Friday, 23 February 2018

Fungsi Pimpinan Jemaat



Fungsi Pimpinan Jemaat

Pemimpin dengan kepemimpinannya memegang peran yang strategis dan menentukan dalam menjalankan roda organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga dan bahkan menentukan mati hidup atau pasang surutnya kehidupan suatu bangsa dan negara. Ia merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dibuang atau diabaikan (sine qua non) dalam kehidupan suatu organisasi atau suatu bangsa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Baik atau buruknya kondisi suatu organisasi, bangsa dan negara, banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan kepemimpinan yang dijalankannya.
Menurut saya  kepemimpinan merupakan kemampuan menterjemahkan dan menjawab realitas bahkan mampu mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan itu dianugerahkan kepada seorang pribadi manusia yang secara alami adalah seorang pelayan. Ini adalah sesuatu yang diberikan, yang dapat diambil kembali. Sebaliknya, sifat/kodrat orang itu sebagai pelayan sudah tertanam dalam dirinya dan membentuknya menjadi pribadi manusia sesungguhnya, jadi tidak dapat diambil dari dirinya. Dengan demikian dia adalah pertama-tama seorang pelayan[1]
            Pemimpin pelayan pastinya berorientasi pada pelayanan, bukan untuk mencari pujian atau penghormatan diri. Sikap melayani terutama ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayanan. Ia harus berpihak kepada mereka yang secara sosial ekonomi, pendidikan dan sosial budaya membutuhkan pelayanan lebih besar. Pelayanan sejati didorong oleh rasa cinta kasih, bukan untuk mencari popularitas atau mendapatkan pamrih tertentu. Pelayanan sejati  adalah buah dari cinta kasih.
Menurut saya dihubungkankan dengan pemimpin jemaat kuncinya menurut saya adalah melayani. Jadi pemimpin yang melayani adalah


1.      Memiliki empati
Merespon keadaan sosial kemasyarakatan  bahkan bisa pada tingkatan menolak prestasi kerja. Dengan memiliki sikap empati maka dalam karakternya tentu sudah ada mendengar suara domba-domba yang perlu dibina.
2.      Memiliki kesadaran dan menjadi penyembuh
Dari merespon keadaan pemimpin yang melayani akan peka terhadap isue yang ada dan bagaimana menanggapi keadaan disekitarnya.
3.      Menjadi contoh atau teladan
Menjadi gembala jemaat tentulah harus melayani. Ha yang penting dalam proses pelayanan tersebut bagaimana kita menjadi contoh bagi domba yang kita layani, apa yang kita lakukan menjadi inspirasi bagi jemaat untuk meniru apa yang kita buat.        Meneladani kepemimpinan yesus tidaklah mudah, karena manusia cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kita harus berani berserah kepadanya dan memperkenankan tangannya untuk membentuk kita menjadi pribadi yang berkenan di hadapannya. Dengan demikian, apapun profesi kita, kita akan dimampukan untuk melayani setiap orang dengan tulus, rendah hati dan penuh kasih.
4.      Komitmen terhadap pertumbuhan orang-orang (commitment to the growth of people). Seorang servant-leader percaya bahwa pribadi-pribadi memiliki nilai intrinsik yang melampaui kontribusi-kontribusi mereka yang kelihatan sebagai pekerja-pekerja dalam perusahaan (dalam hal dunia bisnis). Dengan demikian sang servant-leader memiliki komitmen mendalam berkaitan dengan pertumbuhan setiap individu dalam lembaganya. Sang servant-leader di sini mengakui tanggung-jawab yang besar sekali untuk melakukan segala sesuatu di dalam kekuasaannya untuk memelihara pertumbuhan pribadi, pertumbuhan profesional dan pertumbuhan spiritual. Dalam prakteknya, hal ini dapat mencakup (namun tidak terbatas pada) tindakan-tindakan konkret seperti menyediakan dana yang diperlukan untuk pengembangan pribadi dan pengembangan profesional, menaruh perhatian pribadi sang pemimpin pada ide-ide dan usul-usul dari setiap orang, mendorong serta menyemangati keterlibatan orang yang dipimpinnya dalam proses pengambilan keputusan, dan secara aktif membantu para karyawan yang terkena phk supaya mendapat pekerjaan baru.
5.      Membangun komunitas (building community). Seorang servant-leader merasakan bahwa masyarakat modern telah kehilangan banyak dalam sejarah manusia – teristimewa akhir-akhir ini – karena adanya pergeseran dari komunitas-komunitas lokal kepada lembaga-lembaga besar sebagai pembentuk utama kehidupan manusia. Kesadaran ini menyebabkan sang servant-leader berupaya untuk mengidentifikasikan beberapa cara untuk membangun komunitas di antara mereka yang bekerja dalam sebuah lembaga tertentu. Servant-leadership menyarankan bahwa komunitas sejati dapat diciptakan di antara mereka yang bekerja dalam bisnis dan lembaga-lembaga lain. Greenleaf sendiri mengatakan, bahwa apa yang diperlukan untuk membangun kembali komunitas sebagai bentuk kehidupan yang dapat hidup terus bagi orang-orang yang berjumlah banyak, adalah agar ada cukup banyak servant-leaders untuk menunjukkan jalannya, tidak dengan gerakan-gerakan massal, melainkan oleh masing-masing servant-leader yang mendemonstrasikan kewajibannya sendiri yang tak terbatas untuk melayani kelompok khusus  yang terkait komunitas.

Dalam pengajaran yang diberikan bapak dosen tentang kepemimpinan tentang semua point dalam presentasi dikelas sudahlah cukup lengkap dan jelas. Semoga pelajaran diruang kelas bisa membentuk kami mahasiswa menjadi pemimpin agi jemaat dan mempersiapkan dalam masa depan kami para mahasiswa bapak. Terkhusu pengajaran yang diberikan bapak untuk menyempurnakan materi ini tentang  cara Tuhan Yesus mengubah  orang lain
1.      Melalui proses pembelajaran
2.      Dengan metode  yg  aki-2
3.      Melalui  ajaran secara  verbal
4.      Melalui ajaran  contoh dan teladan

Bagi saya ini adalah rumusan yang menarik apa yang harus kami lakukan menjadi pemimpin yang melayani di Gereja, Masyarakat dan bagi Bangsa ini. Semoga roh kudus memampukan saya terkhusus terbentuk menjadi pemimpin yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.


