Thursday, 7 June 2018

Memetakan Pendidikan Kristiani


Judul                           : Memetakan Pendidikan Kristiani
Penulis                         : Jack Seymour
Penerbit                       : BPK Gunung Mulia
Tempat Terbit              : Jakarta
Tahun Terbit                : 2016

  1. Pandangan Umum terhadap buku
Buku ini sangat menarik memetakan pendidikan kristiani dari gereja  dan pelayanan pendidikannya menolong jemaat bagaimana  mengkomunikasikan iman dan berpikir teologis dalam pengalaman kehidupan. Buku ini membuka sebuah tanggung jawab gereja. Gereja adalah konteks utama bagi pembelajaran transformatif dan pertumbuhan iman dan juga bagi perubahan komunitas dan sosial ke arah etika dan politik Allah. Pendidikan jemaat merupakan panggilan yang akan dirasakan, diarahkan, dan dievaluasi dalam terang Injil Kerajaan Allah. Jemaat dipanggil menjadi penyataan.
Buku ini menawarkan pengenalan  iman melalui pribadi dan komunitas iman. penilaian terhadap pendekatan-pendekatan kristiani secara transformasi, komunitas iman berkembang spiritual dan pengajaran agama.

  1. Gagasan-gagasan Pokok yang ada dalam buku tersebut (resume).
Bab I Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Kristiani
Sebuah pergumulan bagaimana  gereja  dan pelayanan pendidikannya menolong jemaat bagaimana  mengkomunikasikan iman dan berpikir teologis dalam pengalaman kehidupan. Iman sering dihubungkan dengan simbol kehadiran Allah seperti lonceng gereja. Namun banyak tempat sekalipun kita bisa belajar tentang iman tidak mesti harus di dalam pendidikan formal, seolah-olah sekolah profesional mengajarkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat luas.
Ibadah juga memiliki nilai iman. Melalui kotbah dan liturgi, umat berpartisipasi memaknai iman dan menghubungkannya dengan hidup mereka masing-masing, hingga membentu kategorial kelompok sampai mempersiapkan pengutusan misi.
Pendidikan mempengaruhi cara kita membangun jemaat. Dengan memperhatikan persoalan-persoalan  kehidupan, orang-orang merefleksikan apa yang mereka pahami tentang iman, orang lain, diri sendiri, hidup dan pelayanan. Para pendidik dalam komunitas iman  mengajarkan nilai dan cara hidup yang benar dengan memperhatikan kurikulum yang telah disiapkan.
Tahun 1970 terjadi pembaharuan pendidikan terkhusunya pendidikan Kristiani yang mensuarakan lima tema yang muncul seperti: pengajaran agama, komunitas iman, perkembangan, pembebasan dan interpretasi. Pengajaran menekankan struktur pendidikan formal yang terdapat dalam gereja. Komunitas iman menggambarkan kekuatan hidup jemaat yang diajar. Perkembangan dibangun berdasarkan penelitian  psikologis tentang pertumbuhan pribadi. Pembebasan memberdayakan orang untuk masuk di bawah pemerintahan Allah. Dan interpretasi berfokus pada cara pendidikan menghubungkan iman dan kehidupan mereka sehari-hari. Hingga pada dekade akhir ini diberikan perhatian kepada metode biblis, agama-agama dan teologi Pendidikan Kristiani.
Saat ini kita menghadapi teka-teki tentang bagaimana agama akan menghadapi masa depan dari kemunduran masa depan manusia. Untuk itulah Gereja dipanggil untuk terbuka pada dunia, terbuka pada kemajemukan, dan memproklamasikan iman yang menjawab kebutuhan-kebutuhan personal yang menghubungkan kita dengan permasalahan sehari-hari.
Teolog Douglas John Hall memiliki tiga pilihan dalam merespon ketakutan masa depan.
1.      Penolakan
2.      Keputus asaan
3.      Harapan (mengajak kita beraksi)

Secara teologi, harapan didasarkan pada karya di Salib, yang menggambarkan kekacauan dan penderitaan, tangisan dan pengakuan akan kehilangan. Salib adalah gambaran kuat akan harapan dan kebangkitan.
Agama menurut Smith adalah bagaimana sesorang memberikan respon di dalam komunitasnya. Hidup religius menurutnya sebuah  interaksi kompleks yang terdiri atas:
1.      Akumulasi tradisi religius yang diwarisi dalam hidupnya
2.      Kepribadian tertentu yang dimiliki seseorang
3.      Lingkungan tertentu yang didalamnya orang hidup setiap pagi baru
4.      Realitas transenden yang menekankan tradisi dengan sesamanya.

