KONSELING
GANGGUAN JIWA & OKULTISME[1]
(Membedakan Gangguan Jiwa dan
Kerasukan Setan)
- Pandangan Umum
Penderita
gangguan jiwa di negara kita makin hari makin banyak saja, dari yang ringan
sampai yang berat. Menurut hasil survei kesehatan di Indonesia menyatakan 26 juta penduduk Indonesia
mengidap gangguan jiwa dan 13,2 juta diataranya depresi. Sangat disayangkan
pengetahuan masyarakat minim. Tidak sedikit yang bingung dan menyebut gangguan
jiwa ini sebagai kerasukan setan. Sebaliknya, sebagian kaum profesional seperti
dokter mengabaikan faktor-faktor spritual yang perlu diperhatikan saat memberi
terapi. Buku ini sangat bagus karena menawarkan pendekatan holistik dan
integratif untuk mendiagnosis apakah gangguan jiwa atau okultis.
- Gagasan-gagasan Pokok
Bab
1 membahas tentang ciri tidak sehat secara mental adalah individu yang tidak
mampu menyesuaikan diri dalam empat area kehidupan.
1. Tidak
mampu berelasi secara sosial
2. Mengalami
ganggu emosial diantaranya depresi, mudah cemas, gangguan emosi karena
gangguang seksual.
3. Yang
mengalami gangguan tidur , tidak mampu mengontrol berat badanya dan merusak
tubuh lewat kebiasaan merokok berlebih, minum alkohol dan zat adaktif lainnya
4. Mengalami
mudah kelelahan dan kebosanan yang sangat dalam bekerja atau bekerja dengan
berlebihan (workaholic)
Bab
2 kita diajak mengenal Skizofrenia. Skizofrenia adala penyakit kepribadiaan
mengalami keretakan, alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu.
Orang awam sering menyebutnya dengan gila. Abad XIX lebih dipahami penyebabnya
adalah faktor biologis namun abad XXX pendekatan psikologis yang beranggapan
gangguan jiwa yang berasal dari pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berelasi
dengan lingkungan, dan disebabkan hambatan pertumbuhan sepanjamng kehidupan
individu.
Bab
3 membahas tentang kerasukan setan. Pemikiran dan kepercayaan pada roh dan
setan-setan sudah ada dalam agama Israel kuno. Pemikiran ini makin subur pada
abad pertama, kerasukan setan merupakan suatu peristiwa hadirnya roh jahat
dalam kehidupan manusia dan dipercaya dapat menyebabkan kepribadian seseorang
berubah. Pribadinya menjadi tidak sesuai dengan situasi lingkungan sosialnya.
Kerasukan setan juga dipercaya sebagai suatu peristiwa yang membuat orang sakit
secara fisik dan mental.
George
Gibbs dalam tulisannya Demon Possesion
and Psycopathology Four Models of Understanding, menyimpulkan pandangan
tentang kerasukan setan ini ke dalam empat pemahaman/model.
1. Model
mitologisasi
Model ini melihat kerasukan setan
sebagai sesuatu yang diterangkan, logis, dan gejalanya dapat diketahui.
2. Model
kategorial. Model yang memisahkan antara spritual dan psikologis. Kerasukan
setan dianggap tidak ada hubungan dengan sakit mental.
3. Model
remitologi
Mereka yang menganut model ini
cenderung melihat setan berada dibalik kepribadian buruk manusia.
4. Model
integrasi simbolik
Hal yang misterius dan yang tidak
dapat dijelaskan adalah perkara suci dan rohani. Model in mendefinisikan sebagai
beberapa fungsi alami individu yang mempunyai kekuatan mengambil ahli
kepribadian.contohnya, nafsu jahat, kemarahan, kegusaran, candu dll.
Penyebab kerasukan biasanya
didasarkan pad pengalaman religius seperti keyakinan bahwa Iblis merupakan alat
Tuhan menghukum manusia memberontak kepada Allah. Misalnya, Raja Saul dalam 1
Samuel 16:14-16.
Ciri-ciri kerasukan setan
1. Kisah
kerasukan orang Gerasa ( Markus 5:1-20)
-
Sipenderita tidak mempunyai kemampuan
untuk menjalankan kehidupannya secara normal ditengah masyarakat.
-
Ia memiliki kekuatan yang besar dan suka
menggangu lingkungannya sehingga masyarakat mengikatnya dengan rantai belenggu
-
Ia suka menyiksa dirinya sendiri dengan
cara memukuli dengan batu. Ia berteriak-teriak, menjerit, meraung atau menolong
untuk mengatasi problem batinya.
-
Ia tidak mengenal identitas pribadi
dengan benar.
-
Si penderita langsung sembuh/normal
setelah Yesus memerintahkan setan-setan itu keluar dari dalam dirinya.
-
Yesus memindahan okultis ke babi-babi.