[1] Robert K. Greenleaf, SERVANT LEADERSHIP – A JOURNEY INTO THE NATURE OF LEGITIMATE POWER AND GREATNESS, New York: Paulist Press, 1977, hlm. 7-8

Managemen Kepemimpinan


CERDAS SPRITUAL

Menarik sekali pembahasan tentang Kecerdasan  Spritual ini. Namun kita perlu menggali pemahan akan kecerdasan itu sendiri. Kecerdasan adalah perihal cerdas, kesempurnaan akal budi manusia. Kata kecerdasan ini diambil dari akar kata cerdas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cerdas berarti sempurna perkembangan akal budi seseorang manusia untuk berfikir, mengerti, tajam pikiran dan sempurna pertumbuhan tubuhnya.

Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan adalah :
  1. Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah
  2. Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan
  3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.[1]

Menjadi pertanyaan apakah Kecerdasan Spritual mampu menjawab definisi akan Kecerdasan itu sendiri?
Bagi Tony Buzan, cerdas spiritualitas adalah  hidup yang menumbuhkan dan  mengembangkan kualitas-kualitas energy, semangat, keberanian dan tekad.[2] Menurut Sukidi, SQ  adalah kemampuan menghidupkan kebenaran paling dalam. Panggilan untuk mewujudkan  hal yang terbaik, utuh, manusiawi, dalam batin seseorang. Panggilan kesadaran hidup dalam cinta kasih yang mengalirkan gagasan, energy, nilai, visi dan dorongan hidup (EQ).  Ia mengambil tempat  seputar jiwa, hati (yang merupakan wilayah spirit), yang karenanya dikenal sebagai the soul’s intelligence. [3]  
Menurut saya, dari banyaknya jenis kecerdasan (kecerdasan lingusitik, visual, musikal, interpesonal, kinestetik, naturalis) tidak menjadi jawaban jika Kecerdasan Spritual ada menjawab semua kecerdasan lainnya. Seperti dalam hal belajar musik, tentu dibutuhkan kecerdasan musik itu  sendiri. Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik.Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap  perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Jika dihubungkan dengan pemahaman kata spiritualitas berasal dari kata “spiritus” yang berarti “rohani”  atau  “roh’ yang dalam  Perjanjian Baru “pneuma”  dalam  Perjanjian Lama “ruah.”   Kata-kata tersebut  kerap kali  hanya dipahami dengan istlah “kerohanian” saja.  Sehingga   pengertian dan pemakaiannya lebih menekankan pada mementingkan hubungan pribadi dengan Allah. Akan tetapi melupakan aspek hubungan dengan sesama dan dengan alam dan lingkungannya. Seakan-akan jika kita menghubungkan dalam hal ini, kita mengatakan semua kecerdasan harus bergantung kepada kecerdasan spritualitas dan menutu kemungkinan dengan IPTEK yang juga berasal dari Tuhan.
Menguti dalam tulisan ini, saya lebih sepakat tidak menitik beratkan kepada satu tumpuan karena Kecerdasan itu sangat penting dalam kegiatan pembelajaran dan dalam masa studi. Akan tetapi kecerdasan bukanlah  segala-galanya.  Pendapat Sarlito di atas  dalam fakta sehari-hari cukup banyak benarnya. Sebab sukses hidup, karya dan kerja  juga ditentukan oleh faktor sikap dan perilaku hidup  serta kemampuan menjalin relasi yang positif dan konstruktif dengan orang dalam lingkungan  kerja dan dengan orang lain sesamanya. Perlu ada kecerdasan berelasi dan kecerdasan spiritual yang baik, sehingga kecerdasan intelektual lebih berdayaguna lagi. Kecerdasan intelektual(IQ) akan rapuh, tanpa diimbangai dengan kecerdasan spiritual (SQ), yang mewujud dalam kecerdasan berelasi(EQ).  Kontribusi kecerdasan berelasi bagi sukses hidup dan kerja,  sebesar 80%. Sedangkan kontribusi  kecerdasan intelektual sebesar 20%.
Menurut saya, kecerdasan Spritual dibutuhkan untuk mengontrol hidup kita, membarikan kesadaran akan apa yang akan kita lakukan sesuai dengan hikmat Allah.sepakat pada penutup dalam tulisan tentantang Kecerdasan Spritual yang mengatakan Kecerdasan Spiritualitas dalam doa yang khusuk, kontemplatif, akan membawanya pada  kesenggangan dan releksasi.  Perubahan mendalam di dalam hati. Menjadi lebih benar pada diri sendiri. Pengaruh positif pada kehidupan doa-doa yang lain. Mengeringkan akar dan dasar dosa.  Mengurangi ketegangan syaraf.  Menyeimbangkan jiwa  raga.  Sehingga sehat jasmani dan batiniahnya.




