Judul : Memetakan
Pendidikan Kristiani
Penulis : Jack Seymour
Penerbit : BPK Gunung Mulia
Tempat
Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2016
- Pandangan Umum terhadap buku
Buku
ini sangat menarik memetakan pendidikan kristiani dari gereja dan pelayanan pendidikannya menolong jemaat
bagaimana mengkomunikasikan iman dan
berpikir teologis dalam pengalaman kehidupan. Buku ini membuka sebuah tanggung
jawab gereja. Gereja adalah konteks utama bagi pembelajaran transformatif dan
pertumbuhan iman dan juga bagi perubahan komunitas dan sosial ke arah etika dan
politik Allah. Pendidikan jemaat merupakan panggilan yang akan dirasakan,
diarahkan, dan dievaluasi dalam terang Injil Kerajaan Allah. Jemaat dipanggil
menjadi penyataan.
Buku
ini menawarkan pengenalan iman melalui
pribadi dan komunitas iman. penilaian terhadap pendekatan-pendekatan kristiani
secara transformasi, komunitas iman berkembang spiritual dan pengajaran agama.
- Gagasan-gagasan Pokok yang ada dalam buku tersebut (resume).
Bab I
Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Kristiani
Sebuah
pergumulan bagaimana gereja dan pelayanan pendidikannya menolong jemaat
bagaimana mengkomunikasikan iman dan
berpikir teologis dalam pengalaman kehidupan. Iman sering dihubungkan dengan
simbol kehadiran Allah seperti lonceng gereja. Namun banyak tempat sekalipun
kita bisa belajar tentang iman tidak mesti harus di dalam pendidikan formal,
seolah-olah sekolah profesional mengajarkan keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan untuk melayani masyarakat luas.
Ibadah
juga memiliki nilai iman. Melalui kotbah dan liturgi, umat berpartisipasi
memaknai iman dan menghubungkannya dengan hidup mereka masing-masing, hingga
membentu kategorial kelompok sampai mempersiapkan pengutusan misi.
Pendidikan
mempengaruhi cara kita membangun jemaat. Dengan memperhatikan
persoalan-persoalan kehidupan,
orang-orang merefleksikan apa yang mereka pahami tentang iman, orang lain, diri
sendiri, hidup dan pelayanan. Para pendidik dalam komunitas iman mengajarkan nilai dan cara hidup yang benar
dengan memperhatikan kurikulum yang telah disiapkan.
Tahun 1970
terjadi pembaharuan pendidikan terkhusunya pendidikan Kristiani yang
mensuarakan lima tema yang muncul seperti: pengajaran agama, komunitas iman,
perkembangan, pembebasan dan interpretasi. Pengajaran menekankan struktur
pendidikan formal yang terdapat dalam gereja. Komunitas iman menggambarkan
kekuatan hidup jemaat yang diajar. Perkembangan dibangun berdasarkan
penelitian psikologis tentang
pertumbuhan pribadi. Pembebasan memberdayakan orang untuk masuk di bawah
pemerintahan Allah. Dan interpretasi berfokus pada cara pendidikan
menghubungkan iman dan kehidupan mereka sehari-hari. Hingga pada dekade akhir
ini diberikan perhatian kepada metode biblis, agama-agama dan teologi
Pendidikan Kristiani.
Saat
ini kita menghadapi teka-teki tentang bagaimana agama akan menghadapi masa
depan dari kemunduran masa depan manusia. Untuk itulah Gereja dipanggil untuk
terbuka pada dunia, terbuka pada kemajemukan, dan memproklamasikan iman yang
menjawab kebutuhan-kebutuhan personal yang menghubungkan kita dengan
permasalahan sehari-hari.
Teolog
Douglas John Hall memiliki tiga pilihan dalam merespon ketakutan masa depan.
1. Penolakan
2. Keputus
asaan
3. Harapan
(mengajak kita beraksi)
Secara
teologi, harapan didasarkan pada karya di Salib, yang menggambarkan kekacauan
dan penderitaan, tangisan dan pengakuan akan kehilangan. Salib adalah gambaran
kuat akan harapan dan kebangkitan.
