Wednesday, 21 November 2018

Tafsiran ESTER 1:1-22


ESTER 1:1-22

I.                   PENDAHULUAN
Kisah Ester merupakan sebuah ilustrasi pelayanan doa syafaat yang luar biasa. Pada 483 SM, sebagai ratu muda di Persia, ia terlibat dalam situasi berbahaya. Bangsanya, yaitu orang Yahudi, terancam oleh kekuatan musuh yang kuat, yang mengarahkan pada kehancuran mereka. Ester mengajukan diri untuk memohon kepada raja karena hanya dia yang dapat mengubah situasi yang tidak menyenangkan. Permohonannya menghasilkan kelepasan dan kemenangan bangsanya.
Kuasa si jahat juga menggangu hidupnya. Sejak awal Ester tahu bahwa ia bukan tandingan kuasa yang dipenuhi dengan kebencian, yang menentang dia dan bangsanya. Kisah yang terungkap babak demi babak, menjelaskan bagaimana Ester memasuki strategi  untuk mengadu kekuasaanraja dengan rencana dari musuh jahat. Dalam ketergantungan penuh, ia menghadap raja. Dan ia menemukan kuasa dosa syafaat yang luar biasa sampai hari ini, orang Yahudi merayakan kitab Ratu Ester dalam Hari Raya Purim. Dalam Alkitab, kisah ini merupakan salah satu kisah paling menarik, penuh dengan bahaya, tantangan, dan ketegangan. Secara dramatis, ini menggambarkan kuasa doa yang efektif.[1] Kitab Ester dibacakan disinagoge selama pesta Purim.[2]

II.                ISI
Kitab Ester adalah kitab yang populer bagi bangsa Yahudi. [3]Kitab Ester sangat berbeda dengan kitab-kitab yang lain dalam Alkitab. Sebutan untuk Allah ataupun YHWh tidak ditemukan dalam teks Ibrani. Tempat kejadiannya adalah di Susan, ibu kota Persia pada musim dingin, bukan di Israel. Kitab Ester menceritakan tentang perkawinan antara seorang perempuan Israel dengan seorang raja bangsa lain, kemudian memecahkan masalah tindakan anti Yahudi dengan suatu pembelaan diri yang berdarah. Sekalipun sifatnya berbeda kitab-kitab yang lain, gulungan kitab ini termasuk dalam kanon, sebagaimana diakui baik oleh para ahli Yahudi mauppun orang Kristen.[4]

2.1              Latar Belakang Kitab Ester
Kitab Ester merupakan kitab ketujuhbelas Perjanjian Lama dalam urutan tradisonal. Politik harem, anti semitisme, dan kepahlawanan perempuan Yahudi yang gagah berani diramu menjadi sebuah kisah dari periode Persia akhir (awal abad ke-4 sM), yang dibentangkan dengan penuh ketegangan. Ester yang cantik itu berhasil memohon kepada Raja Ahasyweros, suaminya, bagi bangsanya dan Mordekai, ayah angkatnya, agar ia menentang kemarahan Haman, yang memandang hina mereka. Nasib berbalik, dan Haman sendirilah yang digantung (Est.7:10).
Dalam cerita ini-yang biasanya dianggap sebagai legenda untuk mengesahkan perayaan Purim pada bulan Maret- Allah tidak tersebut. Namun, tambahan Kitab Ester dalam LXXX memberi warna religus, yang sebelumnya tidak ada, kepada seluruh cerita dan perayaan Purim. Keberuntungan yang diperoleh Kitab Ester dikaitkan dengan kecantikan dan keberaniannya, dalam tambahannya dihubungankan dengan kesalehannya.[5]
Bangsa Yahudi telah lama menganggap kisah Ester itu sangat sakral. Hari raya Purim yang dirayakan setiap tahun, yang berasal dari kitab Ester, adalah salah satu hari raya yang penuh sukacita dalam kalender agama orang Yahudi. Ketika seseorang mulai mempelajarinya, kitab Ester menimbulkan beberapa pertanyaan. Kitab ini kelihatannya agak sekuler. Nama Allah tidak pernah disebutkan. Kitab ini tidak pernah dikutip dalam perjanjian baru, juga tidak punya rujukan kepada doa atau ibadat sakral manapun.
Namun, letaknya dalam kanon perjanjian lama tidak pernah dipertanyakan secara serius karena merupakan bagian yang jelas dari “sejarah kudus”, pelaksanaan rencana Allah atas keselamatan dalam sejarah manusia. Kecenderungan modern membiarkan ideologi atau prinsip- prinsip abstrak mengalahkan sejarah.




