Tuesday, 23 January 2018

KENALAKAN REMAJA



 KENALAKAN REMAJA
 Apa Itu Kenakalan Remaja

2.1.1Pengertian
Kenakalan merupakan kata yang menunjukkan kondisi perilaku manusia yang bertindak diluar dari norma-norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang menimbulkan ketidak-nyamanan dari setiap masyarakat yang menjadi korban dari sikap-perilaku tersebut.[1]
Berikut beberapa sudut pandang mengenai kenakalan remaja:
a.    Sosiologi[2]
1.      Masa mencari identitas
Pencarian identitas merupakan usaha remaja untuk mendapat kejelasan tentang siapakah dirinya atau bagaimana jati dirinya. Hal ini membuat para remaja ingin eksistensi dirinya sebagai seorang individu yang dewasa diakui.

2.      Masa peralihan
Hal ini berarti masih ada ciri-ciri tahap anak yang berbekas tetapi mereka juga mempelajari tingkah laku yang dewasa sebagai pengganti tingkah laku sebelumnya.
3.      Ambang masa dewasa
Remaja sering mendapat tuntutan dari orang-orang dewasa, maupun dari diri sendiri untuk menjadi dewasa, sehingga mereka cenderung meniru-niru penampilan dan tingkah laku orang dewasa.
4.      Masa perubahan
Pada masa ini seksualitas mereka mengalami kematangan, emosionalitas mereka meningkat, intelektual mengalami kemajuan, termasuk moralitas, perubahan nilai-nilai, dan juga perubahan minat serta peran sosial.

5.      Masa pertentangan
Remaja mengalami banyak konflik emosional, yang menimbulkan kebingungan pada diri mereka sendiri maupun pada orang lain.

6.      Masa kegelisahan
Emosi remaja pada masa ini meninggi, antara lain disebabkan oleh perubahan fisik dan hormonal; juga karena harus menyesuaikan diri dengan banyak hal yang baru. Emosi dan suasana hati mereka sering cepat berubah.

7.      Masa yang tidak realistik
Remaja seringkali berpikir idealis, mereka mempunyai aspirasi yang tinggi akan diri sendiri, akan keluarga dan akan teman-temannya.

8.      Masa mencoba dan menjelajah
Remaja sering mencoba hal-hal yang baru bagi mereka. Karena mereka melihat dunia ini dengan kacamata yang berbeda dari masa kanak-kanak, maka banyak hal baru yang mereka temukan.

9.      Aktifitas kelompok
Remaja lebih banyak bergaul dengan teman-teman sebaya, dan senang membentuk kelompok-kelompok. Hal ini terdorong juga oleh berkurangnya waktu remaja bersama orang tua dan keluarga, dalam usaha mereka melepaskan diri dari orang tua.


b.   Psikologi
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 19 tahun hingga 21 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.[3]
Remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :[4]
a.       Masa Pra-Pubertas (12 - 13 tahun)
b.      Masa Pubertas (14 - 16 tahun)           
c.       Masa Akhir Pubertas (17 - 18 tahun)
d.      Periode Remaja Adolesen atau Pra-Dewasa (19 - 21 tahun)

Jadi, kenakalan remaja merupakan perilaku dari manusia yang sedang mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang bertindak diluar dari norma-norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.

2.1.2.      Jenis-Jenis Kenakalan Remaja
Jenis-jenis kenakalan remaja bisa berbeda beda tergantung situasi dan kondisi kemasyarakatan. Di daerah perkotaan misalnya kenakalan remaja permasalahan ini bisa lebih kompleks yang bisa meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat meskipun tidak menutup kemungkinan juga terjadi di daerah pedesaan karena kemajuan iptek, media dan industrialisasi jaman sekarang ini. Jenis-jenis kenakalan remaja tersebut adalah:[5]

a.    Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Fisik
Misalnya: Perkelahian, tawuran, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan.
b.    Kenakalan Yang Menimbulkan Korban Materi
Misalnya: Pengrusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan.
c.    Kenakalan Sosial
Misalnya: Pelacuran remaja, seks bebas, pornografi, berkata kotor, penghinaan, ugal-ugalan.
d.    Kenakalan Melawan Status
Misalnya: Membolos, ingkar janji, penyalahgunaan Narkotika dan obat obat terlarang, alkoholisme, merokok.