Agama
menurut Smith adalah bagaimana sesorang memberikan respon di dalam
komunitasnya. Hidup religius menurutnya sebuah
interaksi kompleks yang terdiri atas:
1. Akumulasi
tradisi religius yang diwarisi dalam hidupnya
2. Kepribadian
tertentu yang dimiliki seseorang
3. Lingkungan
tertentu yang didalamnya orang hidup setiap pagi baru
4. Realitas
transenden yang menekankan tradisi dengan sesamanya.
Pendidikan
iman berakar pada pengetahuan akan tradisi, interaksi dengan komunitas yang
berefleksi dan mengingat, respon pribadi, dan terlibat di tengah dunia. Pendidikan Kristiani adalah percakapan
kehidupan, sebuah usaha untuk
menggunakan sumber iman dan tradisi kultural dalam menghadirkan masa depan yang
adil dan berpengharapan.
Komunitas
Iman mendefinisikan komunitas sebagai materi dan proses Pendidikan Kristiani.
Pembelajaran iman terjadi ketika kita berpartisipasi di dalam sebuah komunitas
umat beriman yang mengusahakan perkembangan autentik manusia dengannya terjadi
relasi antar pribadi, komunitas dan kosmos.
Perkembangan
Spritual menurut Maria Harris dan Gabriel Moran menguji dimensi personal dalam
proses pembelajaran. Iman terbentuk dalam kehidupan setiap pribadi dan
memampukan seorang bekerja di dalam komunitas. Tujuan perkembangan spritual adalah memanggil orang kedalam
relasi, persahabatan, kepedulian, dan keadilan terhadap seluruh ciptaan,
meskipun titik berangkat pendidikan justru merupakan individu/pribadi. Elizabet
Caldwell menjelaskan bahwa prosel formal dari refleksi teologis, mengajar dan
belajar, mampu membuat kita mengetahui, menginterpretasi dan menginkarnasi
iman.
Bab
ii Pendidikan Transformasi Sosial
Mengangkat
kisah perjalanan Gereja Reba Place menuju keadilan rasial dan rekonsiliasi
mengilustrasi tantangan dan kesempatan bagi pendidikan jemaat yang berorientasi
pada kehidupan personal dan transformasi sosial. Gereja-Gereja juga perlu
menghadapi pertumbuhan kemiskinan, ketidaksetaraan, ketidakadilan ekonomi,
kekerasan dan militerisme, pengabaian terhadap sekelompok orang, sitem
peradilan yang tidak adil, dan struktur lainnya yang mendiskriminasi,
memarginalkan, menindas dan mengasingkan orang lain.
Tujuan
pendidikan jemaat yang berorientasi kepada keadilan haruslah konsisten dengan
pelayanan gereja bagi dunia. Pendidikan Kristiani jemaat mengupayakan
kebangkitan manusia dalam terang Pemerintahan Allah.
Pendidikan
Kristiani berhadapan pula dengan praktik-praktik gereja, seperti patriarkat,
moralisme, legalisme dan kurangnya bela rasa. Dibutuhkan guru pembimbing yang
ramah dan mengundang setiap orang menjadi rekan.
Asumsi-asumsi
merupakan kontinuitas dari perfektif rekontruksionis dan sosiopolitis.
Pemahaman yang mereka dapatkan telah dipelajari melalui keterlibatan aktif dan
refleksi kritis, dialog, serta tindakan yang berfokus pada kehidupan
sehari-hari.
Guru
dan murid mengambil bagian dalam sebuah proses pertumbuhan pemuridan yang
bertanggungjawab, yang didalamnya terdapat visi Allah yang hidup, nilai-nilai
kebaikan Kristus dan panggilan Roh Kudus.
Komitmen
pada etika dan politik Allah ditengah-tengah sejarah kehidupan memanggil kita
untuk memberikan perhatian kembali pada pendidikan jemaat. Pendidikan yang
berorientasi pada perubahan sosial yang mengusahakan keadilan. Pelayanan
pendidikan berorientasi pada keadilan memiliki tiga gerakan penting: melihat,
menilai dan bertindak.
Kathlee
dan James McGinnis telah merancang sumber-sumber yan dipakai dalam mendidik dan
mengasuh anak tentang perdamaian dan keadilan. Mereka mengganggap gaya hidup,
metode pendidikan dan materi pendidikan tidak dapat dipisahkan.
Gereja
adalah konteks utama bagi pembelajaran transformatif dan pertumbuhan iman dan
juga bagi perubahan komunitas dan sosial ke arah etika dan politik Allah.