2.2  Tafsiran
Ester 1-22 Raja Persia Menurunkan Ratunya dari Takhta
Ester 1:1-9 Pameran Kemuliaan Raja
1:         Ahasyweros adalah transliterasi Ibrani dari nama Persia Khshayarsha, yang lebih dikenal dalam bentuk Yunani yaitu Xerxes. Dia mengganti Bapanya, Darius dan memerintah 486-465 SM. Identitas yang tepat dijamin oleh catatan penulis mengenai keluasan kerajaannya dari India, yaitu daerah yang sungai-sungainya bermuara di sungai Sindhu, yang ditambahkan kepada kekuasaan Persia oleh Darius, ke Etiopia atau Kush, sekarang Sudan Utara, ditaklukkan oleh Kambyses, raja Persia 530-522. 127 daerah. Herodetus mengatakan bahwa Darius mendirikan 20 daerah kabupaten, tapi daearah-daerah ini adalah pembagian wilayah perpajakan, sedangkan penulis-penulis Alkitab menggunakan perkataan lain yang menunjukkan kesatuan suku.
2:         Kata kerja bahasa ibrani menyarankan ketika raja Ahasyweros datang unutk bersemayam di atas takhtanya di Susan. Tapi kenapa dalam tahun ke-3 dalam pemerintahannya? Mungkin sebelumnya dia memerintah dari salah satu daerah kerajaannya, di Ekbatana atau Babel. Susan adalah bentuk ibrani dari Shushin datau Sushim dalam bahasa persia. Kota ini, ibukota dari Elam pada zaman dahulu kala, telah dibangun kembali oleh Darius dan rupanya menjadi tempat liburan musim dingin Ahasyweros. Pada musim panas di sini tidak terperikan panasnya.
3-5:      Kita perlu mengerti bahwa perjamuan yang disebut dalam ayat dan yang disinggung lebih terperinci dalam ayat 5, berlangsung selama 7 hari. Ini adalah puncak dari pameran kekayaan raja yang berlangsung selama 6 bulan, pada saat mana utusan dari seluruh kerajaan berkumpul: para pejabat, para pegawai tinggi istana, angkatan bersenjata Persia dan Media, kaum bangsawan dan para pembesar daerah. Orang Persia terkenal karena mengadakan pesta-pesta besar, kadang-kadang seluruh penduduk kota ikut serta dan serentak.  Tujuan pertemuan itu mungkin sekali untuk merencanakan  kampanye Ahasyweros terhadap Yunani pada tahun 482 SM. Setelah pesta raya itu diadakan, semua yang berkumpul di Susan dilayani dengan anggur selama 7 hari di halaman istana, dari mana dapat dilihat taman raya  istana.
6-7:      Penulis menuliskan dengan mahir melukiskan kemegahan pameran itu dengan tirai-tirai dari kain lenan (yang ungu muda dan ungu tua), tiang-tiang marmer, katil emas da perak dan lantai pualam mosaik berwarna-warni. Setiap piala serba warna, anggur disajikan berlimpah- demikianlah makmurnyalah sang raja.
8:         Adapun aturan minum ialah: tiada dengan paksa yaitu bentara dalam harus berbuat menurut keinginan tiap-tiap tamu.
9:         Ester melaporkan bahwa adat tidak melarang para isteri makan bersama suami. Besarnya bilangan itu mungkin mengharuskan perlunya pesta tersendiri untuk para tamu wanita.