PENDETA GURU PERUBAHAN


Keteladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dsb.); contoh: Ketekunannya menjadi teladan bagi teman-temannya; ia terpilih sebagai pelajar teladan. Dalam frasa teladan mengambil kata teladan adalah mengambil teladan.  Inilah menurut saya menjadi persoalan dalam pembahasan Pendeta Guru Perubahan, bagaimana Pendeta sebagai Guru yang perlu diteladanan.
Untuk itu tidak ada yang terlahir menjadi Guru, semua belajar dari proses waktu. Hingga pada tahapan menjadi panutan, sang Guru harus ditempa menjadi seorang yang layak diteladani. Demikian halnya dengan Yesus, sorotan injil hanya menyorot segelintir kecil perjalanan Yesus semasa kecil, namun banyak hal dikupas ketika Yesus berumur 33 tahun. Saya sepakat tulisan pak Tulus tentang Pendidikan dan pembelajaran adalah proses perubahan. Perubahan yang  terjadi adalah hasil proses pendidikan dan pembelajaran. Sebab itu,  pemimpin jemaat, adalah  guru jemaat, sehingga ia juga adalah guru perubahan jemaat. Guru jemaat adalah orang yang  mendidik dan membelajarkan jemaat, sehingga jemaatnya berubah menjadi lebih baik dan lebih berkualitas. Mereka inilah yang  menjadi pemimpin, guru jemaat dan ujung tombak perubahan hidup jemaat.
Efesus 2:10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Allah telah mempersiapkan pekerjaan baik untuk kita lakukan dan Ia melakukannya dengan tujuan agar kita hidup di dalamnya. Jadi, bukan kita yang mempersiapkan pekerjaan baik itu, tetapi Allahlah yang telah mempersiapkannya untuk kita lakukan. Bagian kita adalah kita harus hidup di dalamnya, atau dengan kata lain kita harus menyadarinya, kita harus melakukannya. Untuk menjadi teladan juga menjadi bagian proses Allah itu sendiri membentuk kita dalam pekerjaan baik itu. Inilah pendidikan itu sendiri.
 Tidak ada yang abadi. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Tidak ada sesuatupun yang berada tetap. Semuanya dan segala sesuatu bergerak terus-menerus dan  bergerak secara abadi. Perubahan  terjadi dengan tiada hentinya.  Segala sesuatu bergerak dan berubah, tidak ada yang tetap.  Orang tidak dapat turun dua kali pada arus sungai yang sama. Sebab air sungai itu terus berlalu, bergiliran, berganti-ganti. Semua  berubah  dan bergerak. Tidak ada yang pasti. Yang ada dan pasti adalah perubahan. Yang hidup, berubah setelah menjadi mati. Yang mati, setelah berubah, menjadi hidup. Yang muda, setelah berubah, menjadi tua.  Dunia adalah harmoni besar dalam ketegangan dan perlawanan.
 Yang menarik dari statmen diatas saya menyimpulkan bahwa perubahan waktu itu tidak dapat dilawan. Dibalik dampak negatif dari Globalisasi yang kuat aspek materialis, persaingan pelayan, individualisme, ekonomi liberal, kerusakan alam oleh karena manusia, informatika membuat keterasingan, krisis dll, hal ini  semua menjadi tantangan bagi Pendeta atau Guru Jemaat itu sendiri.
Pemimpin jemaat, yang juga guru jemaat, adalah pemimpin dan guru perubahan. Mereka adalah orang yang telah  dipersiapkan untuk membawa arah perubahan yang baik. Perubahan tidak  dibiarkan bergerak sendiri tanpa arah. Merekalah motor dan motivator perubahan dalam jemaat dan kehidupan warga jemaat.  Tidak hanya itu, perubahan juga perlu dilakukan dalam  pelayanan kepada warga jemaat.
Perubahan itu  bukan  sesaat dan sewaktu-waktu, akan tetapi  terus-menerus dan berkelanjutan.  Yang berubah bukan hanya hal-hal lahiriah saja, akan tetapi perubahan hati dan pikiran yang mewujud dan berdampak pada perubahan sikap, perilaku dan seantero kehidupan. Perubahan dan pembaharuan  hati dan pikiran terjadi oleh karya Roh Kudus.  Namun manusia juga diajak untuk ikut membaharui dirinya inilah menjadi tugas dan tanggungjawab dari Pendeta atau Guru Jemaat itu sendiri.
Guru merupakan ujung tombak proses pendidikan dan pembelajaran. Ia merencanakan  sekaligus  melaksanakan proses  tersebut.   Dalam proses itu, guru  bertindak sebagai pemimpin, fasilitator, moderator,  motivator, inspirator, komunikator, evaluator dan administrator pembelajaran.
Pendeta adalah pemimpin sosial dimana posisi pendeta dalam jemaat sangat penting dan dominan dalam berbagai layananannya kepada jemaat, kebijakan dan keputusan yang diambil. Maju mundur jemaat dan perubahan yang terjadi dalam jemaat,   tergantung pada  bagaimana  strategi  yang disusun dalam melayani jemaat. Wajah jemaat  adalah wajah para pemimpin jemaat.  Segala apa yang dilakukan dan tidak  dilakukan oleh pemimpin, itulah yang akan menjadi wajah jemaat. 

Peran guru sangat besar untuk mencapai  tujuan pembelajaran. Bila tujuan pembelajaran tercapai. Lalu, peserta pembalajaran  terlibat dan aktif dalam belajar. Guru berhasil  membelajarkan dan membuat mereka  belajar. Maka pembelajaran demikian akan menghasilkan perubahan, yakni perubahan pengetahuan, perasaan dan perilaku. Sehingga guru telah menjadi agen pembaharuan bagi para peserta pembelajaran.







[2] . Tony Buzan, Jadi Orang Cerdas Spiritual, hlm. 19-20.
[3] . Lih.  Opcit.  Sukidi,   Kecerdasan Spritual, hlm. 49 dan 62.

