan oleh Distrik Jawa-Kalimantan mejadi sebuah distrik dengan nama Distrik Jabartengdiy (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Peresmian distrik ini berlangsung tanggal 4 September 1995. Distrik ini terdiri dari 15 ressort, 1 persiapan ressort, 38 huria dan 4 pos pelayanan. Jemaat yang pertama berdiri di distrik ini adalah jemaat HKBP Bandung, di mana kebaktian pertama diadakan tanggal 16 Juni 1935 di Sekolah Kristen H.I.S. (Hollandse Indische School) di Jalam Pasirkaliki Bandung. Ketika itu para pemuda Batak berdatangan ke Pulau Jawa, sebagian untuk melanjutkan studi, dan sebagian lagi untuk mencari pekerjaan menjadi pegawai negeri, karyawan swasta, pengusaha dan tentara.

a. Keadaan sosial ekonomi
            Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini menganut budaya Jawa yang sudah mulai mengalami perkembangan. Sejak masa kerajaan Mataram, agama Islam telah berkembang, sehingga kebudayaan Jawa berkembang secara menyeluruh. Hasil-hasil budaya yang timbul merupakan perpaduan antara kebudayaan lokal, yakni Hindu, Budha serta kebudayaan Islam. Masuknya Belanda sebagai penjajah turut mempengaruhi kehidupan masyarakat Jawa maupun Kraton. Sebagai konsekuensinya budaya Jawa juga terpengaruh oleh budaya Barat.
            Sifat kegotong-royongan masih menjadi ciri dari masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sementara bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan sifat kegotong-royongan ini sudah semakin pudar dan bergeser ke arah sifat yang individualis. Setiap anggota masyarakat sudah disibukkan dengan pekerjaan dan kehidupannya masing-masing, sehingga interaksi sosial di antara mereka sudah semakin berkurang.
b. Keagamaan
            Mayoritas masyarakat beragama Islam. Tetapi secara umum, kehidupan beragama di Daerah Istimewa Yogyakarta nampak berjalan secara harmonis, serasi dan seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari kegairahan masyarakat beragama untuk berperan aktif dalam menyukseskan program pembangunan bidang agama khususnya, dan program pembangunan nasional pada umumnya. Pendekatan para tokoh dan pemuka agama untuk memberikan motivasi lewat jalur agama telah menunjukkan karya nyata serta menumbuhkembangkan kehidupan beragama yang lebih semarak, sehingga di masa-masa mendatang, Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan akan dapat mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
c. Pendidikan
            Pada awalnya, sistem kemasyarakatan (orang Jawa) secara garis besar terstratifikasi atas priyayi yang terdiri dari keluarga bangsawan, pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut wong cilik, seperti petani, tukang-tukang dan pekerja kasar lainnya. Namun seiring dengan perkembangan masyarakat, stratifikasi sosial masyarakat yang semula terstratifikasi dalam beberapa lapisan tersebut semakin memudar. Kondisi ini didukung oleh perkembangan tingkat pendidikan yang cukup pesat, di mana semakin banyak orang yang dapat mengenyam pendidikan yang semakin tinggi.



B. TANTANGAN DAN PELUANG
Situasi jemaat-jemaat di distrik ini berbagai ragam, yakni:
·       Jemaat yang memiliki banyak mahasiswa, sehubungan sejumlah kota terkenal sebagai kota-kota pelajar dengan perguruan tinggi ternama seperti ITB, Unpad, Undip, UGM, UNS, UPI, Unpar, Unsoed, dsb. Banyak warga jemaat dari Bona Pasogit yang menyekolahkan putra-putrinya di perguruan-perguruan tinggi tersebut, di samping keluarga-keluarga dari jemaat di daerah tersebut yang memiliki anak menimba studinya di sana.
·       Jemaat yang memiliki banyak warga yang pekerjaannya membungakan uang, antara lain di Cikampek, Purwakarta, Bandung, Pekalongan, dll.
·       Jemaat yang memiliki banyak warga yang bekerja sebagai buruh

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Prioritas program penginjilan adalah pelayanan rohani di kalangan mahasiswa, buruh dan rentenir.
2.     Dibutuhkan adanya kebaktian alternatif.
3.     Penyusunan tata ibadah ibarat restoran: dimasak dalam dapur yang sama tetapi rasanya beraneka ragam.
4.     Para penatua perlu dihimbau untuk menyetujui ibadah alternatif. Sejumlah anak-anak HKBP, tetapi tidak memasuki HKBP.
5.     Pelayanan rohani kepada warga yang bekerja sebagai rentenir bukan dimaksudkan supaya mereka menghentikan kegiatan selaku rentenir, melainkan supaya mereka memperingan beban bunga dari para peminjam dan supaya kasih Kristus menjadi landasan utama dalam menentukan besarnya bunga uang.
6.     Di Pantura banyak warga HKBP yang datang dari Bona Pasogit, sehingga perlu memperhatikan penginjilan bagi mereka. Kalau penginjilan seperti ini diabaikan tidak mustahil warga itu akan mudah berpaling dari iman Kekristenan.



18.Distrik XIX JAKARTA 2

B.     LATAR BELAKANG
Berdasarkan keputusan Sinode Godang -56 HKBP di Seminarium Sipoholon, ditetapkanlah Distrik XIX Jakarta 2 pada tahun 2002. Distrik ini terdiri dari 33 ressort, 2 persiapan ressort dan 71 huria, 1 pos pelayanan. Distrik Jakarta 2 mencakup, Jakarta Selatan, Depok- Bogor-Sukabumi, Jakarta Timur, Bekasi-Krawang, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Tangerang- Banten.
a.     Keadaan sosial ekonomi
Struktur masyarakatnya adalah campuran modern dan tradisional primordial. Modern karena daerah ini adalah daerah sub-urban atau satelit dari Jakarta di mana tempat bermukim penduduk dengan strata sosial menengah atas dengan tingkat pendidikan yang cukup baik.
Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Di samping Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, kantor-kantor pusat perusahaan nasional banyak berlokasi di Jakarta. Saat ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Jakarta.
Dari sisi umat Kristen khususnya warga Batak, struktur sosialnya terdiri dari sosial menengah, atas dan edukatis dan masyarakat kelas starata sosial bawah. Strata sosial menengah adalah pekerja-pekerja dan professional yang bekerja di Jakarta sedangkan sosial bawah adalah perantau langsung dari Tapanuli dengan profesi supir, pekerja pabrik, tambal ban, dan pedagang kecil tidak menetap.
b.     Keagamaan
Agama yang dianut oleh penduduk beragam, 84,4% Islam, 6,2% Protestan, 5,7% Katolik, 1,2% Hindu, 3,5% Budha. Terdapat sejumlah besar tempat peribadatan untuk masing-masing agama.


c.      Pendidikan
Sebagian besar masyarakat berpendidikan SMA/Aliyah/SMEA yaitu sebesar 20.94 % dan SMP/MTs sebesar 18,07%. Ternyata banyak juga sebesar 11,5 % yang tidak sekolah dan 2,63% berpendidikan S2/S3. Apabila di perinci per jenis kelamin maka untuk kelompok usia ≥ 5 tahun maka grafik batang berikut dapat memperlihatkan gambarannya.