Menurut kepercayaan kuno roh-roh jahat mempunyai tempat tertentu, dan mereka
kebingungan jika diusir pergi. Roh-roh
itu memohon Yesus agar tidak mengusir
mereka jauh-jauh.
2. Setan-setan bersembunyi
3. Setan
ada dalam diri anak kecil juga
4. Roh
setan mengganggu satu keluarga
5. Kerasukan
setan akibat sihir
Eksorsime: Pelayanan Pelepasan
Eksorsisme adalah pengusiran keluar
roh-roh jahat dalam diri seseorang, dari suatu tempat, atau dari suatu tempat
ke tempat lain. Yesus dalam pelayanannya banyak menggunakan eksorsime ini
(Markus 1:23-27;Matius 15:2128; Matius 17:14-21). Disamping itu Yesus juga
memberi kuasa dan memerintahkan murid-muridnya untuk mengusir setan-setan dalam
pelayanan mereka (Lukas 10:1-18). Perintah Yesus kepada murid untuk mengusir
setan membuat eksorsis menjadi salah satu bagian penting dalam pelayanan para
Rasul (Lukas 10:1-18).
Prinsip pengalaman Yesus melakukan
pengusiran setan:
1.
Yesus tidak pernah mencari-cari secara
khusus orang yang dirasuk. Umumnya adalah mereka yang dibawa orang lain
kepadaNya, atau kebetulan jumpa pada saat Ia pergi melayani ke suatu tempat.
2.
Yesus mengusir setan-setan dengan satu
perkataan/kalimat pendek dan tegas mengusir setan-setan itu (Markus 9:25), dan
Ia tidak banyak berargumentasi dengan setan-setan itu.
3.
Yesus bertindak melalui kuasa Roh Kudus
(Matius 12:28), dengan iman, doa dan puasa (Markus 9:29, Matius 17:20).
4.
Dalam beberapa kasus Yesus memberi
perintahNya berulang kali kepada setan-setan itu baru setan itu keluar dari
korbannya (Markus 5:8; Lukas 11:14).
5.
Sebelum mengusir setan-setan itu (Lukas
4:35)
6.
Yesus memerintahkan supaya setan-setan
jangan lagi memasuki korbannya setelah setan-setan itu keluar (Mark.9:25).
7.
Ia memberi perintah bukan kepada
penderita tetapi kepada setan-setan itu.
8.
Yesus tidak hanya mengusir setan-setan
itu tetapi juga menyembuhkan penyakit-penyakit lainnya jika ada (misalnya fisik
seperti buta, lumpuh, dan sebagainya).
9.
Pernah suatu saat Yesus melakukan
pengusiran setan dari jarak jauh (Matius 15:28)
Bab
4 Pendekatan Tradisonal Terhadap Gangguan Jiwa
Orang
kerasukan pada umumnya bertingkah aneh, gaya bicaranya berubah, mempunyai
kekuatan yang luar biasa, dan tidak sadar akan dirinya. Kelompok tradisional
tidak bisa melepaskan pandangan hidupnya dari alam dan kepercayaanya terhadap
roh termaksud memandang ro jahat sebagai sumber dari segala penyakit termaksud
penyakit jiwa. Seperti halnya suku Dayak di Kalimantan yang berpikir mitis
berpendapat kesengsaraan termasuk penyakit yang datang dari roh-roh jahat yang
mengganggu hidup manusia, atau dari nenek moyang yang bermaksud menghukum
manusia karena adanya pelanggaran.
Metode
tradisonal yang dipakai:
1.
Sesajen dan slametan
2.
Memakai peran dukun dan eksorsisme
3.
Pemujaan Leluhur
Bab 5 Pendekatan Modern Terhadap Gangguan Jiwa
Pendekatan
utama dari kelompok antiholistik adalah penekanan pada terapi farmakoterapi,
psikoterapi dan mileutherapi dan mengabaikan pendekatan religius.
Konsekuensinya
adalah mereka mendekati penyakit cukup dengan obat-obatan dari psikoterapi.
Penolakan
terhadap pendekatan antiholistis juga dilakukan oleh sekelompok orang Krsiten
dengan membaca Alitab dan doa, karena psikologi dan psikiatri ini kemungkinan
besar karena trauma disebagian kalangan Kristen terhadap ilmuwan tertentu yang
anti agama Kristen. Kekurangan pendekatan antiholistik yakni kurang memahami
peran simbol dalam masyarakat tertentu dan terbatasnya bahasa dalam
mengungkapkan fenomena tertentu dari kerasukan.
Bab
6 Pendekatan Holistik terhadap Gangguan Jiwa
Pendekatan
holistis melihat individu sebagai satu sistem organisme. Sebagai satu
organisme, individu dianggap lebih daripada kumpulan dari bagian-bagiannya.