Kepemimpinan Kristiani



BAB I
YESUS PEMIMPIN SEJATI

Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan dalam mempengaruhi orang yang lain untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, tidaklah salah juga bila dikatakatan dunia ini adalah sejarah para pemimpin.
Bagi kita seorang percaya, Yesus Kristus selain Guru Agung, Dia adalah pemimpin sejati dan telah terbukti membawa dampak sangat besar bagi perubahan hidup manusia dan sejarah kehidupan manusia di dunia ini.
Manusia pada umumnya suka dan senang di hormati, dihargai, diperhatikan, diberi tempat yang baik dan dilayani Apalagi bila sudah pernah mengecap dan mengalami hal-hal tersebut. Maka ia ingin keadaan itu terus berlangsung dan tidak berubah.
Akan tetapi dunia adalah dunia yang berubah. Dalam Keadaan itu, banyak kali orang yang tidak siap menerima perubahan, sehingga terjadi krisis mental dan spritualitas atau dalam psikilog disebut post power syndrom. Lain hal dengan Yesus Ia tidak mengalami gangguan mental post power syndrom itu, ketika Ia harus turun dari tahta sorgawi.Yesus Kristus adalah pemimpin yang melayani, mengajar dengan kasih, tidak mementingkan diri sendiri dan rela mati di kayu salib demi menyelematkan manusia dari dosa.
Dalam hal kederisasi Yesus sadar betul Bahwa misi-Nya adalah misi yang panjang, selama dunia masih ada dan sepanjang sejarah dunia, beratus tahun dan berabad-abad lamanya. Oleh sebab itu Ia berjuang gigih menyiapkan kader-kader penerus misi keselamatan Allah. Sehingga misi itu dapat terus berlangsung sampai sekarang, dan tidak patah di tengah jalan.
Yesus sebagai pemimpin tidak hanya mengajar murid-murid untuk memperhatikan hal-hal spiritualitas manusia, akan tetapi mereka di ajarkan hal-hal jasmani dan sakit penyakit manusia.
Murid-murid tidak hanya mengajar biasa dengan kata-kata. Tetapi mereka ibarat seorang instruktur yang memberi contoh dan teladan dan teladan bagaimana caranya melakukan dan mepraktekkan segala ap yang telah di ajarkan oleh Yesus.
Murid-murid yang pergi mengajar itu, bila telah berhasil, orang percaya dan bertobat, serta mau ikut Yesu, maka mereka adalah murid-murid Yesus, yang perlu dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Ketika misi keselamatan itu dijalankan,muncul masalah dan persoalan yang menakutkan para murid. Biarlah mereka ingat bahwa Yesus memiliki segala kuasa di bumi dan disorga. Dengan kuasa itu, Ia berjanji untuk terus menyertai mereka.
BAB II
AKU SEORANG PEMIMPIN KRISTIANI

Seorang pemimpin dapat memimpin satu organisasi atau lembaga atau kelpmpok tertentu. Tetapi, ia juga dapat menjadi seorang pemimpin mulai dari kelompok yang paling kecil. Yakni, “Aku pemimpin dalam keluargaku dan aku pemimpin atas dan bagi diriku sendiri”. Pertama, setiap manusia normal dapat memimpin. Memimpin kelompok tertentu, mulai dari memimpin kelompok tertentu, mulai kelompok kecil. Mulai dari dirinya sendiri, memimpin dalam keluarganya lalu lebih luas.
Dua, pemimpin perlu dilatih. Tiap orang memiliki bakat, kemampuan, potensi dan talenta. Akan tetapi bila semua itu tidak dikembangkan melalui penggemblengan dan latihan, belajar dan belajar, maka semua potensi itu tidak bertumbuh dan berkembang secara baik dan maksimal.
Tiga, pemimpin perlu diberi kesempatan, latihan, dan pengalaman. Untuk menjadi seorang pemimpin kristiani perlu mengembangkan beberapa langkah cinta kasih pemimpin diantaranya undang Kristus hadir dalam hidup, kasihilah sebagai Kristus mengasihi, menjadi pelayan melalui karya yang sesui dengan apa yang dibutuhkan orang yang kita pimpin, bukan pemain tunggal atau belaku egois, mewariskan karya terbaik kepada mereka yang akan meneruskan kepemimpinan kita dan selalu rendah hati.
Akhirnya menjadi pemimpin Kristiani itu,bukan karena proses kelahiran melainkan ada proses pembelajaran dalam dirinya dan agar pemimpin Kristiani itu dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya, maka pemmimpin perlu mengundang Yesus untuk hadir dalam hidupnya  dan pemimpin memiliki cinta dan mengasihi orang lain bersumber pada kasih Kristus. Pemimpin kristiani tidak kaku dan beku oleh berbagai urusan dan tugas tanggung jawab, tetapi ia penuh senyum dan tawa menghadapi semua persoalan dan orang-orang yang dijumpainya.








BAB III
SYARAT PEMIMPIN KRISTIANI

Seseorang menjadi pemimpin tentu tidak asal dipilih. Mesti ada syarat dan pertimbangan tertentu, mungkin syarat itu biasa saja atau cukup ketat atau sangat ketat. Dalam catatan sejarah gereja mula-mula, ketika seorang menjadi pemimpin jemaat syarat itu amat sangat ketat.
Adapu beberapa syarat untuk menjadi pemimpin kristiani yaitu:
Berhikmat, hikmat adalah kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan sebaik-baiknya, suatu kombinasi antara kecakapan untuk membedakan, kecakapan untuk menilai, kebijaksanaan, dan kecakapan-kecakapan yang serupa.
Bijak atau bijaksana, artinya selalu menggunakan akal budinya (pengalaman, pengetahuan, spritualitas); tajam, cermat, dan pandai dan apabila menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup.
Tidak berat sebelah, tidak memihak, kalau memihak akan memihak yang benar, berpegang pada kebenaran, tidan sewenang wenang.
Selain dari hal-hal diatas seorang pemimpin kristiani juga harus memiliki penguasaan diri. Penguasaan diri perlu ditingkatkan terhadap hal-hal misalnya, bila berbicara dengan orang lain perlu memakai kata-kata yang baik nyaman dan meneduhkan, tidak pemarah, suka memberi dan baik hati,memegang ajaran yang sehat, cakap mengajar dengan mengajar dengan teladan, mampu memimpin keluarga, bukan hamba uang dan serakah dan hidup saleh sesuai firman Tuhan. Pemimpin kristiani adalah orang yang saleh. Sebab, Allah tidak pernah menolak orang saleh (Ayb. 8:20)