Pendidikan jemaat merupakan panggilan yang akan dirasakan, diarahkan, dan
dievaluasi dalam terang Injil Kerajaan Allah. Jemaat dipanggil menjadi
penyataan.
Bab
III Komunikasi Iman
Bab
ini membahas pencarian kontemporer bagi komunitas di gereja kita dan
pengaruhnya terhadapa strategi pendidikan, yang diilustrasikan dengan kehidupan
jemaat St.Robert. Bab ini mengusulkan agar komunitas sebagai skspresi
perkembangan autentik manusia perlu dilahirkankan kembali untuk memulihkan pengalaman
manusia.seperti story telling yang dilakukan dalam kelompok kecil membuat
ketergantungan dalam sebuah kelompok tersebut.
Tujuan
pendidikan dalam komunitas ini menjadi kebutuhan ditengah krisis. Refleksi yang
terjadi menghadirkan sebuah respon dan sebuah aksi di ekspresikan. Komunitas
sebagai tujuan pendidikan agama berarti,
sebuah ide normatif, refleksi dan dukungan dan proses dialektis.
Teologi
yang berpusat pada penciptaan melandasi tujuan komunitas iman. Komunitas bisa
menjadi karunia khusus bagi kelompok kecil kecil yang mengisolasi dirinya dari
dunia yang lebih luas.
Metode
Pendidikan dalam komunitas ini mencakup pelayanan, refleksi dan persekutuan.
Pendekatan komunitas untuk pendidikan, merupakan sebuah proses aktif dalam
komunikasi yang terkait dengan tindakan, refleksi dan pengalaman.
Dalam
komunitas ini juga diperlukan pendidikan dalam komunitas, kita pun harus
mengejewantahkan dalam kepemimpinan yang mendidik. Tema kepemimpinan yang mendidik sebagai berikut
tujuan kepemimpinan, kepemimpinan adalah kebersamaan, sturktur didalamnya,
kepemimpinan yang terbaik, pencapaian dan proses yang berkelanjutan. Komunitas
dan Kepemimpinan merupakan aspek yang saling terkait dalam proses pertumbuhan
spritual seseorang membahas tentang isu-isu dan dampak kedepannya.
Bab
4 Mendidik Pribadi
Pendidikan
agama seperti apa yang membimbing Bonhoeffer kembali ke Jerman? Didalam
pendidikan sekuler kontemporer agama, gagasan pribadi menjadi pusatnya. Kita
bertanya mengenai apa yang diperlukan jika pribadi memiliki peran yang tercakup
dalam mendiskripsikan pendidikan. Jelaslah dalam pendidikan sekuler pada abad
20, tidak ada yang lebih diutamakan daripada perkembangan pribadi.
Sehubungan
dengan konteks ini, pendidikan agama memiliki tiga pilihan: 1. Menolak
pandangan sekuler sebagai berhala dan menawarkan alternatif dari sisi agama; 2.
Menerima teori-teori modern mengenai perkembangan pribadi dan mengadopsinya
sebagai alat yang digunakan; atau 3. Setuju dengan pentingnya pribadi, tetapi
mengambil makna yang lebih luas dan lebih kaya dari istilah tersebut.
Horace
Busnell dan George Abert Coe tetap mempertahankan ide konversi, tetapi
memberikan makna yang sangat terbatas. Hasilnya adalah pendidikan agama yang
liberal pada paruh pertama abad ini dikritik dan akhirnya ditolak karena
dianggap tidak cukup rohani. Isu pendidikan yang dijelaskan dalam istilah
transformasi dan perkembangan. Sejumlah kategori dalam pemikiran Barat modern
sebagian besarnya berasal dari sumber Yahudi dan Kristen: komunitas, iman,
harga diri, tanggungjawab, dan hal positif lainnya dalam politik dan etika.
Inti
pemikiran barat modern adalah pribadi (person), namun pemakna itu semakin
berkurang. Hal ini sangat nyata terjadi pada abad ke 17 dan 18 dan ke 19,
ketika rasio dan kebebasan turut mendefiniikan konsep karakeristik pribadi.
Martin buber berfokus pada kesucian dalam hubungan pribadi. Buber tidak
merahasiakan fakta bahwa Alkitab menjadi inspirasi terhadap deskripsinya tentang
relasi-relasi pribadi.
