BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan pemuda dan remaja hubungan berpacaran
bukanlah hal yang baru. Ini sudah menjadi semacam budaya hari-hari ini. Bila
kita amati antara mereka yang memiliki pacar dan yang tidak, maka kita
mendapati lebih banyak yang memiliki pacar, sekalipun bila dilihat dari segi
usia banyak yang belum memenuhi persyaratan untuk berpacaran. Ini tidak hanya
ada dalam kehidupan remaja pada umumnya, namun juga pada kehidupan remaja
Kristen.
Masa remaja adalah masa yang indah. Mengapa dikatakan indah?
Karena, pada masa-masa inilah seorang remaja akan mengalami perubahan-perubahan
dalam dirinya. Secara biologis, remaja putri akan mengalami haid, beberapa
bagian tubuhnya mulai menonjol, dan lain sebagainya. Sedangkan, seorang remaja
putra akan mulai tumbuh jenggot dan jakun, suara yang lebih membesar, dan
beberapa perubahan lainnya. Pada masa ini juga, remaja akan mulai mengenal apa
yang dinamakan cinta monyet. Apa itu cinta monyet? Apa itu pacaran? Mengapa
bisa suka kepada lawan jenis?
Bagi kebanyakan
remaja saat ini, pacaran telah dijadikan sebagai tujuan hidup atau semacam
cita-cita. Memiliki pacar ataupun menjadi pacar seseorang dianggap sebagai
sebuah status yang membanggakan, sehingga tidak sedikit remaja yang merasa malu
apabila belum memiliki pacar. Padahal, yang dimaksud dengan berpacaran tidaklah
sesederhana itu. Pacaran merupakan sebuah tahap di mana kita dan pasangan
belajar untuk lebih saling mengenal, sebelum nantinya masuk ke tahap yang lebih
jauh, yaitu pernikahan. Kurangnya pemahaman akan hal inilah yang menyebabkan
pacaran remaja kerap putus di tengah jalan. Seperti apa sih pacaran yang
dimaksud?
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa pacaran
adalah sebuah hubungan yang dijalin oleh seorang perempuan dengan laki-laki, di
dalamnya ada rasa kasih dan sayang satu sama lain. Sedangkan, “berpacaran”
memiliki arti berkasih-kasihan, bercinta, atau bersuka-sukaan. Sebagai remaja
kristiani perlu tahu apa
pandangan Alkitab tentang pacaran?
Sepanjang Alkitab, mulai dari Kitab Kejadian sampai Wahyu,
tidak pernah ditemukan tentang arti kata “pacaran”, walaupun beberapa orang
menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki
jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata
“pacaran”. Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan yang indah tentang
persahabatan. Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan bisa juga bersahabat
dengan seorang pria atau wanita. Tidak jarang dari persahabatan muncullah rasa
suka, tertarik, dan menyayangi sahabat dengan lawan jenis.
Berangkat dari definisi istilah tersebut, pacaran selalu
dikaitkan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan hawa nafsu seperti berciuman,
berpelukan, atau bermesra-mesraan. Oleh karena itu, Alkitab telah mengingatkan
bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus, sehingga remaja kristiani harus menjaga
kekudusan hidup, melakukan apa yang benar dan mulia, dan memikirkan hal-hal
yang bijak.
Pacaran bukan masalah boleh atau tidak boleh, tetapi sudahkah
kita menjalin sebuah hubungan pendekatan dengan lawan jenis yang sehat dan
memuliakan nama Tuhan di dalamnya? Sampai taraf di mana pacaran yang kita
lakukan? Oleh sebab itu, marilah kita mengintrospeksi diri dan terus memuliakan
Tuhan dalam setiap hidup kita.
Seyogyanya seorang remaja Kristen dalam
berpacaran harus berorientasi pada pernikahan dan berusaha untuk menjalin
sebuah hubungan yang sehat. Jim Talley dan Bobbie Reed mengemukakan bahwa untuk
menjaga sebuah hubungan yang sehat perlu memperhatikan tiga faktor, yaitu
Sikap, Kegiatan dan Waktu.[1]
Scott Kirby menyatakan pendapatnya tentang hubungan
berpacaran demikian, setiap orang muda Kristen harus menjalin hubungan yang
sehat.[2] Pada kenyataannya,
masih banyak pemuda/remaja yang menjalani hubungan berpacaran mereka dengan
cara yang tidak sehat, tak terkecuali pada komunitas Kristen. Mereka cenderung
berorientasi pada kesenangan sesaat, dalam hal ini untuk memuaskan hawa nafsu
mereka..
Oleh
karena itu penulis
menjadi tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai pacaran di kalangan remaja
Kristen, mengacu dari Alkitab dan Perndidikan Agama Kristen.
Setelah melihat tentang pacaran remaja ini, penulis mengambil konteks tempat yaitu
di Gereja Sidang Jemaat Kristus Banjarmasin.
Ingin menjelaskan bahwa pacaran
itu adalah hal yang sekarang
menjadi umum dilakukan oleh remaja Kristen, karena itu perlu kiranya ada
bimbingan dan pengarahan yang lebih lagi bagi remaja yang ada, terlebih bagi
remaja masa depan gereja yang ingin menyediakan
diri menjadi pelayan Tuhan. Bimbingan dan pengarahan mengenai berpacaran ini akan membantu
setiap remaja
kristen agar dapat menjalin relasi yang sehat dengan temannya dan juga
lebih intim lagi dengan Tuhan.
Maka di akhir
makalah ini, penulis menganalisa tentang berpacaran dari teks
Alkitab yang penulis
pilih dan
Tradisi Gereja dengan menggunakan konteks tempat yaitu Gereja Sidang Jemaat
Kristus Banjarmasin
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pemaparan masalah di atas, maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah :
a. Apa
pengertian pacaran?
b. Bagaimanapemahaman
mengenai pacaran menurut Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen?
c. Bagaimana
pemaparan konteks di Gereja Sidang Jemaat Kristus ?
d. Bagaimana
analisa tentang pacaran di kalangan remaja terhadap Alkitab dan Pendidikan
Agama Kristen dengan konteks di Gereja Sidang Jemaat Kristus?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas maka tujuan penulisan proposal tesis ini yaitu :
a. Menjelaskan
tentang pengertian pacaran
b. Menjelaskan
pemahaman mengenai pacaran menurut Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen
c. Memaparkan
konteks tempat di Gereja Sidang Jemaat Kristus
d. Memaparkan
analisa tentang pacaran di kalangan remaja terhadap Alkitab dan Pendidikan
Agama Kristen dengan konteks di Gereja Sidang Jemaat Kristus
D.
Batasan
Masalah
Penulis
memberikan batasan masalah hanya berdasarkan pengkajian Alkitab dan Pendidikan Agama Kristen dengan
konteks tempat di Gereja Sidang Jemaat Kristus mengenai pacaran di kalangan remaja Kristen.
Penulis
akan menganalisis tentang puasa dari segi Alkitabiah dan Pendidikan
Agama Kristen dengan konteks tempat yang dipilih adalah
Gereja Sidang Jemaat Kristus.
E.
Metode
Penulisan
Metode
yang digunakan kelompok dalam proses penulisan proposal tesis ini adalah studi
pustaka dan beberapa website di
internet. Studi pustaka yang dimaksud adalah menggunakan beberapa buku-buku, Selain
itu penulis juga melakukan wawancara
dengan sumber-sumber yang menyangkut Gereja Sidang Jemaat Kristus.
