Liturgi Ibadah Sekolah Minggu HKBP
I.
PENDAHULUAN
Sekolah
minggu bermula dari prakarsa Robert Raikes, seorang jurnalis dan pengusaha percetakan surat
kabar yang tinggal di kota Gloucester, Inggris. Beliau tergugah saat melihat banyak
anak-anak yang bertingkah laku buruk di hari Minggu pada waktu itu. Anak-anak
itu berpakaian compang-camping, kotor, berbahasa kasar, ribut-ributan, saling
memaki dan berkeliaran di sepanjang jalanan kota Gloucester. Robert Raikes kemudian mengumpulkan beberapa anak dan
meminta kesediaan beberapa ibu untuk mengajar anak-anak itu pada hari Minggu di
rumah mereka. Beliau kemudian memberi imbalan satu shilling sehari untuk bantuan ibu-ibu tersebut. Itulah sebabnya
kegiatan ini disebut sekolah minggu (atau dalam bahasa Inggrisnya Sunday
School). Kegiatan yang diajarkan saat itu adalah membaca dan menulis. Pada awalnya, kondisi sekolah minggu berjalan kurang
baik. Anak-anak yang dikumpulkan sangat nakal dan jahil. Dibutuhkan waktu untuk
menertibkan kelas kembali seperti semula. Robert Raikes kemudian bermufakat dengan guru-guru bahwa seorang anak
harus belajar mengendalikan diri dahulu sebelum dapat memperoleh keuntungan
dari mata pelajaran akademis. Karena hasil
perkembangan sekolah minggu pertama yang semakin baik, sekolah minggu mulai
didirikan di tempat-tempat lain. Berita dan manfaat sekolah minggu dituliskan
juga dalam surat kabar milik Robert Raikes sehingga semakin mempercepat
penyebaran berita tentang sekolah minggu. Walaupun berhasil baik, ada juga pihak-pihak yang menentang kegiatan
sekolah minggu. Pihak pengusaha menentang karena khawatir jika buruh anak-anak
bisa membaca dan menulis maka mereka akan meminta upah yang lebih besar.
Sekalipun ada banyak pertentangan, sekolah minggu terus berkembang hingga ke
seluruh Inggris. Gerakan sekolah minggu juga berkembang ke negara lain seperti
Amerika, Jerman, Belanda dan akhirnya sampai ke Indonesia.
Sebelum Perang Dunia II, HKBP mengenal istilah
“Kebaktian Anak-anak”, belum memakai sebutan “Sekolah Minggu”. Yang memimpin
kebaktian saat itu adalah Guru Jemaat atau Penatua/“pejabat resmi” gereja.
Praktis tidak pernah pendeta. Guru biasa
yang mengajar di Sekolah HKBP pun tidak boleh memimpin kebaktian saat itu. Tata
ibadah yang dipakai saat itu sama seperti Tata Ibadah dan kotbahnya di dalam
kebaktian na magodang atau kebaktian
dewasa hanya saja sudah lebih disederhanakan. Begitulah keadaan sekolah minggu sebelum Perang Dunia II. Jadi
pengertian marturing the child from the
child’s point of view (mengasuh atau membina anak dari sudut anak itu
sendiri) atau sesuai dengan kebutuhan anak secara psikologis atau religius,
atau sesuai dengan perkembangan anak, belum dikenal kala itu. Sekolah minggu
kala itu belum memiliki kurikulum sendiri.[1]
Namun seiring berjalannya waktu,
metode pengajaran kepada anak pun berubah sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan anak secara psikologis atau religius. Sekarang ini metode pengajaran yang
dipakai tidak melulu dengan metode bercerita. Banyak metode dan alat peraga
yang bisa dipakai sesuai dengan kebutuhan anak. Begitu pula dengan model tata ibadah
atau liturgi kebaktian sekolah minggu yang tentunya harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan usia anak. Lalu apakah tata ibadah atau liturgi kebaktian sekolah
minggu di HKBP yang terdapat dalam agenda sekolah minggu HKBP masih relevan
atau menarik untuk anak di masa kini?
II.
ISI
II.1. LITURGI HKBP
Kata “liturgi” berasal dari bahasa Yunani leitourgia, terbentuk
dari akar kata ergon yang berarti karya, dan leitos,
yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos yang
berarti bangsa. Kata laos dan ergon diambil
dari kehidupan masyarakat Yunani kuno sebagai kerja nyata rakyat kepada bangsa
atau negara. Secara praktis hal ini berupa membayar pajak, membela Negara dari
ancaman musuh atau wajib militer. Namun leitourgia juga
digunakan untuk menunjuk pelayan rumah tangga dan pegawai pemerintah semisal
menarik pajak.[2]
Secara harfiah, leitourgia berarti kerja atau pelayanan yang
dibaktikan bagi kepentingan bangsa. Menurut asal-usulnya, istilah leitourgia memiliki
arti profan-politis, dan bukan arti kultis sebagaimana biasa dipahami. Baru
sejak abad keempat sebelum Masehi. Pemakaian kata leitourgia diperluas
yakni untuk menyebut berbagai macam karya pelayanan.[3]
Baru sejak abad kedua sebelum masehi para penerjemah Alkitab dari bahasa Ibrani
ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta) memilih kata Yunani leitourgia untuk
menerjemahkan kata Ibrani abodah yang berarti pelayanan
khususnya pelayanan para Imam dan orang-orang Lewi di hadapan Tuhan.[4]
Liturgi HKBP berasal dari Kerajaan
Prosia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18) terdapat bermacam-macam denominasi
Gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran Gereja yang ada,
yakni Lutheran dan Calvinis. Versi liturgi yang kita pakai sekarang adalah
penggabungan kedua tradisi tersebut (dikenal juga sebagai liturgi Union), yang
lahir sebagai sebuah liturgi kompromi di dalam pertentangan. Liturgi HKBP sendiri telah beberapa kali
mengalami perubahan. Agenda pertama yang dipakai dicetak pada tahun 1894.