2.2. Sebab (Oleh Orang Tua) Akibat (Bagi Para Remaja) Kenakalan Remaja

2.2.1.      Pengaruh orang tua sebagai penyebab dari kenakalan remaja
Pada pembahasan ini akan diuraikan mengenai peranan atau pengaruh dari pihak orang tua dalam kehidupan para remaja pada masa pertumbuhannya yang sering membentuk sikap-perilaku para remaja, yaitu:

1.      Orang Tua
Orang tua merupakan kelompok yang mengambil peran yang cukup besar dalam proses perkembangan anak yang nantinya akan berpengaruh pada masa remajanya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara mengasihi dan bagaimana cara orang tua menunjukkan perhatiannya kepada si anak. Ada 3 (tiga) jenis cara orang tua mengasuh dan mendidik anaknya, dimana ketiganya memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap perkembangan anak dan akan berpengaruh pada masa remaja si anak tersebut, yaitu:
-          Tipe Otoriter
Pola asuh yang otoriter akan menunjukkan sikap orang tua yang berkuasa penuh atas kehidupan si anak, sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk memilih apa yang ingin dilakukannya, sehingga perkembangan yang dialami si anak akan terhambat. Tipe asuh seperti ini dapat membuat anak menjadi tidak mandiri dan tidak dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri, sehingga si anak akan sulit menjalani kehidupanya sebagai individu ataupun sebagai kelompok. Ke-otoriter-an orang tua cenderung merujuk kepada kekerasan secara fisik dan psikis kepada anak, apalagi jika seorang anak melakukan kesalahan. Hal ini dapat membuat anak terlalu takut untuk mengambil keputusan dan terlalu kaku dalam menjalani kehidupan, kekerasan ini juga dapat membuat anak pada masa remajanya akan menjadi pribadi yang keras dan kaku.

-          Tipe Permisif
Tipe ini menunjukkan kondisi keluarga yang menempatkan anak dalam posisi teratas, dimana dalam pengambilan keputusan si anak mendominasi, dimana segala permintaan dari si anak harus dipenuhi oleh orang tua. Kasih sayang diberikan ini merupakan tindakan yang salah dan terlalu memanjakan si anak, karena hal ini akan berdampak dalam proses pertumbuhan dari si anak, dimana pada masa remajanya si anak akan menjadi merasa sebagai penguasa dan bertindak sesuka hati. Hal ini juga menyebabkan karakter si anak yang tidak mau berjuang atau pun berusaha untuk mendapatkan sesuatu, karena itu akan dipenuhi oleh orang tuanya.

-          Tipe Demokratis
Tipe Demokartis merupakan cara mengasuh anak yang baik, karena dalam cara ini akan terjadi diskusi diantara orang tua dan anak. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua mendengarkan si anak, dan anak mendengarkan orang tuanya. Tipe ini sangat baik dalam proses pertumbuhan dari si anak, apalagi pada masa remajanya, karena bila si anak kebingungan dan merasa tidak mampu untuk memutuskan sesuatu atau menentuka apa yang sebaiknya dilakukan si anak dalam mengahadapi suatu masalah, maka si anak akan meminta nasihat dari orang tua. Dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan si anak akan menjadi pelaku kenakalan remaja.

2.2.2.      Akibat Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja yang tentu memiliki akibat bagi kehidupan remaja itu sendiri (inside). Kenakalan remaja akan berdampak pada kepribadian dan karakter dari remaja tersebut, dimana para remaja yang merupakan pelaku kenakalan tersebut akan menjadi suatu pribadi yang buruk. Hal ini juga dapat mengganggu kejiwaan dari si remaja, dimana karena sikap dan tindakan mereka membuat orang-orang yang disekitarnya mengucilkan dan menjauhinya karena dianggap sebagai sampah. Respon yang demikian akan mengganggu kejiwaan dari si remaja, dimana si remaja akan bermental lembek, cara berpikir yang tidak stabil, dan kepribadiannya yang akan terus menyimpang dari segi moral. Hal ini akan membuat para remaja tidak memiliki masa depan yang cerah dan bisa saja para remaja akan menjadi kriminal.