C.     TANTANGAN DAN PELUANG
  1. Tantangan
Pelayanan bidang marturia Distrik XIX Jakarta 2 adalah pelayanan yang penuh tantangan, mengingat wilayah Jakarta Timur dan Bekasi kota serta Kabupaten yang cukup luas dan merupakan salah satu wilayah terpadat di Jabotabek. Sulitnya pemukiman dan ekonomi membuat para pemuda-pemudi mengontrak satu rumah dan hidup dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan. Banyak perempuan yang tidak menikah. Di samping itu juga seringnya mereka memakai hari Minggu untuk bekerja sebab uang lembur pada hari Minggu sangat menggiurkan.
  1. Peluang
Peluangnya, banyaknya Gereja di Distrik XIX Jakarta 2 di mana terdapat 32 ressort dan 2 persiapan ressort dengan jumlah huria 68 gereja. Di samping itu adanya jemaat, evanggelis yang memberikan perhatian yang serius di dalam pelayanan ini dengan memberikan fasilitas untuk rumah doa.

D.    PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Program yang dilaksanakan adalah dengan memberdayakan warga jemaat dengan mendorong setiap jemaat untuk mampu mencari dan membawa kembali minimal satu jiwa. Untuk itu maka perlu dilaksanakan pelatihan, memperlengkapi jemaat melalui metode penginjilan EE (Evanggelis Explosion).
2.     Mengadakan pelayanan ke rumah sakit, rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan, dan kunjungan ke instansi-instansi.
3.     Pendirian rumah doa di tempat-tempat pemukiman.
4.     Mengadakan pelayanan ke terminal-terminal.
5.     Mengadakan pelayanan pastoral melalui perkunjungan.
6.     Membuat pelayanan kepada mahasiswa, buruh, marginal dan kaum profesional.
7.     Membuat pusat rehabilitasi untuk penyakit narkoba.
Kepersonaliaan
Melihat luasnya pelayanan, sudah perlu ditempatkan pelayan yang khusus melayani buruh, mahasiswa, kaum professional dan marginal.



19.Distrik XX KEPULAUAN RIAU

A. LATAR BELAKANG
HKBP Distrik Kepulauan Riau merupakan salah satu distrik yang berdiri berdasarkan Keputusan Sinode Godang HKBP 30 September s.d. 4 Oktober 2002 selaku pemekaran dari Distrik Sumbagsel. Distrik ini terdiri dari 10 ressort dan 46 huria.
Distrik ini terbagi dalam dua sentra pelayanan, yakni:
a.     Sentra Tanjung Pinang, yang mencakup Resort Tanjung Balai Karimun, Resort Tanjung Uban, Resort Tanjung Pinang dan Resort Singapura.
b.     Sentra Batam, yang mencakup Resort Batam, Resort Barelang, Resort Batu Aji Lama, Resort Mahanaim, Pers. Res. Estomihi Bengkong dan Per.Res. Palmarum Sekupang

a. Keadaan Sosial Ekonomi
            Secara geografis provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251.810,71 km² dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1.350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ibukota provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjung Pinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat internasional serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar.
            Potensi di bidang peternakan difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam dan ternak kambing yang umumnya masih dilaksanakan oleh peternakan kecil. Hampir diseluruh wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun dan Kota Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi, gambir, nenas serta cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Kabupaten Kepulauan Riau dan Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit.
b. Keagamaan
             Mayoritas agama yang dianut oleh masyarakat ialah agama Islam. Guna mengarahkan kehidupan beragama untuk amal dan kepentingan bersama telah tersedia tempat-tempat ibadah menurut agama yang dianut baik yang dibangun oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Data yang dikumpulkan dari Kanwil Departemen Agama menunjukkan bahwa pada tahun 2008 di Provinsi Riau (diluar Provinsi Kepulauan Riau) terdapat 5 229 mesjid dan 783 gereja.
c. Pendidikan
            Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin maju pendidikan berarti akan   membawa berbagai pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang kehidupan. Demikian pentingnya peranan pendidikan, tidaklah mengherankan kalau pendidikan senantiasa banyak mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
Pulau Batam adalah sentra industri dan sentra seksual. Orang Batak di Batam dari segi jumlah menempati peringkat ke 3 (27 %), sedangkan yang lainnya adalah suku Jawa, Melayu, Flores, dll. 70 % warga jemaat bekerja di industri. Sebahagian dari antara mereka merasa di”force” bekerja dengan dalih “over time”, sementara penggajian tidak sesuai dengan harga kebutuhan sehari-hari. Banyak perusahaan besar di Batam ditutup. Akibat kesulitan ekonomis rumah-tangga, akhir-akhir ini banyak anggota jemaat yang pulang kampung. Batam bagi sebagian penghuninya dipandang sebagai “daerah perbudakan” . Terdapat sejumlah kawasan gubuk-gubuk liar di Batam, misalnya di Muara Takus, dan kebanyakan penghuninya orang Batak. Penjual koran juga kebanyakan orang Batak. Pulau Batam menempati peringkat ke 2 di tanah air dalam bursa seks.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pelayanan rohani bagi para buruh industri merupakan prioritas pokok di distrik ini, karena sebagian besar anggota jemaat mempunyai profesi sebagai buruh. Pendeta khusus untuk buruh sangat dibutuhkan di Batam. Untuk itu dibuka jaringan pelayanan rohani kepada para buruh dengan memanfaatkan waktu istirahat di antara jam-jam kerja di setiap hari Jumat.
2.     Di disrik ini perlu dilakukan peningkatan keterampilan berkhotbah untuk para pelayan dan anggota jemaat yang merasa terpanggil melakukan pembinaan-pembinaan rohani.
3.     Distrik Kepri dikenal sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata), misalnya Lobam dan Lagoi di resort Tanjung Uban. Pelayanan rohani di lapangan pariwisata dibutuhkan di sana. Di Kepri yang dibutuhkan bukan lagi hanya ‘pendeta mimbar’, melankan juga pendeta untuk kebaktian di tepi pantai.
4.     Pelayanan rohani ke penjara yang diisi dengan kebaktian dan percakapan pastoral dengan para warga binaan di LP. Juga diadakan perkunjungan ke rumah-rumah sakit terutama mengintensifkan pastoral care kepada para pasien.
5.     Pelayanan kepada masyarakat marjinal, yakni para anggota keluarga penghuni ‘ruli’ (rumah liar), anak jalanan, penjual koran, pengamen, tukang semir, tukang parkir, dsb.
6.     Disamping itu diadakan pula pelayanan kepada warga jemaat yang belum jelas identitas keanggotaannya di jemaat. Sejumlah keluarga yang berdatangan dari Bona Pasogit belum mendaftarkan diri ke jemaat-jemaat, sehingga mereka ini perlu dilayani gereja.
7.     Seminar-seminar iman dan KKR yang berdimensi Zending menjadi program penginjilan yang sesuai dengan keadaan distrik ini. Disana juga diprogramkan untuk mendirikan Panti Asuhan/Rehabilitasi.
8.     Sehubungan dengan berdiriya sejumlah perguruan tinggi di Batam, maka sudah mendesak juga adanya penempatan pendeta mahasiswa disana.
9.     Program yang sedang mencakup juga pembekalan dan pelatihan bagi dirigen koor dan song-leader. Pembenahan  dan pengklasifikasian warna musik serta pembenahan fasilitas musik gerejawi yang dipergunakan dalam kebaktian setiap jemaat di distrik ini.
10.  Perlu menindaklanjuti program penginjilan ke Kepulauan Natuna di Laut Cina Selatan. Di kepulauan tersebut jumlah orang Batak Kristen yang ditempatkan di sana dalam berbagai profesi semakin besar, namun medannya yang sulit dilalui transportasi laut menjadi kendala.
11.  Pelayanan rohani di Resort Singapore membutuhkan perhatian yang tersendiri, karena selain melayani warga jemaat penuh, dilayani juga ratusan orang pelaut yang berlabuh di Singapore dan mengikuti kebaktian Minggu di HKBP Singapore.
12.  Selain itu banyaknya tenaga kerja Indonesia di Singapore membuat jemaat itu menambah volume penginjilannya. Huria pagaran Resort Singapore sekarang ini terdiri dari HKBP Klang Selangor dan HKBP Johor Baru memiliki warga jemaat yang sebagian besar terdiri dari para tenaga kerja di berbagai negara bagian di Semenanjung Malasya. Penjajakan pembukaan pos-pos penginjilan bagi warga jemaat yang bekerja dan bertempat tinggal di berbagai negara bagian lainnya di Malasya menjadi prioritas.