1:10-22 Ratu Wasti menentang suaminya.
10:       Sedikitpun tidak diberikan alasan penolakan Wasti, tapi hal itu tidaklah penting bagi cerita ini.
12:       Martabat kehormatan raja terhina terang-terangan oleh penolakan Wasti dan tindakan keras harus diambil untuk memulihkan wibawa raja.
13:       Di Timur Tengah pada zaman itu, orang-orang arif bijaksana adalah biasa berkunjung pada seorang raja untuk memberikan nasehat, tapi orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman adalah berarti ahli-ahli ilmu falak, dan bagian ke-2 ayat tu menekankan kemampuan mereka mengenai soal-soal hukum.
14-15:  Ke-7 arif bijaksana yang khusus ditunjuk untuk segera menghadap raja, disebut oleh Herodotus dan dihunjuk dalam Ezr 7:14. Adalah tugas mereka untuk memberikan nasehat kepada raja mengenai semua soal. Nama-nama yang dilaporkan disini adalah nama-nama Persia.
16-18:  Memukan mengemukakan pandangan ke-7 anggota majelis itu. Bukan hanya rasa hormat raja, tepi juga keunggulan pria umumnya dipertaruhkan, justru sangsi-sangsi keras harus diambil untuk mencegah kekacauan.
19-20: Apabila ratu Wasti dipecat dengan dekrit yang tidak dapat dibatalkan dan apabila dia diganti maka bahaya demikian tercegah. Kendati tidak ada petunjuk di luar Alkitab mengenai tidak dapat dicabutnya hukum Media dan Persia namun ajaran itu adalah sesuai dengan keangkuhan mereka yang akan tersinggung jika dikatakan bahwa hukum-hukum mereka dapat dan perlu diperkembangkan
21-22:  Pada umumnya orang beranggapan berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa maklumat iu diedarkan dalam semua bahasa yang ada begitu banyak dalam kerajaannya yang luas itu. Bahasa Aram secara luas dimengerti orang dan telah dipergunakan untuk urusan negara mulai dari Mesir sampai India. Namun dengan demikian, ada banyak bukti bahwa Ahasyweros senang dengan jumlah bangsa-bangsa yang berlainan menjadi bagian dari kerajaannya (bnd pengantar, bagi sejarah), dan ia senang, dengan sekian banyak wakil dari bangsa-bangsa itu dalam istananya. Justru penterjemahan dapat dilakukan. Begitu juga adalah menggelikan isi maklumat tentang keharusan suami menjadi kepala rumah tangga, karena hal itu adalah lazin dalam keluarga bangsa-bangsa timur. Tentang pemakaian bahasa suami sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan  keluarga, tentu maksudnya diterapkan dalam pernikahan campuran. Hukum itu juga tidak dapat dipaksakan.

Perbandingan Tafsiran
Penafsiran memahami sebagai Perjamuan Raja
Pasal 1:3 Tidak diceritakan dalam kesempatan apa pesta diadakan. Hendaknya diingat bahwa sebagian besar tindakan dalam cerita dilakukan selama perjamuan. Motif ini mengikat cerita itu dan mengaitkannya dengan pesta Purim.
Pasal 1:10-22. Sulit menentukan apakah pengarang mengagumi Ratu Wasti karena menolak tampil di hadapan raja atau ia sependapat bahwa wanita hendaknya ditempatkan pada tempat yang seharusnya. Bagaimanapun juga, ia hanya menceritakan sebuah cerita dan ia tentu mengontraskan antara Wasti yang mempunyai kehendak kuat kuat dan Ratu Ester yang menjalankan apa yang dikatakan orang lain. Jelas, Ester bukan seorang pahlawan melainkan sebuah bidak catur.
Pasal 11:19. Keputusan raja tidak ditarik kembali. Hukum Persia yang aneh ini tampak juga dalam cerita Daniel dalam kadang singa (Dan 6:8), tetapi tidak dikenal dari sumber lain.[6]

