ESTER 1:1-22
I.
PENDAHULUAN
Kisah Ester merupakan sebuah
ilustrasi pelayanan doa syafaat yang luar biasa. Pada 483 SM, sebagai ratu muda
di Persia, ia terlibat dalam situasi berbahaya. Bangsanya, yaitu orang Yahudi,
terancam oleh kekuatan musuh yang kuat, yang mengarahkan pada kehancuran
mereka. Ester mengajukan diri untuk memohon kepada raja karena hanya dia yang
dapat mengubah situasi yang tidak menyenangkan. Permohonannya menghasilkan
kelepasan dan kemenangan bangsanya.
Kuasa si jahat juga menggangu
hidupnya. Sejak awal Ester tahu bahwa ia bukan tandingan kuasa yang dipenuhi
dengan kebencian, yang menentang dia dan bangsanya. Kisah yang terungkap babak
demi babak, menjelaskan bagaimana Ester memasuki strategi untuk mengadu kekuasaanraja dengan rencana
dari musuh jahat. Dalam ketergantungan penuh, ia menghadap raja. Dan ia
menemukan kuasa dosa syafaat yang luar biasa sampai hari ini, orang Yahudi
merayakan kitab Ratu Ester dalam Hari Raya Purim. Dalam Alkitab, kisah ini
merupakan salah satu kisah paling menarik, penuh dengan bahaya, tantangan, dan
ketegangan. Secara dramatis, ini menggambarkan kuasa doa yang efektif.[1] Kitab
Ester dibacakan disinagoge selama pesta Purim.[2]
II.
ISI
Kitab Ester adalah kitab yang
populer bagi bangsa Yahudi. [3]Kitab
Ester sangat berbeda dengan kitab-kitab yang lain dalam Alkitab. Sebutan untuk
Allah ataupun YHWh tidak ditemukan
dalam teks Ibrani. Tempat kejadiannya adalah di Susan, ibu kota Persia pada
musim dingin, bukan di Israel. Kitab Ester menceritakan tentang perkawinan
antara seorang perempuan Israel dengan seorang raja bangsa lain, kemudian
memecahkan masalah tindakan anti Yahudi dengan suatu pembelaan diri yang
berdarah. Sekalipun sifatnya berbeda kitab-kitab yang lain, gulungan kitab ini
termasuk dalam kanon, sebagaimana diakui baik oleh para ahli Yahudi mauppun
orang Kristen.[4]
2.1
Latar
Belakang Kitab Ester
Kitab Ester merupakan kitab
ketujuhbelas Perjanjian Lama dalam urutan tradisonal. Politik harem, anti
semitisme, dan kepahlawanan perempuan Yahudi yang gagah berani diramu menjadi
sebuah kisah dari periode Persia akhir (awal abad ke-4 sM), yang dibentangkan
dengan penuh ketegangan. Ester yang cantik itu berhasil memohon kepada Raja
Ahasyweros, suaminya, bagi bangsanya dan Mordekai, ayah angkatnya, agar ia
menentang kemarahan Haman, yang memandang hina mereka. Nasib berbalik, dan
Haman sendirilah yang digantung (Est.7:10).
Dalam cerita ini-yang biasanya
dianggap sebagai legenda untuk mengesahkan perayaan Purim pada bulan Maret-
Allah tidak tersebut. Namun, tambahan Kitab Ester dalam LXXX memberi warna
religus, yang sebelumnya tidak ada, kepada seluruh cerita dan perayaan Purim.
Keberuntungan yang diperoleh Kitab Ester dikaitkan dengan kecantikan dan
keberaniannya, dalam tambahannya dihubungankan dengan kesalehannya.[5]
Bangsa Yahudi telah lama menganggap
kisah Ester itu sangat sakral. Hari raya Purim yang dirayakan setiap tahun,
yang berasal dari kitab Ester, adalah salah satu hari raya yang penuh sukacita
dalam kalender agama orang Yahudi. Ketika seseorang mulai mempelajarinya, kitab
Ester menimbulkan beberapa pertanyaan. Kitab ini kelihatannya agak sekuler.