Agenda yang dipakai pendeta non-Batak berbeda dengan yang dipakai oleh Guru
Huria. Liturgi yang dipakai oleh Guru Huria tidak memiliki Votum karena
dianggap kurang pantas untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Tahun 1907, Agenda
dicetak ulang tetapi tidak memiliki perubahan yang signifikan. Pada tahun 1918
Agenda disamakan, dan cetakan tahun 1937-lah yang kita pakai pada saat ini.[5] Baru kemudian,
di tahun 1984, agenda/ liturgi sekolah minggu disediakan dalam bahasa Indonesia
dan bahasa Batak.[6]
II.2. MENGAPA PERLU LITURGI
IBADAH SEKOLAH MINGGU
Anak adalah
berkat keturunan dari Allah (Maz. 127:3), yang kehadirannya harus diterima
dengan ucapan syukur dan senang hati. Meskipun anak adalah berkat, tetapi
orangtua bukanlah pemilik. Status anak di dalam komunitas adalah sama dengan
status orang dewasa (Kej. 4:22, Ul. 14:1, Gal. 3:28). Dalam hal ini anak adalah
subyek. Untuk menerima diri sebagai warga kerajaan Allah, anak perlu memahami
isi perjanjian Allah dengan umat pilihanNya, mengalami kuat kuasa dan kasih
Allah yang membebaskan. Dalam hal ini anak adalah obyek (Maz. 78:5-6).
Allah adalah pencipta, Pemelihara, dan Penyelamat
mempunyai tujuan yang pasti sesuai dengan rencanaNya melalui kehadiran anak
dalam komunitas kerajaan Allah. Anak menjadi berkat bagi keluarga, komunitas
dan bagi masyarakat luas termasuk yang belum menjadi warga komunitas itu (Kej.
12:2-3, Gal. 3:8). Sebagai warga dan pewaris kerajaan Allah, anak wajib
dilibatkan dalam dinamika kehidupan persekutuan guna memahami dan mengaktualisasikan
kepemilihan Allah terhadap dirinya dalam kehidupan sebagai anak (Ul. 6:21-25).
Dengan demikian, anak tidak merasa sebagai orang asing dalam persekutuan
tersebut, bahkan melalui keterlibatan mereka diharapkan mereka memperoleh
pengalaman yang sama seperti yang dialami oleh nenek moyang mereka dalam hal
cinta kasih Allah yang menyelamatkan.
Yesus menegaskan
keberadaan anak di dalam kerajaan Allah. Anak adalah pemilik (Mark. 10:14, Luk.18:16),
yang memperoleh hak azasi dan kebebasan dari Allah sebagaimana alamiah anak itu
sendiri untuk memasuki dan ikut serta di dalam sejarah perjalanan kerajaan
Allah. Ia mengecam pihak manapun yang berusaha melecehkan, mempersulit atau
menghalangi dalam bentuk apapun (filsafat, struktur, organisasi, pendekatan,
dsb.) sehingga anak tidak dapat mengenakan haknya di dalam perjalanan komunitas
kerajaan Allah (Mat. 18:5-6+10). Bahkan figur anak dengan kebersahajaannya
(tulus dan polos) adalah bukti pertobatan sejati (Mark.10:15).
Reformator, DR.Martin Luther mengatakan bahwa
tidak ada dosa yang lebih berat dari pada kelalaian mendidik anak di dalam
firman Allah.[7]
Keadaan gereja pada waktu-waktu yang akan datang ditentukan oleh keadaan
sekolah Minggunya pada hari ini. Bila melalui pelayanan sekolah Minggu dihasilkan
"murid-murid" Yesus Kristus yang sejati dan mempunyai dedikasi tinggi
maka kita dapat mengharapkan jemaat yang dewasa dan gereja yang berkembang pada
waktu-waktu yang akan datang. Tuhan Yesus mengutus gereja ke tengah dunia untuk
melaksanakan misi agung-Nya yaitu: Menyinarkan terang Injil ke dalam dunia yang
gelap karena di bawah kuasa dosa. Dunia membutuhkan pelayanan gereja, dunia
menantikan terang Injil. Bila jemaat sebagai anggota gereja belum merupakan
jemaat yang dewasa dalam kehidupan iman, bagaimanakah gereja dapat menjalankan
tugasnya dengan baik? Gereja akan mempunyai jemaat yang dewasa apabila
melaksanakan pembinaan iman dan pengajaran Firman yang baik kepada jemaatnya
dan memperhatikan pembinaan rohani di antara anak-anak sekolah Minggu.
Dengan dasar tersebut HKBP merasa perlu untuk mengadakan pelayanan
kebaktian kepada anak-anak. Kemudian, di dalam Sinode Godang 1962 ditetapkan
bahwa pelayanan terhadap anak-anak di Sekolah Minggu, dimulai dengan kebaktian
bersama, sesuai dengan liturgi/agenda kebaktian sekolah minggu HKBP. Namun baru
di tahun 1984 agenda/ liturgi HKBP disediakan.
Kita mengetahui bahwa seorang anak lebih bersifat terbuka dan jujur dalam
menerima pemberitaan Injil. Sesungguhnya sekolah Minggu merupakan ladang yang
sangat subur untuk memenangkan jiwa, memenangkan seseorang semasa kanak-kanak,
berarti kita memenangkan seluruh kehidupannya.
Pendeta Dwight L. Moody, seorang hamba Tuhan yang terkenal dalam
pelayanan penginjilan pernah menyatakan bahwa "apabila ia memenangkan jiwa
seorang yang sudah lanjut usia, ia memenangkan sisa umur hidupnya, tetapi
apabila ia memenangkan jiwa seorang anak muda berarti ia memenangkan seluruh
kehidupannya." Pernyataan ini sungguh tepat. Sebab apabila seorang anak
sudah menyerahkan hidup kepada Tuhan Yesus sejak kecil, berarti ia akan
berbakti dan melayani Tuhan seumur hidupnya.
II.3. SUSUNAN LITURGI SEKOLAH MINGGU HKBP
1. Nyanyian Gereja
Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati sudah harus siap untuk mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan. Karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut. Sebagian besar penatua atau petugas sekolah minggu di gereja HKBP memilih nyanyian dari Buku Ende HKBP. Tidak jarang nyanyian yang dipilih adalah nyanyian untuk orang dewasa, padahal di dalam Buku Ende terdapat nyanyian khusus untuk anak-anak. Akibatnya banyak anak sekolah minggu yang tidak ikut bernyanyi karena syairnya sulit untuk dicerna oleh anak.
Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati sudah harus siap untuk mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan. Karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut. Sebagian besar penatua atau petugas sekolah minggu di gereja HKBP memilih nyanyian dari Buku Ende HKBP. Tidak jarang nyanyian yang dipilih adalah nyanyian untuk orang dewasa, padahal di dalam Buku Ende terdapat nyanyian khusus untuk anak-anak. Akibatnya banyak anak sekolah minggu yang tidak ikut bernyanyi karena syairnya sulit untuk dicerna oleh anak.
2. Votum
Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus.” Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.” Pada saat votum anak sekolah minggu diminta untuk bangkit berdiri. Votum ini diucapkan oleh pemimpin kebaktian. Namun, perlu diingat bahwa di usia anak-anak, mereka belum mengerti benar apa itu votum. Kalaupun mereka bangkit berdiri dan mengambil sikap berdoa karena kebiasaan yang mereka lihat atau karena disuruh oleh guru sekolah minggu yang mengajar mereka yang juga tidak mengerti benar pemahaman votum.
Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus.” Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.” Pada saat votum anak sekolah minggu diminta untuk bangkit berdiri. Votum ini diucapkan oleh pemimpin kebaktian. Namun, perlu diingat bahwa di usia anak-anak, mereka belum mengerti benar apa itu votum. Kalaupun mereka bangkit berdiri dan mengambil sikap berdoa karena kebiasaan yang mereka lihat atau karena disuruh oleh guru sekolah minggu yang mengajar mereka yang juga tidak mengerti benar pemahaman votum.
3. Doa
Doa ini
diucapkan bersama-sama oleh anak sekolah minggu setelah pemimpin kebaktian
mengucapkan votum di awal ibadah, ucapannya adalah: “Ya Allah, kasihanilah kami orang yang berdosa ini. Amin.” (Boleh
dipilih berganti-ganti dari doa yang telah disediakan di agenda sekolah minggu.)
Votum adalah materai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut, namun
di dalam agenda sekolah minggu HKBP adalah doa minta pengampunan dosa. Sehingga
di dalam tata ibadah sekolah minggu HKBP tedapat dua kali doa memohon
pengampunan dosa.
4. Hukum Taurat Allah
Semua anak-anak sekolah minggu atau salah satu dari anak sekolah minggu mengucapkan sebahagian dari Kathekismus. Hal ini tentu bagus karena dengan sendirinya anak mengingat hukum taurat Allah.
Semua anak-anak sekolah minggu atau salah satu dari anak sekolah minggu mengucapkan sebahagian dari Kathekismus. Hal ini tentu bagus karena dengan sendirinya anak mengingat hukum taurat Allah.
5. Doa
Doa ini
diucapkan bersama-sama dengan ucapan: “Ya
Allah Tuhan kami, kuatkanlah kami, untuk dapat melakukan segala perintahMu.
Amin.” Sebaiknya penggunaan bahasanya lebih sederhana, menggunakan gaya
bahasa anak agar lebih mudah dimengerti dan dicerna oleh anak.
6. Nyanyian Gereja
Nyanyian ini harusnya berisi respons anak sekolah minggu atas harapan Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini juga harusnya berkaitan dengan Hukum Taurat.
Nyanyian ini harusnya berisi respons anak sekolah minggu atas harapan Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini juga harusnya berkaitan dengan Hukum Taurat.
7. Doa Pengampunan
Dosa
Di dalam liturgi/tata ibadah HKBP, melalui ‘doa pengampunan dosa’, jemaat memohon dalam kerendahan hati agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Di dalam agenda Sekolah Minggu, doa pengampunan dosa ini diucapkan bersama-sama dengan ucapan: “Dan ampunilah akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Amin.” Sama seperti doa sebelumnya, hendaknya penggunaan kata di setiap doa di agenda HKBP lebih disederhanakan bahasanya.
Di dalam liturgi/tata ibadah HKBP, melalui ‘doa pengampunan dosa’, jemaat memohon dalam kerendahan hati agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Di dalam agenda Sekolah Minggu, doa pengampunan dosa ini diucapkan bersama-sama dengan ucapan: “Dan ampunilah akan kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Amin.” Sama seperti doa sebelumnya, hendaknya penggunaan kata di setiap doa di agenda HKBP lebih disederhanakan bahasanya.
8. Epistel
Anak-anak
sekolah minggu bersama-sama atau salah seorang dari anak sekolah minggu
mengucapkan ayat bulanan. Ayat bulanan ditentukan di buku panduan guru sekolah
minggu dan dibagikan kepada anak sekolah minggu di akhir bulan. Padahal di dalam agenda HKBP, epistel adalah
kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman (Epistel), yang isinya
untuk mendorong umat berbuat baik dan bersaksi, jadi bukan ayat bulanan.
9. Berbahagialah.....
Setelah mengucapkan
ayat bulanan, anak-anak sekolah minggu yang dipandu oleh pemimpin kebaktian bersama-sama
mengucapkan“Berbahagialah orang yang
mendengar akan Firman Allah serta menyimpannya semuanya di dalam hatinya. Amin.”
Perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk
diindahkan, bukan untuk didiamkan saja. Namun, lagi-lagi penggunaan bahasanya
harus lebih disederhanakan.
10. Pengakuan
Iman
Anak-anak sekolah minggu adalah bagian dari komunitas Kerajaan Allah. Sebagai bagian dari komunitas orang percaya melalui pengakuan iman ini anak-anak sekolah minggu diajak untuk mengaku iman mereka akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Bagi anak yang berada di horong 3 mungkin sudah lebih mudah mengucapkan pengakuan iman ini, namun bagaimana dengan di horong satu dan dua. Pengakuan iman tidak melulu harus diucapkan, digubah menjadi nyanyian pun sepertinya tidak masalah selama tidak lari dari esensi pengakuan iman tersebut.
Anak-anak sekolah minggu adalah bagian dari komunitas Kerajaan Allah. Sebagai bagian dari komunitas orang percaya melalui pengakuan iman ini anak-anak sekolah minggu diajak untuk mengaku iman mereka akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Bagi anak yang berada di horong 3 mungkin sudah lebih mudah mengucapkan pengakuan iman ini, namun bagaimana dengan di horong satu dan dua. Pengakuan iman tidak melulu harus diucapkan, digubah menjadi nyanyian pun sepertinya tidak masalah selama tidak lari dari esensi pengakuan iman tersebut.