Pendidikan iman berakar pada pengetahuan akan tradisi, interaksi dengan komunitas yang berefleksi dan mengingat, respon pribadi, dan terlibat di tengah dunia.  Pendidikan Kristiani adalah percakapan kehidupan, sebuah  usaha untuk menggunakan sumber iman dan tradisi kultural dalam menghadirkan masa depan yang adil dan berpengharapan.
Komunitas Iman mendefinisikan komunitas sebagai materi dan proses Pendidikan Kristiani. Pembelajaran iman terjadi ketika kita berpartisipasi di dalam sebuah komunitas umat beriman yang mengusahakan perkembangan autentik manusia dengannya terjadi relasi antar pribadi, komunitas dan kosmos.
Perkembangan Spritual menurut Maria Harris dan Gabriel Moran menguji dimensi personal dalam proses pembelajaran. Iman terbentuk dalam kehidupan setiap pribadi dan memampukan seorang bekerja di dalam komunitas. Tujuan perkembangan  spritual adalah memanggil orang kedalam relasi, persahabatan, kepedulian, dan keadilan terhadap seluruh ciptaan, meskipun titik berangkat pendidikan justru merupakan individu/pribadi. Elizabet Caldwell menjelaskan bahwa prosel formal dari refleksi teologis, mengajar dan belajar, mampu membuat kita mengetahui, menginterpretasi dan menginkarnasi iman.

Bab ii Pendidikan Transformasi Sosial
Mengangkat kisah perjalanan Gereja Reba Place menuju keadilan rasial dan rekonsiliasi mengilustrasi tantangan dan kesempatan bagi pendidikan jemaat yang berorientasi pada kehidupan personal dan transformasi sosial. Gereja-Gereja juga perlu menghadapi pertumbuhan kemiskinan, ketidaksetaraan, ketidakadilan ekonomi, kekerasan dan militerisme, pengabaian terhadap sekelompok orang, sitem peradilan yang tidak adil, dan struktur lainnya yang mendiskriminasi, memarginalkan, menindas dan mengasingkan orang lain.
Tujuan pendidikan jemaat yang berorientasi kepada keadilan haruslah konsisten dengan pelayanan gereja bagi dunia. Pendidikan Kristiani jemaat mengupayakan kebangkitan manusia dalam terang Pemerintahan Allah.
Pendidikan Kristiani berhadapan pula dengan praktik-praktik gereja, seperti patriarkat, moralisme, legalisme dan kurangnya bela rasa. Dibutuhkan guru pembimbing yang ramah dan mengundang setiap orang menjadi rekan.
Asumsi-asumsi merupakan kontinuitas dari perfektif rekontruksionis dan sosiopolitis. Pemahaman yang mereka dapatkan telah dipelajari melalui keterlibatan aktif dan refleksi kritis, dialog, serta tindakan yang berfokus pada kehidupan sehari-hari.
Guru dan murid mengambil bagian dalam sebuah proses pertumbuhan pemuridan yang bertanggungjawab, yang didalamnya terdapat visi Allah yang hidup, nilai-nilai kebaikan Kristus dan panggilan Roh Kudus.
Komitmen pada etika dan politik Allah ditengah-tengah sejarah kehidupan memanggil kita untuk memberikan perhatian kembali pada pendidikan jemaat. Pendidikan yang berorientasi pada perubahan sosial yang mengusahakan keadilan. Pelayanan pendidikan berorientasi pada keadilan memiliki tiga gerakan penting: melihat, menilai dan bertindak.
Kathlee dan James McGinnis telah merancang sumber-sumber yan dipakai dalam mendidik dan mengasuh anak tentang perdamaian dan keadilan. Mereka mengganggap gaya hidup, metode pendidikan dan materi pendidikan tidak dapat dipisahkan. 
Gereja adalah konteks utama bagi pembelajaran transformatif dan pertumbuhan iman dan juga bagi perubahan komunitas dan sosial ke arah etika dan politik Allah. Pendidikan jemaat merupakan panggilan yang akan dirasakan, diarahkan, dan dievaluasi dalam terang Injil Kerajaan Allah. Jemaat dipanggil menjadi penyataan.