BAB II
PACARAN REMAJA MENURUT KONTEKS ALKITAB DAN PAK
2.1.1 Tafsiran
Alkitab
Dalam berpacaran remaja
Kristen haruslah memiliki pola dan orientasi yang benar. Pola didefinisikan
sebagai cara, atau sistem kerja yang tetap. Sedangkan orientasi diartikan sebagai
pandangan yang mendasari pikiran, perhatian dan kecenderungan.[3]
Yang dimaksudkan oleh
penulis tentang pola dan orientasi berpacaran di sini ialah bahwa remaja
Kristen harus berpacaran dengan cara yang sehat dan memiliki pandangan untuk
memilih pasangan hidup. Mengapa demikian? Berpacaran adalah masa dimana
seseorang menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenisnya. Selain itu masa ini
merupakan masa untuk saling mengenal satu sama lain sehingga pada akhirnya
hubungan tersebut diakhiri dalam sebuah pernikahan.
Pendeta Gilbert Lumoindong
memiliki pandangan yang sejalan tentang hal ini:
Pacaran adalah
masa persiapan menuju pernikahan. Jadi berpacaran bukanlah masa coba-coba
mencari teman atau “terpaksa” karena sudah mulai berumur tetapi belum memiliki pasangan.
Alkitab memberi peneguhan definisi saya tersebut dalam Amos 3:3, “Berjalankah
dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?” Itu artinya orang yang
berpacaran sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk menuju suatu tujuan
tertentu. Dan tujuan itu jelas:pernikahan![4]
Sebagai orang Kristen
tentunya setiap pemuda/remaja haruslah menjaga sebuah hubungan berpacaran yang
sehat. Yang dimaksudkan dengan hubungan berpacaran yang sehat adalah sebuah
hubungan berpacaran yang berorientasi benar, dalam hal ini mencari pasangan
hidup dan dilakukan dengan cara yang benar atau dalam koridor kebenaran.
Kebenaran yang dimaksud mengacu kepada kebenaran Firman Tuhan yang terkandung
dalam Alkitab sebagai sebuah standar. Alkitab memang tidak menyatakan secara
langsung tentang hal berpacaran, namun Alkitab banyak berbicara tentang
penggunaan dan penyalahgunaan sex, hubungan pernikahan dan hubungan antara
sesama manusia pada umumnya. Orientasi yang benar, dalam hal ini orientasi
pernikahan haruslah menjadi dasar dari sebuah hubungan.
Gilbert dan Reindra
Lumoindong menjelaskan tentang pernikahan sebagai berikut:
Pernikahan
merupakan puncak dari segala tingkatan pergaulan dan relasi antar lawan jenis.
Setelah melewati masa pacaran dengan baik, maka pasangan manusia yang saling
mencintai itu mengikrarkan janji suci untuk sehidup semati, baik dalam sehat
maupun sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa
memisahkan mereka. Dengan ikrar suci itu mereka bukan lagi dua tetapi telah
menjadi satu.[5]
Jadi kita bisa simpulkan
bahwa pernikahan merupakan tujuan akhir sebuah hubungan berpacaran. Untuk itu
setiap pemuda/remaja Kristen harus menjaga hubungan berpacaran mereka agar
tetap sehat, sehingga pada akhirnya mereka berhasil dalam memasuki jenjang
berikutnya yang sudah Tuhan persiapkan bagi mereka.
Hubungan antara orientasi
sebuah hubungan berpacaran pemuda/remaja Kristen dengan cara yang benar di sini
dapat kita lihat dalam penjelasan Jim Talley dan Bobbie Reed:
Orang Kristen akan
menginginkan hubungan cinta yang serius yang akan berlanjut dengan pernikahan,
yaitu keintiman yang dimaksudkan Kristus waktu Ia menyatakan bahwa suami dan
istri menjadi satu daging. Kerinduan untuk membangun sebuah hubungan yang
terbaik ini membuat pasangan itu menjalani tahap-tahap keintiman dengan cara
yang benar. Hal ini juga menghasilkan satu komitmen untuk memelihara perilaku
yang sesuai dengan standar Alkitab[6]
Sikap seperti dijelaskan di atas bahwa sikap yang benar akan timbul ketika
orientasi berpacaran seseorang adalah orientasi yang benar. Sikap yang benar
meliputi:
Sikap kepada Allah. Hal ini adalah hal yang sangat penting karena berhubungan dengan
ketaatan kepada norma-norma hukum yang Allah berikan melalui FirmanNya. Alkitab
cukup dalam memberikan tuntunan dalam seseorang membina sebuah hubungan dengan
orang lain. Standar yang Alkitab berikan adalah standar kekudusan. Dalam 1
Tesalonika 4:3-7 Paulus berkata, “karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu,
yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, …dan supaya dalam hal-hal ini orang
jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya, Allah
memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.[7]
Dari ayat tersebut kita bisa mengerti bahwa Allah menganggap percabulan adalah
dosa. Itu sebabnya bila seseorang memilih untuk tidak mentaati peraturan Allah
tersebut, hal ini jelas akan mengganggu hubungannya dengan Allah dan merintangi
pertumbuhan rohaninya.
Sikap kepada diri sendiri. Bila seseorang tidak melibatkan diri dalam aktifitas seksual
selama berpacaran, itu berarti dia sedang menghindarkan diri dari bahaya
penyalahgunaan seksual dalam masa berpacaran. Norman Wright dan Marvin
Inmon dalam Leaders Guide to Dating, Waiting and Choosing a Mate (Harvest
House, 1978) mendaftarkan hal tersebut sebagai berikut:
·
Tidak ada rasa
bersalah karena melanggar hukum Allah.
·
Tidak perlu takut
hamil atau langkah selanjutnya: menikah dan punya anak di luar nikah atau
menggugurkannya.
·
Tidak punya
perbandingan akan kemampuan seksual pasangan di masa lalu.
·
Pengendalian diri
dalam masa berpacaran dapat digunakan pada masa berpisah dari pasangannya
setelah menikah.
·
Kesenangan dari
kepuasan seksual setelah pernikahan membawa pesona terhadap pernikahan.
Sikap kepada pasangan. Dengan tidak mengajak kekasih
untuk melakukan hubugan seksual sebelum pernikahan, ini berarti seseorang
bertanggung jawab dan tidak mendorong kekasihnya berbuat dosa. Dalam sebuah
hubungan berpacaran, sepasang kekasih harus bisa mengawalinya dengan
mendiskusikan terlebih dahulu batas-batas yang ditetapkan dalam hubungan
tersebut. Selanjutnya, mereka harus dibimbing oleh pembina rohani mereka (bisa
seorang gembala, atau pemimpin rohani mereka di gereja) yang akan ”mengawasi”
hubungan mereka. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggungjawab terhadap hubungan
mereka, sehinga mereka tidak melampaui batas-batas yang telah ditetapkan.
Lalu, orang bagaimanakah yang
seharusnya menjadi pacar anda ? Ada dalam Alkitab, “Sebab itu jauhilah nafsu
orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan
mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” ( 2 Timotius 2:22).