2.3.  Peranan Gereja Dalam Usaha Mengatasi Kenakalan Remaja Melalui Orang Tua
Gereja dituntut untuk turut serta dalam membangun manusia menjadi satu kepribadian yang jauh lebih baik, terutama terhadap para remaja yang membutuhkan perhatian khusus. Dengan demikian, sebaiknya Gereja melakukan peranannya dalam mengatasi kenakalan remaja melalui para orang tua yang secara logika memiliki kedekatan yang lebih daripada orang lain, yaitu:

1.      Orang Tua
Pada dasarnya Gereja bertugas untuk memberikan pembinaan dan pemberdayaan  kepada masyarakat, terkhusus kepada para orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar remaja. Sebab gereja terdiri dari keluarga-keluarga yang adalah “tiang-tiang” yang menopang gereja (bnd. I Tim. 3:14-15). Roger Lincoln Shinn mendefenisikan bahwa persekutuan Kristen adalah sebuah keluarga dari keluarga-keluarga (The family of families), yang bermakna bahwa para jemaat adalah suatu keluarga, yaitu keluarga Allah, dimana keluarga tersebut terdiri dari keluarga-keluarga yang menjadi jemaat.[6]
Gereja sebaiknya mengambil peranan di dalam menolong orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk perkembangan remaja sebagai anggota jemaat. Untuk memahami bagaimana peran gereja dalam menolong orang tua memenuhi kebutuhan dasar anak, ada baiknya terlebih dahulu memahami bagaimana hubungan antara gereja dengan keluarga (orang tua).
Hubungan antara gereja dengan keluarga (orang tua) dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk perkembangan kepribadian anak (remaja) adalah hubungan yang saling membangun, memperbaiki dan mendukung[7] Hubungan tersebut bertujuan untuk menjadikan orang-orang percaya (keluarga Kristen), khususnya anak-anak bertumbuh menjadi seperti Kristus. Gereja membangun, memperbaiki dan mendukung orang-orang percaya mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef. 4:13).[8] Hubungan antara gereja dan keluarga (orang tua) dapat terwujud di dalam pelaksanaan Pendidikan Kristen. Melalui Pendidikan Kristen, gereja menolong orang tua untuk mengasuh, membesarkan dan mendidik anaknya.[9]
Gereja di dalam menolong orang tua terwujud di dalam usaha gereja membangun keluarga. Usaha membangun keluarga ini menjadi program utama dari gereja. Ada tiga prinsip dasar gereja di dalam membangun keluarga, yaitu:[10]

-  Mengajarkan orang tua supaya bersikap sebagai seorang pendidik di dalam keluarga, artinya gereja menolong orang tua untuk dapat mendidik anak-anaknya tentang kehidupan Kristen. Prinsip ini dapat terwujud setelah gereja memenuhi apa yang diperlukan orang tua untuk menjadi seorang pendidik.

Menjadi seorang pendidik di dalam keluarga orang tua perlu:
a.    Diberikan penjelasan alkitabiah tentang tanggung jawab dan tugas mereka sebagai orang tua.
b.    Menjadikan Alkitab sebagai keperluan pribadi mereka.
c.    Dipersipakan menjadi pemimpin kerohanian anggota keluarga.
d.   Diberi pemahaman tentang perkembangan kebutuhan-kebutuhan dari anak-anaknya dan mengajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan itu sesuai dengan kehidupan Kristen.
e.    Bergabung dengan orang tua Kristen lainnya untuk berbagi pengalaman mengenai standar-standar kehidupan Kristen.
f.     Dilatih untuk memakai waktu di dalam keluarga secara kreatif.

-  Menghubungkan pelayanan gereja ke dalam keluarga, artinya gereja tidak hanya melayani jemaat di gedung gereja saja. Melalui pelayanan gereja ke dalam keluarga orang tua tertolong di dalam membimbing anak mereka sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Prinsip ini dapat terwujud melalui:
a.    Orang tua harus menerima dengan baik apa yang diberitahukan dan diajarkan oleh gereja.
b.    Orang tua harus mendukung dan menyetujui usaha-usaha pengajaran gereja.
c.    Orang tua harus membimbing anak-anaknya untuk melihat kenyataan dari apa yang diajarkan di dalam gereja melalui perbuatan sehari-hari.
d.   Orang tua harus membimbing anak-anaknya untuk menerima Allah melalui kebenaran yang ada di dalam Alkitab.
e.    Orang tua dan guru harus berbagi pengalaman tentang pertumbuhan spiritual anak.