BABIV
SPRITUAL PEMIMPIN KRISTIANI

Kata spriritual berasal dari kata “spritus” yang berarti “rohani” atau roh yang dalam perjanjian baru “pnemua” dalam Perjanjian Lama “ruah”. Kata-kata tersebut kerap kali hanya dipahami dengan istilah “kerohanian saja. Sehingga pemakaiannya lebih menekankan hubungan pribadi dengan Allah. Akan tetapi melupakan aspek hubungan dengan sesama dan dengan alam dan lingkukangnnya.
Pemahaman yang lebih mendalam dan positif dari istilah spiritualitas lebih dari pengertian kerohanian tersebut. Spritualitas adalah, pertama, hidup yang terarah kepada Tuhan Allah yang menjadi pokok dalam seluruh kehidupan manusia. Kedua, spritualitas juga sebagai motor yang menggerakkan dan memberikan semangat serta dorongan bagi seluruh aspek-aspek hidup manusia ketika bersentuhan dengan sesamanya dan lingkungannya. Sisi lain pemahaman spritualitas adalah kekuatan menyembuhkan dan menyeimbangkan, serta menghidupkan
Manusia membutuhkan spritualitas karana manusia adalah mahluk hidup dengan berbagai kebutuhan. Hidup dan aktifitasnya antara lain mencari dan memenuhi kebutuhan sandang papan pangan dan kebutuhan biologis lainnya dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya.
Yesus Kristus memahami kebutuhan dasar manusia. Dua kebutuhan dasar itu penting untuk dipenuhi dan dikenyangkan, agar ia menjadi manusia yang sehat. Kata-Nya, “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Mat. 4:4). Dalam ilmu kesehatan mental dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang jiwanya haus akan akan Tuhan. Manusia senantiasa membutuhkan Tuhan agar mentalnya sehat dan baik.
Jiwa terdalam manusia, memang tidak dapat diisi oleh manusia dengan segala hal yang telah dimiliki olehnya. Tempat kosong paling dalam di dalam diri manusia, hanya dapat dan mampu diisi oleh orang-orang yang membuka dirinya dan hidupnya kepada Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa setiap orang yang naik menjadi pemimpin, maka ia merasakan godaan tidak semakin ringan, justru setelah menjadi pemimpin, godaan silih berganti datang ingin mengalahkan dan menghancurkannya.
Cara agar pemimpin mempu melawan segala godaan itu adalah dengan membangun spritualitas, tunduk, setia dan kepad-Nya, lalu berjuang melawannya dengan kekuatan bersama dengan Tuhan. Sebab bila kita berjuang dengan dan bersama dengan Tuhan, kita memiliki kemampuan yang luar biasa.
Pemimpin Kristiani adalah pemimpin yang telah percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya secara pribadi. Untuk mengalami demikian maka butuh proses atau hal yang penting dikembangkan dan dialami didalam dirinya.
Pemimpin Kristiani memahami bahwa spritualitas merupakan cara atau sikap hidupnya yang terarah pada pada Tuhan, sehingga cara dan sikap itu menjadi motor yang menggerakkan seluruh gerakan hidupnya dan sangat penting oleh karena, hidupnya semakin sarat dengan godaan dan tantangan, semakin tinggi pohon, semakin banyak banyak goyangan bagi pohon hidupnya.


























BAB V
KEYAKINAN PEMIMPIN KRISTIANI

 Kata yakin mempunyai arti percaya sungguh atau sungguh sungguh percaya. Berarti di sini pemimpin berusaha menepis dan mengikis perasaan ragu-ragu yang kerap kali sinngah dan menghinggapi diri manusia. Yakin adalah pemimpin menaruh rasa percaya yang sungguh-sungguh kepada Tuhan.
Akal manusia kerap kali membuat manusia ragu-ragu pada Tuhan, lalu ia berbalik memakai kekuatan akal,pikiran, pengetahuan pengalaman dan kemampuan dirinya sebagai manusia. Pemimpin kristiani tidak melupakan akalnya dan kekuatannya. Sebab akal dan kekuatannya tetap penting baginya. Ia anugerah Tuhan juga, akan tetapi dalam hal yang rumit, ruwet, melampaui akal pikiran dan kekuatannya, tetapi ia yakin bahwa bagi Tuhan Allah tidak ada yang mustahil.
Selalu akan ada beban bagi orang percaya dan seorang pemimpin kristiani. Tetapi selalu ada janji bahwa kita akan mampu menanggung dan memikulnya hingga pada akhirnya, semua masalah yang dihadapi akan ada solusinya. Inilah yang seharusnya menjadi keyakinan pemimpin kristiani.
Kalau ia memiliki prolem dan persoalan sebagai seorang pemimpin oleh karena tugas dan tanggung jawabnya, maka ia yakin Tuhan akan memampukannya dalam memikul beban itu. Bahkan ia yakin pada akhirnya akan ada solusi yang baik dari Tuhan. Dalam perjalanan kepemimpinannya ia yakin Tuhan akan menyertainya juga. Seingga pada akirnya, ia akan sampai pada ujung kepemimpinanya.












BAB VI
MODEL IMAN PEMIMPIN KRISTIANI

Ada empat model beriman menurut Gordon Alport yaitu, pertama, iman verbal rasional, dalam hal ini iman dipahami melalui rumusan-rumusan kata dan formulasi kalimat yang rasional. Kedua, iman emosional, iman yang dihayati melalui pengalaman rohani yang emosional misalanya suatu pengalaman yang menyentuh hati atau khotbah dan nyanyian. Ketiga, Iman sosial relasional,iman sebagai pemahaman dan pengakuan rasional atas ajaran dan doktrin gereja. Iman transendental, iaman adalah suatu pengalaman mistik (hubungan batin) dengan Tuhan Allah, puncak imannya ketika mengalami perjumpaan dengan Allah, dimana roh manusia yang fana diserap, diliputi dan dipenuhi oleh Roh Allah yang kekal.
Ibarat naik tangga, iman dasarnya di anak tangga satu  adalah iman akaliah, sebab akal dan pengetahuannya tentang iman dan isi iman sangat penting. Selanjutnya, pemimpin kristiani tidak berhenti disitu. Ia melanjutkan naik ke anak tangga yang kedua yaitu iman hatiah, yakni iman yang berpusan di hati, iman yang ada di akal atau otak di lanjutkan dan dibawa masuk ke dalam hatinya. Hati yang ingin dihargai dan dihormati akan berubah menjadi hati yang mau menghormati dan menghargai.
Setelah iman hatiah maka pemimpin kristiani akan naik lagi ke puncak tangga ketiga yaitu iman hayatiah, yakni dari iman hatiah dibawa naik lagi menjadi iman yang mewujudkan dalam sikap, kata-kata, perilaku dan perbuatan hidupnya.
Hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1:22). Jadi iman hayatiah itu nyata ketika ia telah beruba menjadi pelaku firman bukan ganya pendengar saja