Tidaklah bijaksana berpacaran dengan
seseorang yang tidak mengasihi Allah. Ada dalam Alkitab, “Janganlah mau menjadi
sekutu orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus; itu tidak cocok. Mana
mungkin kebaikan berpadu dengan kejahatan ! Tidak mungkin terang bergabung
dengan gelap. Tidak mungkin Kristus sepakat dengan Iblis. Apakah persamaannya
antara orang Kristen dengan orang bukan Kristen.” (2 Korintus 6:14-15, BIS).
“Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?”
(Amos 3:3, BIS)
Janganlah
berpacaran dengan seseorang yang mengatakan diri sebagai seorang Kristen tapi
tidak hidup sebagai orang Kristen. Ada dalam Alkitab,”Maksud saya ialah, bahwa
kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi
orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan
orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun
jangan.”( 1 Korintus 5:11, BIS). Hindari berpacaran dengan orang yang mempunyai
perilaku pemarah. Ada dalam Alkitab, “Janganlah bergaul dengan orang yang suka
marah dan cepat naik darah.” (Amsal 22:24, BIS)
Jangan
berpacaran dengan seorang Kristen pemalas. Ada dalam Alkitab,”Saudara-saudara,
atas kuasa Tuhan Yesus Kristus, kami perintahkan supaya kalian menjauhi semua
saudara, yang hidup bermalas-malasan, dan yang tidak menuruti ajaran-ajaran
yang kami berikan kepada mereka.” (2 Tesalonika 3:6, BIS)
Kecantikan
batiniah adalah yang paling berarti. Ada dalam Alkitab,”Sebaliknya, hendaklah
kecantikanmu timbul dari dalam batin, budi pekerti yang lemah lembut dan
tenang; itulah kecantikan abadi yang sangat berharga menurut pandangan Allah.”
(1 Petrus 3:4, BIS)
Berpacaranlah
dengan seseorang yang mempunyai sikap yang baik. Ada dalam Alkitab, “Semoga
Allah, yang memberikan ketabahan dan penghiburan kepada manusia, menolong
kalian untuk hidup dengan sehati, masing-masing dengan sikap Kristus terhadap
satu sama lain.” (Roma 15:5-6, TLB. Berpacaranlah dengan seseorang yang
mendorong anda dan menyokong anda. Ada dalam Alkitab,”Kalian kuat, karena
kalian bersatu dengan Kristus. Sehingga Roh Allah telah membuat kalian hidup
erat dan rukun satu sama lain dan saling mengasihi serta menaruh belas kasihan
satu sama lain.
Apa yang harus
dihindari dalam berpacaran. Ada dalam Alkitab,” Marilah kita hidup dengan
sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan bermabuk-mabukan,
jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati (Roma 13:13). Berpacaran tidak termasuk hubungan seks. Ada dalam
Alkitab,”Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan
Tuhan untuk tubuh
. Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan
manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan
berdosa terhadap dirinya sendiri (1 Korintus 6:13, 18).
Jagalah diri anda tetap suci. Ada dalam Alkitab,”Setiap orang yang menaruh
pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci.”(1Yohanes
3:3).
Agar tidak
menyakiti diri kita sendiri, keinginan dan kegiatan seks haruslah ditempatkan
di bawah pengendalian Kristus. Ada dalam Alkitab,”Karena inilah kehendak Allah:
Pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing
mengambil seorang perempuan menjadi istrimu sendiri dan hidup di dalam
kekudusan dan kehormatan bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang
dibuat oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (1
Tesalonika 4:3-5).
Bila seseorang ingin
memiliki hubungan yang sehat, maka kegiatan yang dijalani bersama sang kekasih
haruslah kegiatan yang positif, yang menolong seseorang dalam membangun sebuah
hubungan berpacaran yang sehat. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sharing
dan doa bersama, mengikuti kelas Pendalaman Alkitab di Gereja, belajar bersama,
menghadiri seminar-seminar dan konser rohani, menghadiri acara-acara amal, serta
menghadiri acara-acara keluarga sang kekasih. Kegiatan-kegiatan tersebut akan
membuat hubungan semakin baik dan yang paling penting menghindarkan sepasang
kekasih melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya.
Selain kegiatan-kegiatan
positf, sepasang kekasih dapat pula melakukan kegiatan-kegiatan yang melibatkan
orang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu yang hanya dihabiskan
untuk berduaan, yang justru pada akhirnya akan menggoda mereka untuk jatuh
dalam dosa penyalahgunaan seksual. Berduaan di tempat yang dapat memungkinkan
sepasang kekasih berbuat bebas harus dihindari, misalnya di rumah saat sepi,
tempat kos, di kamar tidur dan lain-lain. Dengan melibatkan orang lain maka hal
tersebut akan mengurangi keinginan seseorang untuk berbuat dosa dengan
kekasihnya..
Selain kedua hal tersebut
di atas, perencanaan waktu berpacaran juga sangat menentukan sebuah hubungan
berjalan secara sehat atau tidak. Orang yang sedang dimabuk asmara biasanya
hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan kekasihnya. Bila waktu
berkencan tidak dibatasi maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal-hal
yang tidak sepatutnya.dilakukan oleh sepasang kekasih.
Beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan seksual dalam masa pacaran antara
lain:
Pembatasan waktu. Pembatasan waktu diperlukan mengingat masih banyak hal lain yang
menuntut perhatian kita, seperti pekerjaan, studi, keluarga dan teman-teman
yang lain. Jangan sampai waktu kita hanya habis untuk pacar kita. Yang dituntut
di sini adalah bagaimana kita bisa memprioritaskan hal yang penting.
Penggunaan waktu. Waktu-waktu pertemuan dengan sang kekasih ada baiknya bila digunakan
untuk hal-hal yang bisa membangun hubungan.dalam setiap
pertemuan bisa saja digunakan untuk saling mengenal kepribadian masing-masing,
hubungan si dia dengan Tuhan juga perlu kita perhatikan. Apabila si dia
memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, maka dia akan dapat menjadi kekasih
yang bertanggungjawab dalam membina sebuah hubungan. Ia akan membawa hubungan
tersebut pada taraf untuk taat dan tunduk kepada Firman Tuhan.[8]
BAB III
PACARAN REMAJA DI
GEREJA SIDANG JEMAAT KRISTUS BANJARMASIN
3.1 Sejarah Gereja Sidang
Jemaat Kristus
Kesaksian Gereja Sidang Jemaat Kristus dimulai pada tahun 1937 pada
saat beberapa saudara dan saudari yang berasal dari Tiongkok tinggal di
Surabaya dan mengadakan perhimpunan serta memecahkan roti di kota ini. Pada
awalnya mereka bersidang di sebuah rumah di Jalan Gembong Sayuran. Dengan penuh
kesederhanaan mereka menempuh kehidupan gereja, menuntut kebenaran Alkitab dan
memberitakan Injil baik di Surabaya maupun ke luar kota seperti Malang, Kediri,
Bandung, dan tempat-tempat lainnya.
Pada tahun 1967, Brother Witness Lee mengunjungi
gereja-gereja di Indonesia dan membawa suplai rohani yang besar. Pada
awal 1970-an Brother Chang Wu Chen, seorang
co-worker dari Taiwan pun datang merawat gereja-gereja di Indonesia pada waktu
itu dan mendorong penginjilan dan perluasan di Indonesia. Saat itulah
dicanangkan sebuah harapan agar sebelum kedatangan Tuhan kali kedua, di seluruh
Indonesia bisa ada 500 kaki dian emas. Melihat keperluan yang besar di
Indonesia, Brother Witness Lee mengutus beberapa orang sekerja
dari Taiwan ke Indonesia, di antaranya adalah Brother Daniel Dang dan Brother
Chen Pau Che. Pada saat itu Tuhan membangkitkan sekelompok kaum saleh melayani
Tuhan sepenuh waktu. Melalui jerih-lelah mereka, kesaksian pemulihan Tuhan
makin tersebar lagi di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, maupun Sulawesi.