Bab III Komunikasi Iman
Bab ini membahas pencarian kontemporer bagi komunitas di gereja kita dan pengaruhnya terhadapa strategi pendidikan, yang diilustrasikan dengan kehidupan jemaat St.Robert. Bab ini mengusulkan agar komunitas sebagai skspresi perkembangan autentik manusia perlu dilahirkankan kembali untuk memulihkan pengalaman manusia.seperti story telling yang dilakukan dalam kelompok kecil membuat ketergantungan dalam sebuah kelompok tersebut.
Tujuan pendidikan dalam komunitas ini menjadi kebutuhan ditengah krisis. Refleksi yang terjadi menghadirkan sebuah respon dan sebuah aksi di ekspresikan. Komunitas sebagai tujuan pendidikan agama  berarti, sebuah ide normatif, refleksi dan dukungan dan proses dialektis.
Teologi yang berpusat pada penciptaan melandasi tujuan komunitas iman. Komunitas bisa menjadi karunia khusus bagi kelompok kecil kecil yang mengisolasi dirinya dari dunia yang lebih luas.
Metode Pendidikan dalam komunitas ini mencakup pelayanan, refleksi dan persekutuan. Pendekatan komunitas untuk pendidikan, merupakan sebuah proses aktif dalam komunikasi yang terkait dengan tindakan, refleksi dan pengalaman.
Dalam komunitas ini juga diperlukan pendidikan dalam komunitas, kita pun harus mengejewantahkan dalam kepemimpinan yang mendidik. Tema  kepemimpinan yang mendidik sebagai berikut tujuan kepemimpinan, kepemimpinan adalah kebersamaan, sturktur didalamnya, kepemimpinan yang terbaik, pencapaian dan proses yang berkelanjutan. Komunitas dan Kepemimpinan merupakan aspek yang saling terkait dalam proses pertumbuhan spritual seseorang membahas tentang isu-isu dan dampak kedepannya.