BAB VII
PEMIMPIN KRISTIANI PEMIMPIN PELAYAN

Hasil sebuah angket menunjukkan alasan orang ingin menjadi pemimpin itu antaa lain: dengan menjadi pemimpin “aku akan memiliki kuasa, aku memiliki nama yang masyur, aku memiliki harta kekayaan, aku memiliki prestise diri, aku dapat mengontrol dan memerintah orang-orang yang saya pimpin”.
Dari angket itu, sangat jelas bahwa dengan mendapatkan jabatan pemimpin, seorang pemimpin memperoleh sesuatu yang di harapkankannya dalam hidupnya.hasil angket itu menunjukkan semua harapan itu tertuju pada sendiri dan kepentingan diri sendiri.
Akan tetapi tidak demikian untuk seorang pemimpin kristiani. Pemimpin kristiani adalah pemimpin yang melayani atau pemimpin pelayan. Pemimpin pelayan adalah pemimpin yang menjadi pelayan untuk mengelola organisasi atau orang-orang yang dipimpinnya. Ia tidak mengelola dan memimpin mereka sesuka hati.
Pemimpin pelayan memiliki keyakinan bahwa manusia memiliki nilai intrinsik dalam dirinya. Nilai intrinsik itu melebihi nilai yang mereka persembahkan, sebagai seorang pegawai bagi organisasi mereka. Oleh karena itu seorang pemimpin pelayan memiliki komitmen yang tinggi untuk membantu pertumbuhan orang-orang yang dipimpinnya. Ia membantu pertumbuhan pribadi, spritualitas, dan profesionalisme mereka.
Pemimpin pelayan dalam pendekatan dengan orang yang dipimpinnya, mengambil jalan sabar dan lemah lembut, agar mereka berkesempatan berfikir dan merenungkan dirinya.
Pemimpin mesti cakap mengajar (2 Tim. 2:24). Terutama mengajar tentang melayani. Mengajar dengan teladan adalah metode yang efektif. Pemimpin pelayan juga selalu siap sedia apabila dibutukan oleh orang-orang yang membutukan layanannya. Baginya pemimpin dan memimpin adalah melayani bukan dilayani. Roh Kudus menjadi  kekuatan yang memampukan pemimpin pelayan untuk melayani. Diakui bahwa pemimpin sebaiknya memiliki pengetahuan dan pendidikan yang cukup, keterampilan memimpin dan berkomuniaksi yang cukup. Hal-hal itu dapat dipelajari dengan belajar dan melatih diri. Akan tetapi, semua itu tidak menjadi jaminan pemimpin akan berhasil dan mampu mengerjakan tugasnya dengan baik dan sukses. Sebagai murid Kristus diakui bahwa kekuatan dan kemampuan menjadi pemimpin pelayan adalah energi dan sinergi baginya.



BAB VIII
KETELADANAN PEMIMPIN KRISTIAN

Pemimpin adalah orang yang berada di depan orang-orang yang dipimpinnys, ia adalah orang yang dianggap istimewa. Karena ia orang yang dianggap istimewa, maka segala yang akan dilakukan dan dikatakannya sudah seharusnya diharapkan membawa hal-hal yang baik bagi dirinya, bagi kepemimpinannya, bagi orang-orang yang di pimpinnya.
Krisis kepemimpinan akan timbul bila mana keteladanan hidup pemimpin itu tidak ada. “itu berarti, keteladanan seorang pemimpin mutlak diperlukan oleh seorang yang menjadi pemimpin.
Teladan adalah suatu sikap, perkataan dan perbuatan yang baik, yang dimiliki seseorang yang patut diteladani oleh orang-orang yang lain. Oleh karena hal-hal yang baik itu telah membawa dampak yang baik bagi dirinya, tetapi juga baik bagi orang-orang yang lain. Beberapa bentuk keteladanan yaitu: Teladan kasih, kasih adalah kekuatan yang maha ajaib, ia kekuatan yang selalu memabawa dan menghasilkan hal-hal yang baik. Wujud tayang perlu diteladankan kepada orang lain adalah kasih itu sabar, kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak cemburu, kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan, kasih itu tidak mencari keuntungan diri sendiri. Teladan kata-kata, dalam kata-kata atau ucapan mengalir kekuatan dan energi yang amat besar.
Pemimpin adalah teladan berkata-kata. Oleh karena pemimpin banyak melaksanakan kepemimpinannya dengan kata-kata dan ucapannya. Sebab itu diharapkan kata-katanya menjadi panutan bagi orang banyak. Jadi apa yang diucapkan, akan berpengaruh pada tinggi rendahnya penghargaan orang kepada seorang pemimpin. Teladan tingkah laku, pemimpin adalah teladan tingkah laku. Hal itu berarti tingkah laku seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi panutan bagi orang lain. Teladan iman dan kesetiaan, iman adalah kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan. Pemimpin adalah teladan iman dan kesetiaan. Itu berarti pemimpin perlu mendasari hidupnya pada iamn dan kesetiaan pada Tuhan. Iman pemimpin adalah iman akaliah, yang dikembangkan yang dikembangkan menjadi iman hatiah memuncak dalam iman hayatiah seingga imannya sungguh-sungguh nampak oleh mata dan kedengaran telinga sesamanya. Teladan kesucian dan kemurnian,orang yang telah sungguh- sunguh percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, hidup suci adalah hidup yang telah diperbaharui, dibenarkan, diselamatkan, dan dipisahkan dari kehidupan yang berdosa.
Bentuk bentuk keselamatan yang didapatkan oleh orang lain itu antara lain hidup mereka menjadi lebih baik lagi dibandingkan sebelumnya. mereka merasa lebih berharga dan dihargai. Potensi mereka berkembang dan mereka bekerja dengan gembira dan penuh semangat
Mereka banyak meniru cara hidup pemimpin, mereka merasakan kuasa dan kasih tuhan menyentuh dan sampai pada diri mereka. Hubungan dengan pemimpin dan sesama menjadi lebih baik, iman ikut bertumbuh, kata-kata yang dipakai pemimpin memberi keteduhan batin bagi banyak orang. Semua itu karena dampak pemimpin memberi keteduhan batin bagi banyak orang. Semua karena dampak pemimpin yang menjadi teladan dalam kasih, teladan dalam kata-kata, teladan perilaku dan teladan.


