Tuaian memang banyak, namun pekerja sedikit. Karena itu ada
keperluan untuk membangkitkan pekerja-pekerja Tuhan yang dapat memberitakan
injil dan merawat gereja-gereja baru. Pada tahun 1987, di
Surabaya di adakan pelatihan rohani yang dipimpin langsung oleh Brother Chang
Wu Chen. Sejalan dengan adanya pelatihan tersebut, Gereja Sidang Jemaat
Kristus di Surabaya juga mengalami kemajuan rohani dan peningkatan jumlah kaum
saleh yang bersidang serta ada pertambahan tempat-tempat bersidang baru. Mulai
tahun 1991 pelatihan ini dipindahkan ke Lawang hingga
saat ini.
Karena perkembangan gereja, pada tahun 1982 gereja
membeli sebidang tanah di Surabaya Barat. Kemudian 1996 di tempat itu mulai
dibangun Gedung balai sidang. Pada tahun 2000, setelah
balai sidang di Darmo Permai selesai, Gereja Sidang Jemaat Kristus di Surabaya
mengadakan Sidang Perbauran Internasional.
Pada periode 1990-2000-an gereja meluas dan
berkembang melalui sidang-sidang kelompok di rumah-rumah jemaat, melalui
membuka distrik-distrik baru, melalui sidang anak-anak, mendapatkan beberapa
keluarga. Pada tahun 1994 Tuhan membangkitkan
sekelompok orang muda, mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka di
perguruan tinggi, mereka meninggalkan profesi dan masa depan, untuk melayani
Tuhan.
Pada bulan Januari 2005 gereja-gereja di
Indonesia mendirikan Pusat Pelatihan Sepenuh Waktu di Jakarta dan
telah banyak kaum beriman muda yang mengikuti pelatihan tersebut. Setelah
mereka menyelesaikan pelatihan, ada yang melanjutkan pelayanan sepenuh waktu
dan pergi bagi perluasan kesaksian Tuhan di seluruh Indonesia, juga ada yang
kembali berprofesi namun mereka tetap menunaikan fungsi di berbagai lokal di
Indonesia.
Tuhan juga membangkitkan saudara-saudari yang masih berkuliah
khususnya di U.K.Petra dan Ubaya. Mereka menuntut bersama, memberitakan injil
dan aktif dalam siding-sidang gereja, bahkan para saudara tinggal bersama untuk
menempuh penghidupan korporat di kampus. Melihat perkembangan tersebut,
didirikanlah Brothers’ House yang pertama di Surabaya, dan pada tanggal 11
Juli 1998 saudara-saudara mulai menempuh penghidupan korporat di
tempat ini. Saat ini (2015) di Surabaya ada 6 brothers house dan 4 sisters
house.
Mulai awal tahun 2000-an, banyak orang diselamatkan, timbulah
keperluan akan penggembalaan dan orang-orang yang bisa berfungsi di tiap-tiap
tepat sidang. Maka sejak tahun 2006 gereja mulai mengadakan pelatihan-pelatihan
untuk menggenapi orang-orang kudus sehingga semakin banyak kaum saleh yang bisa
berfungsi bagi pekerjaan ministri untuk membangun dan memperluas Tubuh Kristus.
Pada tahun 2015, Pelatihan Sepenuh Waktu
Indonesia mencanangkan akan membuka kampus kedua di Surabaya. Fasilitas
pelatihan ini dimaksudkan untuk melatih lebih banyak lagi orang-orang muda,
khususnya dari wilayah Indonesia Timur. Pada awal tahun 2016 Pelatihan Sepenuh
Waktu Indonesia memulai kelas pelatihannya di Surabaya bertempat di salah satu
balai sidang gereja di Surabaya.
Kini Gereja Sidang Jemaat Kristus mendambakan agar kaum saleh
mengalami pertumbuhan kehidupan, dibangunkan untuk mewujudkan kesaksian
realitas Tubuh Kristus dan memperluas kesaksian Tuhan di seluruh Indonesia,
untuk mempersiapkan dan menyambut kedatangan Tuhan kali kedua.
3.2 Letak Geografis Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin
Adapun mengenai keberadaan Gereja
Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin dimulai dari beberapa keluarga yang
berpindah dari pulau Jawa ke pulau Kalimantan pada
periode 1990-an. Gereja di Banjarmasin meluas dan
berkembang melalui sidang-sidang kelompok di rumah-rumah jemaat, melalui
membuka distrik-distrik baru, melalui sidang anak-anak, mendapatkan beberapa
keluarga.
Tuhan membangkitkan sekelompok orang, mereka telah menyelesaikan
pendidikan mereka di berbagai kota di pulau Jawa, mereka meninggalkan pulau
Jawa untuk berprofesi dan membina masa depan, serta untuk melayani Tuhan di
kota Banjarmasin. Mereka kemudian membeli sebidang tanah di daerah Pekauman dan
membangun Gedung Gereja di Jalan
Muhajirin IV no 57, RT 18 RW 08, Pekauman, Banjarmasin.
Mulai awal tahun 2010-an, banyak orang diselamatkan, timbulah keperluan
akan penggembalaan dan orang-orang yang bisa berfungsi di tiap-tiap tepat
sidang. Maka Gereja di Banjarmasin mulai mengadakan ibadah-ibadah dan pelatihan-pelatihan untuk menggenapi orang-orang.
Karena itu dipandang perlu untuk mencari lokasi baru untuk memperluas pekerjaan
Tubuh Kristus. Puji Tuhan akhirnya melalui pengaturan Tuhan didapatkanlah lokasi tambahan yang baru dengan menggunakan Gedung Bank Mayapada, yang beralamat di Jalan Ahmad Yani KM 1 No. 88,
Banjarmasin.
3.4. Pemahaman Pacaran Menurut Konteks Gereja Sidang Jemaat Kristus
Pada waktu
Allah menciptakan manusia, dalam pandangan-Nya, Adam dan Hawa masing-masing
merupakan manusia separuh. Setelah kedua manusia itu disatukan, barulah menjadi
seorang manusia yang sempurna dan utuh. Sebab itu kecuali orang-orang yang
beroleh karunia untuk membujang, setiap orang harus menikah. Hampir semua guru
Alkitab percaya bahwa masalah memilih jodoh di antara anak-anak Allah tidak
lain berarti mencari pasangannya yang separuh itu.
TUHAN Allah
berfirman : "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" Kejadian 2:18
Nah, Anda
harus menemukan pasangan Anda yang separuh itu, barulah Anda menjadi seorang
manusia yang utuh. Jadi, memilih jodoh dimaksudkan untuk menggenapkan ke-"satu"-an
tersebut. Selama kedua orang itu masing-masing masih merupakan manusia yang
separuh, itu tidak berguna. Anda harus menemukan pasangan Anda yang separuh
lainnya barulah lengkap. Kalau dalam satu pernikahan, walaupun kedua orang yang
separuh itu sudah tinggal bersama, tetapi masing-masing masih tetap separuh,
pernikahan ini pasti menjadi tidak beres. Kita percaya bahwa orang yang
dijodohkan oleh Allah tidak boleh bercerai. Karena itu, kita harus menemukan
orang separuh lainnya yang Allah jodohkan dengan kita.