11. Nyanyian Gereja
Nyanyian ini merupakan respons akan pengakuan iman, sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini berarti bahwa mereka yang bersaksi melalui Pengakuan Iman, bersaksi juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan kesediaan hatinya untuk memberikan “persembahan syukur” sesuai dengan Taurat.
Nyanyian ini merupakan respons akan pengakuan iman, sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini berarti bahwa mereka yang bersaksi melalui Pengakuan Iman, bersaksi juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan kesediaan hatinya untuk memberikan “persembahan syukur” sesuai dengan Taurat.
12.
Berita/Pengumuman
Yang berhubungan
erat dengan anak-anak sekolah minggu, misalnya kegiatan atau aktivitas yang
akan dilakukan oleh anak sekolah minggu untuk satu minggu berikutnya.
13. Nyanyian
Gereja
Di bagian ini
anak-anak sekolah minggu akan memberikan persembahan mereka.
14. Kotbah
Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan dan penuntun hidup. Berbeda dengan kebaktian minggu dewasa, di ibadah sekolah minggu garis-garis besar dari teks yang telah ditentukan untuk sekolah minggu HKBP/Almanak HKBP setiap tahun yang akan disampaikan oleh penatua yang bertugas menyampaikan firman kepada anak sekolah minggu.
Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan dan penuntun hidup. Berbeda dengan kebaktian minggu dewasa, di ibadah sekolah minggu garis-garis besar dari teks yang telah ditentukan untuk sekolah minggu HKBP/Almanak HKBP setiap tahun yang akan disampaikan oleh penatua yang bertugas menyampaikan firman kepada anak sekolah minggu.
15. Nyanyian Gereja
Nyanyian bersama ini adalah untuk merespons Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali kotbah tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi acara yang dilakukan setelah kotbah.
Nyanyian bersama ini adalah untuk merespons Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali kotbah tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi acara yang dilakukan setelah kotbah.
16. Doa
Persembahan
Sebelum pulang ke tempat masing-masing anak-anak sekolah minggu masih diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberikan karena segala sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol. 1:3). Isi dari doa persembahan tersebut adalah: “Bapa kami Tuhan Allah yang Maha Kuasa yang bertahta di sorga. Kami mengucap syukur dan terima kasih kami kepadaMu ya Tuhan, di mana Tuhan memperkenankan anak-anak di dalam kerajaanMu. Di sini kami menyampaikan persembahan kami. Kiranya Tuhan menerimanya untuk kemuliaan namaMu. Amin.”
Sebelum pulang ke tempat masing-masing anak-anak sekolah minggu masih diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberikan karena segala sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol. 1:3). Isi dari doa persembahan tersebut adalah: “Bapa kami Tuhan Allah yang Maha Kuasa yang bertahta di sorga. Kami mengucap syukur dan terima kasih kami kepadaMu ya Tuhan, di mana Tuhan memperkenankan anak-anak di dalam kerajaanMu. Di sini kami menyampaikan persembahan kami. Kiranya Tuhan menerimanya untuk kemuliaan namaMu. Amin.”
17. Nyanyian
Gereja
Nyanyian di
bagian ini adalah nyanyian terakhir di dalam ibadah. Hendaknya nyanyian yang
dipilih adalah nyanyian pengutusan atau komitmen.
18. Doa Bapa
Kami
Doa Bapa Kami merupakan doa yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi doa di bagian akhir ibadah.
Doa Bapa Kami merupakan doa yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi doa di bagian akhir ibadah.
19. Berkat
Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa Allah juga telah memberkati anak-anak sekolah minggu yang juga adalah bagian dari komunitas kerajaan Allah, dengan berkat yang sama. Sebagai sambutan iman, maka anak-anak menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”
Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa Allah juga telah memberkati anak-anak sekolah minggu yang juga adalah bagian dari komunitas kerajaan Allah, dengan berkat yang sama. Sebagai sambutan iman, maka anak-anak menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”
II.4.
MASIH RELEVANKAH LITURGI SEKOLAH MINGGU HKBP BAGI ANAK SEKOLAH MINGGU MASA KINI?
Kekurangsungguhan mendidik anak adalah
tanda kemurtadan (1Tim. 5:8) yang tidak dapat diampuni. Gereja dengan seluruh
warganya baik kategorial, fungsional, professional, harus bergandengan tangan
dengan komitmen yang kokoh untuk merencanakan, menyelenggarakan dan mengendalikan
pelayanan anak Sekolah Minggu. Gereja adalah lembaga komunitas kudus, dan salah
satu tugasnya ialah menolong para orangtua untuk mendidik anak melalui
pelayanan Sekolah Minggu (1 Kor. 12). Banyak di antara warga jemaat yang
mempunyai talenta ataupun keahlian serta keterampilan untuk mendidik anak, dan pendidikan
Sekolah Minggu dapat terselenggara dengan baik apabila mereka turut serta
dilibatkan secara terstruktur. Guru Sekolah Minggu adalah utusan gereja untuk
menyelenggarakan pendidikan Sekolah Minggu. Mereka juga sebagai perantara
gereja dengan rumah tangga yang perlu diperlengkapi melalui program tertentu
secara bertahap dan berkesinambungan agar pengetahuan dan keterampilan mereka
tetap relevan dan aktual dalam penyelenggaraan pendidikan Sekolah Minggu.
Pendidikan Anak Sekolah Minggu tidak sebatas pengajaran karena pelayanan
membesarkan anak di dalam disiplin dan nasehat Firman Allah (spritualitas)
memaksudkan pelayanan dengan sasaran untuk mengembangkan kecerdasan moral,
emosional dan intelektul anak (Eps6:4). Artinya kerugma dan didakhe tidak
mencukupi dan perlu diikuti dengan paranese
(peneguhan). Ketiga komponen ini adalah satu unit untuk membesarkan anak (Ams.