BAB IX
KONTEMPLASI PEMIMPIN KRISTIANI

Doa kita sering kali meluncur dari mulut kita berupa kata-kata yang indah, puitis , atau terpsoleh karena belum biasa memimpin doa. Kata-kata doa kita kadang-kadang keluar dari mulut tanpa kita pikirkan dan renungkan dengan baik sebelumnya sehingga boleh jadi doa semacam itu berlalu cepat juga seiring usianya dan berlalunya doa itu, boleh jadi doa semacam itu kurang memiliki daya bagi perubahan dan pemaharuan diri dan hidup si pendoa.
Doa kontemplatif menawarkan sebuah pola dan model doa pribadi yang agak khusus dikembangkan oleh siapa saja, terutama para pemimpin agar doa benar-benar membawa dampak yang besar bagi diri dan hidupnya. Doa kontemplasi adalah doa hati, doa kehendak, yang mencapai hadirat Allah. Mulut dan akal diam, yang ada hanya memandang atau menatap Allah. Sedangkan hati berdoa tanpa kata. Lalu kehendak ingin bersatu dengan kehendak ilahi.
Sikap badan mempunyai pengaruh nyata pada kemampuan untuk menjadi rileks dan memusatkan perhatian. Badan harus rileks dan penuh perhatian, sikap badan harus enak. Tempat yang memungkinkan tidak terganggu oleh suara dan gerak orang lain dan gerak orang lain. Kesadaran akan suara dan gerakan orang lain dapat menjadi hambatan rileksasi, maka tempat yang tenang sangat di anjurkan. Jika kehidupan harian semakin aktif dan sibuk, banyak tekanan, semakin memerlukan satu jam, untuk rileks dan tenang dalam Allah dengan hal itu syaraf dan emosi lentur, sehingga tiap hari perlu kesembuhan jiwa dan perlu membuka diri kepada roh Allah dalam ketenangan dan keheningan.
Doa kontempalif penting bagi seorang pemimpin kristiani karena ini adalah doa yang agak luar biasa, tetapi dikemas dan dirancang dengan kesadaran, kerelaan serta kesediaan diri. Bila ia dikembangkan sebaik mungkin maka ia akan memberi makna dan dampak serta manfaat yang besar bagi pemimpin Kristiani. Di doa kontemplasi ini kita mencari dan menjumpai hadirat Tuhan, kedamaian, ketenangan dan keteduhan. Karena mencari hadirat Tuhan secara sadar, rela, teratur, dan kecintaan pada-Nya, maka Roh Kudus berkarya dalam hati dan hidupnya, ia akhirnya menjadi manusia yang lebih baik benar pada dirinya sendiri. Ketika doa kontempaltif menjadi biasa dan teratur dilakukan. Hubungan pribadi dengan Tuhan semakin baik. Hal-hal yang buruk pelan-pelan mengerang akarnya. Doa kontemplatif yang dilakukan secara teratur atau pada waktu-waktu tertentu, tetapi teratur akan meregangkang ketegangan syaraf kita. Dalam doa kontemplatif, dapat diambil langkah antara lain rileksasi, menyadari Allah hadir menjumpainya, menyerahkan dirinya. Menyerahkan diri pada Allah, menerima keadaan, menyesal dan memohon ampunan pada Tuhan, kontemplasi doa, menerima jawaban Tuhan , doa untuk sesama, diakhiri dengan puja dan puji syukur pada Tuhan Allah































BAB X
PEMIMPIN KRISTIANI YANG KREATIF

Kreativitas adalah daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Kreatif daya cipta ataua kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menciptakan hal-hal yang baru atau berbeda dibandingkan orang-orang yang lain.
Bagi orang kreatif, hidup bukan sekedar berfikir, bersikap, dan berbicara. Baginya, lebih dari itu, dia ingin apa yang yang telah ditemukan itu, diutarakan, diargumentasikan, disikapi, lalu diperjuangkan untuk mewujud dalam kata dan tindakannya.
Orang-orang mau menjadi kreatif, maka ia perlu mengembangkan hal-hal yang perlu untuk itu. Kreatifitas bukan hanya milik orang-orang yang telah diberi talenta kreatif. Tetapi juga dapat dimiliki setiap orang yang mau dan ingin memilikinya.
Seorang kreatif adalah seorang yang mengembangkan kemampuan kerja keras. Hal-hal kreatif bukan ditemukan dengan cara santai, tetapi ia ditemukan karena ia mencari dan menggali dengan tekun dan gigih. Seorang kreatif dalah seorang perkerja keras, sebab secara iman, “tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.” (Ef. 4:28).
Bagi orang kreatif, proses berfikir kreatif mesti sebuah proses mandiri. Tidak dapat didikte, diatur, dipaksa, dikekang, dikendalikan oleh pihak lain. Seorang kreatif adalah orang yang merasa pikiran dan pengetahuannya perlu untuk ditambah terus. Kemampuan berkreasinya tidak bertambah kalau dirinya tidak menambah pengetahuannya.
Seorang kreatif tidak berkacamata kuda. Pandangannya tidak boleh sempit dan terbatas, ia perlu melihat satu masalah dari satu sisi, akan tetapi ia melihat masalahnya masalahnya dari berbagai sisi.
Kreatifitas seseorang akan berkembang jika proses mendengarkan mendapatkan tempat yang baik. Orang-orang kreatif adalah orang yang tidak dapat diam, ketika ada alam dan inspirasi muncul dalam hati dan pikirannya, dia akan melakukan ilham dan inspirasi yang ia temukan dan berani mengambil resiko, resiko yang diambil tentu dipertimbangkan seminimal mungkin.
Soarang kreatif adalah orang-orang yang berani untuk gagal. Orang kreatif, berani melangkah maju, harapannya adalah sebuah kemajuan dan keberhasilan. Tetapi, bila gagal ia berani menanggung resikonya.