Baik tidaknya pernikahan saudara saudari muda, besar sekali pengaruhnya bagi
gereja, karenanya saudara saudari yang dewasa tidak dapat tidak harus
memperhatikan masalah ini. Kita harus menyadari pentingnya masalah ini dan
harus membantu kaum muda agar mereka memperlakukannya dengan benar. jika
saudara saudari muda dalam masalah pernikahan tidak berjalan di jalan yang
lurus dan menimbulkan kesulitan, kesulitan keluarga mereka kelak juga akan
menjadi kesulitan gereja, sehingga beban yang harus kita tanggung akan menjadi
berat sekali.
Semoga saudara saudari muda bersikap terbuka, tanpa prasangka, dan berkepala
dingin dalam membereskan hal ini di hadapan Allah; harus membereskannya dengan
obyektif, bukan subyektif. Sebab pemberesan yang subyektif akan mudah. membuat
hati dan kepala sama-sama menjadi panas, sehingga banyak aspek menjadi kabur,
bahkan tidak kelihatan sama sekali. Padahal setiap aspeknya harus
dipertimbangkan matang-matang dengan kepala dingin dan secara obyektif di
hadapan Allah. Jangan sekali-kali bertindak emosional dan terlampau gairah
untuk segera melompat ke dalamnya.
Ketahuilah,
dalam masalah pernikahan, kita sebagai orang Kristen hanya dapat melompat ke
dalam, tidak dapat melompat ke luar. KaIau orang dunia dapat melompat ke dalam
dan dapat pula melompat ke luar, namun kita tidak dapat melompat ke luar. Sebab
itu, sebelum kita melompat ke dalam, hendaklah kita mempertimbangkan
sebaik-baiknya.
Di sini saya akan mengetengahkan beberapa syarat utarna bagi suatu pernikahan,
dan saya harap saudara saudari muda mempertimbangkan dan menyelesaikannya satu
demi satu dengan kepala dingin di hadapan Allah; jangan sembarangan
melewatkannya.
3.4.1. Tarikan Alamiah
Yakub menikahi Rahel tentu lebih mudah sukses daripada menikahi Lea. Sebab itu,
jangan sekali-kali meremehkan masalah tarikan alamiah. Jadi, tidak hanya asal
dia seorang saudara atau saudari, Anda sudah boleh menikah dengan dia. Memang,
masalah tarikan alamiah itu tidak terdapat dalam hal Anda saling menjadi
saudara atau saudari, tetapi jika Anda ingin menikah dengan seseorang, maka
faktor-faktor tarikan alamiah itu sama sekali tidak dapat diabaikan. Kita harus
ingat bahwa dalam masalah pernikahan, unsur tarikan alamiah ini harus ada.
"Kemolekan
adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi istri vang takut akan TUHAN
dipuii-puji." Amsal 31:30
Seorang Doktor dari Misi Persekutuan Amerika pemah mengatakan bahwa tarikan
yang timbul secara timbal-balik itulah tanda saling mengasihi yang tertinggi.
Ia adalah seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan secara besar-besaran. Katanya,
"Tuhan menghendaki Anda menjadi saudara saudari dengan semua orang
beriman. Dalam hal ini tidak terdapat masalah tarikan. Namun, jika Tuhan menghendaki
Anda menikah dengan seseorang, masalah tarikan alamiah itu haruslah ada."
Bahkan Paulus sendiri dalam 1 Korintus 7 tidak melupakan masalah ini. Di situ
ia mengatakan bahwa Anda boleh melakukan pernikahan menurut kesukaan Anda. Ini
menunjukkan kepada kita bahwa dalam masalah pernikahan harus ada kesesuaian
dengan kesukaan Anda sendiri. Harus Anda lakukan menurut apa yang Anda anggap
baik, itulah yang benar. Karena itu agar suatu pernikahan sukses, harus ada
tarikan alamiah. Hal ini sebenarnya tidak usah diajarkan, sebab saudara saudari
muda sendiri telah mengetahuinya. Mereka menyadari bahwa dalam unsur-unsur
pernikahan terdapat masalah tarikan alamiah. Maksud kita mengemukakan hal ini
hanya sekadar memperlihatkan kepada mereka bahwa saudara-saudara dewasa pun
mengakui adanya hal tersebut, dan menganggap hal dernikian tidak salah. Setiap
pernikahan tanpa tarikan alamiah akibatnya selalu tidak baik; itu merupakan
pernikahan paksaan.
Anda harus tahu, jika Anda ingin memilih seseorang menjadijodoh Anda, Anda
harus berkenan akan kehadirannya, dan Anda harus bisa menikmati pertyertaannya.
Anda tidak bisa menerima kehadirannya dengan menahan diri atau dengan bersabar;
Anda harus merasa senang akan kehadirannya. Tidak jarang orang hidup bersama
jodohnya dengan kesabaran, bukan dengan kesenangan. Anda harus merasa bahwa
kehadiran jodoh Anda merupakan sukacita dan mustika bagi Anda, Anda senang
tinggal berduaan dengan dia jika Anda tidak dapat merasa senang akan kehadiran
jodoh Anda, atau kehadirannya tidak menjadi suatu kenikmatan bagi Anda, lebih
baik jangan menikah, sebab di sini kekurangan satu syarat untuk pernikahan. Apa
lagi kesenangan atau kenikmatan atas kehadiran jodoh Anda itu bukan bersifat
sementara, melainkan bersifat permanen. Anda sendiri harus menyadari dan terus
menyukai kehadiran bersama ini, walaupun sudah lewat 30 atau 50 tahun; bukan
setelah lewat 3 atau 5 hari sudah merasa bosan. Sebab itu, tarikan yang
demikian merupakan salah satu syarat utama bagi satu pernikahan.
3.4.2. Kesehatan Tubuh
Kedua, harus memperhatikan kesehatan tubuh. Kasih yang besar mungkin dapat
melampaui kelemahan tubuh, itu suatu fakta. Kita mengakui bahwa ada sebagian
orang yang menikah karena prihatin akan kelemahan tubuh pasangannya.
Di Inggris ada seorang saudara menikah dengan seorang saudari karena saudari
itu seorang tunanetra. Kasus demikian
sering terjadi dalam sejarah gereja. Itu disebabkan adanya kasih yang besar,
yang dapat melampaui kelemahan tubuh.
Akan tetapi, di pihak lain kita harus menyadari bahwa dalam keadaan biasa tidak
setiap orang memiliki kasih sebesar itu. Dalam keadaan normal, kelemahan tubuh
dapat merusak suksesnya perkawinan. Jika ada sepihak yang tubuhnya selalu tidak
sehat, sering sakit, maka pihak yang lain pasti akan mengalami pengorbanan yang
amat besar, sehingga dengan sendirinya akan menyebabkan pernikahan itu gagal.
Jika dalam pernikahan ada sepihak yang tubuhnya lemah dan menerima pelayanan
dari pihak lain, ia hanya akan memiliki dua kemungkinan, yaitu egois atau
berperasaan peka.