18:12). Pendidikan Anak Sekolah Minggu adalah upaya nyata yang bermaksud
menolong tiap anak untuk memenuhi kebutuhan spritual, moral, emosional/mental
dan intelektual anak, berdasar pada rencana Allah terhadap diri anak (berkat)
dan dunia ini. Untuk itu diperlukan program pengajaran meliputi kurikulum, dan metode
pembelajaran dengan mempertimbangkan kategori usia. Pendekatan
metodik tetap menghormati karakter dan ciri khas anak. Dalam kaitan ini pengembangan
relasi dialogis-psikologis perlu dikembangkan (Ams.22:6) sekaligus memotivasi
supaya kuriositas anak tentang kuasa dan cinta kasih Allah bertumbuh teguh
(Kej. 12:24-27). Pendidikan Anak Sekolah Minggu berhubungan langsung dengan
merosotnya gereja atau bertumbuhnya kerajaan Allah (2 Tawarikh 17:7-9 ; Ams.
3:13-15 ; Ams.8:11-12). Gereja yang taat dan setia terhadap Allah pemiliknya
perlu mengadakan evaluasi yang terstruktur, terprogram, dan terus menerus
terhadap penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan Anak Sekolah Minggu. Dengan
kejujuran mengadakan evaluasi ini maka peningkatan mutu pendidikan Anak Sekolah
Minggu dapat direalisasikan secara mantap.
Agenda
Sekolah Minggu harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak,
sederhana namun tetap memiliki muatan teologis. Jika kita mengkritisi agenda
sekolah minggu HKBP maka liturgi atau tata ibadah sekolah minggu HKBP tidak
lagi relevan bagi anak-anak sesuai dengan kebutuhan usia mereka. Perlu
keseriusan untuk menyesuaikan agenda Sekolah Minggu HKBP sesuai dengan
kebutuhan anak. Ini menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang harus serius dikerjakan
secara bersama-sama. HKBP tidak boleh mengganggap enteng tugas ini dan tidak
lagi menunda-nunda tugas ini. Demi masa depan HKBP, generasi HKBP yaitu
anak-anak sekolah minggu.
II.5. TANTANGAN LITURGI
IBADAH SEKOLAH MINGGU PADA MASA KINI
Dalam kitab Amsal 22:6 dikatakan, “Didiklah orang muda menurut
jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang
dari pada jalan itu.” Masa anak-anak adalah masa potensial. Mendidik anak sejak
dini untuk diperkenalkan pada kebenaran akan memberi dampak buat hidup mereka
di masa yang akan datang. Meski mendidik anak-anak termasuk di Sekolah
Minggu adalah pekerjaan yang tidak mudah. Perlu persiapan ekstra, selain
persiapan Firman, penyederhanaan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak,
mempersiapkan lagu-lagu yang sesuai dengan usia mereka, dan menyiapkan
kreatifitas yang bisa mengingatkan Firman yang disampaikan. Penggunaan waktu
pun perlu berhikmat, mengingat daya konsentrasi anak terbatas. Namun karena
mereka potensial, maka tanggung jawab pelayanan anak ini harus dikerjakan
dengan kesungguhan.
Inilah yang
menjadi tantangan di dalam liturgi atau tata ibadah sekolah minggu. Model
liturgi yang dipakai dalam agenda sekolah minggu adalah model liturgi untuk
orang dewasa. Agenda sekolah minggu yang dipakai sekarang harus lebih
disederhanakan, tentunya dengan memikirkan berbagai faktor: psikologi anak,
kebutuhan anak, metode mengajar yang tepat, dsb. Seperti yang sudah disinggung
di atas, anak sekolah minggu potensial namun pelayanan kepada mereka sering
diabaikan. Karena itu sudah saatnya HKBP serius untuk memperbaiki agenda
sekolah minggu HKBP.
II.6. KONTRIBUSI LITURGI
IBADAH SEKOLAH MINGGU
Sekolah Minggu adalah Sebuah wadah pembinaan iman
dan program pendidikan rohani yang bersifat melaksanakan misi yang ditetapkan
Tuhan Yesus Kristus kepada gereja-Nya. Dengan tujuan membawa anak-anak kepada
pengenalan yang benar akan Tuhan dan membimbing anak-anak kepada iman yang
dewasa di dalam Tuhan Yesus. Karena itu gereja tidak boleh merasa puas
apabila telah memiliki "sejumlah besar" anak-anak sekolah Minggu dan
sejumlah "besar" guru sekolah Minggu. Sebab harus dievaluasi apakah
sejumlah besar anak-anak sekolah Minggu itu kelak akan menjadi murid Tuhan
Yesus yang sungguh-sungguh? Dan untuk itu sangat dituntut adanya guru sekolah
Minggu yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan mengenal pengajaran Alkitab
dengan benar. (Bukan sekedar sukarelawan.) Seringkali gereja menghadapi dan
mengalami fakta "hilangnya" sejumlah besar anak-anak sekolah Minggu
setelah mereka beranjak ke usia remaja. Suatu kenyataan yang sering diperhitungkan
sebagai sesuatu yang wajar. Padahal itu tidak akan terjadi bila gereja mau
memberikan perhatian yang lebih sungguh-sungguh terhadap pelayanan sekolah
Minggu. Memahami hakekat pelayanan
sekolah Minggu dengan benar akan mendorong gereja dan khususnya guru sekolah
Minggu untuk lebih bertanggung jawab melayani anak-anak yang telah diserahkan
Tuhan kepada kita.
Beberapa kontribusi dalam liturgi Sekolah Minggu:
1. Nyanyian
Sebaiknya
di dalam ibadah sekolah minggu menggunakan nyanyian anak-anak. hindari
menggunakan nyanyian untuk orang dewasa. Sesuaikan nyanyian HKBP dengan
kebutuhan anak.
2. Doa
Pada usia 2 tahun seorang anak kecil
telah mampu berkomunikasi dengan orang lain. Ia mulai menyatakan keinginannya
bila membutuhkan sesuatu kepada orang lain. Suasana sehari-hari yang terjadi,
sewaktu anak berkomunikasi dengan orangtuanya, akan sangat mempengaruhi
pemahaman anak bahwa berdoa berarti sedang melakukan percakapan dengan Tuhan.