20.Distrik XXI JAKARTA-3

A. LATAR BELAKANG
Distrik  XXI Jakarta 3 berdiri pada tanggal 24 September 1995. Distrik ini terdiri dari 22 ressort, 2 persiapan ressort, 54 huria dan 1 pos pelayanan. Pada bulan April 2009,  ke tiga Praeses telah mengangkat dan melantik Pengurus BKS Marturia HKBP se Jabodetabek. Setelah buku pedoman pelayanan BKS Marturia ini disahkan, ke tiga praeses membentuk Pengurus wilayah kerja Marturia di distrik masih-masing. Di Jawa kalimantan ada wilayah kerja Jakarta Selatan dan Wilayah kerja Bogor-Depok. Di Jakarta 2 ada wilayah kerja Jakarta Timur dan wilayah kerja Bekasi. Di Jakarta 3 ada wilayah kerja Jakarta Pusat, wilayah kerja Jakarta Utara, wilayah kerja Jakarta Barat dan wilayah kerja Tangerang-Banten. Wilayah kerja berkoordinasi dengan Kabid Marturia dan BKS Marturia.
a.     Keadaan sosial ekonomi
Pada umumnya daerah ini didiami oleh masyarakat dari berbagai suku seperti Sunda sebanyak 32,85%, orang Jawa-Madura (25,4%), Betawi (22,9%), Tionghoa (10,1%), Minangkabau (2,1%), Sumatera Selatan (2,1%), Batak (1,0%), Sulawesi Utara (0,7%), Melayu (0,7%), Sulawesi Selatan (0,6%), Maluku dan Irian (0,4%), Aceh (0,2%), Banjar (0,2%), Nusa Tenggara Timur (0,2%), Bali (0,1%), dan keturunan asing lainnya (0,6%).Masalah sosial yang sering muncul di daerah ini adalah kriminalitas, kemiskinan, kemacetan, stress karena interaksi sosial yang individualistic dan gaya hidup yang konsumerisme. Hal ini didukung oleh banyaknya pusat perbelanjaan dan iklan-iklan. Keadaan ekonomi warga HKBP berada pada tingkat menengah ke bawah. Mata pencaharian berupa: Pengusaha wiraswasta, PNS, pedagang (asongan), penempel ban, supir angkutan, pekerja angkutan darat-laut-udara, politisi.


b.     Keagamaan
Masyarakat di daerah ini pada umumnya beragama Islam yakni sebanyak  84,4%, sedangkanKristen Protestan 6,2 %, Katolik 5,7 %, Hindu 1,2 %, dan Buddha 3,5 %.  Dalam tubuh kekristenan sendiri banyak aliran kharismatik dan banyaknya umat Islam yang berdakwah ke rumah-rumah penduduk.
c.      Pendidikan
Pendidikan warga HKBP adalah SMU ke atas, banyak universitas baik negeri dan swasta di distrik ini. Mahalnya biaya pendidikan formal di daerah Jakarta ini tidak mematahkan semangat warga HKBP untuk tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana. Walaupun pada kenyataannya, masyarakat dengan ijazah strata 1 sangat sulit untuk mendapat pekerjaan.