Nama Allah tidak pernah disebutkan. Kitab ini tidak pernah dikutip dalam perjanjian
baru, juga tidak punya rujukan kepada doa atau ibadat sakral manapun.
Namun, letaknya dalam kanon
perjanjian lama tidak pernah dipertanyakan secara serius karena merupakan
bagian yang jelas dari “sejarah kudus”, pelaksanaan rencana Allah atas keselamatan
dalam sejarah manusia. Kecenderungan modern membiarkan ideologi atau prinsip-
prinsip abstrak mengalahkan sejarah.
2.2 Tafsiran
Ester
1-22 Raja Persia Menurunkan Ratunya dari Takhta
Ester
1:1-9 Pameran Kemuliaan Raja
1:
Ahasyweros adalah transliterasi Ibrani dari nama Persia Khshayarsha, yang lebih
dikenal dalam bentuk Yunani yaitu Xerxes. Dia mengganti Bapanya, Darius dan
memerintah 486-465 SM. Identitas yang tepat dijamin oleh catatan penulis
mengenai keluasan kerajaannya dari India, yaitu daerah yang sungai-sungainya
bermuara di sungai Sindhu, yang ditambahkan kepada kekuasaan Persia oleh
Darius, ke Etiopia atau Kush, sekarang Sudan Utara, ditaklukkan oleh Kambyses,
raja Persia 530-522. 127 daerah. Herodetus mengatakan bahwa Darius mendirikan
20 daerah kabupaten, tapi daearah-daerah ini adalah pembagian wilayah
perpajakan, sedangkan penulis-penulis Alkitab menggunakan perkataan lain yang
menunjukkan kesatuan suku.
2: Kata
kerja bahasa ibrani menyarankan ketika raja Ahasyweros datang unutk bersemayam
di atas takhtanya di Susan. Tapi kenapa dalam tahun ke-3 dalam pemerintahannya?
Mungkin sebelumnya dia memerintah dari salah satu daerah kerajaannya, di
Ekbatana atau Babel. Susan adalah bentuk ibrani dari Shushin datau Sushim dalam
bahasa persia. Kota ini, ibukota dari Elam pada zaman dahulu kala, telah
dibangun kembali oleh Darius dan rupanya menjadi tempat liburan musim dingin
Ahasyweros. Pada musim panas di sini tidak terperikan panasnya.
3-5: Kita
perlu mengerti bahwa perjamuan yang disebut dalam ayat dan yang disinggung
lebih terperinci dalam ayat 5, berlangsung selama 7 hari. Ini adalah puncak
dari pameran kekayaan raja yang berlangsung selama 6 bulan, pada saat mana
utusan dari seluruh kerajaan berkumpul: para pejabat, para pegawai tinggi
istana, angkatan bersenjata Persia dan Media, kaum bangsawan dan para pembesar
daerah. Orang Persia terkenal karena mengadakan pesta-pesta besar,
kadang-kadang seluruh penduduk kota ikut serta dan serentak. Tujuan pertemuan itu mungkin sekali untuk
merencanakan kampanye Ahasyweros
terhadap Yunani pada tahun 482 SM. Setelah pesta raya itu diadakan, semua yang
berkumpul di Susan dilayani dengan anggur selama 7 hari di halaman istana, dari
mana dapat dilihat taman raya istana.
6-7: Penulis
menuliskan dengan mahir melukiskan kemegahan pameran itu dengan tirai-tirai
dari kain lenan (yang ungu muda dan ungu tua), tiang-tiang marmer, katil emas
da perak dan lantai pualam mosaik berwarna-warni. Setiap piala serba warna,
anggur disajikan berlimpah- demikianlah makmurnyalah sang raja.
8:
Adapun aturan minum ialah: tiada dengan paksa yaitu bentara dalam harus berbuat
menurut keinginan tiap-tiap tamu.
9:
Ester melaporkan bahwa adat tidak melarang para isteri makan bersama suami.
Besarnya bilangan itu mungkin mengharuskan perlunya pesta tersendiri untuk para
tamu wanita.
1:10-22
Ratu Wasti menentang suaminya.
10: Sedikitpun
tidak diberikan alasan penolakan Wasti, tapi hal itu tidaklah penting bagi
cerita ini.