Bab 4 Mendidik Pribadi
Pendidikan agama seperti apa yang membimbing Bonhoeffer kembali ke Jerman? Didalam pendidikan sekuler kontemporer agama, gagasan pribadi menjadi pusatnya. Kita bertanya mengenai apa yang diperlukan jika pribadi memiliki peran yang tercakup dalam mendiskripsikan pendidikan. Jelaslah dalam pendidikan sekuler pada abad 20, tidak ada yang lebih diutamakan daripada perkembangan pribadi.
Sehubungan dengan konteks ini, pendidikan agama memiliki tiga pilihan: 1. Menolak pandangan sekuler sebagai berhala dan menawarkan alternatif dari sisi agama; 2. Menerima teori-teori modern mengenai perkembangan pribadi dan mengadopsinya sebagai alat yang digunakan; atau 3. Setuju dengan pentingnya pribadi, tetapi mengambil makna yang lebih luas dan lebih kaya dari istilah tersebut.
Horace Busnell dan George Abert Coe tetap mempertahankan ide konversi, tetapi memberikan makna yang sangat terbatas. Hasilnya adalah pendidikan agama yang liberal pada paruh pertama abad ini dikritik dan akhirnya ditolak karena dianggap tidak cukup rohani. Isu pendidikan yang dijelaskan dalam istilah transformasi dan perkembangan. Sejumlah kategori dalam pemikiran Barat modern sebagian besarnya berasal dari sumber Yahudi dan Kristen: komunitas, iman, harga diri, tanggungjawab, dan hal positif lainnya dalam politik dan etika.
Inti pemikiran barat modern adalah pribadi (person), namun pemakna itu semakin berkurang. Hal ini sangat nyata terjadi pada abad ke 17 dan 18 dan ke 19, ketika rasio dan kebebasan turut mendefiniikan konsep karakeristik pribadi. Martin buber berfokus pada kesucian dalam hubungan pribadi. Buber tidak merahasiakan fakta bahwa Alkitab menjadi inspirasi terhadap deskripsinya tentang relasi-relasi pribadi.
Pribadi adalah sesorang yang mendengarkan kata hatinya dan kemudian meresponnya melalui tindakan nyata. Dua karakteristik menonjol dan berimplikasi dalam hubungan pribadi termasuk dalam hubungan pribadi manusia dan pribadi Allah.
Paulo Freire menjelaskan bahwa kekuatan membaca memampukan kita untuk membaca dunia sesorang sama seperti kita membaca tulisan-tulisan. Dia mengusulkan proses pendidikan dialogis, sebuah pendekatan yang didasarkan  atas keyakinan bahwa setiap manusia memiliki sebuah panggilan ontologi menjadi subjek.
Tiga mata air yang berfungsi sebagai sumber bagi pendidikan dan pembentukan pribadi menuju kehidupan batin: keheningan, mendegarkan dan Sabat.
Pribadi adalah istilah relasional, maka aksi nyata bukanlah lawan dari batin. Sebaliknya, kehidupan batin menjadi ekpresi yang dibutuhkan dalam  melakukan aksi nyata. Dalam kekristenan, istilah “pribadi” memiliki korelasi dengan komunitas. Pribadi yang saling berhubungan akan membentuk sebuah komunitas, dan komunitas atau masyarakat adalah organisasi yang didasari atas pribadi-pribadi.
Seorang pendidik Kristiani yang memandang pendidikan melalui sejarah kepribadian dan komunitas tidak dapat menggunakan ilmu sosial dan psikologi  sebagai dua bagian dari peta pendidikan.
Istilah dialektis, yaitu menerima pendidikan yang berharga melalui istilah tersebut, sambil menentang untuk mempercayakan ide Kristen tentang pribadi kepada satu kelompok dan satu mode studi tertentu. Karya James Fowler sangat dikenal oleh pendidik kristiani dinegeri ini. Karya Fowler merupakan upaya ambisius untuk ambisius untuk mensintesiskan tradisi psikologi yang berbeda dan memperkenalkan perkembangan iman. Dia menjelaskan tahap perkembangan iman  yang didalamnya orang bergerak dari tahap merespon otoritas pemaknaan sebuah komunitas, memilih sendiri nilai-nilai dalam kehidupan ini, dan akhirnya mengakui keterhubungan secara universal dengan seluruh kehidupan.
Pandangan Kristen tentang perkembangan tidak memiliki titik akhir tetapi bergerak menuju akhir yang pasti: persekutuan semua makhluk. Untuk perkembangan pribadi, Pendidikan Kristiani harus menyediakan dua jenis aktivitas yang melengkapi disiplin spritual: studi tentang sumber-sumber Kristen dan kinerja pelayanan Kristen. Kedua kegiatan tersebut tidak terbatas dalam arti tidak memiliki titik akhir, tetapi keduanya menjadi bagian dalam pendidikan.
Mendidik pribadi adalah tugas utama pendidikan Kristen. Seseorang dibentuk kedalam hatinya melalui keheningan, mendengarkan Sabat; seseorang merespon dengan tindakan akhir.
Bab 5 Pengajaran agama: homemaking. Peran guru diperluas ketika guru menjadi mentor bagi peserta didik dan mengajak mereka untuk berbagi dalam misteri pengajaran dan asumsi umum tentang komunitas, belajar dan liturgi metode pengajaran dan pembelajaran dan tujuan pelajaran agama. Penekanannya pada hubungan penting antara belajar dan komunitas yang ingin belajar dalam karyanya Peri Pheral Vision, Mery Caterine Bateso berpendapat bahwa menciptakan dan menumbuhkan visi sebuah komunitas adalah sebuah homemaking. Sharon Galoz Parks telah memperluas metaforanya: homemaking adalah sebuah keterhubungan, tindakan kreatif dari imajinasi manusia dan aktivitas utama Roh Kudus. Hal tersebut adalah penciptaan bentuk-bentuk dan pola-pola yang mengusahakan dan melindungi kehidupan itu sendiri.
Gereja sebuah tempat terjadinya homemaking yang terdiri atas kumpulan orang yang menggunakan isi dan metode-metode yang mengintegrasikan ibadah, pendidikan, misi, penatalayanan dan komunitas yang tidak pernah dipertimbangkan.
Nitel mempertahankan bahwa sistem kepercayaan dapat menolong orang Kristen memahami dunia. Sistem tersebut memberikan arah dan mencegah rasa penasaran yang tanpa arah disekitar isu-isu iman dengan menawarkan kesempatan bagi orang dewasa untuk menggunakan pemikirannya secara  bijaksana dalam studi kritis dan merefleksikan kisah-kisah Alkitab.
Homemaking mendefinisikan pendekatan instruksional dalam pendidikan kristiani. Dengan membangun rumah, sebuah jemaat menetapkan lingkungan yang menyediakan studi Alkitab dan refleksi teologis sehingga melalui kesaksian dan keterlibatan pendidikan ibadah, doa, pelayanan dan misi orang bergerak ke dalam dunia sebagai agent transformasi.
Guru bagi peserta didik dewasa di gereja pertama-tama bertanggung jawab untuk membangun ruang yang menghargai integritas dari materi pelajaran, peserta didik dan fraksis indikasi iman kristen untuk hidup setia. Tugas guru menurut Parker Palmer adalah:
1.      Mengajar adalah menciptakan ruang yang di dalamnya ketaatan terhadap kebenaran dipraktikan;
2.      Mempertimbangkan seluruh proses belajar; dalam merefleksikan panggilan iman kristen
3.      Menciptakan visi; kegiatan homemaking yang dilakukan memugnkinkan peserta didik untuk berpikir, merenungkan isi Alkitab dalam terang pengalaman mereka, dan memilih cara menjalani hidup di dunia dalam menanggapi panggilan Allah.