B.     TANTANGAN DAN PELUANG
  1. Tantangan
Tugas Marturia terutama Pekabaran Injil (sending) mengalami kemunduran yang luar biasa beberapa dekade belakangan ini, diakibatkan oleh banyak faktor – terutama karena fokus pada pembangunan fisik dan organisasi, dan juga akibat krisis internal. Sementara itu, dunia mengalami perubahan yang luar biasa dengan kehadiran alat dan arus informasi yang canggih dalam era globalisasi, yang membuat perubahan yang sangat cepat, dan salah satunya adalah dalam sikap keberagamaan dan spiritualitas manusia. Beberapa aliran Kristen yang baru nampaknya lebih cepat tanggap akan keadaan ini. Akibatnya, warga kita banyak yang eksodus. Tetapi lebih berat lagi dengan kehadiran Islam aliran keras yang acap memaksakan syariat dan berdirinya negara Islam. Dakwah mereka begitu gencar, dari pintu ke pintu, dengan cara halus atau “memaksa”. Pengaruh mereka sudah merambah hampir seluruh sendi kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia.
Menghadapi semua ini, tidak bisa tidak, kita harus bangun dari tidur dan segera berbenah dan memperlengkapi diri melakukan tugas Marturia, terutama penginjilan dengan serius.
  1. Peluang
Peluangnya, banyaknya Gereja di Distrik XXI Jakarta 3 di mana terdapat 22 ressort dan 2 persiapan ressort. Di samping itu sudah banyak warga jemaat saat ini yang peduli dengan pelayanan dan memberikan fasilitas untuk kebutuhan pelayanan.

C.     PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pahehehon Tondi Sending
Usaha pahehehon tondi sending sangat diperlukan saat ini. Metodenya adalah dengan membagikan tulisan-tulisan tentang Marturia, terutama penginjilan,  yang diharapkan berguna membangkitkan tondi sending ini.
2.     Bekerja sama dengan BKS Marturia serta Wilker Marturia di Distrik dengan kerjasama ini semakin banyak pelayanan yang bisa dijangkau secara teratur dan optimal
3.     Mengadakan Pelayanan Rumah Sakit
Untuk pelayanan ke Rumah Sakit perlu dilakukan pembekalan.
4.     Pelayanan Penjara dan Rumah Tahanan
Pelayanan Penjara di Cipinang, bagian Umum dan Bagian Narkotika, penjara di Bulak Kapal Bekasi, penjara di Salemba sudah dapat dilayani secara rutin sedikitnya sekali sebulan. Dilayani secara bergantian oleh huria-huria yang dikoordinasikan BKS dan Wilker. Demikian juga dengan Rumah Tahanan (Rutan), terutama di Rutan Polda Metro Jaya (Umum dan Narkotika).
5.    Mempersiapkan kurikulum untuk mendirikan Sekolah Alkitab di Penjara mengingat narapidana itu tinggal disana untuk jangka waktu yang relatif panjang.
6.     Pelayanan Anak Jalanan, Pedagang Asongan, Penempel Ban, Supir Angkutan.
7.     Mengadakan Rumah Singgah, yang menjadi tempat pelatihan keterampilan kerja bagi mereka,  bekerjasama dengan pemerintah.
8.     Pelayanan Buruh
9.     Program membawa kebaktian
Kepada mereka yang tidak bisa/mau datang ke kebaktian sudah mulai dilaksanakan. Dengan program ini diharapkan, ruas HKBP yang malas atau tidak bisa mengikuti kebaktian di gerea pada hari Minggu dengan segala macam alasan, akan dapat dijangkau, atau dapat merasakan kebaktian itu di sela kesibukannya.
10.  Pelayanan bagi Isteri Pelaut
Khususnya di daerah pelabuhan Tanjung Priok.
11.  Peningkatan Ekonomi.
Meningkatkan ekonomi lemah  bekerja sama dengan kabid diakonia dengan mendirikan Credit Union Modifikasi (CUM).
12.  Pelatihan Penginjil dengan metode Evangelism Explosion  (EE)
Pelatihan ini adalah merupakan usaha memotivasi dan memperlengkapi warga jemaat memberitakan Injil Kristus dalam hidup sehari-harinya.
13.  Mendorong huria-huria menangani satu wilayah pelayanan sending seperti P.Rupat, Enggano, dll. Sangat baik bila Departemen Marturia cq Biro Sending mencari “ladang yang siap dituai” kemudian diserahkan kepada Praeses Distrik XXI Jakarta-3, cq Kabid Marturia, yang kemudian diserahkan kepada salah satu atau beberapa huria untuk menanganinya.
14.  Lokakarya musik liturgi
Dilaksanakan untuk memperlengkapi para pemusik dan song-leader tentang teologia penyembahan dan musik dalam liturgi HKBP. Dan akan dilaksanakan pelatihan keterampilan dirigent dan pemusik.
  • Menyusun modul-modul pelayanan untuk Mahasiswa, Penjara, Politisi, Advokat, Marjinal, dll.
  • Melakukan pelayanan kepada politisi (warga Kristen terutama HKBP) di DPR Pusat, DPRD DKI, Tangerang, Depok, Banten, dan Bekasi, yaitu dengan pertemuan rutin (tiga hingga empat bulan sekali). Tujuannya agar HKBP bisa memperlengkapi mereka dan berbagi informasi. Namun belum ada jawaban dari Pimpinan HKBP.
15.  Program CBC (Cari, Bawa pulang, dan Cegah pergi).
Program ini merupakan usaha intensip dalam penginjilan ke dalam. Yaitu mencari ruas yang tidak aktip atau “terhilang”, yang jumlahnya sekitar 40 % (belum pernah ada penelitian). Kemudian membawa mereka agar kembali aktip dalam persekutuan huria, serta mencegahnya agar tidak ‘terhilang’ lagi. Program ini membutuhkan tim terpadu di huria, dengan program yang terarah dan terintegrasi. Dibutuhkan lebih banyak ‘relawan-relawan’ dari ruas yang terpanggil.
16.  Memberdayakan para Evangelis, yang berdomisili di wilayah Jabodetabek.
Kepersonaliaan
Menempatkan pendeta yang khusus melayani buruh, mahasiswa, kaum marginal dan professional.



21.Distrik XXII RIAU

A. LATAR BELAKANG
Distrik XXII Riau berdiri pada Tahun 2002 berdasarkan keputusan Sinode Godang-56 di Seminarium Sipoholon. HKBP Distrik Riau terdiri dari 40, 1 persiapan ressort, 311 huria dan 29 pos pelayanan yang berada di wilayah Propinsi Riau.

a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Kehidupan meliputi kegiatan bertani, berkebun, beternak, pertambangan (minyak dan batubara), Nelayan laut, berdagang/pengusaha, karyawan, Pegawai Negeri Sipil/Militer dan “nomaden” (bnd. Suku asli). Suku Melayu adalah suku mayoritas yang mendiami Propinsi Riau.
b.     Keagamaan
Penduduk mayoritas menganut agama Islam. Dan selainnya menganut agama Kristen ( Protestan, Katholik, Pentakosta, Advent), Hindu, Budha dan Aliran Kepercayaan. Sebagai agama mayoritas, kementerian Agama juga berbasis nilai-nilai Islami dengan beberapa aturan yang sejalan dengan syariat Islam.

c.      Pendidikan
Pada umumnya masyarakat sudah mengecap pendidikan di tingkat SMU. Hanya saja terjadi kesenjangan antara pendidikan di desa dan di kota. Hal ini dapat dilihat dari kuantitas guru pendidik, mobilisasi guru pendidik ke daerah, dan kurangnya sarana prasarana pendidikan yang menunjang kualitas pendidikan. Di beberapa sekolah, siswi diharuskan memakai ‘jilbab’ baik Muslim maupun non-Muslim, disamping sedikitnya guru Agama Kristen yang mengajar di daerah ini.