12:
Martabat kehormatan raja terhina terang-terangan oleh penolakan Wasti dan
tindakan keras harus diambil untuk memulihkan wibawa raja.
13: Di
Timur Tengah pada zaman itu, orang-orang arif bijaksana adalah biasa berkunjung
pada seorang raja untuk memberikan nasehat, tapi orang-orang yang mengetahui
kebiasaan zaman adalah berarti ahli-ahli ilmu falak, dan bagian ke-2 ayat tu
menekankan kemampuan mereka mengenai soal-soal hukum.
14-15: Ke-7
arif bijaksana yang khusus ditunjuk untuk segera menghadap raja, disebut oleh
Herodotus dan dihunjuk dalam Ezr 7:14. Adalah tugas mereka untuk memberikan
nasehat kepada raja mengenai semua soal. Nama-nama yang dilaporkan disini
adalah nama-nama Persia.
16-18: Memukan
mengemukakan pandangan ke-7 anggota majelis itu. Bukan hanya rasa hormat raja,
tepi juga keunggulan pria umumnya dipertaruhkan, justru sangsi-sangsi keras
harus diambil untuk mencegah kekacauan.
19-20: Apabila
ratu Wasti dipecat dengan dekrit yang tidak dapat dibatalkan dan apabila dia
diganti maka bahaya demikian tercegah. Kendati tidak ada petunjuk di luar
Alkitab mengenai tidak dapat dicabutnya hukum Media dan Persia namun ajaran itu
adalah sesuai dengan keangkuhan mereka yang akan tersinggung jika dikatakan
bahwa hukum-hukum mereka dapat dan perlu diperkembangkan
21-22: Pada
umumnya orang beranggapan berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa maklumat iu
diedarkan dalam semua bahasa yang ada begitu banyak dalam kerajaannya yang luas
itu. Bahasa Aram secara luas dimengerti orang dan telah dipergunakan untuk
urusan negara mulai dari Mesir sampai India. Namun dengan demikian, ada banyak
bukti bahwa Ahasyweros senang dengan jumlah bangsa-bangsa yang berlainan
menjadi bagian dari kerajaannya (bnd pengantar, bagi sejarah), dan ia senang,
dengan sekian banyak wakil dari bangsa-bangsa itu dalam istananya. Justru
penterjemahan dapat dilakukan. Begitu juga adalah menggelikan isi maklumat
tentang keharusan suami menjadi kepala rumah tangga, karena hal itu adalah lazin
dalam keluarga bangsa-bangsa timur. Tentang pemakaian bahasa suami sebagai
bahasa pengantar dalam kehidupan keluarga, tentu maksudnya diterapkan dalam
pernikahan campuran. Hukum itu juga tidak dapat dipaksakan.
Perbandingan
Tafsiran
Penafsiran memahami sebagai Perjamuan
Raja
Pasal 1:3 Tidak diceritakan dalam
kesempatan apa pesta diadakan. Hendaknya diingat bahwa sebagian besar tindakan
dalam cerita dilakukan selama perjamuan. Motif ini mengikat cerita itu dan
mengaitkannya dengan pesta Purim.
Pasal 1:10-22. Sulit menentukan apakah
pengarang mengagumi Ratu Wasti karena menolak tampil di hadapan raja atau ia
sependapat bahwa wanita hendaknya ditempatkan pada tempat yang seharusnya.
Bagaimanapun juga, ia hanya menceritakan sebuah cerita dan ia tentu mengontraskan
antara Wasti yang mempunyai kehendak kuat kuat dan Ratu Ester yang menjalankan
apa yang dikatakan orang lain. Jelas, Ester bukan seorang pahlawan melainkan
sebuah bidak catur.
Pasal 11:19. Keputusan raja tidak
ditarik kembali. Hukum Persia yang aneh ini tampak juga dalam cerita Daniel
dalam kadang singa (Dan 6:8), tetapi tidak dikenal dari sumber lain.[6]
III.