Menurut prinsip ini, sebuah gangguan kecil pada bagian tubuh manusia dapat
menggangu perkembangan dan tingkah laku.
Dalam
sejarah ada beberapa perkembangan terhadap jiwa:
1.
Pendekatan spritual. Sejak zaman purba
sampai abad 19 penyakit mental dipandang terutama sebagai masalah moral dan
spritual. Mereka dianggap sebagai kerasukan roh.
2.
Pendekatan biologis. Pendekatan gangguan
jiwa disebabkan adanya kelainan otak pasien.
3.
Pendekatan Psikologis
Pendekatan
yang mengganggap gangguan jiwa datang karena pengaruh sosial, ketidak mampuan
individu berelasi dengan lingkungan dan disebabkan hambatan pertumuhan dalam
sepanjang kehidupan individu.
4.
Pendekatan Holistis (multi dimensional).
Pendekatan biopsychosocial melihat bahwa kesehatan dan penyakit dihasilkan dari pelbagai aspek
yang berkaitan, yani aspek biologis, dan sosial
Hambatan
pendekatan holistis adalah hambatan budaya, infrasruktur yang terbatas dan
hambatan dalam memperoleh informasi.
Bab 7 Membedakan Gangguan Jiwa dan
Kerasukan Setan
1.
Kerasukan setan tidak menggena dirinya
dengan benar
2.
Ada bukti pengetahuan dan
intelektualitas baru yang sebelumnya tidak dimiliki si korban
3.
Dia memiliki keinginan yang kuat untuk
mengkutuk dan menghujat Allah
4.
Ia memiliki kekuatan yang besar sehingga dapat
memutuskan rantai pengikatnya.
5.
Orang tersebut langsung sembuh/normal
setelah setan diusir dari dalam dirinya.
6.
Saat proses penyembuhhan terjadi
pemindahan okultis dari tubuh si penderita ke bagian lain.
Gejala kerasukan setan yang mirip dengan
gangguan skizofrenia
1.
Ada keinginan yang kuat untuk bunuh diri
2.
Adanya waham (delusi), halusinasi,
bicara terdisorganisasi, gejala negatif dan terjadinya disfungsi
sosial/pekerjaan
3.
Penderita mudah curiga, cenderung depresi,
cemas, tegang, gampang marah, cepat tersinggung, dan perasaannya mudah berubah, mengalami gangguan makan dan sulit
tidur.
4.
Ada masanya penderita kehilangan energi
dan motivasi, lebih sulit mengingat dan berkonsentrasi.
5.
Umumnya mereka mengalami halusinasi
yakni si penderita mendengar, melihat, mencium, atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tiak ada.
6.
Penderita menjadi pasif dan tidak ada
perhatian pada keluarga atau lingkungannya.
- Tanggapan Kritis
1. Mengkritisi
model yang ditawarkan dibab 3 tentang model yang ditawarkan. Penulis menawarkan model holistik
yang melihat aspek psikologis, aspek spritual dan aspek medis secara bersamaan.
2. Buku
ini tidak terlalu mendetail menjelaskan penyebab okultisme. Dalam buku Yerri B. Kana Menyikap Tabir Kegelapan menerangkan
bahwa penyebab okultisme:
-
Setiap orang dapat diserang dan dikuasai
oleh roh-roh jahat jika memang melibatkan dirinya sendiri dengan kuasa gelap
baik sebelum maupun sesudah berobat.
-
Melalui kutuk turunan, warisan dari
nenek moyang
-
Perbuatan orang lain seperti santet dan
guna-guna.
-
Bekal yang diterima dari orangtua
seperti jimat, misalnya sebelum merantau disuruh minum air yag sudah dimanterai
oleh dukun tertentu.[2]
- Tawaran Konstruksi PAK
Belajar
dari pengalaman Pdt. Cyrellus Simanjuntak
di HKBP Lumbanlobu bukakan sebatas penginjilan terhadap masyarakat
animisme dan melawan pengaruh okultisme. Beliau melakukan penatalayanan
terhadap para majelis gereja yang merangkap tugas sebagai Guru Sekolah Dasar
untuk dibina menjadi Guru Sekolah Minggu.
Peningkatan
hidup spritualitas jemaat dilakukan dengan cara melakukan ibadah kebaktian
wilayah (wijk). [3]
Pendekatan ini penting karena membekali warga jemaat tentang bahaya dari
okultisme. Tujuan akhir dari pendekatan ini adalah pemahaman dan pengertian
yang sebenarnya tentang diri sendiri yang lebih tinggi yang kemudian akan
menghasilkan pencerahan dan kebijaksanaan yang mendekatkan diri pada sang
pencipta.[4]
Iblis bukanlah kuasa atau pengaruh melainkan oknum yang memiliki
kuasa dalam dunia dan dalam hati manusia. Dalam bahasa ibrani disebut Satan
artinya musuh, lawan, pendakwa. Dalam bahasa Yunani Satanas artinya lawan.