Jika pengajaran agama di jemaat memiliki kemampuan untuk melakukan transformasi kehidupan dengan merespon tuntutan iman kristen, maka guru, pemimpin yang mendidik dan pendeta harus mengetahui secara eksplisit makna menjadi seorang pelajar atau peserta didik.
Bell Hooks berpendapat bahwa salah satu tujuan utama pendidikan transformatif adalah membuat kelas memiliki suasana demokratis yang di dalamnya semua orang merasa bertanggungjawab untuk berkontribusi.
Dimensi pertama dalam peran peserta didik fokus kepada tindakan peserta didik selama proses. Dimensi kedua, peran peserta didik dalam memproses pelajaran secara langsung berkaitan dengan gaya belajar dalam komunitas yang telah dirancang oleh guru. Jika didasarkan pada model kemitraan, maka baik pelajar maupun guru memilki tanggungjawab untuk mendengarkan dan berbicara dengan penuh tanggung jawab.
Sebuah jemaat yang berkomitmen turut terlibat dalam kegiatan homemaking yang ditandai dengan karakteristik berikut:
1.      Menghormati ruang pemelajaran – ruang yang tidak terbatas pada kursi dan meja yang diatur dalam sebuah kelas;
2.      Memiliki iklim harapan untuk bertumbuh dan  bertanggungjawab. Secara eksplisit, anggota gereja mengetahu makna menjadi anggota dari rumah tangga umat beriman;
3.      Saling membantu dalam pembelajaran, penjelasan terbaik tentang hal ini adalah dengan gambaran saling memegang tanggungjawab;
4.      Proses pembelajaran lewat pengalaman, kita mengetahui dan mempraktekan nilai dalam pengalaman belajar terhadap anak-anak dan remaja, namun kita sering gagal untuk menghargai proses belajar tersebut di antara orang dewasa. Proses belajar mengajar harus direncanakan sehingga orang dewasa tidak mendengar materi pelajaran, tetapi dapat dengan meresponnya dengan pelayanan di dunia.
Ada beberapa dampak kehidupan orang yang menerima pengajaran agama dalam kehidupan imannya di tengah-tengah ruang publik:
1.      Melalui homemaking, kita memelihara dan melindungi kehidupan;
2.      Keuntungan yang berkaitan dengan mode pembelajaran yang digunakan. Ketika para guru diajar untuk berpikir tentang konteks, peserta didik dan materi pelajaran, maka mereka disadarkan bahwa pembelajaran yang mereka lakukan dapat memawa perbedaan dalam kehidupan peserta didik;
3.      Menciptakan ruang pembelajaran yang di dalamnya jiwa dapat berkembang dan bermimpi tempat bagi kediaman, pikiran dan hati didorong untuk melakukan sebuah dialog yang tegas.