PENUTUP/
APLIKASI
Mengganggu terancam tersingkirkan. Henry
Hally merengkuh inti masalah ini dalam komentarnya:
Kitab Ester berisi peristiwa sejarah
yang sangat penting, bukan hanya kisah untuk menunjukkan pesan moral: pelepasan
bangsa Ibrani musnah 500 tahun sebelum Kristus datang ke dunia, mungkin ada
beberapa perbedaan dalam rencana Allah dan nasib umat manusia; tidak ada bangsa
Ibrani, tidak ada Mesias: tidak ada Mesias berarti dunia terhilang. Gadis
Yahudi yang cantik dari masa lampau ini, meskipun ia sendiri tidak
mengetahuinya, telah memainkan bagiannya dalam mempersiapkan jalan bagi
kedatangan juru selamat dunia.
Ester hidup pada periode tertentu
dalam sejarah Israel, yaitu masa
kekalahan dan penawanan Israel, setelah Yerusalem jatuh ketangan tentara Babel
pada 586 SM. Sesudah itu, Media dan Persia menaklukkan kerajaan Babel. Kitab
Ester berlatar periode pemerintahan Persia ini. Dalam konteks biblikal, ini
terjadi antara pasal 6 dan 7 kitab Ezra. Bait suci telah dibangun kembali,
tetapi tembok Yerusalem belum. G. Camp Morgan, seorang ekspositor kitab suci,
memperkirakan bahwa dokumen dokumen Persia membentuk sumber dasar bagi kitab
Ester. Hal ini didukung oleh kitab Ester sendiri: pada pasal terakhir kita
membaca bahwa elemen dasar dari kisah ini “tertulis dalam kitab sejarah kitab
Raja Raja Media dan Persia” tidak adanya referensi kepada Allah, atau ibadat
agamawi dalam kitab Ester sebenarnya sesuai dengan temanya penyediaan Allah
dalam menjawab permohonan umatnya. Penyediaan Allah sering kali hanya terihat
oleh mata iman. Ini mungkin tidak ditunjukkan oleh seseorang yang semata mata
memandang suatu keadaan sejarah dari sisi luar. 11-13.
Menyorot tentang pemahaman Genosida
bangsa Yahudi dalam konteks Kitab Ester ini, Penulis mencoba menganalogikan
kasus Genosida yang terjadi Rwanda pada tahun 1994 dimana perkiraan death
toll dalam genosida tersebut kurang lebih lebih 800.000 jiwa. Pada tahun
1994, populasi Rwanda mencapai tujuh juta jiwa yang terbagi tiga kelompok etnis
yaitu Hutu (hampir 85 % dari populasi), Tutsi (14 % dari populasi dan Twa (1 %
dari populasi). Prepetrators dalam kasus ini yaitu
kelompok radikal Hutu yang terorganisir oleh pemerintah Rwanda. Sedangkan yang
menjadi kelompok target dalam genosida ini yaitu kelompok Tutsi dan sebagian
menjadi kelompok Hutu moderat.[7]
DAFTAR
PUSTAKA
Bergant Dianne
dan Robert J. Karris ( Editor). Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta:
Kanisius, 2002.
Blommendaal
Dr. J. Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta:
BPK
Gunung Mulia, 2008.
Browing
W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009.
Christenson
Larry. The Mantle of ESTER.
Yogyakarta: Andi, 2009.
Lasor
W.S dkk. Pengatar Perjanjian Lama 1. Jakarta:
BPK
Gunung Mulia, 2008.
W.Soetijipto
Ani (ed). HAM Dan Politik International. Jakarta;Yayasan
Obor, 2008.
[1] Larry Christenson, The Mantle of ESTER (Yogyakarta: Andi, 2009), 4.
[2] Dianne Bergant dan Robert J.
Karris ( Editor), Tafsir Alkitab
Perjanjian Lama (Yogyakarta:
Kanisius, 2002) , 387.
[3]Dr. J. Blommendaal, Pengantar Perjanjian Lama (Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2008), 174.
[4] W.S Lasor dkk, Pengatar Perjanjian Lama 1 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), 451.
[5] W.R.F Browing, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2009), 98.
[6] Ibid., Dianne Bergant dan Robert J. Karris ( Editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 389.
[7] Ani W.Soetijipto (ed), HAM
Dan Politik International (Jakarta;Yayasan Obor, 2015), 96.
No comments:
Post a Comment