Suasana sehari-hari yang dimaksud misalnya orangtua dan anak berkomunikasi
dalam suasana ceria dan gembira. Jadi suasana relasi yang dialami seorang anak
akan sangat berpengaruh terhadap pemahamannya mengenai berdoa, di mana anak
diperkenalkan untuk berkomunikasi dengan Tuhan secara dekat. Cinta Tuhan akan
dikenali anak kecil melalui pola komunikasi dengan orang dewasa yang dekat
dengannya. Karena itu liturgi sekolah minggu harus mampu membangun pemahaman
anak agar dapat berkomunikasi yang dekat dengan Tuhan.
3. Penyampaian Firman Tuhan
Sistem pembelajaran atau penyampaian
firman Tuhan memakai berbagai metode yang dimungkinkan. Sistem sekarang perlu
dirobah untuk mencapai tingkat mutu yang digariskan dalam visi. Anak-anak Sekolah Minggu didampingi agar
mereka kaya melalui pengalaman (eksperensial) sehingga kecerdasan spritual,
emosional, intelejennya berkembang. Hal yang visual dan eksperensial lebih
berpengaruh bagi pertumbuhan anak. Prasarana dan sarana yang dibutuhkan Sekolah
Minggu (alat-alat bantu seperti kursi, meja, alat-alat bermain, kertas-kertas,
gambar-gambardan papan tulis) disediakan oleh jemaat setempat. Anak-anak dimungkinkan
untuk mengekspresikan diri melalui kegiatan Sekolah Minggu. Pengadaan dana
diupayakan sehingga setiap sekolah minggu di setiap jemaat setempat dapat
menyelenggarakan pelayanan Sekolah Minggu dengan efektif.
4. Musik
Musik
sangat penting dalam ibadah gereja, sebab sebagian besar porsi ibadah gereja
memiliki unsur musik, baik vokal maupun instrumental. Begitu
pentingnya musik di dalam gereja, sehingga Martin Luther, tokoh
gereja protestan era reformasi menyatakan bahwa gereja yang baik adalah gereja
yang bernyanyi.[8] Musik dan pujian di Sekolah Minggu tidak hanya sekedar
membuat suasana Sekolah Minggu lebih semarak. Namun lebih dari itu, musik dan
pujian memiliki tujuan khusus yang lebih dalam dan penting. Adapun tujuan musik
dan pujian di Sekolah Minggu adalah: 1. Mengajak Anak Memuji dan Menyembah
Tuhan
Tuhan mau segala yang bernafas memuji Dia (lihat Mazmur 148 dan Mazmur 150), setiap mulut mengakui Dia adalah Tuhan (lihat Roma 10:9), dan setiap lutut bertekuk menyembah Tuhan (lihat Yesaya 45:23 dan Roma 14:11). 2. Membantu Mengajarkan Kebenaran Alkitab pada Anak-anak. Bagi anak-anak, pujian/lagu/nyanyian lebih mudah diingat daripada sebuah ayat hafalan yang panjang, sebuah perikop dalam Alkitab, atau sebuah konsep kebenaran Alkitab. Sehingga seringkali kebenaran Alkitab dapat lebih efektif bila disampaikan melalui nyanyian. Misalnya lagu: "Demikian Allah Mengasihi Dunia" (Yohanes 3:16), "Orang Pandai dan Orang Bodoh" (Matius 7:24-27), dan "Yesus Sayang Padaku", "Alkitab Mengajarku", dst. (Untuk mengajarkan bahwa Tuhan mengasihi kita). 3. Membangun Suasana Ibadah yang Hidup dan Terarah, Khususnya Penyembahan Kepada Tuhan. Hadirnya musik dan pujian dapat membawa perubahan suasana hati anak-anak yang mengikutinya. Lagu yang riang gembira mengenai alam ciptaan Tuhan akan membawa anak menyadari kuasa dan pemeliharaan Tuhan atas seisi dunia, lagu yang lembut mengenai Kasih Tuhan akan membawa anak menyadari pengorbanan Kristus bagi jiwa mereka, dsb. 4. Membina Persekutuan yang Penuh Kasih
Ibadah memiliki dua aspek penting, pertama, persekutuan dengan Tuhan (hubungan vertikal), kedua persekutuan dengan sesama orang percaya (hubungan horisontal). Dengan musik dan pujian, anak-anak dapat dikondisikan untuk saling berinteraksi, baik dengan sesama anak-anak SM maupun dengan guru SM. Misalnya: menyanyikan lagu sambil berjabat tangan, melakukan gerakan secara berpasangan, menyanyi bersahutan, dsb.[9]
Tuhan mau segala yang bernafas memuji Dia (lihat Mazmur 148 dan Mazmur 150), setiap mulut mengakui Dia adalah Tuhan (lihat Roma 10:9), dan setiap lutut bertekuk menyembah Tuhan (lihat Yesaya 45:23 dan Roma 14:11). 2. Membantu Mengajarkan Kebenaran Alkitab pada Anak-anak. Bagi anak-anak, pujian/lagu/nyanyian lebih mudah diingat daripada sebuah ayat hafalan yang panjang, sebuah perikop dalam Alkitab, atau sebuah konsep kebenaran Alkitab. Sehingga seringkali kebenaran Alkitab dapat lebih efektif bila disampaikan melalui nyanyian. Misalnya lagu: "Demikian Allah Mengasihi Dunia" (Yohanes 3:16), "Orang Pandai dan Orang Bodoh" (Matius 7:24-27), dan "Yesus Sayang Padaku", "Alkitab Mengajarku", dst. (Untuk mengajarkan bahwa Tuhan mengasihi kita). 3. Membangun Suasana Ibadah yang Hidup dan Terarah, Khususnya Penyembahan Kepada Tuhan. Hadirnya musik dan pujian dapat membawa perubahan suasana hati anak-anak yang mengikutinya. Lagu yang riang gembira mengenai alam ciptaan Tuhan akan membawa anak menyadari kuasa dan pemeliharaan Tuhan atas seisi dunia, lagu yang lembut mengenai Kasih Tuhan akan membawa anak menyadari pengorbanan Kristus bagi jiwa mereka, dsb. 4. Membina Persekutuan yang Penuh Kasih
Ibadah memiliki dua aspek penting, pertama, persekutuan dengan Tuhan (hubungan vertikal), kedua persekutuan dengan sesama orang percaya (hubungan horisontal). Dengan musik dan pujian, anak-anak dapat dikondisikan untuk saling berinteraksi, baik dengan sesama anak-anak SM maupun dengan guru SM. Misalnya: menyanyikan lagu sambil berjabat tangan, melakukan gerakan secara berpasangan, menyanyi bersahutan, dsb.[9]
5. Metode Mengajar sesuai dengan usia dan kebutuhan anak
Bagaimana
mengaplikasikan kebutuhan dan kemampuan anak itu dalam rangka proses belajar
dan mengajar? Berikut ini secara sekilas beberapa hal dapat kita ungkapkan.