Pribadi
adalah sesorang yang mendengarkan kata hatinya dan kemudian meresponnya melalui
tindakan nyata. Dua karakteristik menonjol dan berimplikasi dalam hubungan
pribadi termasuk dalam hubungan pribadi manusia dan pribadi Allah.
Paulo
Freire menjelaskan bahwa kekuatan membaca memampukan kita untuk membaca dunia
sesorang sama seperti kita membaca tulisan-tulisan. Dia mengusulkan proses
pendidikan dialogis, sebuah pendekatan yang didasarkan atas keyakinan bahwa setiap manusia memiliki
sebuah panggilan ontologi menjadi subjek.
Tiga
mata air yang berfungsi sebagai sumber bagi pendidikan dan pembentukan pribadi
menuju kehidupan batin: keheningan, mendegarkan dan Sabat.
Pribadi
adalah istilah relasional, maka aksi nyata bukanlah lawan dari batin.
Sebaliknya, kehidupan batin menjadi ekpresi yang dibutuhkan dalam melakukan aksi nyata. Dalam kekristenan,
istilah “pribadi” memiliki korelasi dengan komunitas. Pribadi yang saling
berhubungan akan membentuk sebuah komunitas, dan komunitas atau masyarakat
adalah organisasi yang didasari atas pribadi-pribadi.
Seorang
pendidik Kristiani yang memandang pendidikan melalui sejarah kepribadian dan
komunitas tidak dapat menggunakan ilmu sosial dan psikologi sebagai dua bagian dari peta pendidikan.
Istilah
dialektis, yaitu menerima pendidikan yang berharga melalui istilah tersebut,
sambil menentang untuk mempercayakan ide Kristen tentang pribadi kepada satu
kelompok dan satu mode studi tertentu. Karya James Fowler sangat dikenal oleh
pendidik kristiani dinegeri ini. Karya Fowler merupakan upaya ambisius untuk
ambisius untuk mensintesiskan tradisi psikologi yang berbeda dan memperkenalkan
perkembangan iman. Dia menjelaskan tahap perkembangan iman yang didalamnya orang bergerak dari tahap
merespon otoritas pemaknaan sebuah komunitas, memilih sendiri nilai-nilai dalam
kehidupan ini, dan akhirnya mengakui keterhubungan secara universal dengan
seluruh kehidupan.
Pandangan
Kristen tentang perkembangan tidak memiliki titik akhir tetapi bergerak menuju
akhir yang pasti: persekutuan semua makhluk. Untuk perkembangan pribadi,
Pendidikan Kristiani harus menyediakan dua jenis aktivitas yang melengkapi
disiplin spritual: studi tentang sumber-sumber Kristen dan kinerja pelayanan
Kristen. Kedua kegiatan tersebut tidak terbatas dalam arti tidak memiliki titik
akhir, tetapi keduanya menjadi bagian dalam pendidikan.
Mendidik
pribadi adalah tugas utama pendidikan Kristen. Seseorang dibentuk kedalam
hatinya melalui keheningan, mendengarkan Sabat; seseorang merespon dengan
tindakan akhir.
Bab
5 Pengajaran agama: homemaking. Peran guru diperluas ketika guru menjadi mentor
bagi peserta didik dan mengajak mereka untuk berbagi dalam misteri pengajaran
dan asumsi umum tentang komunitas, belajar dan liturgi metode pengajaran dan
pembelajaran dan tujuan pelajaran agama. Penekanannya pada hubungan penting
antara belajar dan komunitas yang ingin belajar dalam karyanya Peri Pheral
Vision, Mery Caterine Bateso berpendapat bahwa menciptakan dan menumbuhkan visi
sebuah komunitas adalah sebuah homemaking. Sharon Galoz Parks telah memperluas
metaforanya: homemaking adalah sebuah keterhubungan, tindakan kreatif dari
imajinasi manusia dan aktivitas utama Roh Kudus. Hal tersebut adalah penciptaan
bentuk-bentuk dan pola-pola yang mengusahakan dan melindungi kehidupan itu
sendiri.
Gereja
sebuah tempat terjadinya homemaking yang terdiri atas kumpulan orang yang
menggunakan isi dan metode-metode yang mengintegrasikan ibadah, pendidikan,
misi, penatalayanan dan komunitas yang tidak pernah dipertimbangkan.