-  Merancang program gereja yang dapat menolong keluarga untuk menerapkan kehidupan Kristiani di dalam rumah. Artinya gereja juga memberikan tugas kepada orang tua untuk turut serta menerapkan kehidupan Kristiani di dalam keluarga mereka. Prinsip ini terwujud melalui perkunjungan yang dilakukan petugas gereja ke rumah-rumah. Perkunjungan ini dapat dilakukan dalam satu atau dua kali dalam seminggu.

Gereja juga perlu membimbing para jemaatnya untuk melakukan tindakan nyata dan bukan hanya sekedar teori semata, salah satu hal yang dapat diajarkan gereja dalam membina para orang tua untuk mengatasi masalah kenakalan remaja adalah dengan melakukan pendekatan terhadap kehidupan para remaja. Hal ini diperlukan karena melihat dari pola pikir para remaja yang membutuhkan bukti nyata, dan memerlukan kedekatakan emosional terhadap para remaja agar mereka mau mendengar dan melakukan didikan yang tepat. Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan oleh para orang tua adalah:[11]

1.    Pendekatan Ekshortatif
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang mencoba mengarahkan kaum muda melalui cara-cara yang bersifat sederhana, misalnya para muda mudi dikumpulkan, kemudian diberi instruksi, pengarahan, dan nasihat melalui khotbah tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan diri, kebersamaan dan peran mereka dalam masyarakat. Pendekatan ini juga dapat dilakukan dengan mengajak para remaja untuk sharing (berbagi) pengalaman pribadi mereka, dan dapat juga dengan menceritakan salah satu tokoh yang dapat menginspirasi para remaja tersebut. Pendekatan ini perlu dilakukan para orang tua, dimana para orang tua mendekati remaja secara emosional dan mencoba mengajak mereka untuk saling berbagi pengalaman pribadi.

2.    Pendekatan Ilmiah
Melalui pendekatan ilmiah, segala jenis ilmu pengetahuan, informasi, teori dan hasil penelitian di bidang pengembangan diri, kebersamaan dan peran mereka dalam masyarakat disampaikan kepada kaum muda. Pendekatan ini diupayakan agar para remaja mengetahui mengenai kehidupan dan proses perkembangan yang sedang mereka alami, dan melalui pendekatan ini para remaja menyadari segala sesuatu yang sedang mereka lakukan, agar menjadi pribadi yang baik dan patut diteladani. Oleh karena itu, para orang tua perlu mencari tahu informasi sebanyak mungkin mengenai proses pertumbuhan yang sedang dialami para remaja, dan orang tua dapat melakukan peranannya untuk memberitahukan kebenaran.

3.    Pendekatan Terjun Langsung
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang berusaha untuk menerjunkan secara langsung para orang tua dalam kehidupan si remaja, artinya para orang tua mengalami apa yang sedang dirasakan para remaja. Pendekatan ini cukup baik untuk diterapkan karena para orang tua tentu akan lebih mudah untuk mendekati para remaja secara emosional, dan dari kedekatan tersebut para orang tua dapat mengambil kesempatan untuk mengarahkan para remaja untuk tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri.