Namun, jangan jadikan ini “barang jadi”! Saudara juga dapat menggali lebih
banyak lagi aplikasi-aplikasi yang lain dalam rangka kaitan antara kemampuan
dan kebutuhan anak dengan hal-hal yang dapat dan mesti dilakukan di Sekolah
Minggu.
- Anak-anak
pada usia ini membutuhkan ruangan yang lebih luas untuk dapat
bergerak dengan bebas, dan juga mesti diberi kesempatan seluas-luasnya di dalam
bermain. Pada usia ini mereka tidak dapat duduk saja dan mendengarkan secara
pasif pelajaran di SM. Siapkan kegiatan yang dapat dilakukan secara
individual oleh setiap anak seperti: melipat, mewarnai, mengecat,
dan berikan dorongan serta pujian atas hasil yang diberikan,
bagaimanapun bentuknya. GSM diharapkan berusaha untuk mengembangkan
kreatifitasnya dengan membaca dan mencari ide kegiatan yang dibutuhkan
secara bervariasi.
- Hal
yang penting dalam usia ini adalah bahwa mereka perlu belajar membina relasi
dengan anak-anak lain seusianya dan orang dewasa lainnya, selain
keluarga. Suasana yang penuh keakraban di SM dan kegiatan yang
menyenangkan perlu dikembangkan di kelas. Suasana yang aman dan penuh
kasih itulah yang akan menjadi dasar bagi anak-anak usia ini untuk terus
menerus merasa ingin datang ke SM!
- Oleh
karena kemampuan mereka mendengar apa yang disampaikan oleh GSM hanya sebentar
saja, maka setiap GSM perlu menyiapkan doa, cerita, dan nyanyian yang
dapat dilakukan dengan sederhana, mudah dan tidak terlampau panjang atau
bertele-tele. Hal yang perlu diperhatikan adalah cerita yang
menarik, -lebih baik lagi kalau dengan menggunakan alat peraga- yang
berhubungan dengan pengalaman mereka sehari-hari, misalnya mengasihi kawan,
bekerja dengan kawan, siapa keluaragaku, perasaanku, dlsb.
- Cara
berbahasa dengan anak-anak usia ini sebaiknya memakai bahasa sederhana yang
mereka kenal dalam tingkatan bahasa yang mereka pakai. Pendekatan
kepada anak-anak secara pribadi sangat menolong di dalam rangka
mengembangkan proses belajar mereka. Anak akan semakin memahami arti dikasihi
dan mengasihi melalui pengalaman langsung dengan orang lain.
- Setiap
anak harus diberi perhatian secara khusus-individual oleh para
GSM sebab kebutuhan dan kemampuan setiap anak berbeda satu dengan yang lain.
Setiap anak sedang dalam proses mengembangkan dirinya untuk menjadi anak Allah,
sementara kemampuan mereka berkembang tidak sama. Mereka adalah anak-anak yang
perlu pertolongan dari orangtua dan dari GSM. SM dengan demikian menjadi bagian
penting dalam hidup pribadi anak dan turut membentuk diri anak seutuhnya.
- Di
SM, anak-anak juga mulai menjalin persahabatan dan mencari teman yang baik.
Perasaan tersebut perlu didorong dan dikembangkan, agar mereka belajar
menghargai pentingnya persahabatan. Cerita-cerita Alkitab dapat menunjang
upaya membangun rasa persahabatan tersebut. Ajarkan persahabatan Yesus dengan
pengikutNya, Daud dan Yonatan, dsb. Mereka dapat mulai diajak untuk memberi
perhatian pada teman sekelas yang berulang tahun atau sakit atau mendapat
musibah. Berbagai kegiatan dalam kelompok sangat baik untuk diadakan pada usia
ini.
- Kejadian
nyata di gereja perlu diperkenalkan kepada anak-anak. Sekali-kali
perlu diundang pendeta ke kelas dan biarkanlah anak-anak bercakap-cakap dan
berkenalan dengan pendetanya. Hal yang sama juga kepada penatua, dan juga
sekali waktu mengundang orangtua untuk turut mengajar di SM. Dalam kesempatan
yang memungkinkan, anak-anak perlu pengalaman mengikuti kebaktian bersama
dengan jemaat di gereja. Semua bagian dari kehidupan gereja perlu diketahui
oleh anak dan inilah saat yang tepat.
- Berikan
kesempatan kepada setiap anak untuk melakukan suatu tanggung jawab, misalnya
melalui kegiatan bersama. Ingatkan orangtua dan anak untuk turut pula
memberi tugas dan tanggung jawab di rumah. Seiiring dengan pemberian tugas
itu, GSM perlu memberikan pujian sebagai sugesti positif kepada anak. Dalam
melakukan tugas yang diberikan, tidak setiap anak akan menerimanya dengan
gembira. Ada anak yang menolak atau ragu-ragu. Hal ini disebabkan rasa tidak
pasti di dalam dirinya. Oleh karena itu, dorongan dari GSM sangat diperlukan.
Mereka harus ditolong untuk dapat melewati masa krisis tersebut. Dari
pengalaman semacam ini, anak belajar mengembangkan rasa percaya pada dirinya
sendiri.
- Susunlah
acara sekolah minggu yang membuat suasana menjadi gembira dan memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk bergerak. Kerahkan seluruh kemampuan/talenta
unik yang masing-masing dimiliki oleh GSM, misalnya kreasi dalam bernyanyi,
bercerita, permainan, komunikasi dengan anak, dsb.