III.             PENUTUP/ APLIKASI
Mengganggu terancam tersingkirkan. Henry Hally merengkuh inti masalah ini dalam komentarnya:
Kitab Ester berisi peristiwa sejarah yang sangat penting, bukan hanya kisah untuk menunjukkan pesan moral: pelepasan bangsa Ibrani musnah 500 tahun sebelum Kristus datang ke dunia, mungkin ada beberapa perbedaan dalam rencana Allah dan nasib umat manusia; tidak ada bangsa Ibrani, tidak ada Mesias: tidak ada Mesias berarti dunia terhilang. Gadis Yahudi yang cantik dari masa lampau ini, meskipun ia sendiri tidak mengetahuinya, telah memainkan bagiannya dalam mempersiapkan jalan bagi kedatangan juru selamat dunia.
Ester hidup pada periode tertentu dalam  sejarah Israel, yaitu masa kekalahan dan penawanan Israel, setelah Yerusalem jatuh ketangan tentara Babel pada 586 SM. Sesudah itu, Media dan Persia menaklukkan kerajaan Babel. Kitab Ester berlatar periode pemerintahan Persia ini. Dalam konteks biblikal, ini terjadi antara pasal 6 dan 7 kitab Ezra. Bait suci telah dibangun kembali, tetapi tembok Yerusalem belum. G. Camp Morgan, seorang ekspositor kitab suci, memperkirakan bahwa dokumen dokumen Persia membentuk sumber dasar bagi kitab Ester. Hal ini didukung oleh kitab Ester sendiri: pada pasal terakhir kita membaca bahwa elemen dasar dari kisah ini “tertulis dalam kitab sejarah kitab Raja Raja Media dan Persia” tidak adanya referensi kepada Allah, atau ibadat agamawi dalam kitab Ester sebenarnya sesuai dengan temanya penyediaan Allah dalam menjawab permohonan umatnya. Penyediaan Allah sering kali hanya terihat oleh mata iman. Ini mungkin tidak ditunjukkan oleh seseorang yang semata mata memandang suatu keadaan sejarah dari sisi luar. 11-13.
Menyorot tentang pemahaman Genosida bangsa Yahudi dalam konteks Kitab Ester ini, Penulis mencoba menganalogikan kasus Genosida yang terjadi Rwanda pada tahun 1994 dimana perkiraan  death toll dalam genosida tersebut kurang lebih lebih 800.000 jiwa. Pada tahun 1994, populasi Rwanda mencapai tujuh juta jiwa yang terbagi tiga kelompok etnis yaitu Hutu (hampir 85 % dari populasi), Tutsi (14 % dari populasi dan Twa (1 % dari populasi).  Prepetrators dalam kasus ini yaitu kelompok radikal Hutu yang terorganisir oleh pemerintah Rwanda. Sedangkan yang menjadi kelompok target dalam genosida ini yaitu kelompok Tutsi dan sebagian menjadi kelompok Hutu moderat.[7]

















DAFTAR PUSTAKA

Bergant Dianne dan Robert J. Karris ( Editor). Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.  Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Blommendaal Dr. J. Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008.

Browing W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009.

Christenson Larry. The Mantle of ESTER.
Yogyakarta: Andi, 2009.

Lasor W.S dkk. Pengatar Perjanjian Lama 1. Jakarta: BPK
 Gunung Mulia, 2008.

W.Soetijipto Ani (ed).  HAM Dan Politik International. Jakarta;Yayasan
Obor, 2008.



[1] Larry Christenson, The Mantle of ESTER  (Yogyakarta: Andi, 2009), 4.
[2] Dianne Bergant dan Robert J. Karris ( Editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama  (Yogyakarta: Kanisius, 2002) ,  387.
[3]Dr. J. Blommendaal, Pengantar Perjanjian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2008), 174.
[4] W.S Lasor dkk, Pengatar Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),  451.
[5] W.R.F Browing, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),  98.
[6] Ibid., Dianne Bergant dan Robert J. Karris ( Editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama  (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 389.
[7] Ani W.Soetijipto (ed),  HAM Dan Politik International (Jakarta;Yayasan Obor, 2015),  96.

No comments:

Post a Comment