Iblis hendak menguasai segenap kehidupan manusia. 8 serangan iblis dalam hidup
manusia:
a.
Mencobai manusia agar
jatuh dalam dosa
Iblis senantiasa mencari jalan menggoda manusia untuk tidak
percaya dan bergantung padaTuhan. Iblis selalu berusaha menggoda dan
mempengaruhi jiwa dan pikiran orang percaya untuk menuruti kehendaknya. Ia
disebut penggoda (Yunani: ho peirazon) Mat 4:3; 1 Tes 3:5. Ia dapat menyamar
sebagai malaikat terang sebagai umpang agar manusia jatuh dalam kuasanya.
Calvin menuliskan bagaimana Iblis menggiring manusia kedalam kejahatan dan
kebinasaan. Manusia ibarat seekor kuda dimana Allah dan Iblis adalah
penunggangnya. Jika Allah yang menungganginya maka kuda itu akan menggiring
kuda dengan tenang dan dibawanya ke jalan lurus. Jika Iblis penunggangnya, ia
akan menggiring kuda dengan cara yang bodoh dan kasar. Dia pun digiring ke
dalam lubang, dijerumuskan ke dalam jurang dan dihasutnya menjadi nakal dan
liar.
b.
Membinasakan hidup
rohani manusia
Iblis itu seperi singa yang kedatangannya dapat
membahayakan hidup rohani manusia (1 Pet 5:8), ia seperti pencuri (Mat 13:19)
membutakan mata rohani manusia sehingga manusia tidak mengenal berita Injil (II
Kor 4:4, Kis.26:18). Iblis betapa licik menipu manusia (BE.272:2).
c.
Mengakibatkan
kelemahan dan penyakit jasmani dan gangguan jiwa
Dalam PB ada penyakit yang diakibatkan oleh iblis
(Mat.12:22; Mark 9:17; Luk 13:16; 2 Kor 12:7) Contoh-contoh penyakit dan
gangguan jiwa yang disebabkan oleh kuasa Iblis (Mat 4:24; 8:16; 28-34; Mark
1:32; 5:15; 9-17-26). Namun, bukan berarti semua penyakit diakibatkan oleh
kuasa Iblis.
d.
Membuatakan mata
rohani dan mencuri firman dari hati manusia
Banyak orang yang tidak mau percaya akan berita Injil
karena hati dan fikirannya telah dibutakan oleh Iblis (2 Kor 4:4; Ef.4:18).
Iblis berusaha mengambil dan mencuri firman yang telah ditabur agar tidak
sempat berakar dan bertumbuh. Tidak suka membicarakan hal-hal rohani.
e.
Bekerja dalam bidang
agama atau kepercayaan manusia
Pengaruh iblis atau agama dan aliran kepercayaan
mengakibatkan pengajaran dan praktik agama atau aliran kepercayaan tersebut
bertolak belakang dengan kebenaran firman Tuhan (praktek okultisme). Selain
dalam bidang agama, Iblis juga bekerja dalam bidang politik (Wahyu 12-13), seni
budaya dan bidang kehidupan lainnya.
f.
Mendakwa orang percaya
Iblis berusaha mendakwa kita atas dosa-dosa masa lalu, atas
kelemahan-kelemahan kia untuk mengecilkan hati kta bahwa kita tidak layak dan
agar kita meragukan pengampunan Tuhan.
g.
Membuat kita putus asa
dan meragukan kebaikan dan kasih Tuhan
h.
Menimbulkan
perselisihan di kalangan hamba Tuhan atau jemaat. [5]
- Penutup
Buku
ini menarik karena mampu membedakan antara gangguan jiwa dan okultism. Penulis
buku sangat tidak sepakat kalau gangguan jiwa disebabkan oleh okultism. Buku
ini membantu penanganan kepada orang okultism
dalam proses pemulihannya dengan memperlihatkan ciri dari okultisme
tersebut baik dari segi Firman Tuhan dan pengalaman pengalaman pelepasan dari
penulis buku ini.
[1] Julianto Simanjuntak, Konseling Gangguan Jiwa dan Okultism (Jakarta:
Gramedia, 2008), 1-176
[2] Yerru B. Kana, Menyikap Tabir Kuasa Kegelapan (Jakarta: GPIN Eben Haezer, 2011), 3.
[3] Cyrellus Simanjuntak, Pendidik Misionaris dan Motivator (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 37-38.
[4] Artawijaya, Gerakan Theosofi di Indonesia (Jakarta: Al-Kautsar, 2010), 336.
[5]
M.Siregar,Pedoman
Pemuridan dan Pertumbuhan Rohani (Pematangsiantar:L-SAPA STT HKBP, 2009), 223-237
No comments:
Post a Comment