Bab 6, merupakan penilaian terhadap pendekatan-pendekatan kristiani secara transformasi, komunitas iman berkembang spiritual dan pengajaran agama.

Bab7, mendengarkan gereja-gereja: pendidikan kristiani dalam kehidupan jemaat. Percakapan Bill dan Michael dalam cerita bab ini merupakan perwujudan dari pendekatan pengajaran agama terhadap pendidikan kristiani. Mereka sedang mencari cara untuk membuat peserta didik di dalam kelas dapat memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kehidupan dalam terang iman Alkitabiah, dengan dibimbing oleh seorang guru yang akan membangun komunitas yang mencari dan senantiasa menegaskan sebuah makna baru.
Percakapan antara Michael dan Alma memahami kekuatan melihat dunia dan ketidakadilan di dalamnya. Mereka ingin melibatkan orang lain melakukan karya-karya keadilan, berusaha bergerak menuju pemerintahan Allah.
Pendekatan perkembangan spiritual menyebabkan seseorang mulai dengan melihat ke dalam diri. Orang yang memulai dari suatu pendekatan dapat menjadi frustasi dengan orang lain yang memulainya dengan titik lain.
Para pendidik dalam jemaat adalah mereka yang mengevaluasi, merencanakan dan mengimplementasikan peluang-peluang dalam belajar untuk mengasihi Allah dan sesama manusia.
Kita belajar melihat mengembangkan keterampilan seorang etnografer. Metodenya manusia dipengaruhi oleh manusia lain yang dengannya mereka berinteraksi. Seorang pendidik jemaat yang efektif adalah orang yang melihat, mendengarkan dan berusaha untuk memahami kekayaan serta anyaman tebal dalam kehidupan jemaat yang di dalamnya terjadi pembelajaran dan bagaimana hal-hal tersebut berinteraksi dalam pengalaman hidup jemaat.
Penilaian kompleksitas jaringan dan interaksi adalah diawali dengan pemahaman. Pengetahuan tentang empat pendekatan dapat membantu pendidik mengenali bahwa refleksi teologis terjadi dibanyak bagian yang tidak diberi label pendidikan. Charles R. Coster menciptakan istilah kegiatan yang berpusat pada pendidikan untuk menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan segi ibadah, studi, pelayanan dan persekutuan. Tiga kualitas penting bagi pendidikan kristiani yang evektif dan menguntungkan:
1.      Pendidik harus melihat dirinnya sendiri sebagai penafsir diantara penafsir;
2.      Konteks pembelajaran harus menciptkan ruang yang ramah dan adil;
3.      Jemaat harus mempraktekan kehadiran Allah.
Dimensi lain dalam mempraktikan kehadiran Allah adalah menghormati seluruh tradisi kristen.
Identitas pendidikan jemaat dan panggilannya adalah bagaimana kita melihat kasih karunia dan bukti pemerintahan Allah berlimpah. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam kompleksitas dan keberdosaan adalah berjalan dengan integritas, berusaha untuk mewujudkan prinsip-prinnsip yang kita gunakan dalam evaluasi.

Bab 8 tentang agenda masa depan
Firman Allah pada saat ini memanggil kita untuk membentuk komunitas dan harapan baru sambil mempertahankan kesinambungan dengan wahyu. Sejarah penuh dengan perubahan dramatis dan iman Alkitabiah di saat seperti itu. Gereja merupakan sumber sekaligus perubahan tersebut. Pendidikan hadir di dalam komunitas anggota jemaat, sninagoge-sinagoge, dan dalam pertemuan-pertemuan  yang berusaha mendukung satu sama lain, mengejarkan iman, dan mengekplorasi makna yang  baru dalam realitas yang baru.
Konteks kehidupan jemaat dan denominasi adalah perubahan yang terjadi terus menerus dalam sepanjang waktu sejarah. Pendidikan Kristiani berakar dalam pengalaman, partisipasi sejarah.
1.      Transportasi baru dalam transportasi dan komunikasi elektronik mengubah kehidupan di seluruh muka bumi. Cara baru dalam transportasi dan komunikasi ini menyandera, menyerap, dan menyebabkan ketagihan.
2.      Perubahan yang tampaknya mendampingi teknologi baru itu meningkatkan individualisme
3.      Tren historis dari Amerika Serikat adalah bersatunya banyak kebudayaan. Dunia internet dapat memiliki efek yang sama pada penggunaan komputer.
4.      Meningkatnya pemisah antara si kaya dan miskin. Perbedaan menclok antara negara-negara Dunia pertama dan Dunia ketiga, si kaya dan si miskin, adalah karakteristik abad ke 20.
5.      Masyarakat mengalami penuaan. Banyak orang hidup lebih lama, terutama karena kemajuan medis dan gizi.