B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
  • Fanatisme sekelompok masyarakat mayoritas, gerakan Karismatik/Pentakosta dan perubahan politik yang cukup berarti mempengaruhi pola pergaulan masyarakat terutama otonomi daerah.
  • Belum maksimalnya upaya dan daya-juang gereja melakukan tugas panggilannya di tengah wilayah penuh tantangan ini.
  • Kurangnya kerjasama antar ressort/huria/jemaat dalam menghadapi/mengatasi tantangan yang dihadapi karena lebih sibuk mengurus urusan sendiri-sendiri.
2. Peluang
·       Masih luasnya lahan Penginjilan ke dalam maupun ke luar.
·       Mulai tumbuh dan berkembangnya kesadaran bersama menghadapi dan atau mencari solusi atas tantangan yang sedang dihadapi dan yang diprediksi akan terjadi (bnd.diskusi terbatas atas evaluasi hal-hal dan yang diprediksikan akan terjadi).
·       Masih terbuka luas peluang pengembangan pelayanan berspesialisasi.




C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.   Mengembangkan  pemahaman, kesadaran dan perilaku bersending–PI bagi pelayan/majelis dan warga Jemaat melalui pelatihan/pemberdayaan Sending–PI Pribadi, sampai 10 tahun ke depan terbentuk Tim Pelatih/Pengajar Distrik yang memadai secara kwantitatif dan kwalitatif menjangkau seluruh Ressort/Huria/Lingkungan di Wilayah Distrik  XX  II Riau.
2.Meneruskan dan mengembangkan pewarisan nilai-nilai bersending kepada anak Sekolah Minggu melalui guru-guru Sekolah Minggu yang berkwalitas. (Program ini dapat di capai melalui Pesta Rohani Anak, Pelatihan bersending sejak dini bagi anak Sekolah Minggu dan Pelatihan khusus guru-guru Sekolah Minggu).
3.      Memulai dan mengembangkan website Distrik menjadi media penunjang Sending–PI
4.     Mengadakan pelatihan Penulisan/Media bagi warga, majelis/pelayan berminat, khusus : Artikel, berita, renungan populer dan kisah lain untuk dihimpunkan menjadi tenaga-tenaga penyedia bahan serta pengelola administrasi website Distrik.
5.     Memulai dan mengembangkan kerjasama Ressort/Huria dalam menopang kebutuhan  pelayanan Sending–PI bagi wilayah dan atau Pos Sending–PI HKBP yang berdomisili di wilayah Distrik Riau. Dalam Proses 10 Tahun ini diharapkan Pos Sending HKBP yang ada (Pulau Rupat, Bengkalis/Selat Panjang/Meranti, Trans. Pasir Pangarayan, Air Molek/Indragiri Hulu/Pelelawan) dimandirikan dan pos yang baru (Pangkalan Kerinci,  Kandis, Indragiri Hilir, Kepulauan di Selat Malaka dan lain-lain) dapat dilayani.
6.     Meningkatkan Pelayanan yang memadai bagi Mahasiswa, Buruh/Karyawan, berbagai profesi lain dengan ibadah, diskusi, seminar dan  pengorganisasian yang sesuai.





22.Distrik XXIII LANGKAT

A. LATAR BELAKANG
            Distrik XXIII Langkat berdiri pada Tahun 2002 berdasarkan keputusan Sinode Godang-56 di Seminarium Sipoholon. Saat ini, distrik ini terdiri dari 14 Ressort dan 69 huria. Penduduknya berasal dari suku Jawa 55%, Melayu 20%, Karo 10%, Toba 7%, yang lainnya adalah Cina. Wilayah pesisir timur Sumatera Utara yang memiliki panjang pantai 545 km berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Kabupaten Langkat, terletak antara 3014’ – 4013’ LU dan 97052’ – 98045’ BT. Secara topografi, Kabupaten Langkat berada pada dataran rendah/rawa, bukit­-bukit bergelombang dan dataran tinggi pada sisi barat Bukit Barisan dengan ketinggian 0 – 1200 meter di atas permukaan laut.
            Distrik ini juga meliputi HKBP ressort Langsa dan ressort Lhoksemawe, keduanya berada di provinsi NAD. Kedua ressort tersebut berlokasi di Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten aceh Utara dan Aceh Tengah.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduknya berasal dari suku Jawa 55%, Melayu 20%, Karo 10%, Toba 7%, yang lainnya adalah Cina. Sektor pertanian mempunyai potensi yang strategis bagi pembangunan di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara, karena tanahnya subur dan cocok untuk komoditas tanaman pangan, hortikultur dan tanaman perkebunan. Hutan mangrove yang membentang dari pantai utara Kabupaten Langkat ke daerah pantai selatan. Mangrove terluas terdapat di Kabupaten Langkat (35.000 Ha), tetapi sebagian besar berada dalam kondisi rusak. Demikian besarnnya potensi di wilayah pesisir Kabupaten Langkat tentunya membutuhkan sumber daya manusia dan kelembagaan yang baik untuk dapat dikelola dikembangkan sehingga memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat.
Di daerah kabupaten Aceh Tengah terdapat gereja HKBP Takengon. Jemaat HKBP sekitar 60 kk, Khatolik 30 kk dan GMI 10 kk, dan lainnya adalah beragama Islam. Daerah  Takengon adalah ibukota kabupaten Aceh Tengah yang berada di poros Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Bagian Utara berbatasan dengan Kab. Bener Meriah dan Kab.Bireuen, sebelah Selatan berbatasan dengan Kab.Nagan Raya dan Kab.Gayo Lues, Timur berbatasan dengan Kab. Aceh Timur, Barat berbatasan dengan Kab. Pidie. Selain lokasinya yang berada di poros Aceh, Takengon memiliki sejumlah obyek wisata yang tidak ada di tempat lain. Salah satu obyek wisata yang terkenal di Takengon adalah Danau Laut Tawar, satu-satunya danau luas di NAD yang diapit oleh perbukitan. Dalam hal wisata alam, ada omongan orang yang bilang bahwa belum lengkap berkunjung ke NAD jika belum sampai ke danau ini. Penduduknya sebagian besar berasal dari suku Gayo. Adapun mata pencaharian masyarakat Aceh Tengah adalah dalam bidang pertanian, kopi menjadi komoniti terbesar, dari 51.854,7 hektar lahan pertanian di sana 47.854,7 hektar di gunakan untuk lahan kopi sedangkan petani yang terdata 32.694 orang. Produksi petani di Aceh Tengah menghasilkan 10.090 hektar/tahun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kehidupan ekonomi cukup mamadai.
Di samping itu, ada sebuah tempat/wilayah yang terisolir di Aceh Selatan yaitu Melapo. Di tempat itu terdapat penduduk yang umumnya beragama Kristen. Tetapi tidak ada sebuah bangunan gereja melainkan rumah jemaat dijadikan tempat beribadah/kebaktian. Tempat ini sudah mendapat sentuhan pelayanan dari pelayan gereja HKBP namun tidak dapat sepenuhnya dirangkul oleh HKBP.
b.     Keagamaan
Penduduknya mayoritas beragama Muslim, sebagian kecil Kristen protestan dan katolik, serta Hindu dan Budha. Gereja HKBP cukup banyak di daerah perbatasan yakni Langkat Hilir, Teluk Aru dan Besitang, selebihnya hanya 1-4 huria saja. Hal ini dikarenakan sulitnya akses perizinan membangun rumah ibadah.
c.      Pendidikanbb
Jemaat HKBP pada umumnya sudah mengecap pendidikan di jenjang SMU. Universitas yang ada di distrik ini adalah universitas yang dikelola pihak swasta, oleh karenanya masyarakat yang ingin melanjut ke tingkat sarjana harus merantau ke Medan atau Banda Aceh.
B. TANTANGAN DAN PELUANG