- Anak
membutuhkan pertolongan dan kesabaran dari GSM untuk mendengar
pertanyaan-pertanyaan mereka dan mengarahkan pertanyaan mereka
secukupnya saja dan tidak bertele-tele. Perlu dicatat bahwa jawaban
yang panjang belum tentu diingat oleh mereka. Anak sering datang dengan
pendapatnya yang aneh dan salah. Akan tetapi, seorang GSM sebaiknya mengarahkan
kembali pertanyaan tersebut agar lebih jelas dan tidak terlibat perdebatan
dengan anak. Jawaban GSM sebaiknya merupakan kesaksian imannya sebagai
seorang Kristen. Anak usia ini membutuhkan seorang pelayan yang
bersedia mendampinginya selama proses melewati usianya ini, sehingga relasi
yang akrab antara GSM dan ASM harus terpelihara dengan baik. Jawaban yang
diberikan oleh GSM bukanlah selalu merupakan jawaban yang terbaik atas
pertanyaan anak. Para GSM lebih diharapkan hadir sebagai model dan
teman yang baik daripada sebagai orang pandai yang tahu segala hal.
- Dengan
bantuan orangtua dan ahli lain di gereja, informasi atau pendidikan
seksual dapat mulai diberikan pada usia ini. Berikan dorongan
berdasarkan iman Kristen bagaimana manusia menghargai karunia seksual yang
diberikan oleh Allah.
- Berikan
kesempatan bagi anak-anak di kelas untuk merencanakan suatu kegiatan bersama.
Sekali-sekali biarkan mereka yang memimpin kebaktian di SM. GSM
perlu terus mendampingi mereka dengan penuh kesabaran dan memberikan petunjuk
yang diperlukan. Melalui kegiatan semacam ini anak semakin baik rasa percaya
pada dirinya dan sekaligus merasa bahwa kehadirannya sangat dihargai oleh GSM.
- Sediakan
waktu untuk mengadakan komunikasi dengan anak-anak secara pribadi. Kemampuan
anak dalam kelompok tidak sama satu dengan yang lain, dan sebaiknya setiap GSM
mengenal kelebihan dan kekurangan tiap anak. Mereka perlu dorongan untuk berani
tinggal dan bersama yang lain dalam kelompok. Bila kelompok tidak terbentuk,
maka GSM dapat menolong membuatkan kegiatan agar anak belajar berkelompok.
Hargailah prestasi yang mereka capai baik secara individu maupun secara
kelompok. Bila anak melakukan kesalahan, sebaiknya GSM menegur secara
pribadi tanpa diketahui anak yang lain.
III.
KESIMPULAN
“Bila
anda mau hidup tiga bulan tanamlah jagung, Bila anda mau hidup enam bulan
tanamlah ubi, Bila anda mau hidup satu tahun tanamlah padi, Bila anda mau hidup
lima tahun tanamlah kelapa, Bila anda mau hidup seratus tahun tanamlah
pendidikan (pembinaan), Bila anda mau hidup selamanya tanamlah iman,
pengharapan, dan kasih.”
Di tengah melesatnya kemajuan teknologi zaman ini, di mana alat-alat
komunikasi berperan dalam segala bidang, sehingga tidak mustahil bagi seorang
anak balita untuk menerima informasi yang tidak sesuai dengan usianya, di
situlah muncul tantangan baru. Berbagai
macam permainan elektronik yang memikat dan mengikat hati seorang anak sehingga
kuranglah waktu untuk berkomunikasi dengan ayah bunda. Masih ditambah dengan
tuntutan yang cukup tinggi dalam dunia pendidikan bagi anak-anak yang masih
duduk di bangku sekolah dasar sehingga menggeser kebutuhan dan mengurangi
kesempatan untuk pendidikan rohani dalam kehidupan seorang anak. Belum lagi kesibukan
yang tiada henti dalam kehidupan orang tua yang harus "bergulat"
untuk mencukupkan sandang pangan di tengah dunia yang sarat dengan tantangan
ini. Sehingga hampir kebanyakan orang tua Kristen "memasrahkan"
pendidikan rohani anak-anak yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab mereka,
kepada gereja atau lebih tepatnya kepada guru sekolah Minggu. Dalam keadaan
sedemikian gereja melalui pelayanan sekolah Minggu dipanggil untuk menjadi ayah
dan ibu asuh rohani bagi anak-anak jemaat. Dapat kita bayangkan betapa beratnya
tugas gereja dan guru sekolah Minggu. Bukankah keadaan akan menjadi lebih parah
dan sangat menyedihkan bila ternyata gereja dan sekolah Minggu pun tidak dapat
melaksanakan tugas yang mahapenting ini dengan baik. Dengan dasar itulah HKBP perlu membenahi
liturgi sekolah minggu HKBP demi masa depan HKBP yang lebih baik lagi ke
depannya.
Tarutung, Maret 2017
SUMBER
Boehlke, Robert R., PhD, Sejarah
Perkembangan Pikiran Dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Yohanes Amos
Comenius Sampai Perkembangan PAK di Indonesia, BPK Gunung Mulia, 2011.
White,
James F, Introduction to Christian Worship (Revised Edition)
Pr, E.
Martasudjita, Pengantar Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi,
Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Van Dop,
H.A, Liturgi dan Komunikasi : Hakekat dan Makna Liturgi, Jakarta: Yakoma PGI,
2005.
Kebijakan
Dasar SM HKBP - Departemen SM HKBP Pearaja – Tarutung
http://pepak.sabda.org/23/aug/2001/anak_musik_dan_pujian_di_sekolah_minggu
[1] Robert Richard Boehlke, Sejarah
Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Yohanes Amos
Comenius Hingga Perkembangan PAK di Indonesia, BPK Gunung Mulia, Jakarta
1997, hlm. 769
[3] E. Martasudjita, Pr. Pengantar
Liturgi: Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi (Yogyakarta:
Kanisius, 1999), hlm. 18
[4] H.A.Van Dop, Liturgi dan Komunikasi :
Hakekat dan Makna Liturgi, ( Jakarta: Yakoma PGI,
2005), hlm. 104
[6] http://hkbp-lubukbaja.org/2012/06/pelayanan-sekolah-minggu-di-hkbp/
[8] http://pianoflute.webs.com/church-music
[9] http://pepak.sabda.org/23/aug/2001/anak_musik_dan_pujian_di_sekolah_minggu
No comments:
Post a Comment