Keberanian mengambil langkah dan resiko, akan membawa dirinya dan rekan-rekannya melangkah maju kedepan. Sehingga bersama dirinya, organisasinya tidak akan berjalan ditempat. Orang-orang disekitar kerjanya akan ikut menjadi kreatif. Sebab ia menciptakan lingkungan yang kreatif bagi mereka. Pemimpin kristiani adalah pemimpin kreatif, melayani mereka untuk bertumbuh kepribadiannya, spritualitasnya, profesionalismenya.





























BAB XI
PEMIMPIN KRISTIANI YANG EFEKTIF

Pemimpin efektif adalah pemimpin yang proaktif, berjuang menuju goal yang telah dicanangkannya, mendahulukan hal-hal yang dianggap utama, mengembangkan pola fikir menang-menang, berusaha mengeri orang terlebih dahulu, berupaya melakukan sinergi, selalu melakukan pembaharuan yang berkelanjutan.
Pemimpi efektif akan mendapat dukungan dan kemampuan serta kelancaran dalam kepemimpinanya, oleh sebab ia lebih proaktif daripada yang reaktif. Memiliki tujuan akhr yang jelas dengan menggunakan impian-impian sehingga ada daya dorong yang kuat untuk mencapainya. Mendahulukan yang utama, artinya dapat mengatur waktu dengan baik dan dikombinasikan dengan membuat skala prioritas, mana yang penting dan mana yang mendesak.
Memiliki pola pikir menang-menang sehingga semua orang merasa untung, apa yang orang lain kehendaki perbuat untuk kita, maka kita prbuat hal itu juga padanya. Mau mengerti orang lain dan bukan hanya ingin dimengerti. Ada empati mau mendengar, dan rendah hati tanda orang lain utama dan penting baginya. Membuat sinergi dengan memadukan semua kekuatan yang ada, sehingga ada kekuatan yang amat besar baginya.
Selalu mengadakan pembaruan dan perbaikan secara berkelanjutan. Berusaha merawat fisik, mental, sosial, dan spiritualitasnya, sebab pemimpin dengan aktifitas tinggi perlu hal-hal tersebut. Jika ia tidak sehat fisik, mental, sosial dan spiritualitasnya maka akan banyak hal yang terhambat dan tidak tercapai. Secara khusus, pemimpin kristiani perlu memilki spiritualitas yang terus menerus diperbaharui.











BAB XII
SENYUM TAWA PEMIMPIN KRISTIANI

Kegembiraan, kegirangan, sukacita, nyanyian, puji-pujian, senyu dan tawa, hati yang tenang, kata-kata yang baik dan positif, memang membuat hidup ini amat indah dan menyenangkan, namun jika hidup yang sudah berat dan ruwet, ditambah lagi dengan kata-kata yang negatif, tanpa ada tawa dan senyuman. Maka dunia akan menjadi tempat yang amat berat dan muram.
Hati yang gembira, bukan bius, bukan ilusi, bukan manipulasi. Hati yang gembira adalah berkat Rahmat Tuhan bagi manusia untuk menyembuhkan dan memulihkan daya juang dan daya tahan manusia. Dalam beberapa tulisan jika orang marah, cemberut, dan muka masam, maka ada sekitar 70 otot dan syaraf yang bekerja, sebab itu ia sangat menguras tenaga.
Kemudian kalau orang gembira, tersenyum, girang, riang, dan menyanyi maka hanya ada sekitar 14 oto syaraf yang bekerja. Oleh sebab itu orang menjadi nyaman, amat rileks, santai, tidak lelah, tidak menguras tenaga. Dengan tertawa dan tersenyum, otak anda, memerintahkan tubuh anda melepaskan “hormon sehat”.
Kalau anda ingin tersenyum dan tertawa usahakan mencari teman dan dekat dengan teman yang menyenangkan. Nontonlah acara-acara komedi, upayakan untuk tersenyum dan terwa apabila ada hal-hal yang membuat anda tersenyum, beli atau bacalah buku-buku cerita yang jenaka, carilah hal-hal yang lebih mudah tersenyum, jangan yang marah dan merengut.lakukan hal-hal yang menyenangkan. Belajarlah dari orang-orang yang pernah hidup berat. Kalau pemimpin kristiani banyak tersenyum dan tertawa. Maka dunia akan ikut tersenyum dan tertawa. Sehingga semua menjadi sehat dan benar.












BAB XIII
PEMIMPIN KRISTIANI YANG BERHASIL

Satu sabda Allah. Awal dari dunia ini dicipta dan dibentuk Allah dikatakan dimulai dari sabda. Sabda Allah sebagai kekuatan dan kuasa yang amat besar. Ia memimpin umat-Nya dengan bersabda melalui para pemimpin umat-Nya. Sabda Allah selalu benar, lurus, dapat dipengang dan diandalkan dalam hidup.
Seorang pemimpin yang membaca sabda, merenungkannya siang malam hingga masuk dan mempengaruhi hatinya. Kemudian, sikap, kata-kata perbuatan, tindakan, dan perilaku hidupnya sesuai dengan ajaran yang dibacanya itu. Maka ia tidak akan menyimpang ke kanan atau ke kiri, melainkan berjalan lurus di jalan Tuhan yang memang benar dan lurus. Ketika ia bergumul dengan kepemimpinanya, ia tidak kecil hati, ia tidak berkecil hati, ia maju terus mengemban amanat karya Tuhan. Ia yakin bahwa ada janji Tuhan untuknya. Janji itu adalah, “Sebab dengan demikian perjalanmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Supaya engkau beruntung kemanapun engkau pergi,” (Yos. 1:8, 7). Pemimpin demikian akan berhasil dan beruntung.
Bentuk dan wujud penyertaan Tuhan adalah keberhasilan dan keberuntungan. Berhasil karena segala masalah akhirnya ditemukan solusinya, segala problem dapat dilewati satu persatu, program yang dibuat dapat dikerjakan dan diselesaikan, impian dapat menjadi kenyataan sebagaian atau semuanya.