Orang yang egois ialah orang yang hanya bisa mengambil tanpa memberi; hanya
bisa menerima tanpa mengeluarkan. Jika pihak yang lemah itu bersikap egois, ia
selalu mengira dirinya patut menerima pertolongan, maka setelah Iewat sejangka
waktu, jika keegoisannya itu diketahui oleh pihak lain, ia akan tidak
dipandang. Pihak lain dengan sendirinya merasa bahwa suami atau istrinya begitu
egois, hanya bisa memikirkan dirinya sendiri, tidak memikirkan orang lain.
Karenanya, sejak saat itu ia tidak akan diindahkan lagi.
Atau, mungkin Anda bukan orang yang egois, melainkan orang yang berperasaart
peka, demikian pun sangat sulit. Begitu Anda menerima pelayanan suami atau
istri Anda, Anda Ialu merasa tidak layak menerima pengorbanannya yang begitu
besar. Suami atau istri Anda selalu melayani Anda, Anda selalu menerima
perlakuan yang istimewa, Anda akan merasa sukar melalui hari-hari Anda. Sebab
itu, dalam keadaan normal, kelemahan tubuh atau sakit dapat mempengaruhi
suksesnya suatu pernikahan.
Sekarang kita membicarakan dari pihak yang melayani. Ia pun memiliki dua
kemungkinan, yaitu ia mungkin sudi berkorban atau ia merasa bahwa
pengorbanannya harus ada batasnya. Sering kali kesabaran orang mudah habis,
kesabaran manusia bukan tanpa batas. Begitu kesabaran itu habis, pasti akan
timbul masalah dalam keluarga. Adakalanya orang bukan kehabisan kesabaran,
melainkan tidak sudi berkorban. Adakalanya Anda merasa pihak lain begitu egois,
Anda Ialu merendahkannya; jika pihak lain berperasaart peka, Anda membuatnya
merasa lebih berhutang. Itu seperti Anda memiutangi orang, jika ia egois, ia
akan mengambil apa yang Anda berikan, bahkan mengambil terusmenerus; jika ia
berperasaart peka, Anda akan membuatnya merasa tidak enak. Sebab itu, saya
ingin menunjukkan kepada kalian bahwa walaupun kelemahan tubuh bukan masalah
yang terlalu besar, namun hal tersebut pasti akan menjadi kesulitan yang sangat
besar bagi keluarga Anda di kemudian hari. Kelemahan tubuh belum tentu menjadi
kesulitan pada waktu pernikahan, tetapi menjadi kesulitan setelah pernikahan.
Saya mengenal seorang saudara, ia mengidap penyakit yang sangat parah, akhirnya
istrinya terpaksa harus bekerja untuk menghidupi keluarga itu. Istrinya pada
siang hari pergi bekerja, setelah pulang pada petang hari, ia masih harus
mengerjakan pekerjaart rumah tangga. Keadaan demikian hanya bisa berlangsung
sejangka waktu, tidak dapat berlangsung terlalu lama. Istrinya tidak bisa bekerja
terus menerus. Dalarn keadaan normal ia tidak dapat melampaui batas.
Karenanya saya yakin bahwa dalam suatu pernikahan yang sukses, kondisi
kesehatan kedua belah pihak harus seimbang. Tidak boleh ada sepihak yang
menderita penyakit gawat. Jika tidak, pada waktu melalui ujian yang luar biasa,
pihak lain akan merasa sulit dan tidak tahan. Sebab itu, dalam pernikahan kita
harus memperhatikan pula kesehatan tubuh pihak lain.
3.4.3. Masalah Keturunan
Masalah pernikahan harus dilihat dari jarak jauh, juga harus memperhatikan
masalah keturunan, meneliti kesehatan pribadinya, harus pula melihat kesehatan
nenek moyang atau leluhurnya.
Masalah keturunan ini bukan hanya bertalian dengan ilmu kedokteran, tetapi juga
ada kaitannya dengan Alkitab. Hukum. Taurat mengatakan bahwa Allah adalah Allah
yang membenci kejahatan. Siapa saja yang membenci Allah, Ia akan menuntut
dosanya sampai tiga dan empat keturunan. Dan siapa saja yang mengasihi Dia dan
menuruti perkataan-Nya, Allah akan mencurahkan kasih-Nya sampai beribu-ribu
keturunan.
Banyak orang yang pada waktu mudanya berperilaku kurang senonoh. Hal itu
disebabkan ayah atau kakeknya di hadapan Allah seolah-olah menabur dalam badai,
yaitu orang yang perilakunya tidak senonoh. Orang yang demikian pada suatu hari
mungkin bisa beroleh pengampunan, diselamatkan, dan beroleh hayat baru. Akan
tetapi kalian harus ingat, banyak orang bisa memenuhi syarat untuk beroleh
selamat, tetapi tidak bisa memenuhi syarat untuk menikah. Tuhan dapat
mengampuni dosa-dosanya, perilakunya, dan menyelamatkannya; tetapi jika ia
menikah dan melahirkan anak, maka anak-anaknya sangat sukar untuk beroleh
selamat. Ia dapat menabur benih jahat, tapi tidak dapat menabur benih kelahiran
kembah; ia hanya dapat menanam benih dosa, tidak dapat menanam benih hayat
Allah, sehingga anak-anaknya pun tidak dapat dilahirkan kembali. Sering kali
orang yang demikian akan melahirkan keturunan yang berbuat dosa lebih hebat,
sehingga membuat orang tua mereka sangat menderita. Saya tidak mengatakan hal
itu akan terjadi pada waktu Anda baru menikah, tetapi pada masa pertengahan
hidup Anda yang terakhir. Pada waktu-waktu itulah Anda akan sangat dipersulit
oleh anak-anak Anda.
Ada orang bertanya, bukankah saudara anu sangat rohani, tetapi mengapa ia
melahirkan anak-anak yang begitu buruk? Adakalanya Anda heran, mengapa saudari
anu melahirkan seorang anak yang begitu ceroboh? Ketahuilah, di sini ada
masalah hukum keturunan. Keturunan atau generasi kedua atau ketiga akan
mewarisi benih-benih jahat dari leluhur mereka. Benihbenih yang ditabur dalam
badai akan dituai dalam topan. Benih yang Anda tanam ini akan dituai oleh
keturunan (anak cucu) Anda. Penaburan yang demikian di satu pihak akan
menghasilkan seorang dosa yang sulit bertobat bagi gereja, dan di pihak lainnya
akan melahirkan anak yang mutlak berlawanan dengan Anda dalam keluarga. Itu
benar-benar merupakan masalah yang sangat menyulitkan.
Jika seseorang mempunyai kesulitan dalam hal keturunan, namun ia telah menikah,
apa yang harus ia lakukan? Ia harus belajar mohon belas kasihan Allah agar
dibebaskan dari tangan siasat Allah. Sebab hal itu pun merupakan tangan siasat
Allah, dan juga merupakan pengaturan Allah. Ia harus mengharap agar tangan siasat
Allah itu digeser, sehingga ia terhindar dari akibat-akibatnya.
Karena itu, saudara saudari muda harus memperhatikan bagaimana sebenamya
masalah keturunan keluarga calon jodoh Anda itu, sebab hal tersebut sangat
besar sangkut pautnya dengan separuh masa hidup Anda yang terakhir.
3.4.4. Keadaan Keluarga
Keempat, kita harus memperhatikan bagaimana sebenarnya keadaan keluarganya.