4.    Pendekatan Lewat Kelompok Yang Dibentuk Secara Khusus
Pendekatan yang cukup baik dalam menemukan (mengamati) identitas kaum muda adalah pendekatan “lewat kelompok yang langsung dibentuk secara khusus”. Melalui pendekatan seperti ini, kaum muda dibentuk menjadi satu kelompok dan di dalam kelompok itu mereka didampingi oleh para orang tua dalam melaksanakan kegiatan mereka. Melalui kelompok itu juga, kaum muda dapat berinteraksi dengan orang lain, berbagi pengalaman dengan orang lain dan akhirnya melalui pertemuan itu mereka dapat menemukan identitas iman, tujuan, arah hidup serta peran mereka dalam masyarakat dan Gereja.
Untuk memerangi persoalan yang dihadapi oleh kaum muda, perlu dipahami beberapa hal. Pertama, yaitu dalam rangka pelayanan kepada kaum muda, hendaknya diarahkan perhatian pada proses terjadinya pengalaman aktual mereka. Artinya, bagaimana mereka secara nyata mengalami realitas, dan apakah makna realitas yang dialami itu dalam kehidupan mereka. Kedua, para pendamping kaum muda (orang tua) diharapkan agar sedapat mungkin membantu kaum muda dengan menceriterakan perjalanan iman sendiri, dan bagaimana pengalaman itu menghantar dirinya dalam menemukan jati diri/identitas. Ketiga, dimana Gereja sebaiknya digambarkan sebagai komunitas iman yang mempunyai pengalaman dalam usaha mencari dan mempertajam kepekaan terhadap tanda-tanda zaman, sehingga Gereja dengan demikian dapat secara lebih mendalam memahami pesan ajakan Yesus di tengah dunia masa kini, terutama kepada kaum muda.[12]
Gereja sebagai suatu organisasi keagamaan perlu merealisasikan hal-hal yang telah diuraikan tersebut dengan tujuan untuk membantu manusia mencapai kehidupan yang lebih indah dan bermakna, terkhusus bagi kehidupan para remaja.



BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Hasil penelitian dan penguraian mengenai kenakalan remaja yang telah diuraikan, kami sebagai penulis menarik kesimpulan bahwa proses pendewasaan seorang remaja dipengaruhi juga dari masa kanak-kanak dan bagaimana hubungan keluarga yang terjadi di dalam kehidupan si remaja, terkhusus dalam hubunga antara orang tua dan si remaja tersebut. Hal tersebut membuat kami sebagai penulis menyarankan agar Gereja memperhatikan posisi orang tua dalam kehidupan si remaja yang pasti memiliki kedekatan yang berbeda dari orang lain. Kedekatan ini merupakan suatu celah bagi Gereja untuk turut serta dalam mengatasi kenakalan remaja melalui para orang tua, dimana Gereja membina dan mengarahkan para orang tua agar tidak salah mengambil tindakan dalam melakukan proses pendidikan pada masa pertumbuhan dari si remaja.
Setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya dapat menjadi satu pribadi yang dapat diteladani, menjadi pribadi yang baik, memiliki masa depan yang cerah, dan juga menunjukkan sikap yang bertuhan. Jadi sebaiknya para orang tua memperhatikan proses pertumbuhan dari para remaja tersebut, dan mengambil peran yang tepat dalam kehidupan remaja. Apa yang diharapkan oleh para orang tua memiliki kesamaan dengan apa yang diharapkan Gereja bagi para remaja, oleh karena itu sebaiknya ada kerja sama yang baik dan sikap saling menopang antara Gereja dan para orang tua dalam usaha membina dan mendidik para remaja, agar tidak terjebak sebagai pelaku kenakalan remaja.










DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, 2003.
Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta 2011.
Richards, L. O., Christian Education: Seekong to become like Jesus, Michigan 1975.
Shinn, R. L., The Educational Mission of Our Church, Philadelphia 1962.  
Charles, S., Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkan,
Yogyakarta 1987.

Internet:
http://yayukrindawati7.blogspot.com/


[1] Lih. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2003), Hlm. 772
[2] Lih. http://alkitab.sabda.org
[4] Lih. http://yayukrindawati7.blogspot.com/
[5] Lih. Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Grafindo, 2011), Hlm. 75-78
[6] Lih. Roger Lincoln Shinn, The Educational Mission of Our Church (Philadelphia: United Church Press, 1962), Hlm. 90
[7] Lih. Lawrence O. Richards, Christian Education: Seeking to become like Jesus (Michigan: The Zondervan Corporation, 1975), Hlm. 23
[8] Ibid, Hlm. 25
[9] Ibid, Hlm. 370
[10] Ibid, Hlm. 372-377
[11] Lih. Lawrence O. Richards, Christian Education: Seeking to become like Jesus, Hlm. 52-53
[12] Lih. Shelton Charles, Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya (Yogyakarta: Kanisius, 1987), Hlm. 19