Jemaat merupakan konteks utama pendidikan Kristiani yang formal. Gereja adalah salah satu agen di antara banyak lainnya dalam budaya kita yang menawarkan arti dan nilai-nilai.
Masing-masing tren mempengaruhi jemaat dan denominasi:
1.      Transportasi yang baru memungkinkan orang untuk melakukan perjalanan jarak jauh ke subuah jemaat. Hasilnya adalah sebagaimana orang bergerak, jemaat menjadi lebih luas wilayahnya ketimbang berbasis masyarakat lokal saja.
2.      Kencenderungan yang mengikis komitmen terhadap komunitas lokal, dan partisipasi dalam perkumpulan-perkumpulan sukarela,  juga berdampak pada kurangnya kehadiran jemaat di gereja.
3.      Berjumpanya perbedaan-perbedaan budaya menghasilkan vitalisasi jemaat
4.      Pemisahan si kaya dan si miskin, bersama dengan kekerasan yang menyertainya merupakan konteks jemaat yang sering diabaikan. Jemaat secara historis dikelompokan berdasarkan kelas, namun, injil cenderung memperhatikan orang miskin dan lemah. Gereja yang tidak bekerja pada disparatis ini bukanlah gereja yang setia.
5.      Penuaan masyarakat menyebabkan banyak jemaat juga mengalami penuaan. Jika jemaat adalah tempat yang tidak ramah terhadap anak, refleksinya lemah terhadap masyarakat luas, maka gereja tidak dapat diharapkan untk menarik perhatian keluarga muda.
Pandangan Kristiani yang terbaik adalah pendidikan yang berperan dalam membantu orang menangani isu-isu penting baik disetiap kehidupan pribadi maupun soisal dalam terang Injil. Pendidikan Kristiani harus menyediakan ruang terbuka yang didalamnya orang dapat mempelajari tradisi iman, memperhatikan tradisi itu dengan masalah kehidupan, dan berusaha untuk setia kepada Allah.

Masuk ke dalam dunia adalah tugas Pendidikan Kristiani. Melalui pendidikan Kristianni kita berhadapan dengan dunia, mengeksplorasi makna terdalam dalam kehidupan kita, terlibat satu sama lain, dan menjadi mitra Allah dalam mengusahakan keutuhan dan makna bagi semua kehidupan.
Jemaat adalah konteks utama Pendidik Kristiani. Artinya menjadi refleksi pribadi setiap orang. Artinya tidak dapat diberikan oleh orang lain. Kita menerima makna dari kehidupan kita masing-masing. Kehidupan memanggil kita untuk melakukan refleksi teologis; kehidupan memanggil kita masing-masing dengan cara yang unik karena kita semua berbeda. Budaya yang lebih luas mempengaruhi cara kita berpikir tentang iman. Komunitas mempengaruhi kita. Jika kita ingin mendapatkan repertoar iman Kristen yang darinya kita mengeksplorasi makna hidup, kita perlu menemukan gambar-gambar, cerita-cerita, simbol-simbol, keyakinan-keyakinan, dan praktik-praktik melalui partisipasi dalam komunitas memori dan indentitas, yakni sebuah jemaat.