Orang Barat mempunyai sebuah pepatah, "Saya menikahi dia, tapi saya tidak
menikahi keluarganya." Namun hal ini mustahil. Jika seorang anak perempuan
menikah, maka seisi keluarganya akan mengikutinya. Begitu seseorang menikah,
seisi keluarga suaminya pun ikut serta; seisi keluarga istrinya pun ikut serta.
Mengapa? Sebab setiap orang, sedikit atau banyak, pasti mirip dengan
keluarganya. Perhatikanlah keadaan standar moral keluarga calon jodoh Anda:
adakah cita-cita yang tinggi, bagaimanakah pandangan mereka terhadap suatu
perkara, adakah prinsip yang keras, bagaimana sikap orang laki-lakinya terhadap
perempuan, dan sebaliknya. Asalkan Anda memperhatikan pertanyaan-pertanyaan ini
sejenak, Anda pasti mengetahui bagaimana kelak keluarga Anda jadinya.
Seorang anak laki-laki atau anak perempuan yang telah menerima asuhan
keluarganya selama belasan atau dua puluh tahunan, walau mungkin ia tidak puas
akan keluarganya, tetapi ketika ia menikah dengan Anda, secara tidak sadar ia
akan menyatakan cara-cara, kebiasaan-kebiasaan, atau corak-corak keluarganya ke
dalam keluarga Anda. Saya tidak berani mengatakan 100 persen demikian; tetapi
saya berani mengatakan, setidaknya 70 sampai 80 persen demikian. Walau hal
tersebut belum tentu tertampil segera, tetapi keadaan keluarganya yang lama,
yakni keluarga ayahnya akan merembes sedikit demi sedikit ke dalam keluarga
Anda.
Jika seorang ayah dalam suatu keluarga sangat keras terhadap anak-anaknya, anak
perempuan atau anak laki-laki yang berasal dari keluarga itu kebanyakan akan
menjadi kurang keramahan. Tetapi, jika sebuah keluarga sangat rukun, ayah dan
ibu penuh kasih, anak-anak yang berada dalam keluarga itu pasti berwatak lemah
lembut dan mudah hidup bersama orang lain. Jika ayah dan ibu sebuah keluarga
sangat teliti, perasaan anak-anak keluarga itu pun pasti kebanyakan terarah ke
dalam, bukan ke luar. Jika Anda ingin memilih seorang suami yang dingin, itu
boleh, tetapi jika Anda ingin memilih suami yang panas, itu tidak boleh. Kalau
Anda memilih anak perempuan yang demikian, pasti perasaannya terarah ke dalam,
tidak terarah kepada orang lain- Sebuah keluarga macam apa pasti melahirkan
anak-anak macam itu pula. Keadaan sebuah keluarga selalu tercermin pada
generasi berikutnya.
Karena itu, ada sebuah perkataan, "jika seseorang ingin menikahi seorang
anak perempuan, lihat saja ibunya." Kita tidak berani membenarkan
seluruhnya perkataan ini, tetapi sedikit banyak mengandung kebenaran. Asalkan
Anda melihat bagaimana ibunya memperlakukan ayahnya, Anda pun dapat mengetahui
bagaimana ia memperlakukan Anda di kemudian hari. Karena ia telah melihat cara-cara
ibunya lebih dari dua puluh tahun, dan ia sudah mempelajari cara-cara itu; maka
dengan cara itu pula kelak ia memperlakukan Anda. Saya tidak mengatakan 100
persen demikian, tetapi saya berani mengatakan 70 atau 80 persen demikian.
Sebagai contoh, orang yang berwatak keras. Ketika Anda bercakap-cakap,
dengannya, mungkin ia sangat ramah tetapi karena ia dibesarkan dari keluarga
yang berwatak keras, cepat atau lambat wataknya pasti akan ternyata. Jika ada
satil keluarga yang tertib, tanpa saling bertengkar atau berkelahi, dengan
sendirinya anak-anak yang keluar dari keluarga ini pun sangat sopan, tidak
berkata-kata atau bertengkar seenaknya, juga jarang sekali membuat gaduh.
Anak-anak yang dilahirkan dari keluarga demikian setidak-tidaknya mengetahui
bahwa bercekcok itu suatu urusan besar dan bertengkar itu tidak benar. jika
Anda ingin ia memukul atau memaki-maki orang lain tidak ubahnya dengan menyuruh
ia mendaki gunung yang tinggi. Kalau ada seorang saudara atau saudari yang
keluarganya setiap hari bertengkar, Anda harus ingat bahwa walau hari ini ia
sangat sungkan terhadap Anda, tetapi hal itu tidak dapat diandalkan, itu hanya
berpura-pura saja. Pada suatu hari, ketika ia agak kendur, maka seluruh
kebiasaan keluarganya akan dipraktekkan. Sebab ia merasa bertengkar dan
berkelahi itu sangat mudah. Nah, saat itu Anda akan dibuat kewalahan.
Sebab itu, sebelum Anda memutuskan untuk menikahinya, Anda harus meninjau dulu
keadaan keluarganya, apakah Anda menyukai atau tidak. jika Anda menyukai, kelak
70 atau 80 persen pasti demikian jadinya. Kalau keadaannya tidak benar,
janganlah Anda mengharap ia kelak menjadi seorang yang terkecuali.
Ingatlah, pendidikan atau pandangan orang tidak sama. Pandangan orang begini,
kebiasaannya mungkin begitu. Kalau keluarganya sering bercekcok, berkelahi, dan
melakukan perkara-perkara yang tidak senonoh, ia pun kemudian berkelahi dan
bercekok, sebab kebiasaan orang sukar diubali. Kalian harus nampak, menikahi
seorang saudari berarti menikahi seluruh keluarganya. Menikah dengan seorang
saudara sama dengan menikah dengan satu keluarga. Sebab itu, Anda harus
terlebih dulu melihat dengan cermat keadaan keluarganya.
3.4.5. Masalah Umur
Mengenai umur, menurut pendapat umum memang wanita lebih dini matangnya
daripada pria, dan wanita pun lebih dini menua. Karena itu, jika ingin menikah,
ditinjau dari segi jasmani, lebih cocok jika usia pria lebih tua 5 sampai 8
tahun, sebab hal tersebut sesuai dengan kedinian yang kita katakan tadi. Ini ditinjau
dari segi umur jasmani.
Pada pihak lain, manusia mempunyai usia mental. Boleh jadi seseorang yang sudah
dewasa pada fisiknya, tetapi bermental kanak-kanak, bahkan ada kemungkinan
orang yang fisiknya sudah tua, mentalnya masih sangat muda. Misalkan ada orang
yang fisiknya telah berusia 30 tahun, tetapi mentalnya baru berusia 20 tahun,
masih hijau. Sebab itu, teristimewa di antara orang Kristen, jika mental
seorang saudara lebih dini matang daripada saudari, usia saudari lebih tua
sedikit, tidak menjadi soal.
Persoalannya tergantung pada apakah Anda mementingkan umur jasmani atau umur
mental. Ditinjau dari umur jasmani, memang lebih baik saudara lebih tua
daripada saudari. Tetapi, ditinjau dari umur mental, umur saudari lebih tua pun
baik juga. Dalam hal ini kita tidak dapat menetapkan bagi saudara saudari,
mereka sendirilah yang harus menentukan. Ada orang yang mementingkan aspek
jasmani, ada pula yang mementingkan aspek mental. Karena itu, mengenai aspek
umur kita tidak mempunyai peraturan yang kaku.