1. Tantangan
  • Pengaruh fanatisme dari sekelompok orang yang tidak menginginkan kekristenan di tanah Langkat.
  • Sikap dari sejumlah orang yang menolak berdirinya bangunan gereja di beberapa tempat.
  • Adanya pengaruh dari pemerintahan di beberapa daerah tingkt II yang tidak memasukkan dana bantuan gereja di dalam APBD.
  • Pemerintah pun kurang mengikutsertakan orang-orang Kristen di Kabupaten Langkat dalam kegiatannya.
  • Terdapat daerah pedalaman yang sulit dijangkau oleh pelayanan gereja seperti Melapo

2. Peluang
  • Melalui forum BKAG (Badan Kerja sama Antar Gereja) umat Kristen bersama-sama berpeluang menyuarakan suara nabiah di Kabupaten Langkat. Secara khusus HKBP distrik Langkat saat ini sedang membangun terobosan-terobosan/mengembalikan jati diri HKBP melalui Jubileum 150 tahun HKBP.
  • Diharapkan adanya kerjasama dengan pemerintah secara khusus untuk mengadakan kegiatan gereja di distrik Langkat.



C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pekabaran Injil secara internal yaitu kepada kategorial mulai dari sekolah minggu, remaja/pemuda, kaum Ama, kaum ina, dan Lansia.
2.     Bekerja sama dengan kabid koinonia untuk mengembangkan kesaksian di tengah peribadahan
3.     Melakukan kerja sama dengan kabid diakonia untuk menciptakan kesaksian hidup melalui pekerjaan sehari-hari/ profesi dan talenta.
4.     Pembinaan song-leader, dirigent dan musik gereja
5.     Pelatihan bersending sejak dini kepada Anak Sekolah Minggu
6.     Pembinaan kepada pelayan tentang pemahaman hidup bermarturia
7.     Pelayanan kepada buruh yang ada di wilayah perkebunan



23.Distrik XXIV TANAH JAWA
                   
A. LATAR BELAKANG
Distrik XXIV Tanah Jawa berdiri pada Tahun 2002 berdasarkan keputusan Sinode Godang-56 di Seminarium Sipoholon. Distrik ini terdiri dari 10 ressort dan 64 huria. Wilayah Distrik XXIV Tanah Jawa berada di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan, terdiri dari 10 Ressort dan 63 Huria.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduknya berasal dari etnis Toba 65%, Jawa 15%, Simalungun 7.5%, Karo 5%, dan 7.5% lainnya berasal dari etnis Melayu, China, Aceh, dll.
Sebagian besar penduduknya adalah Petani dan 85% dari warga jemaat distrik ini berasal dari bidang pertanian itupun sebagai penyewa; 15 % lainnya bekerja sebagai PNS, swasta, memiliki lahan sawit sendiri, karyawan perkebunan (PTPN) dan pedagang di pasar.
b.     Keagamaan
Mayoritas memeluk agama Kristen (70%), Islam (25%), Budha dan lain-lainya (5%). Dalam tubuh Kristenan sendiri, ada beberapa denominasi antara lain Protestan (HKBP, GKPI,HKI,GKPS), Katolik dan Adventis, walaupun banyak denominasi namun gereja-gereja tersebut bekerjasama di dalam naungan BKAG yang membuat program-program yang bersifat oikumenis.
c.      Pendidikan
Tingkat pendidikan warga jemaat, khususnya kaum bapak, ibu dan Lansia kebanyakan masih sampai tingkat SLTP, khususnya  pelayan non-tahbisan sehingga tidak memadai untuk mengajarkan kepada jemaat mengenai kehidupan berjemaat. Belakangan ini warga jemaat (pemuda/i) sudah sampai tingkat SLTA bahkan kuliah di luar kota dan sudah ada yang  merantau untuk mencari pekerjaan.

B. TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
·       Warga jemaat tidak rajin (kurang berminat) mengikuti ibadah di hari Minggu dan di ibadah lingkungan. Khusus mengenai kebaktian lingkungan ada kebiasaan yang salah dari warga jemaat yakni seorang jemaat mau hadir dalam kebaktian lingkungan di rumah jemaat lainnya, jika yang punya rumah hadir dalam kebaktian di rumahnya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa warga jemaat kurang memahami hidup ber-gereja/berjemaat.
·       Kurangnya perhatian jemaat dalam mendukung pelayanan gereja dalam hal moril maupun material. Khusus mengenai materi (dana), jemaat malas memberikan persembahan bulanan/tahunan. Warga jemaat juga kurang berminat memiliki Bibel / Alkitab. Keadaan yang seperti ini bukan karena warga jemaat tidak mempunyai uang tetapi keinginan yang tidak ada. Hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan kaum bapak dan kaum muda (Naposo) yang sering di kedai (lapo) minum tuak dan makan tambul (makanan pendamping tuak biasanya daging) yang tentunya membutuhkan uang. 
·       Kurangnya SDM parhalado (sintua) dalam menjelaskan Firman Tuhan kepada warga jemaat pada saat kebaktian lingkungan. Demikian juga  menerangkan  tanggungjawab sebagai warga jemaat yang baik.
·       Kehadiran Gereja Kharismatik dengan ibadah yang bersemangat sangat menarik perhatian warga jemaat.

2. Peluang
·       Mata Pencaharian yang memadai
·       Kaum ibu masih rajin bergereja dan mengikuti kegiatan gereja lainnya.
·       Warga jemaat masih mau mengikuti kegiatan adat, artinya mereka masih mau bersekutu.
·       Adanya dua daerah yaitu: PARBUTARAN dan PENAMPUNGAN yang masyarakatnya banyak yang beragama Kristen (suku Batak) tetapi belum tersentuh pelayanan gereja.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Melakukan pembinaan kepada parhalado yang dilakukan secara berkala.
2.     Pelatihan Penginjilan Pribadi kepada Parhalado dan jemaat (kategorial) yang dilakukan secara terus menerus.
3.     Mendirikan pos-pos pelayanan di tempat yang belum tersentuh pelayanan gereja.
4.     Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat bekerjasama dengan Diakonia.

Kebutuhan Pelayanan (Personalia), Pelatihan dan Koordinasi Lainnya
5.     Pembinaan Warga Jemaat mengenai kehidupan bergereja yang dilakukan secara rutin.
6.     Mengadakan Seminar Injil dan Adat / Budaya.
7.     Mengirim pelayan penuh waktu yang memiliki keahlian, khususnya di bidang pertanian.


24.Distrik XXV JAMBI

A. LATAR BELAKANG
Distrik XXV Jambi berdiri pada tahun 2002 dan berada di Propinsi Jambi. Distrik XXV Jambi saat ini terdiri dari 8 (delapan) Ressort dan 42 huria dan 10 pos pelayanan yang tersebar di berbagai tempat di seluruh Propinsi Jambi. Kegiatan Konven Pelayan Full Timer dilaksanakan hanya 2 bulan sekali di Ressort atau pun Huria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hal ini dikarenakan jarak di setiap ressort yang sangat berjauhan. Kantor Distrik XXV Jambi misalnya dengan HKBP Ressort Muara Bungo membutuhkan waktu +/- 5 jam perjalanan.
a.     Keadaan Sosial Ekonomi
Jemaat yang berada di Distrik XXV Jambi pada umumnya  bekerja sebagai wiraswata. Bisa dikatakan rata-rata penduduk bermata pencaharian sebagai pedagang, mekipun banyak dari antara masyarakat yang menjadi pegawai negeri dan pegawai swasta. Masyarakatpun memperoleh hasil ekonomi dari berkebun Kelapa Sawit dan Karet. Memang kondisi alam di Propinsi Jambi sangat cocok untuk mengusahakan kebun Kelapa Sawit dan Karet. Selain itu jemaat juga bekerja sebagai Pegawai Negeri/BUMN, Pegawai Swasta, Petani.
b.     Keagamaan
Propinsi Jambi adalah daerah di pesisir timur di bagian tengah pulau Sumatera. Propinsi Jambi termasuk daerah suku melayu dengan bahasa melayu sebagai bahasa daerah. Oleh sebab itu sebagian besar penduduk di Propinsi Jambi memeluk agama Islam sekitar 98,4%. Meskipun demikian para pendatang seperti suku Batak memeluk agama Kristen (atau sekitar 1,1%), dan diikuti oleh penduduk lainnya yang beragama Budha (sekitar 0,36%) serta agamaHindu (sekitar 0,12%).
c.      Pendidikan
Pada umumnya masyarakat Jambi berpendidikan rendah, lebih dari 50% yang hanya tamat SD, dan sedikit yang bertitel sarjana. Kualitas pendidikan di Jambi juga masih sangat rendah, hal ini dikarenakan kurangnya kualitas dan kapabilitas guru-guru pengajar dalam memenuhi standar kompetensi nasional.

B.     TANTANGAN DAN PELUANG
1.     Tantangan.
·       Jarak yang sangat jauh antar Ressort di Distrik XXV Jambi, menjadi kendala tersendiri ketika menjalani Program Marturia Distrik XXV Jambi.
·       Tantangan dari saudara umat Muslim yang masih menomorduakan Kristen, sehingga Pelayanan di Pos Pengijilan pun kadang mengalami hambatan dari umat Muslim. Misalnya kebebasan mengadakan ibadah minggu.
·       Selain itu jemaat pun masih belum memahami dengan lengkap pelayanan Marturia Distrik XXV Jambi.

2.      Peluang.
·       Dengan banyaknya jemaat HKBP yang merantau di daerah Perkebunan Jambi, maka semakin banyak pula komunitas jemaat yang perlu mendapat pelayanan gereja. Oleh sebab itu Pos Penginjilan semakin ditingkatkan sebagai perpanjangan tangan gereja.
·       Selain itu rasa kebersamaan jemaat HKBP yang tinggal di daerah perantauan (Jambi) perlu dibanggakan. Oleh sebab itu semangat kebersamaan dalam menjalankan ibadah pun cukup meningkat. Di sinilah peluang Program Marturia agar penginjilan itu tetap ditumbuhkan dalam kehidupan bersama.