Nitel
mempertahankan bahwa sistem kepercayaan dapat menolong orang Kristen memahami
dunia. Sistem tersebut memberikan arah dan mencegah rasa penasaran yang tanpa
arah disekitar isu-isu iman dengan menawarkan kesempatan bagi orang dewasa
untuk menggunakan pemikirannya secara
bijaksana dalam studi kritis dan merefleksikan kisah-kisah Alkitab.
Homemaking
mendefinisikan pendekatan instruksional dalam pendidikan kristiani. Dengan
membangun rumah, sebuah jemaat menetapkan lingkungan yang menyediakan studi
Alkitab dan refleksi teologis sehingga melalui kesaksian dan keterlibatan
pendidikan ibadah, doa, pelayanan dan misi orang bergerak ke dalam dunia
sebagai agent transformasi.
Guru
bagi peserta didik dewasa di gereja pertama-tama bertanggung jawab untuk
membangun ruang yang menghargai integritas dari materi pelajaran, peserta didik
dan fraksis indikasi iman kristen untuk hidup setia. Tugas guru menurut Parker
Palmer adalah:
1. Mengajar
adalah menciptakan ruang yang di dalamnya ketaatan terhadap kebenaran
dipraktikan;
2. Mempertimbangkan
seluruh proses belajar; dalam merefleksikan panggilan iman kristen
3. Menciptakan
visi; kegiatan homemaking yang dilakukan memugnkinkan peserta didik untuk
berpikir, merenungkan isi Alkitab dalam terang pengalaman mereka, dan memilih
cara menjalani hidup di dunia dalam menanggapi panggilan Allah.
Jika
pengajaran agama di jemaat memiliki kemampuan untuk melakukan transformasi
kehidupan dengan merespon tuntutan iman kristen, maka guru, pemimpin yang
mendidik dan pendeta harus mengetahui secara eksplisit makna menjadi seorang
pelajar atau peserta didik.
Bell
Hooks berpendapat bahwa salah satu tujuan utama pendidikan transformatif adalah
membuat kelas memiliki suasana demokratis yang di dalamnya semua orang merasa
bertanggungjawab untuk berkontribusi.
Dimensi
pertama dalam peran peserta didik fokus kepada tindakan peserta didik selama
proses. Dimensi kedua, peran peserta didik dalam memproses pelajaran secara
langsung berkaitan dengan gaya belajar dalam komunitas yang telah dirancang
oleh guru. Jika didasarkan pada model kemitraan, maka baik pelajar maupun guru
memilki tanggungjawab untuk mendengarkan dan berbicara dengan penuh tanggung
jawab.
Sebuah
jemaat yang berkomitmen turut terlibat dalam kegiatan homemaking yang ditandai
dengan karakteristik berikut:
1. Menghormati
ruang pemelajaran – ruang yang tidak terbatas pada kursi dan meja yang diatur
dalam sebuah kelas;
2. Memiliki
iklim harapan untuk bertumbuh dan
bertanggungjawab. Secara eksplisit, anggota gereja mengetahu makna menjadi
anggota dari rumah tangga umat beriman;
3. Saling
membantu dalam pembelajaran, penjelasan terbaik tentang hal ini adalah dengan
gambaran saling memegang tanggungjawab;
4. Proses
pembelajaran lewat pengalaman, kita mengetahui dan mempraktekan nilai dalam pengalaman
belajar terhadap anak-anak dan remaja, namun kita sering gagal untuk menghargai
proses belajar tersebut di antara orang dewasa. Proses belajar mengajar harus
direncanakan sehingga orang dewasa tidak mendengar materi pelajaran, tetapi
dapat dengan meresponnya dengan pelayanan di dunia.
Ada
beberapa dampak kehidupan orang yang menerima pengajaran agama dalam kehidupan
imannya di tengah-tengah ruang publik:
1. Melalui
homemaking, kita memelihara dan melindungi kehidupan;
2. Keuntungan
yang berkaitan dengan mode pembelajaran yang digunakan. Ketika para guru diajar
untuk berpikir tentang konteks, peserta didik dan materi pelajaran, maka mereka
disadarkan bahwa pembelajaran yang mereka lakukan dapat memawa perbedaan dalam
kehidupan peserta didik;
3. Menciptakan
ruang pembelajaran yang di dalamnya jiwa dapat berkembang dan bermimpi tempat
bagi kediaman, pikiran dan hati didorong untuk melakukan sebuah dialog yang
tegas.