3.4.6. Persamaan dalam Watak dan
Kegemaran
Kelima perkara yang kita bahas di atas hampir semuanya bertalian dengan aspek
fisik. Sekarang kita akan membahas aspek kejiwaan atau aspek watak.
Jika pernikahan seseorang ingin benar, bukan hanya harus ada tarikan alarniah,
tetapi juga harus ada persesuaian watak; atau harus ada persarnaan dalam
kegemaran dan kesenangan. Jika dalam suatu perkawinan tidak terdapat kecocokan
watak atau kegemaran, cepat atau lambat keluarga ini pasti akan kehilangan
damai sejahtera, dan kedua belah pihak pasti akan menderita. Saudara-saudara
yang baru beriman harus nampak bahwa tarikan alamiah hanya bersifat sementara,
tetapi kecocokan watak bersifat permanen.
Di kalangan orang yang tidak percaya terdapat cinta kasih seperti yang
dilukiskan dalam novel, dan itu hampir semuanya ditujukan kepada tarikan
alamiah, bukan kasih yang dikatakan dalam Alkitab. Memang, kasih mengandung
tarikan alamiah, tetapi tarikan alamiah bukan kasih itu sendiri. Dalam kasih
ada tarikan alamiah, dan ada pula pendekatan atau persamaan watak. Jadi ada dua
syarat atau faktor dalam kasih : tarikan alamiah dan kecocokan watak atau
persarnaan kegemaran.
"Meskipun
demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku,… Tetapi kalau mereka
tidak dapat menguasai diri., baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari
pada hangus karena hawa nafsu." 1
Korintus 7:7-9
BAB IV
ANALISA TERHADAP PUASA DI DALAM PERUBAHAN SOSIAL DAN
DALAM GEREJA SIDANG JEMAAT KRISTUS
4.1. Puasa di dalam Perubahan-Perubahan
Sosial
Berdasarkan pengamatan kelompok
setelah membaca dan memperhatikan satu per satu maka kelompok menyimpulkan
bahwa pada perubahan-perubahan sosial puasa dimaknai berbeda-beda tergantung
konteks tempat dan keadaan yang ingin di capai dari praktek puasa tersebut.
Mari kita melihat pendapat para ahli
secara umum mengenai puasa dalam konteks perubahan-perubahan Sosial, dimana
terdapat beberapa para ahli yang mengemukakan sebagai berikut :[9]
1.
Allan
Cott, M. D.
Allan Coot, M. D adalah seorang
kawanan dari Amerika. Ia telah menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para
ilmuwan berbagai negara. Lalu ia menghimpunnya dalam suatu buku “Why fast”. Ia
mengartikan puasa adalah merasa lebih bagus fisik dan mental, melihat dan
merasa lebih muda, membersihkan raga dan menurunkan tekanan darah dan kadar
lemak.
2.
Riyad
Albiby and Ahmed Elkadi
Puasa adalah keadaan diimana
meningkatkan kekebalan tubuh ataupun imun terhadap berbagai penyakit.
3.
Elson
M. Haas M. D
Ia
adalah seorang
direktur medical centre of Marin
(sejak tahun 1984). Elson beranggapan bahwa puasa adalah proses diet yang ada
didunia barat alasan mengapa ia berpendapat begitu adalah dikarenakan kebanyakan dari orang
barat terlalu berlimpah makanan sehingga ita menyarankan supaya orang lain
mulai mengatur makanyannya agar lebih seimbang.
4.
Alvenia
M. Fulton
Ia
adalah seorang direktur lembaga makanan sehat “Fultonia” di Amerika serikat. Ia
menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah wanita secara
alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat.
4.2. Puasa di dalam
Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin
Berdasarkan pengamatan kelompok pada
jemaat yang ada di dalam Gereja Sidang Jemaat Kristus di Banjarmasin, belum
semua mengerti akan perlunya berpuasa. Dari hasil wawancara yang dilakukan
kelompok tidak banyak yang aktif berdoa dan berpuasa. Itu pun terdiri dari
gembala sidang, penatua dan anggota majelis yang rutin mengikuti ibadah doa yang diadakan setiap
minggunya di hari selasa serta beberapa jemaat umum yang kadang-kadang
mengikuti ibadah doa dan ibadah distrik / gugus rumahan.
Sebagian dari para anggota Majelis
ini sering berdoa syafaat dan berpuasa untuk topik-topik doa seperti untuk
keselamatan bangsa dan negara Indonesia dan bagi pekabaran injil dan perluasan
pelayanan di pulau Kalimantan secara umum dan secara khususnya di Kota
Banjarmasin dan Banjarbaru. Hal ini mengingat masih adanya hambatan-hambatan
secara politis melalui perizinan dari struktural pemerintahan bagi perluasan
dan peningkatan pelayanan gereja yang ada, terutama untuk pos pekabaran injil
untuk daerah Martapura, Kabupaten Banjar dan untuk pos pekabaran injil di
daerah Pleihari, Kabupaten Tanah Laut.
Adapun sebagian dari anggota Majelis
juga sering berdoa dan berpuasa untuk mendoakan kesembuhan para anggota jemaat
yang sedang sakit dan sedang lemah tubuh. Ini dikarenakan banyak anggota jemaat
terutama yang sudah berumur separuh baya mudah sekali terkena sakit penyakit
dan kondisi kesehatan yang sudah menurun, yang terutama disebabkan oleh pola
makan dan pola penghidupan yang hanya memperhatikan kerja dan kerja saja dan
kurang memperhatikan kesehatan tubuh.
Sedangkan untuk anggota jemaat umum
kebanyakan hanya melakukan doa puasa kalau ada masalah-masalah pribadi yang
dirasa cukup berat yang menghimpit penghidupan sehari-harinya, seperti masalah
kesulitan ekonomi, masalah pertengkaran dalam rumah tangga, masalah anak
sekolah dan lain sebagainya. Waktu di dalam wawancara ditanyakan oleh kelompok
mengenai penyebab jarangnya berdoa puasa, mereka menjawab bahwa hal ini
dikarenakan mereka masih sibuk bekerja dan tidak ada waktu untuk dapat secara
khusus berdoa puasa. Sebagian lagi menjawab karena kondisi kesehatan mereka
(seperti diabetes) yang tidak memungkinkan mereka berdoa puasa.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Adapun
saran dari
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alkitab Terjemahan Baru, (Jakarta: LAI, 1999)
Talley, Jim dan Reed, Bobbie. Too Close Too Soon.Terlalu
Cepat Intim.(Bandung: Kalam Hidup,1998)
Kirby, Scot.Berkencan.(Bandung: Lembaga Literatur
Baptis,2001)
Kamus Besar Bahasa
Indonesia.(Jakarta: Pusat
Bahasa Depdiknas, 2001)
Lumindong, Gilbert & Reindra. Dua Hati Sejuta Rasa.
(Jakarta:GL. Ministry,2007)
Susabda, Yakub. Shining
Star. (Jakarta:GKI Gunung Sahari, 2006)
Internet:
PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
TERHADAP PACARAN REMAJA KRISTEN DI GEREJA SIDANG JEMAAT KRISTUS BANJARMASIN
Tugas
Mata Kuliah :
METODOLOGI
PENELITIAN
Dosen
: Pdt. Sudianto,
S.Th, M.Si
OLEH :
DENNY
SUSANTO
NIM :1706056
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN
2017
No comments:
Post a Comment