C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Pelatihan Musik Gerejawi Untuk Remaja dan Naposobulung.
Pada tahun 2007 pernah dilaksanakan pelatihan musik untuk Remaja dan Naposobulung. Dengan tujuan agar terciptanya ibadah alternative khusus bagi anak Remaja dan NHKBP.
2.     Pelayanan Kepada Suku Anak Dalam (Orang Kubu).
Salah satu program Marturia Distrik XXV Jambi tahun 2007 ialah pelayanan kepada Suku Anak Dalam. Tetapi belum terlaksana dikarenakan minimnya SDM dan sulitnya menemukan orang kubu yang sudah terpencar.
3.     Mengisi Khotbah dan Koor di Stasiun TVRI Jambi.
Program Distrik XXV Jambi tahun 2010 ialah mengisi acara kebaktian di TVRI Jambi. Dalam kebaktian ini juga dikumandangkan lagu koor dari paduan suara tiap gereja HKBP di Distrik XXV Jambi.
4.     Membentuk Pos Pelayanan PI di HKBP Distrik XXV Jambi.
Tahun 2010 telah terdapat Pos Pelayanan PI di Distrik XXV Jambi sebanyak 10 Pos Pelayanan yang ditanggungjawabi tiap ressort. Adapun Pos Pelayanan PI sebagai berikut:

*) HKBP Ressort Jambi.
       - Pos PI Petaling di perbatasan Jambi dengan Palembang.
       - Pos PI Bahar dan sekitarnya di Sungai Bahar.
*) HKBP Ressort Bangko.
       - Pos PI Pemusiran Dalam di wilayah Sarolangun (dilayani Cln Pdt J. Siagian, S.Th)
       - Pos PI Samaran di Wilayah sarolangun (dilayani oleh Cln Pdt J. Siagian, S.Th)
*) HKBP Ressort Tanjung Jabung.
       - Pos PI Tembilahan (dilayani Cln Pdt Nelson Sirait)
       - Pos PI Pematang Lumut
*) HKBP Ressort Tebo Wiroto Agung.
       - Pos PI HPH Km. 18
       - Pos PI Pademangan Lubuk Madrasah
*) HKBP Ressort Tungkal Ulu.
       - Pos PI Sungai ari, Kampung Rambutan
*) HKBP Ressort Kebun Kelapa
       - Pos PI Sengeti



5.           Melaksanakan Ibadah Alternatif.
Tantangan dari gereja Karismatik kepada Remaja dan Napoobulung ialah ibadah gereja Karismatik yang sudah menggunakan band. Dengan fenomena ini maka Remaja dan Naposobulung merasa tertarik beribadah di gereja Karismatik. Oleh sebab itu sudah saatnya diterapkan ibadah di gereja HKBP khusus nya Distrik XXV bagi kaum Remaja dan Naposobulung, menggunakan ibadah dengan alat musik band.



25.Distrik XXVI LABUHAN BATU

A. LATAR BELAKANG
Distrik XXVI Labuhan Batu berdiri pada tahun 2004. Distrik ini terdiri dari 20 Ressort dan 187 huria yang berada di wilayah Kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan dan Labuhan Batu Utara.
Daerah ini terletak di 10 26” – 20 11” LU dan 910 01”-950 53” BT.

a. Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk Labuhan Batu mayoritas bersuku Batak dengan jumlah sekitar 45,50 persen dari total penduduk sesuai sensus 2005 lalu. Suku Jawa 44,83 persen, Melayu 3,85 persen, Minang 0,81 persen dan Aceh 0,21 persen dan lainnya 4,80 persen.Masyarakatnya hidup sebagai : Petani, Peternak, Perkebun, Nelayan Laut, Pengusaha/Pedagang, Karyawan, Pegawai Negeri Sipil / Militer,  Pelaut dan Perajin/Keterampilan souvenir laut. Daerah ini sangat potensial dalam pertanian, perikanan, perkebunan dan industri.

b.     Keagamaan
Agama yang hidup di daerah ini : Islam, Kristen (Protestan, Katolik, Pentakosta, Advent), Hindu, Budha dan Aliran Kepercayaan. Agama Islam adalah agama mayoritas di daerah ini, namun banyak dari warga baik yang telah beragama Islam acap sekali melakukan ilmu kebatinan.
c. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, pemerintah kabupaten Labuhan Batu berkomitmen untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan madrasah. Hal ini dilakukan dengan melatih guru-guru pengajar yang semuanya beragama Islam (sekitar 90% sekolah madrasah di labuhan batu), demikian juga dengan Universitas yang berdiri juga bercorak Islam yakni Universitas Islam Labuhan Batu (UNISLA). Sehingga jemaat Kristen memiliki peluang kecil dalam mendapat pendidikan yang memenuhi standar kompetensi.

B.     TANTANGAN DAN PELUANG
1. Tantangan
·       Gerakan “Kharismatik” Kristen dan Fundamentalis Islam.
·       Penyebaran  penganut  Agama  Kristen   dari “Bonapasogit” dan     “parserahan” yang tidak terjangkau pelayanan Gereja sebelumnya.
·       Persentase yang mengikuti secara sungguh-sungguh kegiatan Gerejawi dan pola hidup Kristiani yang belum memadai (bnd.dibawah 60%) karena terkontaminasi lingkungan dan alasan lain.
·       Kekurangleluasaan   Gereja   melakukan  misi  sesuai  dengan visinya karena terhalang oleh sistem sosial Perkebunan Swasta.
2. Peluang         
  • Masih luasnya lahan/wilayah sasaran bersending-Penginjilan baik kedalam (internal) maupun keluar (eksternal).
  • Ada gejala makin timbulnya  kesadaran  dari  warga, majelis/pelayan akan tantangan yang sedang dihadapi sehingga terdorong untuk mencari jalan keluar mengatasi masalah.
  • Belum maksimalnya diadakan pelatihan, pemberdayaan,  dan penyadaran bergereja, berpola hidup secara iman Kristiani.
  • Makin berkembangnya rasa kekerabatan adat yang dapat membuka pintu masuk Pelayanan.


C. PROGRAM PEKABARAN INJIL 10 TAHUN
1.     Mengadakan dan meningkatkan Pelatihan bersending bagi Warga, Majelis/Pelayan terutama dalam hal musik Gereja, song-leader, Konseling (Pra-Nikah dan perkunjungan rumah tangga), Liturgi/Ibadah Kontekstual, Koor Gereja dan Kebaktian Lingkungan.
2.     Pelatihan/Pembinaan bersending-PI bagi Guru Sekolah dan Guru Sekolah Minggu untuk mengantisipasi “keterceceran” generasi muda yang tidak dapat bersekolah (bnd.karena berdomisili di daerah terpencil perkebunan dan belum ada Sekolah Formal di sana), bekerjasama dengan Distrik dan atau Biro Sending-PI Kantor Pusat HKBP.
3.     Mengadakan pendekatan dan kerjasama dengan tokoh masyarakat/warga dalam upaya membangun pemahaman bersama akan tantangan yang dihadapi dan peluang yang dimiliki. hingga diperoleh kesempatan untuk duduk bersama, memahami bersama dan melangkah bersama-sama.
4.     Meningkatkan kegiatan Pelatihan bersending pribadi baik warga secara kategorial, Majelis dan Guru Sekolah Minggu.






 

No comments:

Post a Comment