Tanggapan Kritis
1.      Buku ini membahas tentang peta pendidikan Kristiani dan mencoba mentransformasi pendidikan Kristen hingga menjamah pelayanan sosial seperti berbicara keadilan, kemiskinan. Saya agak sulit menggambarkan wujud konkret dari konsep-konsep yang ditawarkan dari bab ke bab. Saya menawarkan bagaimana metode pelaksanaan seperti komunitas iman hingga menyentuh pribadi atau bicara tentang batin.
2.      Mempraktikan kehadiran Allah adalah menghormati seluruh tradisi kristen.
Identitas pendidikan jemaat dan panggilannya adalah bagaimana kita melihat kasih karunia dan bukti pemerintahan Allah berlimpah. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam kompleksitas dan keberdosaan adalah berjalan dengan integritas, berusaha untuk mewujudkan prinsip-prinnsip yang kita gunakan dalam evaluasi.
Pembahasan ini bagi saya kuranglah tepat hanya melihat seluruh tradisi Kristen tetapi kita bisa menterjemahkan kehadiran Allah mulai menyelebungi apa yang duniawi dalam hidup kita dan mengisi hati kita dengan kasih lebih daripada apa yang kita tampung. Jadi tidak hanya melihat tradisi Kristen dalam menghadirkan Allah tetapi kita bisa belajar dari autobiografi dari rahasia kekuatan Ibu Teresa dalam menggapai kaum miskin terletak persisnya dalam kasih yang meluap yang telah dicurahkan Allah ke dalam hati dan mengalir.[1]

  1. Tawaran Konstruksi PAK yang dapat dilakukan di jemaat/lingkungan
Jemaat adalah tempat vital ketika nilai-nilai direformasi dan diteruskan dari satu generasi ke generasi lainnya seraya orang menghadapi kehidupan bersama-sama. Untuk itu tawaran kontruksi PAK dalam buku ini bagi jemaat saya adalah Homemaking dalam komunitas iman.
Komunitas umat beriman adalah suatu konteks bagi orang-orang untuk mempelajari sumber-sumber iman Kristen dan berlatih mengekplorasi serta membedakan makna menentukan identitas seseorang dan fokus panggilan seseorang. Komunitas, pendekatan komunitas untuk pendidikan, merupakan sebuah proses aktif dalam komunikasi yang terkait dengan tindakan, refleksi dan pengalaman.  Yang menarik bagi komunitas ini adalah peka terhadap situasi isu-isu yang lagi trending dan merefleksikan dalam kehadiran orang yang beriman di dunia. HKBP Sungai Danau memang mempunyai kategorial pelayanan mulai dari kategorial sekolah minggu, pemuda, bapak dan ibu-ibu, saya tertarik mmenghidupkan pelayanan di HKBP Sungai Danau.
Homemaking mendefinisikan pendekatan instruksional dalam pendidikan kristiani. Dengan membangun rumah, sebuah jemaat menetapkan lingkungan yang menyediakan studi Alkitab dan refleksi teologis sehingga melalui kesaksian dan keterlibatan pendidikan ibadah, doa, pelayanan dan misi orang bergerak ke dalam dunia sebagai agent transformasi.
Guru bagi peserta didik dewasa di gereja pertama-tama bertanggung jawab untuk membangun ruang yang menghargai integritas dari materi pelajaran, peserta didik dan fraksis indikasi iman kristen untuk hidup setia. Gereja sebuah tempat terjadinya homemaking yang terdiri atas kumpulan orang yang menggunakan isi dan metode-metode yang mengintegrasikan ibadah, pendidikan, misi, penatalayanan dan komunitas yang tidak pernah dipertimbangkan. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.[2]

  1. Penutup.
Pemetaan pendidikan Kristiani:
1.      Masuk ke dalam dunia tugas Pendidikan Kristiani
2.      Jemaat adalah konteks utama Pendidikan Kristiani
3.      Refleksi teologis adalah metodologi
4.      Pembelajaran agama terjadi dalam keramahan, keadilan, dan ruang yang terbuka untuk percakapan dan pengungkapan kebenaran.


Daftar Pustaka.

Langford Josep
20000              Ibu Teresa: Secret Fire (Jakarta: Pt.Gramedia, 2000)

Rusman
2017                Belajar Dan Pembelajaran, Belajar Pada Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2017)
Seymour Jack
            2016                Memetakan Pendidikan Kristiani (Jakarta:BPK Gunung Mulia)



[1]Josep Langford, Ibu Teresa: Secret Fire (Jakarta: Pt.Gramedia, 2000), 237.
[2] Rusman , Belajar Dan Pembelajaran, Belajar Pada Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2017), 70.

No comments:

Post a Comment