Bab
6, merupakan penilaian terhadap pendekatan-pendekatan kristiani secara
transformasi, komunitas iman berkembang spiritual dan pengajaran agama.
Bab7,
mendengarkan gereja-gereja: pendidikan kristiani dalam kehidupan jemaat.
Percakapan Bill dan Michael dalam cerita bab ini merupakan perwujudan dari
pendekatan pengajaran agama terhadap pendidikan kristiani. Mereka sedang
mencari cara untuk membuat peserta didik di dalam kelas dapat memahami dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan kehidupan dalam terang iman Alkitabiah, dengan
dibimbing oleh seorang guru yang akan membangun komunitas yang mencari dan senantiasa
menegaskan sebuah makna baru.
Percakapan
antara Michael dan Alma memahami kekuatan melihat dunia dan ketidakadilan di
dalamnya. Mereka ingin melibatkan orang lain melakukan karya-karya keadilan,
berusaha bergerak menuju pemerintahan Allah.
Pendekatan
perkembangan spiritual menyebabkan seseorang mulai dengan melihat ke dalam
diri. Orang yang memulai dari suatu pendekatan dapat menjadi frustasi dengan
orang lain yang memulainya dengan titik lain.
Para
pendidik dalam jemaat adalah mereka yang mengevaluasi, merencanakan dan
mengimplementasikan peluang-peluang dalam belajar untuk mengasihi Allah dan
sesama manusia.
Kita
belajar melihat mengembangkan keterampilan seorang etnografer. Metodenya
manusia dipengaruhi oleh manusia lain yang dengannya mereka berinteraksi.
Seorang pendidik jemaat yang efektif adalah orang yang melihat, mendengarkan
dan berusaha untuk memahami kekayaan serta anyaman tebal dalam kehidupan jemaat
yang di dalamnya terjadi pembelajaran dan bagaimana hal-hal tersebut
berinteraksi dalam pengalaman hidup jemaat.
Penilaian
kompleksitas jaringan dan interaksi adalah diawali dengan pemahaman.
Pengetahuan tentang empat pendekatan dapat membantu pendidik mengenali bahwa
refleksi teologis terjadi dibanyak bagian yang tidak diberi label pendidikan.
Charles R. Coster menciptakan istilah kegiatan yang berpusat pada pendidikan
untuk menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan segi ibadah,
studi, pelayanan dan persekutuan. Tiga kualitas penting bagi pendidikan
kristiani yang evektif dan menguntungkan:
1. Pendidik
harus melihat dirinnya sendiri sebagai penafsir diantara penafsir;
2. Konteks
pembelajaran harus menciptkan ruang yang ramah dan adil;
3. Jemaat
harus mempraktekan kehadiran Allah.
Dimensi
lain dalam mempraktikan kehadiran Allah adalah menghormati seluruh tradisi
kristen.
Identitas
pendidikan jemaat dan panggilannya adalah bagaimana kita melihat kasih karunia
dan bukti pemerintahan Allah berlimpah. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup
dalam kompleksitas dan keberdosaan adalah berjalan dengan integritas, berusaha
untuk mewujudkan prinsip-prinnsip yang kita gunakan dalam evaluasi.
Bab
8 tentang agenda masa depan
Firman
Allah pada saat ini memanggil kita untuk membentuk komunitas dan harapan baru
sambil mempertahankan kesinambungan dengan wahyu. Sejarah penuh dengan
perubahan dramatis dan iman Alkitabiah di saat seperti itu. Gereja merupakan
sumber sekaligus perubahan tersebut. Pendidikan hadir di dalam komunitas anggota
jemaat, sninagoge-sinagoge, dan dalam pertemuan-pertemuan yang berusaha mendukung satu sama lain,
mengejarkan iman, dan mengekplorasi makna yang
baru dalam realitas yang baru.
Konteks
kehidupan jemaat dan denominasi adalah perubahan yang terjadi terus menerus
dalam sepanjang waktu sejarah. Pendidikan Kristiani berakar dalam pengalaman,
partisipasi sejarah.
1. Transportasi
baru dalam transportasi dan komunikasi elektronik mengubah kehidupan di seluruh
muka bumi. Cara baru dalam transportasi dan komunikasi ini menyandera,
menyerap, dan menyebabkan ketagihan.
2. Perubahan
yang tampaknya mendampingi teknologi baru itu meningkatkan individualisme
3. Tren
historis dari Amerika Serikat adalah bersatunya banyak kebudayaan. Dunia
internet dapat memiliki efek yang sama pada penggunaan komputer.
4. Meningkatnya
pemisah antara si kaya dan miskin. Perbedaan menclok antara negara-negara Dunia
pertama dan Dunia ketiga, si kaya dan si miskin, adalah karakteristik abad ke
20.
5. Masyarakat
mengalami penuaan. Banyak orang hidup lebih lama, terutama karena kemajuan
medis dan gizi.
Jemaat merupakan konteks utama
pendidikan Kristiani yang formal. Gereja adalah salah satu agen di antara
banyak lainnya dalam budaya kita yang menawarkan arti dan nilai-nilai.
Masing-masing tren mempengaruhi jemaat
dan denominasi:
1.
Transportasi yang baru memungkinkan
orang untuk melakukan perjalanan jarak jauh ke subuah jemaat. Hasilnya adalah
sebagaimana orang bergerak, jemaat menjadi lebih luas wilayahnya ketimbang
berbasis masyarakat lokal saja.
2.
Kencenderungan yang mengikis komitmen
terhadap komunitas lokal, dan partisipasi dalam perkumpulan-perkumpulan
sukarela, juga berdampak pada kurangnya
kehadiran jemaat di gereja.
3.
Berjumpanya perbedaan-perbedaan budaya
menghasilkan vitalisasi jemaat
4.
Pemisahan si kaya dan si miskin, bersama
dengan kekerasan yang menyertainya merupakan konteks jemaat yang sering
diabaikan. Jemaat secara historis dikelompokan berdasarkan kelas, namun, injil
cenderung memperhatikan orang miskin dan lemah. Gereja yang tidak bekerja pada
disparatis ini bukanlah gereja yang setia.
5.
Penuaan masyarakat menyebabkan banyak
jemaat juga mengalami penuaan. Jika jemaat adalah tempat yang tidak ramah
terhadap anak, refleksinya lemah terhadap masyarakat luas, maka gereja tidak
dapat diharapkan untk menarik perhatian keluarga muda.
Pandangan
Kristiani yang terbaik adalah pendidikan yang berperan dalam membantu orang
menangani isu-isu penting baik disetiap kehidupan pribadi maupun soisal dalam
terang Injil. Pendidikan Kristiani harus menyediakan ruang terbuka yang
didalamnya orang dapat mempelajari tradisi iman, memperhatikan tradisi itu
dengan masalah kehidupan, dan berusaha untuk setia kepada Allah.
Masuk ke dalam dunia adalah tugas
Pendidikan Kristiani. Melalui pendidikan Kristianni kita berhadapan dengan
dunia, mengeksplorasi makna terdalam dalam kehidupan kita, terlibat satu sama
lain, dan menjadi mitra Allah dalam mengusahakan keutuhan dan makna bagi semua
kehidupan.
Jemaat adalah konteks utama Pendidik
Kristiani. Artinya menjadi refleksi pribadi setiap orang. Artinya tidak dapat
diberikan oleh orang lain. Kita menerima makna dari kehidupan kita
masing-masing. Kehidupan memanggil kita untuk melakukan refleksi teologis;
kehidupan memanggil kita masing-masing dengan cara yang unik karena kita semua
berbeda. Budaya yang lebih luas mempengaruhi cara kita berpikir tentang iman.
Komunitas mempengaruhi kita. Jika kita ingin mendapatkan repertoar iman Kristen
yang darinya kita mengeksplorasi makna hidup, kita perlu menemukan
gambar-gambar, cerita-cerita, simbol-simbol, keyakinan-keyakinan, dan
praktik-praktik melalui partisipasi dalam komunitas memori dan indentitas,
yakni sebuah jemaat.
Tanggapan Kritis
1.
Buku ini membahas tentang peta
pendidikan Kristiani dan mencoba mentransformasi pendidikan Kristen hingga
menjamah pelayanan sosial seperti berbicara keadilan, kemiskinan. Saya agak
sulit menggambarkan wujud konkret dari konsep-konsep yang ditawarkan dari bab
ke bab. Saya menawarkan bagaimana metode pelaksanaan seperti komunitas iman
hingga menyentuh pribadi atau bicara tentang batin.
2.
Mempraktikan kehadiran Allah adalah
menghormati seluruh tradisi kristen.
Identitas
pendidikan jemaat dan panggilannya adalah bagaimana kita melihat kasih karunia
dan bukti pemerintahan Allah berlimpah. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup
dalam kompleksitas dan keberdosaan adalah berjalan dengan integritas, berusaha
untuk mewujudkan prinsip-prinnsip yang kita gunakan dalam evaluasi.
Pembahasan
ini bagi saya kuranglah tepat hanya melihat seluruh tradisi Kristen tetapi kita
bisa menterjemahkan kehadiran Allah mulai menyelebungi apa yang duniawi dalam
hidup kita dan mengisi hati kita dengan kasih lebih daripada apa yang kita
tampung. Jadi tidak hanya melihat tradisi Kristen dalam menghadirkan Allah
tetapi kita bisa belajar dari autobiografi dari rahasia kekuatan Ibu Teresa
dalam menggapai kaum miskin terletak persisnya dalam kasih yang meluap yang
telah dicurahkan Allah ke dalam hati dan mengalir.[1]
- Tawaran Konstruksi PAK yang dapat dilakukan di jemaat/lingkungan
Jemaat adalah tempat vital ketika
nilai-nilai direformasi dan diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya
seraya orang menghadapi kehidupan bersama-sama. Untuk itu tawaran kontruksi PAK
dalam buku ini bagi jemaat saya adalah Homemaking dalam komunitas iman.
Komunitas umat beriman adalah suatu
konteks bagi orang-orang untuk mempelajari sumber-sumber iman Kristen dan
berlatih mengekplorasi serta membedakan makna menentukan identitas seseorang
dan fokus panggilan seseorang. Komunitas, pendekatan komunitas untuk
pendidikan, merupakan sebuah proses aktif dalam komunikasi yang terkait dengan
tindakan, refleksi dan pengalaman. Yang
menarik bagi komunitas ini adalah peka terhadap situasi isu-isu yang lagi
trending dan merefleksikan dalam kehadiran orang yang beriman di dunia. HKBP
Sungai Danau memang mempunyai kategorial pelayanan mulai dari kategorial
sekolah minggu, pemuda, bapak dan ibu-ibu, saya tertarik mmenghidupkan
pelayanan di HKBP Sungai Danau.
Homemaking mendefinisikan pendekatan
instruksional dalam pendidikan kristiani. Dengan membangun rumah, sebuah jemaat
menetapkan lingkungan yang menyediakan studi Alkitab dan refleksi teologis
sehingga melalui kesaksian dan keterlibatan pendidikan ibadah, doa, pelayanan
dan misi orang bergerak ke dalam dunia sebagai agent transformasi.
Guru bagi peserta didik dewasa di gereja
pertama-tama bertanggung jawab untuk membangun ruang yang menghargai integritas
dari materi pelajaran, peserta didik dan fraksis indikasi iman kristen untuk
hidup setia. Gereja sebuah tempat terjadinya homemaking yang terdiri atas
kumpulan orang yang menggunakan isi dan metode-metode yang mengintegrasikan
ibadah, pendidikan, misi, penatalayanan dan komunitas yang tidak pernah
dipertimbangkan. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari
RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup.[2]
- Penutup.
Pemetaan
pendidikan Kristiani:
1. Masuk
ke dalam dunia tugas Pendidikan Kristiani
2. Jemaat
adalah konteks utama Pendidikan Kristiani
3. Refleksi
teologis adalah metodologi
4. Pembelajaran
agama terjadi dalam keramahan, keadilan, dan ruang yang terbuka untuk
percakapan dan pengungkapan kebenaran.
Daftar Pustaka.
Langford
Josep
20000 Ibu Teresa: Secret Fire (Jakarta:
Pt.Gramedia, 2000)
Rusman
2017 Belajar Dan Pembelajaran, Belajar Pada Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2017)
Seymour
Jack
2016 Memetakan
Pendidikan Kristiani (Jakarta:BPK Gunung Mulia)
No comments:
Post a Comment